Anda di halaman 1dari 11

Tugas

Mekatronika

Nama Anggota : Haikal Malik Pranasta (15250002)

Fahrul Zikri (15250007)

I. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan sensor dalam perkembangan
industri sangat berpengaruh. Sensor dan transduser merupakan peralatan atau
komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan
otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat
menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik,
seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran
listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan,
maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu
sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer.
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui klasifikasi sensor dan transduser secara umum.
2. Memahami sensor dan tranduser.

BAB II
ISI

A. SENSOR

1. Definisi
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi
untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan
suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi,
energi mekanik dan sebagainya. Sensor mengkonversi dari suatu isyarat input ke
suatu isyarat ouput. Sensor bisa saja menggunakan satu atau lebih pengkonversian
untuk menghasilkan suatu isyarat keluaran

Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran,


kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor
cahaya, dan lainnya.

Ada 6 tipe isyarat dalam sensor, yaitu :


• Mechanical, contoh: panjang, luas, mass flow, gaya, torque, tekanan, kecepatan,
percepatan, panjang gel acoustic, dll
• Thermal, contoh: temperature, panas, entropy, heat flow
• Electrical, contoh: tegangan, arus, muatan, resistance, frekuensi, dll
• Magnetic, contoh: intensitas medan, flux density, dll
• Radiant, contoh: intensitas, panjang gelombang, polarisasi, dll
• Chemical, contoh: komposisi, konsentrasi, pH, kecepatan reaksi, dll
Sensor Block Diagram

Passive Sensor
Mengkonversi sifat-sifat/isyarat fisik atau kimia ke dalam isyarat yang lain tanpa
bantuan sumber energi
Contoh : termocouple
Termocouple menghasilkan tegangan output sebanding dengan suhu pada
sambungan termcouple tersebut
Active Sensor
Mengkonversi sifat-sifat/isyarat fisik atau kimia ke dalam isyarat yang lain dengan
bantuan sumber energi
Merupakan pilihan utama untuk isyarat-isyarat yang lemah/kecil

Blok Diagram Active Sensor

Analog Output
Active sensor di industri elektronika mempunyai standar isyarat listrik baik analog
(berupa tegangan atau arus) maupun digital
Digital Output
Computer Based atau Microprocessor
– RS 232C
– RS 422A
– RS 485
HART
Highway Addressable Remote Transducer
Salah satu protocol komunikasi untuk sensor
Untuk remote data acquisition dan kontrol
Standart 4 to 20 mA, Teknik FSK
Digital format : 1200 & 2200 (logic 1 & 0)

2. Klasifikasi Sensor
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan
menjadi 3 bagian yaitu:
a. sensor mekanis
b. sensor optik (cahaya)
c. sensor thermal (panas)

Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti
perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan,
aliran, level dsb. Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer
(LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari
sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau
ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo
multiplier, pyrometer optic, dsb.
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda,
photo multiplier,
Pemilihan Jenis Sensor Suhu
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor suhu
adalah: (Yayan I.B, 1998)
1. Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur.
2. Jangkauan (range) maksimum pengukuran
3. Konduktivitas kalor dari substrat
4. Respon waktu perubahan suhu dari substrat
5. Linieritas sensor
6. Jangkauan temperatur kerja
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek pisik dan kimia dari
sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan,
pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.

Temperatur Kerja Sensor Suhu


Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk pengukuran
suhu disekitar kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC, dapat dipilih sensor NTC,
PTC, transistor, dioda dan IC hibrid. Untuk suhu menengah yaitu antara 150oC
sampai 700oC, dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk suhu yang lebih
tinggi sampai 1500oC, tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-sensor
kontak langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan menggunakan cara
radiasi. Untuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingin dibawah 65oK = -
208oC ( 0oC = 273,16oK ) dapat digunakan resistor karbon biasa karena pada
suhu ini karbon berlaku seperti semikonduktor. Untuk suhu antara 65oK sampai -
35oC dapat digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.
Gambar berikut memperlihatkan karakteristik dari beberapa jenis sensor suhu
yang ada.
Thermocouple RTD Thermistor IC Sensor

