Anda di halaman 1dari 8

PRE KELAS 11, 

Transduser

C. KOMPONEN TRANSDUSER PADA RANGKAIAN ELEKTRONIKA


1. Pengertian Transducer (Transduser)
    Transduser berasal dari kata Latin ‘traducere’ yang berarti mengubah. Transduser adalah
seperangkat alat yang dapat mengubah bentuk energi ke bentuk lainnya sesuai dengan
kemampuan transdusernya masing-masing. Bentuk-bentuk energi seperti energi mekanik,
listrik, elektromagnetik, cahaya, kimia, bunyi, panas, uap atau lainnya dapat diubah ke bentuk
energi lain dengan menggunakan transduser. Bagian masukan dari transduser disebut sensor,
karena bagian ini dapat mengindra suatu kuantitas fisik tertentudan mengubahnya menjadi
bentuk energi yang lain. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi
suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai transduser (transducer).

Gambar 3.1 Ilustrasi fungsi dari transduser

2. Jenis-jenis Transduser
    Berdasarkan pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu transduser pasif
dan transduser aktif.
a. Transduser Pasif
    Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar. Transduser pasif bekerja berdasarkan prinsip pengontrolan energi, transduser pasif
bekerja atas dasar perubahan parameter listrik (resistansi, induktansi atau kapasitansi), oleh
karena itu, supaya dapat bekerja diperlukan penggerak atau sumber dari luar berbentuk energi
listrik sekunder. Contoh: pemakaian strain gauge digerakkan sumber listrik arus searah, LVDT
(transformator diferensial) digerakkan oleh sinyal gelombang pembawa. Contoh lain: RTD
(resistance thermal detector), Potensiometer dan NTC.
b. Transduser Aktif
    Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang diubah itu sendiri. Tranduser aktif bekerja berdasarkan hukum
kekekalan energi. Transduser aktif dapat membangkitkan sinyal output listrik yang ekuivalen
tanpa adanya sumber energi dari luar. Contoh: piezoelectric, thermocouple, photovoltaic dan
termistor.

    Berdasarkan fungsinya, transduser terbagi menjadi dua jenis yaitu transduser input dan
transduser output. Hampir semua perangkat elektronika terdapat kedua jenis transduser
tersebut. Berikut ini adalah blok diagram sederhana dari transduser input ke transduser output.

Gambar 3.2 Blok diagram sederhana dari transduser input ke transduser output

a. Transduser Input
    Transduser input merupakan transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical energy)
menjadi sinyal listrik ataupun resistansi (yang kemudian juga dikonversikan ke tegangan atau
sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk cahaya, tekanan, suhu maupun gelombang
suara. Seperti contohnya mikrofon (microphone), mikrofon dapat mengubah gelombang suara
menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik. Transduser input sering
disebut juga dengan sensor.
    Berikut ini beberapa komponen elektronika ataupun perangkat elektronika yang digolongkan
sebagai transduser input.
1. LDR (Light Dependent Resitor)
    LDR (Light Dependent Resistor) mengubah cahaya menjadi resistansi (hambatan). LDR adalah
jenis resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya
yang diterimanya. Nilai hambatan LDR menurun pada saat cahaya terang dan nilai
hambatannya menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR adalah
untuk menghantarkan listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (kondisi terang) dan
menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.
Gambar 3.2 LDR (Light Dependent Transistor)

2. Termistor (NTC/PTC)
    Termistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi resistansi (hambatan). Termistor (NTC/PTC)
merupakan jenis resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu disekitarnya.
Jenis termistor yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature
Coefficient).

