1.2. PENYAJIAN
1.2.1. Konsep Dasar Pengukuran
Mengukur berarti mendapatkan sesuatu yang dinyatakan dengan bilangan. Informasi
yang bersifat kuantitatif dari sebuah pekerjaan penelitian merupakan alat pengukur dan
pengatur suatu sifat dengan tepat.Pengukuran adalah proses mengukur sebuah satuan fisis
untuk menghasilkan sebuah nilai yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik
yang lain.
Transduser adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah (mengkonversi) suatu besaran
fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah representasi analog dari
besaran yang pertama. transduser dapat diartikan sebagai pengubah energi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain yaitu besaran fisik ke besaran listrik.
Transduser dibagi menjadi :
Transduser input: mengubah energi non listrik (suara, sinar, panas, dan lain-lain) menjadi
energi listrik.
Transduser output: sebaliknya yaitu mengubah energi listrik menjadi energi non listrik.
Sensor adalah alat pendeteksi berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor
merupakan jenis transduser yang digunakan untuk mengubah variasi-variasi mekanis,
magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Fungsi transduser untuk pengukuran variabel pengontrol dan merubah suatu besaran
fisik ke besaran fisik lain yaitu listrik. Parameter penting untuk menilai kemampuan
transduser yaitu: linieritas, sifat pengulangan, resolusi (ketajaman) dan keandalan.
Keuntungan transduser listrik ialah:
a. Output listrik dapat diperkuat menurut keperluan.
b. Output dapat dilihat dan direkam secara jarak jauh.
c. Output dapat diubah tergantung keperluan
d. Sinyal dapat dikondisikan mendapatkan kombinasi output dan transduser sejenis.
e. Bentuk transduser dapat disesuaikan dengan rancangan alat
f. Dimensi dan bentuk desain dapat dipilih sesuai kebutuhan
Kerugian yang didapat pada sensor listrik, yaitu pengukuran presisi dan mempengaruhi
besaran listrik.
Variabel-variabel fisik yang ada dalam industri : posisi (position), daya, aliran (flow),
temperatur, kecepatan (velocity), cahaya, percepatan, kelembaman/humidity, tekanan, gaya,
dan lain-lain.
a. Transduser resistif
Prinsip kerja dan penerapan transduser berdasarkan jenisnya ditampilkan pada tabel
berikut ini:
1.3.1. Latihan
1. Jelaskan pengertian pengukuran ?.
2. Jelaskan pengertian transduser ?.
3. Sebutkan keuntungan transduser listrik ?.
4. Sebutkan klasifikasi transduser ?.
1.3.2. Kunci Jawaban
1. Pengukuran adalah proses mengukur sebuah satuan fisis untuk menghasilkan sebuah nilai
yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik yang lain.
2. Transduser adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah (mengkonversi) suatu besaran
fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah representasi analog
dari besaran yang pertama.
3. Keuntungan transduser listrik adalah:
a. Output listrik dapat diperkuat menurut keperluan.
b. Output dapat dilihat dan direkam secara jarak jauh, kecuali dapat dibaca/dilihat juga
beberapa transduser dapat diproses bersama-sama.
c. Output dapat diubah tergantung keperluan tampilan atau mengontrol alat lain.
d. Sinyal dapat dikondisikan atau dicampur untuk mendapatkan kombinasi output dan
transduser sejenis.
e. Ukuran dan bentuk transduser dapat disesuaikan dengan rancangan alat untuk
mendapatkan berat serta volume optimum.
f. Dimensi dan bentuk desain dapat dipilih agar tidak mengganggu sifat yang diukur.
4. Transduser dapat diklasifikasikan sesuai dengan prinsip pengubahan energi, sinyal
keluaran, atau berdasarkan bidang pemakaian Contoh transduser pasif yang terdiri dari
transduser resistif, transduser kapasitif, transduser induktif, dan transduser photo; dan
transduser aktif.
BAB II
PENGUKURAN TEMPERATUR
TEMBAGA
NIKEL
t=
( Rt −R o
R100 −R0 ) ( )( )
100+δ
t
100
−1
t
100
Dimana:
Rt adalah tahanan platina pada temperatur t.
Ro adalah tahanan platina pada temperatur 0 0C.
R100 adalah tahanan platina pada temperatur 100 0C.
adalah konstanta.
untuk temperatur dibawah 00C Callender dan Van Dusen menggunakan persamaan
interpolasi:
(
Rt −R o
) ( )( ) ( )( )
3
t t t t
t= 100+δ −1 +β −1
R100 −R0 100 100 100 100
adalah konstanta yang lain
Menurut IPTS (International Practical Temperature Scale) 68 R100/R0 untuk platina murni
adalah 1,39290. IPTS 68 juga memperbaiki kedua persamaan di atas menjadi:
2
t−
104
δ (2
+10 t+ ) (
106 R t −R0
δ R 100−R0
=0
)
Contoh soal:
Sebuah termometer tahanan platina mempunyai karakteristik R0 = 100 Ohm, R100/R0 =
1,385 dan = 1,5. Rt yang terukur adalah 119,25 Ohm. Berapakah temperatur yang terukur ?.
