Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENGANTAR SISTEM INSTRUMENTASI

1.2. PENYAJIAN
1.2.1. Konsep Dasar Pengukuran
Mengukur berarti mendapatkan sesuatu yang dinyatakan dengan bilangan. Informasi
yang bersifat kuantitatif dari sebuah pekerjaan penelitian merupakan alat pengukur dan
pengatur suatu sifat dengan tepat.Pengukuran adalah proses mengukur sebuah satuan fisis
untuk menghasilkan sebuah nilai yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik
yang lain.
Transduser adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah (mengkonversi) suatu besaran
fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah representasi analog dari
besaran yang pertama. transduser dapat diartikan sebagai pengubah energi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain yaitu besaran fisik ke besaran listrik.
Transduser dibagi menjadi :
 Transduser input: mengubah energi non listrik (suara, sinar, panas, dan lain-lain) menjadi
energi listrik.
 Transduser output: sebaliknya yaitu mengubah energi listrik menjadi energi non listrik.
Sensor adalah alat pendeteksi berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor
merupakan jenis transduser yang digunakan untuk mengubah variasi-variasi mekanis,
magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Fungsi transduser untuk pengukuran variabel pengontrol dan merubah suatu besaran
fisik ke besaran fisik lain yaitu listrik. Parameter penting untuk menilai kemampuan
transduser yaitu: linieritas, sifat pengulangan, resolusi (ketajaman) dan keandalan.
Keuntungan transduser listrik ialah:
a. Output listrik dapat diperkuat menurut keperluan.
b. Output dapat dilihat dan direkam secara jarak jauh.
c. Output dapat diubah tergantung keperluan
d. Sinyal dapat dikondisikan mendapatkan kombinasi output dan transduser sejenis.
e. Bentuk transduser dapat disesuaikan dengan rancangan alat
f. Dimensi dan bentuk desain dapat dipilih sesuai kebutuhan
Kerugian yang didapat pada sensor listrik, yaitu pengukuran presisi dan mempengaruhi
besaran listrik.
Variabel-variabel fisik yang ada dalam industri : posisi (position), daya, aliran (flow),
temperatur, kecepatan (velocity), cahaya, percepatan, kelembaman/humidity, tekanan, gaya,
dan lain-lain.

1.2.2. Transduuser sebagai Elemen Sistem Instrumentasi dan Pengendali Elektronik


3 bagian pokok sistem instrumentasi dan pengendali elektronik tersebut adalah bagian
input/masukan, bagian pengkondisi sinyal/prosesor, dan bagian output.
Bagian input memungut besaran yang terukur dan mengirimkan dalam bentuk besaran
listrik yang sesuai ke bagian pengkondisi sinyal. Bagian pengkondisi sinyal melakukan
proses pengkondisian menjadi keluaran atau output yang di butuhkan.

Gambar 1.1. Blok diagran sistem instrumentasi elektronika

1.2.3. Istilah Pada Sebuah Transduser


Istilah-istilah yang sering digunakan pada sebuah transduser adalah:
1. Jangkauan (range) dan jengkal (span)
jangkauan dari besaran input adalah Vmin sampai dengan Vmax dan jangkauan dari besaran
output adalah Mmin sampai dengan Mmax sebagai contoh, sebuah transduser tekanan dapat
mempunyai jangkauan Input 0-100 KPa dan jangkauan output 4-20 mA.
Jengkal adalah perbedaan antara nilai maksimum dan nilai minimum dari sebuah
transduser. Dari gambar, dapat dilihat bahwa jengkal Input adalah (Vmax – Vmin) dan
jengkal Output adalah (Mmax – Mmin).