Advantages - self powered


- simple
- rugged
- inexpensive
- wide variety
- wide temperature range - most stable
- most accurate
- more linear than termocouple - high output
- fast
- two-wire ohms measurement - most linear
- highest output
- inexpensive
Disadvantages

- non linear
- low voltage
- reference required
- least stable
- least sensitive - expensive
- power supply required
- small ΔR
- low absolute resistance
- self heating - non linear
- limited temperature range
- fragile
- power supply required
- self heating - T < 200oC
- power supply required
- slow
- self heating
- limited configuration

Termistor
Termistor atau tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan
sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya
negatif. Umumnya tahanan termistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6%
untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap
perubahan temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran,
pengontrolan dan kompensasi temperatur secara presisi.
Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti:
mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U).
Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5  sampai 75  dan tersedia dalam
berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads)
dengan diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau cincin
(washer) dengan ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat ditumpukan
dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi daya.

Teknik Kompensasi Termistor:


Karkateristik termistor berikut memperlihatkan hubungan antara temperatur dan
resistansi seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar Grafik Termistor resistansi vs temperatuer:


(a) logaritmik (b) skala linier

Untuk pengontrolan perlu mengubah tahanan menjadi tegangan, berikut rangkaian


dasar untuk mengubah resistansi menjadi tegangan.

Gambar Rangkaian uji termistor sebagai pembagi tegangan


Thermistor dengan koefisien positif (PTC, tidak baku)

Gambar Termistor jenis PTC: (a) linier (b) switching

Dioda sebagai Sensor Temperatur

Dioda dapat pula digunakan sebagai sensor temperatur yaitu dengan


memanfaatkan sifat tegangan junction

Dimanfaatkan juga pada sensor temperatur rangkaian terintegrasi (memiliki


rangkaian penguat dan kompensasi dalam chip yang sama).
Contoh rangkaian dengan dioda sebagai sensor temperature

Contoh rangkaian dengan IC sensor

Rangkaian alternatif untuk mengubah arus menjadi tegangan pada IC sensor


temperature

Gambar Rangkaian peubah arus ke tegangan untuk IC termo sensor

B. TRANDUSER

1. Definisi

William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan
energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke
sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).

Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi
listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi
mekanik, dan sebagainya.

2. Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)


a. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber
energi.
Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara
langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
b. External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi
dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran.
Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.

Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan


sifat kelistrikannya.

Tabel Kelompok Transduser


Parameter listrik dan kelas transduser Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
Transduser Pasif
Potensiometer Perubahan nilai tahanan karena posisi kontak bergeser Tekanan,
pergeseran/posisi
Strain gage Perubahan nilai tahanan akibat perubahan panjang kawat oleh tekanan
dari luar Gaya, torsi, posisi
Transformator selisih (LVDT) Tegangan selisih dua kumparan primer akibat
pergeseran inti trafo Tekanan, gaya, pergeseran
Gage arus pusar Perubahan induktansi kumparan akibat perubahan jarak plat
Pergeseran, ketebalan
Transduser Aktif
Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
Cahaya dan radiasi
Photomultiplier Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang masuk ke katoda
sensitif cahaya Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya
Termokopel Pembangkitan ggl pada titik sambung dua logam yang berbeda akibat
dipanasi Temperatur, aliran panas, radiasi
Generator kumparan putar (tachogenerator) Perputaran sebuah kumparan di dalam
medan magnit yang membangkitkan tegangan Kecepatan, getaran
Piezoelektrik Pembangkitan ggl bahan kristal piezo akibat gaya dari luar Suara,
getaran, percepatan, tekanan
Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi
dari luar Cahaya matahari
Termometer tahanan (RTD) Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan
temperatur Temperatur, panas
Hygrometer tahanan Tahanan sebuah strip konduktif berubah terhadap kandungan
uap air Kelembaban relatif
Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan logam akibat kenaikan temperature
Temperatur
Mikropon kapasitor Tekanan suara mengubah nilai kapasitansi dua buah plat
Suara, musik,derau
Pengukuran reluktansi Reluktansi rangkaian magnetik diubah dengan mengubah
posisi inti besi sebuah kumparan Tekanan, pergeseran, getaran, posisi
Sumber: William D.C, (1993)
Transduser Kapasitif
– memanfaatkan perubahan kapasitansi
• akibat perubahan posisi bahan dielektrik diantara
kedua keping
• akibat pergeseran posisi salah satu keping dan luas
keping yang berhadapan langsung
• akibat penambahan jarak antara kedua keeping