Penyelesaian :
2
t− (
1,5
+10 t+ ) (
104 2 106 119 ,25−100
1,5 138 ,5−100
=0 )
t2 – 6767t + 333333 = 0
−(−6767 )±√(6767 )2 −4.1.333333
t 1,2 =
2.1
6767±√ 44458957 6767±6668
= =
2 2
t1 = 49,5 0C atau t2 = 6717,5 0C (tidak mungkin karena melebihi jangkauan termometer).
Sehingga suhu yang terukur 49,5 0C.
+ Vcc
Sumber Arus
R
R 1 Konstan
Vr R
+
V0
–
V z Vbe R
I RTD Vr R
R
0V
0V
R1 R3
VS V
R2 RT
b. Jembatan Wheatstone
Resitansi bertambah sebanding dengan perubahan suhu padanya. Besar resistansinya
dapat ditentukan berdasarkan rumus dibawah ini:
∆R
R=
α∆T
Keterangan:
R = resistansi logam murni
∆ R=¿ perubahan resistansi
∆ T =¿ perubahan suhu
α =¿ koefisien resistansi terhadap suhu
Selain itu, kita dapat pula menentukan resistansi bila diketahui resistansi pada suhu
awal dengan koefisisen resistansi adalah a. besar resistansi pada suhu tertentu dapat diketahui
dengan menggunakan rumus berikut:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
Contoh soal:
Berapakah resistansi RTD dari bahan platinum pada suhu 70°C, bila diketahui resistansi pada
suhu 20°C sebesar 135 ohm sedangkan koefisien resistansi pada suhu 20°C adalah 0,00392?
Penyelesaian:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
= 135 (1 + 0,00392 (70 – 20))
= 161
Jadi, besar resistansi RTD = 161 ohm
Seperti halnya termistor, tegangan keluarannya dapat diperoleh dengan mengalirkan arus
konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah satu lengan jembatan
wheatstone, seperti ditunjukkan pada gambar 2.7.
Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial jembatan adalah 0 volt dan
tegangan keluaran penguat diferensial 0 volt. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Bila
suhu RTD berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan tidak dalam kondisi
setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara A dan B. Begitu juga yang
terjadi (berlaku) pada keluaran penguat diferensial. Hal ini sesuai dengan prinsip kerja
jembatan wheatstone. Bila kondisi setimbang, pada titik A-B harus mempunya beda potensial
dan arus yang sama.
I2 = IRTD dan I1 = I3
Sedangkan tegangan pada R1 dan R2 adalah :
I1. R1= I2. R2
I3. R3= IRTD. RRTD
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
R2
R RTD ¿ R 3
R1
Contoh soal:
Seperti ditunjukkan pada gambar 2.12, diketahui R1=56 k, R2 = 62k R3 = 100k. Berapakah
resistansi RTD sehingga jembatan tersebut pada kondisi setimbang ?
Penyelesaian:
R2
R RTD ¿ R 3
R1
62
=100
56
= 111
Jadi, resistansi RTD = 111 ohm
Gambar 2.8 menunjukkan konstruksi RTD. Probe (detector) terdiri dari kumparan yang
ditempatkan didalam selubung dari bahan stainless stell. Selubung ini dimaksudkan sebagai
pelindung yang menahan probe dari tekanan, goncangan, dan gesekan selama pengukuran
4. Termistor
Termistor terbuat dari bahan semikonduktor yang turun nilai tahanannya bila suhunya
dinaikkan. termistor dapat mengukur temperatur dari 0° - 100° C.
Termistor biasa digunakan untuk alarm temperatur, termistor terbagi atas dua yaitu:
- NTC (Negative Temperatur Coefficient)
- PTC (Positive Temperatur Coefficient)
PTC mempunyai respon seperti pada gambar dibawah ini yang menunjukkan
penambahan resistansi secara tiba-tiba di beberapa temperatur (temperatur referensi) respon
PTC membuat ukuran temperatur yang tidak pantas. Prinsip kerja Termistor adalah
memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu.
Termistor sering digunakan sebagai sensor suhu atau alat pengaman pemanasan lebih.
Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan
Termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian dan ketepatan
tinggi. Termistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture), kromium,
kobalt, tembaga, besi, atau nikel.