2. Alat ukur linear dan non linear


Jika hubungan antara besaran Output (M) dan besaran Input (V) diplot di atas sebuah
grafik, akan diperoleh hubungan ideal berupa garis lurus dengan persamaan:
M = KV + Z
Dimana K adalah sensitifitas atau faktor skala, diberikan oleh persamaan:
M −M in
K= max
V max −V min
K akan mempunyai satuan dari M/V, misalnya mA/KPa untuk sebuah transduser tekanan
dengan output arus. Z adalah faktor pembuat nol dari persamaan di atas yang diberikan
oleh:
Z = Mmin – K . Vmin
Z dapat berharga positif atau negatif jika sebuah alat ukur memenuhi sebuah persamaan:
M = KV+ Z dengan kesalahan (error) yang dapat ditoleransi akan dikatakan alat ukur
tersebut adalah alat ukur linear, sebaliknya jika tidak maka dikatakan bahwa alat ukur
tersebut tidak linear.
3. Ketepatan (accuracy) dan kesalahan (error)
Ketepatan dari sebuah instrumen adalah ukuran dari seberapa dekatnya nilai terukur
dengan nilai yang akan diukur. Kesalahan didefinisikan sebagai nilai perbedaan
maksimum yang dapat terjadi antara nilai yang terukur dengan nilai yang hendak diukur.
Cara yang paling umum untuk menyatakan kesalahan adalah dengan nilai mutlak,
presentase dari nilai sebenarnya dari nilai yang hendak diukur atau sebagai presentasi dari
skala penuh dari alat pengukuran.
4. Resolusi
Istilah resolusi digunakan untuk mendefinisikan tangga (step) dalam mana pembacaan
dapat dibuat dengan pantas.

Gambar 1.2. Transduser dengan resolusi terbatas

5. Keberulangan (repeatability) dan histerisis


Keberulangan didefinisikan sebagai perbedaan dalam pembacaan yang didapatkan ketika
titik ukur yang sama didekati beberapa kali dari arah yang sama.
Histerisis terjadi ketika nilai terukur tergantung dari apakah nilai yang hendak diukur
mendekati nilai terakhirnya dengan menaikkan atau menurunkan nilai sebelumnya.

6. Efek lingkungan dan ketuaan


Efek lingkungan didefinisikan sebagai presentasi kesalahan untuk beberapa perubahan dari
lingkungan. Sebagai contoh, sebuah alat ukur dengan arus keluaran 4-20 mA bisa menjadi
agak tergantung pada beban.
Efek ketuaan dari alat ukur dapat dihilangkan dengan pemeliharaan terencana dan
pengkalibrasian secara teratur dari alat ukur tersebut.
7. Kalibrasi
Kalibrasi didefinisikan sebagai pembandingan harga spesifik input dan output instrumen
terhadap standar referensi yang bersangkutan. Dengan alat yang telah dikalibrasi maka
kesalahan dan koreksi dapat ditentukan/dijelaskan dan k dilakukan secara periodik untuk
menguji kebenaran kerja alat atau system dan diperlukan standar sebagai pembanding
kerja.
Kalibrasi diperlukan untuk penyetelan ulang instrumen berubah berubah waktu/tua, baru
direparasi, atau pemakaian berlebihan.

1.2.4. Klasifikasi Transduser


1. Transduser pasif
Transduser ini tidak menghasilkan tegangan sendiri, tapi dapat menghasilkan
perubahan nilai resistansi, kapasitansi, atau induktansi apabila mengalami perubahan kondisi
sekeliling.Ada tiga jenis transduser pasif yang dapat kita peroleh dipasaran, yaitu transduser
resistif, transduser kapasitif, transduser induktif, dan transduser photo.

a. Transduser resistif
Prinsip kerja dan penerapan transduser berdasarkan jenisnya ditampilkan pada tabel
berikut ini:

Jenis Transduser Prinsip Kerja Jenis Penerapan


Potensiometer resitif Perubahan positif (karena Sensor tekanan, posisi
gerakan eksternal) menjadi
perubahan resistansi
potensiometer atau rangkaian
jembatan
Strain gage Tekanan eksternal mengubah Sensor berat, tekanan,
resistansi penghantaran atau posisi
semi konduktor.
RTD (Resistance Perubahan suhu mempengaruhi Sensor suhu
Temperature resistansi logam murni yang
Detector) mempunyai koefisien suhu
positif
Termistor Perubahan suhu mempengaruhi Sensor suhu
resistansi logam teroksidasi
yang mempunyai koefisien
suhu negatif.
Hygrometer Resitif Resistansi electrode turun bila Sensor kelembapan
kelembapan udara di
sekelilingnya naik atau
bertambah.
Psychrometer Perbedaan suhu pada electrode Sensor kelembapan
kering dan electrode basah
menghasilkan perubahan
tegangan.