Gambar 3.3 Termistor (NTC/PTC)

3. Variable Resitor (Potensiometer)


    Variable Resitor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi resistansi (hambatan). Dalam
perangkat elektronik, sering ditemukan potensiometer yang berfungsi sebagai pengatur volume
di peralatan audio/video seperti radio, walkie talkie, tape mobil, DVD player dan amplifier.
    Potensiometer adalah suatu jenis resistor yang nilai resistansinya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan rangkaian elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Secara struktur,
potensiometer terdiri dari 3 kaki terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai
pengaturannya.
Gambar 3.4 Variable Resitor (Potensiometer)

4. Mikrofon (Microphone)
    Mikrofon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik. Setiap jenis
mikrofon memiliki cara yang berbeda dalam mengubah (konversi) bentuk energinya, tetapi
semuanya memiliki persamaan yaitu semua jenis mikrofon memiliki suatu bagian yang disebut
diafragma.

Gambar 3.5 Mikrofon

b. Transduser Output
    Transduser output merupakan transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi bentuk
energi fisik (physical energy). Seperti contohnya loudspeaker, loudspeaker mengubah sinyal
listrik menjadi suara yang dapat didengar oleh manusia. Transduser output sering disebut juga
dengan istilah actuator.
    Beberapa komponen elektronika atau perangkat elektronika yang digolongkan sebagai
transduser output diantaranya adalah sebagai berikut.
1) LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi energi cahaya.
2) Lampu mengubah listrik menjadi energi cahaya.
3) Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion).
4) Heater mengubah listrik menjadi panas.
5) Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi suara.

Gambar 3.6 Loudspeaker

    Banyak perangkat elektronika yang dipergunakan saat ini adalah gabungan dari transduser
input dan transduser output. Dalam perangkat elektronika yang dimaksud ini terdiri dari sensor
(transduser input) dan actuator (transduser output) yang mengubah suatu bentuk energi
menjadi bentuk energi lainnya dan kemudian mengubahnya lagi menjadi bentuk energi yang
lain. Contohnya pengukur suhu badan (thermometer) yang mengkonversikan suhu badan
menjadi sinyal listrik (transduser input = sensor suhu) kemudian diproses oleh rangkaian
elektronika tertentu menjadi angka atau display yang dapat dibaca (transduser output =
display).
    Berdasarkan aplikasinya, transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya
sebagai berikut.
a. Transducer electromagnetic, seperti antenna, tape head/disk head, dan magnetic cartridge.
b. Transducer electrochemical, seperti hydrogen sensor dan pH probes.
c. Transducer electromechanical, seperti rotary motor, potensiometer, air flow sensor, dan load
cell.
d. Transducer electroacoustic, seperti loudspeaker, earphone, microphone, dan ultrasonic
transceiver.
e. Transducer electro-optical, seperti lampu LED, dioda laser, lampu pijar, dan tabung CRT.
f. Transducer thermoelectric, seperti komponen NTC , PTC, dan termokopel.

3. Prinsip Kerja Transduser


    Transduser memiliki prinsip-prinsip kerja yang berbeda. Prinsip-prinsip kerja dari transduser
adalah sebagai berikut.
a. Prinsip Elektromagnetik
    Prinsip elektromagnetik mengubah besaran energi fluks magnetis yang selanjutnya mengibas
suatu tegangan.
b. Prinsip Fotokonduktif
   Prinsip fotokonduktif mengubah hantaran (konduktif) atau rambatan (resistan) bahan semi
konduktor yang mengenai perubahan cahaya.
c. Prinsip Fotovoltaik
    Prinsip fotovoltaik menggunakan besaran indra cahaya yang diubah menjadi tegangan antara
bahan yang berbeda susunannya.
d. Prinsip Induktif
    Prinsip induktif mengubah besaran energi yang masuk dengan metode perubahan induktif.
e. Prinsip Kapasitif
    Prinsip kapasitif mengubah besaran energi yang masuk dengan metode perubahan kapasitas.
f. Prinsip Piezoelektris
    Prinsip piezoelektris mengubah besaran energi yang mengubah tegangan (V) dan muatan (Q)
yang disebabkan oleh sejenis kristal.
g. Prinsip Potensiometer
    Prinsip potensiometer mengubah besaran energi menjadi kedudukan kontak geser pada
suatu hambatan.
h. Prinsip Reluktif
    Prinsip reluktif mengubah tegangan AC dikarenakan efek yang timbul dari lintasan reluxtan di
antara dua atau lebih komponen saat system kumparan transduser mengeluarkan rangsangan
AC.
i. Prinsip Resitif
    Prinsip resistif mengubah besaran energi menjadi perubahan hambatan dari sebuah elemen.
j. Prinsip Termoelektris
    Prinsip termoelektris mengubah besaran suhu dengan cara kerja efek Seeback, efek Thomson
atau efek Peltier.
k. Prinsip Ukur Regangan
    Prinsip ukur ragangan mengubah besaran energi menjadi hambatan akibat adanya regangan
dan terdapat dua atau empat cabang suatu jembatan wheatstone.