5. Termokopel
transduser yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan temperatur adalah
termokopel. Termokopel mempunyai kegunaan dan penerapan yang luas sebagai alat ukur
suhu, terutama pengukuran suhu tinggi. Suhu yang digunakan pada proses industri kadang-
kadang lebih tinggi dari 2000°F sampai dengan 3000°F biasanya digunakan pada industri
baja, gelas, dan keramik. Selain itu suhu gas atau cairan serendah -300°F masih dapat
terukur. Kehandalan termokopel dibuktikan dengan kombinasi pasangan bahan platinum
dengan platinum-rhodium yang digunakan untuk menentukan skala suhu internasional antara
1220°F (660°C) dan 1945°F (1063°C). Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk
oleh dua buah penghantar yang berbeda jenis, besi dan konstantan, dililit bersama. Salah satu
ujung T merupakan measuring junction dan ujung yang lain, yaitu Tr sebagai reference
junction dijaga pada suhu konstan 32°F (0°C) atau 68°F(20°C). Bila ujung T dipanasi hingga
terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka kedua ujung penghantar besi dan konstantan
pada pangkal Tr terbangkit emf sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut (efek
seebeck). Sambungan logam pada termokopel terdiri dari dua sambungan, yaitu:
a. Reference Junction (Cold Junction), merupakan sambungan acuan yang suhunya dijaga
konstan dan biasanya diberi suhu yang dingin ( ≈ 0oC ).
b. Measuring Junction (Hot Junction), merupakan sambungan yang dipakai untuk mengukur
suhu atau disebut juga sambungan panas.
Koofesien
Range Suhu
Tipe Material Seebeck Keterangan
( oC )
(µV/ oC)
Termokopel untuk
Chromel/ −200 °C hingga
K 41 tujuan umum, lebih
Alumel +1200 °C
murah
Tipe E memiliki
output yang besar
Chromel/ −200 °C hingga (68 µV/°C)
E 68
Constantan +1000 °C membuatnya cocok
digunakan pada
temperatur rendah
Rentangnya terbatas
(−40 hingga
Iron/ −40 °C hingga +750 °C)
J 53
Constantan +750 °C membuatnya kurang
populer dibanding
tipe K
Stabil dan tahanan
yang tinggi terhadap
oksidasi membuat
Nicrosil/ −200 °C hingga
N 39 tipe N cocok untuk
Nisil +1300 °C
pengukuran suhu
yang tinggi tanpa
platinum
Tipe B memberi
output yang sama
pada suhu 0 °C
Platinum- 0 °C hingga
B 3 hingga 42 °C
Rhodium +1800 °C
sehingga tidak dapat
dipakai di bawah
suhu 50 °C.
Sensitivitas
rendah (6
Platinum/
µV/°C) dan biaya
Platinum 0 °C hingga
R 6 tinggi membuat
with 7% +1600 °C
mereka tidak cocok
Rhodium
dipakai untuk tujuan
umum.
Karena stabilitasnya
Platinum/ yang tinggi Tipe S
Platinum 0 °C hingga digunakan untuk
S 6
with 10% +1600 °C standar pengukuran
Rhodium titik leleh emas
(1064.43 °C).
Sering dipakai
sebagai alat
Copper/ −200 °C hingga
T 43 pengukur alternatif
Constantan +400 °C
sejak penelitian
kawat tembaga.
Termokopel merupakan salah satu sensor suhu yang banyak digunakan di industri,
karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
a. Tahan terhadap efek getaran.
b. Waktu respon pendek.
c. Ukurannya kecil dan harganya murah.
d. Tidak memiliki efek self-heating.
Contoh penggunaan termokopel yang umum antara lain:
a. Industri besi dan baja.
b. Pengaman pada alat-alat pemanas.
c. Untuk termopile sensor radiasi.
d. Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
Bila termokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul
tegangan sebesar Vh. Jadi, tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan V h yang
disebut net voltage (Vnet). Besarnya Vnet dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Vnet =Vh – VC (2.1)
Contoh soal:
Sebuah termokopel menghasilkan tegangan keluaran sebesar 50 mV pada suhu 1400°C,
sedangkan pada suhu 200°C mengahsilkan tegangan 10 mV. Berapa tegangan sesungguhnya
(Vnet) yang dihasilkan oleh termokopel.
Penyelesaian:
Vnet = Vh – VC
= 50 mV – 10 mV
= 40 mV
dihubungkan secara seri sehingga didapatkan alat ukur suhu yang mempunyai sensitivitas
tinggi.
2.3.2. Latihan
1. Jelaskan latar belakang adanya transduser temperatur ?.
2. Apakah keunggulan dari RTD (Resistance Temperature Detector) dibandingkan
Termokopel ?.
3. Jelaskan karakteristik dari Termokopel, Termopile, dan Pyrometer Radiasi ?.
4. Berapakah resistansi RTD dari bahan platinum pada suhu 70°C, bila diketahui resistansi
pada suhu 20°C sebesar 135 ohm sedangkan koefisien resistansi pada suhu 20°C adalah
0,00392?
4. Penyelesaian:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
= 135 (1 + 0,00392 (70 – 20))
= 161
Jadi, besar resistansi RTD = 161 ohm