b. Transduser kapasitif dan transduser induktif


Prinsip kerja transduser ini adalah mengubah perubahan besaran non listrik menjadi
perubahan nilai kapasitansi atau induktif.
Jenis Transduser Prinsip Kerja Jenis Penerapan
Transduser kapasitif Kapasitas antara dua Sensor tinggi cairan,
dielektrik, berubah sensor tekanan,
disebabkan oleh kondisi kepadatan ketebalan.
fisis seperti tinggi cairan,
komposisi larutan, tekanan
ketebalan, kepadatan,
aliran dan panjang.
Transduser induktif Perubahan posisi inti Sensor tekanan, posisi
menyebabkan timbulnya
tegangan pada kumparan
sekunder.
Transduser tekanan Perubahan tekanan fisis Sensor tekanan
seperti tekanan gas atau
cairan menyebabkan
perubahan induktansi
magnetic.
c. Transduser photo
Transduser photo dapat mengubah besar arus listrik jika dikenai cahaya/sinar untuk
mengetahui keadaan yang ingin diukur dengan memanfaatkan sinar sebagai bagian utamanya.
Jenis Transduser Prinsip Kerja Jenis Penerapan
Photoconductiv Konduktivitas pada suatu Sakelar cahaya, sensor
(LDR) bahan berubah bila terkena cahaya
cahaya.
Photodiode Arus reverse berubah sesuai Sakelar cahaya, sensor
intensitas cahaya pada diode cahaya
tersebut.
Phototransistor Intensitas cahaya yang jatuh Sakelar cahaya
pada transistor photo yang
menyebabkan transistor dalam
kondisi cut off atau konduksi.
Optocoupler Mengubah pulsa menjadi sinar Relay, Sakelar cahaya
inframerah, sinar inframerah
mentriger detector photo.
2. Transduser Aktif
Transduser ini dapat menghasilkan energi listrik.
Jenis Transduser Prinsip Kerja Jenis Penerapan
Termokopel dan Energi listrik muncul bila Sensor suhu, pancaran
thermopile sambungan dua jenis panas
semikonduktor logam yang
berbeda dikenai panas.
Cell photovoltaic Energi listrik atau tegangan Sensor cahaya,
muncul bila sebuah hubungan pembangkit tegangan
semikonduktor mendapat energi sinar (solar cell)
pancaran sinar.

1.2.5. Keperluan Dasar Transduser


a. Kokoh
b. Linieritas.
c. Kemampuan ulang.
d. Instrumentasi memuaskan.
e. Stabilitas dan keandalan tinggi.
f. Tanggapan dinamis (dynamic response) baik.
g. Karakteristik mekanik adapun efeknya adalah:
1. Histerisis mekanik..
2. Aliran kental atau merayap (creep)..
3. Sifat elastis yang tertinggal (after effect).
h. Minimumkan noise

1.3.1. Latihan
1. Jelaskan pengertian pengukuran ?.
2. Jelaskan pengertian transduser ?.
3. Sebutkan keuntungan transduser listrik ?.
4. Sebutkan klasifikasi transduser ?.
1.3.2. Kunci Jawaban
1. Pengukuran adalah proses mengukur sebuah satuan fisis untuk menghasilkan sebuah nilai
yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik yang lain.
2. Transduser adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah (mengkonversi) suatu besaran
fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah representasi analog
dari besaran yang pertama.
3. Keuntungan transduser listrik adalah:
a. Output listrik dapat diperkuat menurut keperluan.
b. Output dapat dilihat dan direkam secara jarak jauh, kecuali dapat dibaca/dilihat juga
beberapa transduser dapat diproses bersama-sama.
c. Output dapat diubah tergantung keperluan tampilan atau mengontrol alat lain.
d. Sinyal dapat dikondisikan atau dicampur untuk mendapatkan kombinasi output dan
transduser sejenis.
e. Ukuran dan bentuk transduser dapat disesuaikan dengan rancangan alat untuk
mendapatkan berat serta volume optimum.
f. Dimensi dan bentuk desain dapat dipilih agar tidak mengganggu sifat yang diukur.
4. Transduser dapat diklasifikasikan sesuai dengan prinsip pengubahan energi, sinyal
keluaran, atau berdasarkan bidang pemakaian Contoh transduser pasif yang terdiri dari
transduser resistif, transduser kapasitif, transduser induktif, dan transduser photo; dan
transduser aktif.