4. Karakteristik Dasar Transduser


    Transduser dirancang untuk meraba besaran ukur yang spesifik atau hanya tanggap terhadap
besaran ukur tertentu saja. Pemilihan karakteristik transduser listrik dan mekanik sangat
penting. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian transduser sebagai berikut.
a. Kekuatan
    Kemampuan untuk bertahan pada beban lebih, dengan pengaman proteksi beban lebih yang
dapat mencegah pemakaian beban lebih.
b. Linieritas
    Linearitas yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik input dan output yang simetris
serta linier. Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang diketahui dan tidak
diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui sangat menyulitkan, karena hubungan masukan
keluaran tidak diketahui.
    Adapun ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki sifat semacam ini
masih dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan melakukan
beberapa transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan masukan dengan keluaran.
Contoh ketidaklinearan yang diketahui, misalnya daerah mati (dead zone), saturasi (saturation),
logaritma, kuadrat, dan sebagainya.
1) Daerah mati (dead zone)
    Daerah mati (dead zone) maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila telah diberikan
masukan (input), keluaran (output) bahan ada. Baru setelah melewati nilai ambang tertentu,
ada keluaran (output) yang proporsional terhadap masukan (input).

Gambar 3.7 Daerah mati (dead zone) transduser

2) Saturasi
    Saturasi maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila masukan (input) dibesarkan sampai
nilai tertentu, keluaran (output) tidak bertambah besar, tetapi hanya menunjukkan nilai yang
tetap.

Gambar 3.8 Daerah saturasi transduser


3) Logaritma
    Logaritma maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila masukan (input) bertambah besar
secara linier, keluarannya (output) bertambah besar secara logaritma.

Tabel 3.1 Nilai Logaritma Transduser


4) Kuadrat
    Kuadrat maksudnya ketidaklinieran yang terjadi apabila masukan (input) bertambah besar
secara linier, keluarannya (output) bertambah besar secara kuadrat.

Tabel 3.2 Nilai Kuadrat Transduser

c. Repeatibility
    Repeatability yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika
digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
d. Instrumentasi Memuaskan
    Memberikan sinyal output analog yang tinggi dengan perbandingan sinyal terhadap noise
yang besar; dalam banyak hal lebih disukai keluaran digital.
e. Stabilitas dan Keandalan Tinggi
    Stabilitas tinggi yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh
oleh faktor-faktor lingkungan.
f. Tanggapan Dinamis (Dynamic Response) Baik
    Tanggapan dinamik yang baik yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan
besar yang sama. Efek ini dianalisis sebagai tanggapan frekuensi.
g. Karakteristik Mekanik yang Baik
    Karakteristik mekanik yang baik dapat mempengaruhi unjuk kerja statis kuasistatik dan
keadaan dinamis.
h. Minimumkan Noise yang Bersatu dengan Device Integrated
    Minimumkan noise yang Bersatu dengan device integrated, minimumkan asimitri dan
kerusakan lain.

Anda mungkin juga menyukai