BAB II

PENGUKURAN TEMPERATUR

2.2.1. Konsep Pengukuran dan Skala


Skala Fahrenheit dan Celcius menggunakan titik beku dan titik didih air sebagai dua
titik referensi.
Fahrenheit Celcius
Titik beku 32 0
Titik didih 212 100
Hubungan timbal balik antara skala Fahrenheit dan Celcius diberikan oleh:
F = 9/5 C + 32 dan C = 5/9 (F - 32)
Hubungan antara derajat Celcius dan Kelvin diberikan oleh:
K = 0C + 273,15
Latar belakang adanya transduser temperatur (termometer) yaitu:
 Daya tahan manusia terhadap panas atau dingin adalah sempit,
 Keputusan manusia terhadap temperatur relatif dapat diandalkan.
persamaan gas ideal oleh Regnault:
pV = R(t + C)
Dimana:
- p adalah tekanan - V adalah volume
- t adalah temperature - R dan C adalah konstanta.

persamaan gas ideal sebagai :


pV = RT
Dimana T dalam Kelvin (K) dan jika skala Celcius (0C), T = (t + 273,15)K.
Tabel 2.1. Beberapa titik tetap (fixed points) berdasarkan IPTS – 68
T/K t/0C
Titik kesetimbangan hidrogen
13,18 - 259,34
(Triple Point Of Hydrogen)
Titik kesetimbangan oksigen
54,360 - 218,789
(Triple Point Of Oxygen)
Kondensasi oksigen 90,188 - 182,962
Titik keseimbangan air 273,16 0,01
Titik didih air 273,15 100
Titik beku timah 505,1181 231,9681
Titik beku emas 1337,58 1064,43

2.2.2. Prinsip Pengukuran Temperatur


1. Pemuaian dari sebuah bahan terhadap temperatur yang menghasilkan sebuah perubahan
dalam panjang, volume, atau tekanan.
2. Perubahan tahanan listrik terhadap temperatur.
3. Perubahan potensial kontak antara dua logam yang berbeda terhadap temperature.
4. Perubahan energi radiasi terhadap temperature.
2.2.3. Transduser Temperatur
1. Termometer Pemuaian
Contoh termometer pemuaian adalah termometer gelas yang berisi cairan air raksa
(mercury). Prinsip kerja dari termometer gelas berdasarkan pemuaian dari air raksa yang
diakibatkan oleh perubahan temperatur disekitar gelas.
2. Termometer Tahanan
Resistansi penghantar logam dipengaruhi oleh temperature dimana molekul-molekul
zatnya menjadi bergeser jika terjadi perubahan temperatur.
RT = R0 (1 + α t)
Dimana 0 < t < 150° C
α adalah koefisien temperatur tahanan
Persamaan yang menghubungkan antara temperatur dan tahanan konduktor adalah:
Rt = Rref (1 +  t)
Dimana:
Rt = tahanan konduktor pada temperatur t (0C)
Rref = tahanan pada temperatur referensi, biasanya 00C
 = koefisien temperatur tekanan
t = selisih antara temperatur kerja dan temperatur referensi
PLATINA

Jangkauan Temperatur : - 300 0F sampai + 15000F


Ketelitian :  10F
Keuntungan / kelebihan : - Jangkauan kerja yang lebar
- Tahan terhadap korosi dan oksidasi (stabilitas
yang tinggi)
- Mudah ditempa (malleable)
- Titik didih yang tinggi
Kekurangan : - Mahal
- Waktu respons yang relatif lambat
- Tidak selinier tembaga

TEMBAGA

Jangkauan Temperatur : - 325 0F sampai + 250 0F


Ketelitian :  0,5 0F
Keuntungan / kelebihan : - linearitas yang tinggi
- Ketelitian dalam jangkauan temperatur kerja
Kekurangan : - Jangkauan temperatur terbatas (sampai 250 0F)
- Mudah terkena korosi dan oksidasi

NIKEL

Jangkauan Temperatur : - 32 0F sampai + 150 0F


Ketelitian :  0,5 0F
Keuntungan / kelebihan : - Umur panjang
- Ketelitian yang tinggi
- Koefisien temperatur yang tinggi
Kekurangan : - Tak linear
- Jangkauan temperaturnya terbatas (sampai 150 0F)
Karena mempunyai banyak kelebihan dalam karakteristiknya sehingga platina yang
paling banyak digunakan untuk elemen pengindera pada termometer tahanan.
Callender menemukan persamaan interpolasi sebagai berikut :

t=
( Rt −R o
R100 −R0 ) ( )( )
100+δ
t
100
−1
t
100
Dimana:
Rt adalah tahanan platina pada temperatur t.
Ro adalah tahanan platina pada temperatur 0 0C.
R100 adalah tahanan platina pada temperatur 100 0C.
 adalah konstanta.
untuk temperatur dibawah 00C Callender dan Van Dusen menggunakan persamaan
interpolasi:

(
Rt −R o
) ( )( ) ( )( )
3
t t t t
t= 100+δ −1 +β −1
R100 −R0 100 100 100 100
 adalah konstanta yang lain
Menurut IPTS (International Practical Temperature Scale) 68 R100/R0 untuk platina murni
adalah 1,39290. IPTS 68 juga memperbaiki kedua persamaan di atas menjadi:

2
t−
104
δ (2
+10 t+ ) (
106 R t −R0
δ R 100−R0
=0
)
Contoh soal:
Sebuah termometer tahanan platina mempunyai karakteristik R0 = 100 Ohm, R100/R0 =
1,385 dan  = 1,5. Rt yang terukur adalah 119,25 Ohm. Berapakah temperatur yang terukur ?.
Penyelesaian :

2
t− (
1,5
+10 t+ ) (
104 2 106 119 ,25−100
1,5 138 ,5−100
=0 )
t2 – 6767t + 333333 = 0
−(−6767 )±√(6767 )2 −4.1.333333
t 1,2 =
2.1
6767±√ 44458957 6767±6668
= =
2 2
t1 = 49,5 0C atau t2 = 6717,5 0C (tidak mungkin karena melebihi jangkauan termometer).
Sehingga suhu yang terukur 49,5 0C.

3. Resistance Temperature Detector (RTD)


Sebuah transduser temperatur berdasar pada prinsip tahanan detektor temperatur (RTD)
dan ini dispesifikasikan pada temperatur tahanan 0° C dan perubahan suhu tahanan pada 0°
C-100° C, ini disebut sebagai interval pokok. Paltina RTD dibuat dengan tahanan 100 Ω pada
0° C dan menjadi 138,5 Ω pada 100° C sehingga didapatkan interval pokok 38,5 Ω. Standar
relevan untuk RTD adalah B5 1904 yang khusus untuk metode kalibrasi dan toleransi sensor.
PT sensor 100 dapat digunakan pada daerah temperatur - 200° C sampai 800° C dengan
ketepatan ± 0,5 % antara 0° - 100° C dan ± 3 % pada perbedaan yang besar temperatur.RTD
tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dibuat untuk memproteksi Atmosfer atau fluida
sehingga temperatur dapat diukur.
Sebuah RTD berubah resistansinya sesuai dengan perubahan suhu. Sebelum RTD ini
digunakan untuk pengukuran atau kontrol, perubahan resistansi harus mengakibatkan
perubahan tegangan atau arus. Disipasi listrik pada RTD dari perubahan ini harus pada batas
yang wajar, untuk menghindari Error I2 R pada saat sensor dipanaskan. Disipasi 10 mW akan
menyebabkan kenaikan suhu 0,3° C yang mana secara tidak langsung akan menyebabkan
berkurangnya nilai arus (± 10 mA) dan tegangan (dibawah 1V).
Rangkaian yang sederhana dapat dilihat pada gambar 2.5 yang menggunakan sumber arus
konstan untuk merubah resistansi ke tegangan dimana Vr:
Vr = I . R0 (1 + α t)
Vr merupakan umpan penguatan oleh Amplifier, dengan Vr penghubung untuk I . R 0.
Tegangan output sesuai dengan T° C. Rangkaian yang umum berdasar pada prinsip jembatan
Wheatstone, jika rangkaian mempunyai impedansi yang besar (pasti tidak ada beban pada
jembatan). Analisis sirkuit sederhana dapat dilihat pada gambar 2.5.

+ Vcc
Sumber Arus
R
R 1 Konstan

Vr R
+
V0

V z  Vbe R
I  RTD Vr R
R
0V
0V

a. Rangkaian RTD sederhana

R1 R3

VS V

R2 RT

b. Jembatan Wheatstone
Resitansi bertambah sebanding dengan perubahan suhu padanya. Besar resistansinya
dapat ditentukan berdasarkan rumus dibawah ini:
∆R
R=
α∆T
Keterangan:
R = resistansi logam murni
∆ R=¿ perubahan resistansi
∆ T =¿ perubahan suhu
α =¿ koefisien resistansi terhadap suhu
Selain itu, kita dapat pula menentukan resistansi bila diketahui resistansi pada suhu
awal dengan koefisisen resistansi adalah a. besar resistansi pada suhu tertentu dapat diketahui
dengan menggunakan rumus berikut:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )

Contoh soal:
Berapakah resistansi RTD dari bahan platinum pada suhu 70°C, bila diketahui resistansi pada
suhu 20°C sebesar 135 ohm sedangkan koefisien resistansi pada suhu 20°C adalah 0,00392?
Penyelesaian:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
= 135 (1 + 0,00392 (70 – 20))
= 161
Jadi, besar resistansi RTD = 161 ohm

Seperti halnya termistor, tegangan keluarannya dapat diperoleh dengan mengalirkan arus
konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah satu lengan jembatan
wheatstone, seperti ditunjukkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Rangkaian jembatan RTD

Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial jembatan adalah 0 volt dan
tegangan keluaran penguat diferensial 0 volt. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Bila
suhu RTD berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan tidak dalam kondisi
setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara A dan B. Begitu juga yang
terjadi (berlaku) pada keluaran penguat diferensial. Hal ini sesuai dengan prinsip kerja
jembatan wheatstone. Bila kondisi setimbang, pada titik A-B harus mempunya beda potensial
dan arus yang sama.
I2 = IRTD dan I1 = I3
Sedangkan tegangan pada R1 dan R2 adalah :
I1. R1= I2. R2
I3. R3= IRTD. RRTD
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
R2
R RTD ¿ R 3
R1

Contoh soal:
Seperti ditunjukkan pada gambar 2.12, diketahui R1=56 k, R2 = 62k R3 = 100k. Berapakah
resistansi RTD sehingga jembatan tersebut pada kondisi setimbang ?
Penyelesaian:
R2
R RTD ¿ R 3
R1
62
=100
56
= 111
Jadi, resistansi RTD = 111 ohm
Gambar 2.8 menunjukkan konstruksi RTD. Probe (detector) terdiri dari kumparan yang
ditempatkan didalam selubung dari bahan stainless stell. Selubung ini dimaksudkan sebagai
pelindung yang menahan probe dari tekanan, goncangan, dan gesekan selama pengukuran

Gambar 2.8. Konstruksi RTD


Kumparan RTD yang banyak digunakan berasal dari bahan platinum, nikel, atau nikel
campuran. Platinum mempunyai stabilitas yang baik dan mempunyai ketelitian dan ketepatan
tinggi terhadap rentang pengukuran suhu. RTD dari bahan platinum dibuat dari intisari
platinum murni yang dililitkan pada keramik.
Pengubah resistansi ke tegangan (RTD) ditunjukkan pada gambar 2.8 secara detail
gambar rangkaian ditunjukkan pada gambar 2.9 berikut:

RTD memiliki keunggulan dibanding termokopel yaitu:


1. Tidak diperlukan suhu referensi.
2. Sensitifitasnya cukup tinggi.
3. Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel.
4. Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang
5. Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi
sederhana dan murah.

4. Termistor
Termistor terbuat dari bahan semikonduktor yang turun nilai tahanannya bila suhunya
dinaikkan. termistor dapat mengukur temperatur dari 0° - 100° C.
Termistor biasa digunakan untuk alarm temperatur, termistor terbagi atas dua yaitu:
- NTC (Negative Temperatur Coefficient)
- PTC (Positive Temperatur Coefficient)
PTC mempunyai respon seperti pada gambar dibawah ini yang menunjukkan
penambahan resistansi secara tiba-tiba di beberapa temperatur (temperatur referensi) respon
PTC membuat ukuran temperatur yang tidak pantas. Prinsip kerja Termistor adalah
memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu.
Termistor sering digunakan sebagai sensor suhu atau alat pengaman pemanasan lebih.
Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan
Termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian dan ketepatan
tinggi. Termistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture), kromium,
kobalt, tembaga, besi, atau nikel.

5. Termokopel
transduser yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan temperatur adalah
termokopel. Termokopel mempunyai kegunaan dan penerapan yang luas sebagai alat ukur
suhu, terutama pengukuran suhu tinggi. Suhu yang digunakan pada proses industri kadang-
kadang lebih tinggi dari 2000°F sampai dengan 3000°F biasanya digunakan pada industri
baja, gelas, dan keramik. Selain itu suhu gas atau cairan serendah -300°F masih dapat
terukur. Kehandalan termokopel dibuktikan dengan kombinasi pasangan bahan platinum
dengan platinum-rhodium yang digunakan untuk menentukan skala suhu internasional antara
1220°F (660°C) dan 1945°F (1063°C). Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk
oleh dua buah penghantar yang berbeda jenis, besi dan konstantan, dililit bersama. Salah satu
ujung T merupakan measuring junction dan ujung yang lain, yaitu Tr sebagai reference
junction dijaga pada suhu konstan 32°F (0°C) atau 68°F(20°C). Bila ujung T dipanasi hingga
terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka kedua ujung penghantar besi dan konstantan
pada pangkal Tr terbangkit emf sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut (efek
seebeck). Sambungan logam pada termokopel terdiri dari dua sambungan, yaitu:
a. Reference Junction (Cold Junction), merupakan sambungan acuan yang suhunya dijaga
konstan dan biasanya diberi suhu yang dingin ( ≈ 0oC ).
b. Measuring Junction (Hot Junction), merupakan sambungan yang dipakai untuk mengukur
suhu atau disebut juga sambungan panas.

Syarat-syarat yang diperlukan agar dapat digunakan sebagai sensor adalah:


a.   Memiliki sensifitas yang tinggi dan memiliki linearty yang baik.
b.   Memiliki span pengukuran yang lebar.
c.  Memiliki repeatability dan stabilitas yang tinggi, dan tidak berubah sifat karena waktu.
d.  Deviasi mutunya kecil.
Tabel 2.2. Jenis-jenis Termokopel

Koofesien
Range Suhu
Tipe Material Seebeck Keterangan
( oC )
(µV/ oC)
Termokopel untuk
Chromel/ −200 °C hingga
K 41 tujuan umum, lebih
Alumel +1200 °C
murah
Tipe E memiliki
output yang besar
Chromel/ −200 °C hingga (68 µV/°C)
E 68
Constantan +1000 °C membuatnya cocok
digunakan pada
temperatur rendah
Rentangnya terbatas
(−40 hingga
Iron/ −40 °C hingga +750 °C)
J 53
Constantan +750 °C membuatnya kurang
populer dibanding
tipe K
Stabil dan tahanan
yang tinggi terhadap
oksidasi membuat
Nicrosil/ −200 °C hingga
N 39 tipe N cocok untuk
Nisil +1300 °C
pengukuran suhu
yang tinggi tanpa
platinum
Tipe B memberi
output yang sama
pada suhu 0 °C
Platinum- 0 °C hingga
B 3 hingga 42 °C
Rhodium +1800 °C
sehingga tidak dapat
dipakai di bawah
suhu 50 °C.
Sensitivitas
rendah              (6
Platinum/
µV/°C) dan biaya
Platinum 0 °C hingga
R 6 tinggi membuat
with 7% +1600 °C
mereka tidak cocok
Rhodium
dipakai untuk tujuan
umum.
Karena stabilitasnya
Platinum/ yang tinggi Tipe S
Platinum 0 °C hingga digunakan untuk
S 6
with 10% +1600 °C standar pengukuran
Rhodium titik leleh emas
(1064.43 °C).
Sering dipakai
sebagai alat
Copper/ −200 °C hingga
T 43 pengukur alternatif
Constantan +400 °C
sejak penelitian
kawat tembaga.
 
Termokopel merupakan salah satu sensor suhu yang banyak digunakan di industri,
karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
a.  Tahan terhadap efek getaran.
b.  Waktu respon pendek.
c.  Ukurannya kecil dan harganya murah.
d. Tidak memiliki efek self-heating.
Contoh penggunaan termokopel yang umum antara lain:
a.  Industri besi dan baja.
b.  Pengaman pada alat-alat pemanas.
c.  Untuk termopile sensor radiasi.
d.  Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
Bila termokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul
tegangan sebesar Vh. Jadi, tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan V h yang
disebut net voltage (Vnet). Besarnya Vnet dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Vnet =Vh – VC (2.1)

Contoh soal:
Sebuah termokopel menghasilkan tegangan keluaran sebesar 50 mV pada suhu 1400°C,
sedangkan pada suhu 200°C mengahsilkan tegangan 10 mV. Berapa tegangan sesungguhnya
(Vnet) yang dihasilkan oleh termokopel.
Penyelesaian:
Vnet = Vh – VC
= 50 mV – 10 mV
= 40 mV

Jenis termokopel adalah termopile. Termopile adalah beberapa termokopel yang

dihubungkan secara seri sehingga didapatkan alat ukur suhu yang mempunyai sensitivitas

tinggi.

6. Transduser Temperatur Semikonduktor (IC LM 35)


Terdapat dua kategori transduser temperatur semikonduktor, yaitu transduser yang
menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transduser yang
menghasilkan arus tertentu sesuai dengan perubahan suhu.
Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk dari
nasional. Rangkaian ditunjukkan pada gambar 2.18.
Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah sebagai berikut:
+ 1500 mV pada suhu 150°C
+ 2500 mV pada suhu 25°C, dan
-550 mV pada suhu - 55°C
Vs
R 1=
50 µ A
Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV/°C dengan memberikan tegangan
referensi negatif (-Vs) pada rangkaian, transduser mampu bekerja pada rentang suhu -
55°C sampai 150°C, tegangan keluaran dapat diatur 0 volt pada suhu 0°C dan ketelitian dari
transduser ini adalah = 1°C.

Gambar 2.18. Transduser temperatur IC LM 35


2.3. PENUTUP
2.3.1. Rangkuman
 Latar belakang adanya transduser temperatur (termometer) yaitu: Daya tahan manusia
terhadap panas atau dingin adalah sempit, dibatasi oleh rasa sakit pada kedua batas, yaitu
batas ketahanan terhadap panas dan dingin, dan Keputusan atau perasaan manusia
terhadap temperatur relatif juga tidak dapat diandalkan.
 Secara umum ada empat tipe sensor temperatur yang digunakan berdasarkan sifat-sifat
fisis berikut yang mana sifat-sifat ini sangat bergantung pada perubahan temperature yaitu:
(1). Pemuaian dari sebuah bahan terhadap temperatur yang menghasilkan sebuah
perubahan dalam panjang, volume, atau tekanan. Bentuk sederhana dari instrumen ini
adalah air raksa dalam gelas termometer, (2). Perubahan tahanan listrik terhadap
temperatur, digunakan pada termometer tahanan dan termistor, (3). Perubahan potensial
kontak antara dua logam yang berbeda terhadap temperatur, digunakan pada termokopel,
(4). Perubahan energi radiasi terhadap temperatur, digunakan pada Pyrometer optik dan
radiasi.
 Jenis transduser temperatur antara lain Termometer Pemuaian, Termometer Tahanan
(RTD - Resistance Temperature Detector), Termistor, Termokopel, Termopile, Pyrometer
Radiasi, dan Transduser Temperatur Semikonduktor (IC LM 35).

2.3.2. Latihan
1. Jelaskan latar belakang adanya transduser temperatur ?.
2. Apakah keunggulan dari RTD (Resistance Temperature Detector) dibandingkan
Termokopel ?.
3. Jelaskan karakteristik dari Termokopel, Termopile, dan Pyrometer Radiasi ?.
4. Berapakah resistansi RTD dari bahan platinum pada suhu 70°C, bila diketahui resistansi
pada suhu 20°C sebesar 135 ohm sedangkan koefisien resistansi pada suhu 20°C adalah
0,00392?

2.3.3. Kunci Jawaban


1. Latar belakang adanya transduser temperatur (termometer) yaitu:
 Daya tahan manusia terhadap panas atau dingin adalah sempit, dibatasi oleh rasa sakit
pada kedua batas, yaitu batas ketahanan terhadap panas dan dingin.
 Keputusan atau perasaan manusia terhadap temperatur relatif juga tidak dapat
diandalkan.

2. RTD memiliki keunggulan dibanding termokopel yaitu:


 Tidak diperlukan suhu referensi.
 Sensitifitasnya cukup tinggi, yaitu dapat dilakukan dengan cara memperpanjang kawat
yang digunakan dan memperbesar tegangan eksitasi.
 Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel.
 Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi masalah.
 Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi
sederhana dan murah.

3. Karakteristik Termokopel adalah Termokopel digunakan untuk mengukur suhu setinggi


2300°F atau serendah -270°F, dengan tegangan keluaran lebih dari 100 mV. Bila piranti
ini digunakan untuk mengukur suhu 500°F sampai 2300°F (platinum-platinum rhodium)
yang tidak meleleh pada suhu 3000°F. Termopile adalah beberapa termokopel yang
dihubungkan secara seri sehingga didapatkan alat ukur suhu yang mempunyai sensitivitas
tinggi. Tegangan keluaran termopile adalah jumlah tegangan masing-masing termokopel.
Termokopel sering digunakan sebagai Pyrometer Radiasi, yaitu termopile yang digunakan
untuk mengukur suhu sangat tinggi yang terpancar dari sumber panas. Pada kondisi ini
termopile tidak mungkin menempel secara fisis pada sumber panas, contohnya pada
proses peleburan baja.

4. Penyelesaian:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
= 135 (1 + 0,00392 (70 – 20))
= 161
Jadi, besar resistansi RTD = 161 ohm

Anda mungkin juga menyukai