– nilai kapasitansi berbanding lurus dengan area dan berbanding terbaik dengan
jarak

– cukup sensitif tetapi linieritas buruk


– rangkaian jembatan seperti pada sensor induktif dapat digunakan dengan
kapasitor dihubungkan paralel dengan resistansi (tinggi) untuk memberi jalur DC
untuk input
opamp
– alternatif kedua mengubah perubahan kapasitansi menjadi perubahan frekuensi
osilator
• frekuensi tengah 1 - 10 MHz
• perubahan frekuensi untuk perubahan kapasitansi cukup kecil dibandingkan
kapasitansi Co

– Solusi rangkaian murah dengan osilator relaksasi dual inverter CMOS

Transduser perpindahan digital optis


– mendeteksi posisi melalui kode oleh pemantul atau pelalu transmisi cahaya ke
detektor foto
– perpindahan (relatif) diukur berupa pulse train dengan frekuensi yang sebanding
kecepatan pergerakan
– deteksi arah gerakan memanfaatkan dua sinyal dengan saat pulsa naik berbeda
– posisi mutlak dideteksi menggunakan kode bilangan digital
• untuk deteksi perubahan yang ekstrim satu kode digunakan sebagai sinyal clock
• alternatif lain memanfaatkan kode yang hanya mengijinkan satu perubahan
seperti pada kode Gray
• kode angular lebih baik dari pada kode linier akibat arah ekpansi thermal pada
pelat kode
– pengukuran perpindahan posisi yang kecil dapat dilakukan dengan pola Moire
• pola garis tegak dan miring memperkuat (ukuran) pergeseran arah x ke pola
garis pada arah y
• perubahan dibaca dengan cara optis

Transduser Piezoelectric
Transduser Piezoelectric berkeja memanfaatkan tegangan yang terbentuk saat
kristal mengalami pemampatan
• ion positif dan negatif terpisah akibat struktur kristal asimetris
• bahan kristal: kuarsa dan barium titanat, elektret polivilidin florida
• bentuk respons

Rangkaian pembaca tegangan pada piezoelektrik sensor


• kristal bukan konduktor (tidak mengukur DC, rangkaian ekivalen) gunakan
rangkaian Op-Amp dengan impedansi input tinggi (FET, untuk frekuensi rendah)
• bila respons yang diukur dekat dengan frekuensi resonansi kristal, ukur muatan
sebagai ganti tegangan
di mana Qx = muatan listrik kristal (coulomb)
Kqe = konstanta kristal (coul/cm)
ε = gaya tekan ( Newton)

Transduser Resolver dan Inductosyn


– berupa pasangan motor-generator: resolver dan transmiter digunakan untuk
mengukur sudut pada sebuah gerakan rotasi
– kumparan stator sebagai penerima ditempatkan pada sudut yang berbeda
• 3 stator: syncho
• 2 stator: resolver
– versi linier (inductosyn) perbedaan sudut 90 derajat diperoleh dengan perbedaan
1/4 gulungan
Transduser Tekanan silikon
– memanfaatkan silikon sebagai bahan strain ukur dan diafragmanya, rangkaian
bisa terintegrasi
– lebih sensistif dari metal karena strain (displacement) dan sifat piezoresistif
muncul bersamaan
– selalu menggunakan 4 gauge dalam jembatan, masalah yang dihadapi
• gauge tidak identik
• sangat sensitif terhadap temperatur
– alternatif solusi:
• eksitasi arus
• kompensasi tegangan jembatan
• kompensasi penguatan amplifier
– konstruksi sensor tekanan silikon
• diafragma dengan proses etsa
• strain gauge dengan difusi dopan
– konstruksi paket sensor tekanan silikon dengan rangkaian kompensasi dan
penguat

Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-
persyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.
2. Tidak tergantung temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan
yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai
nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus
dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut
berubah.
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan
aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran
(output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada
sensor.Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat memberikan
keluaran yang berlainan.
Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas, ketergantungan pada
temperatur, stabilitas waktu dan histerisis menentukan ketelitian sensor (Link,
1993).

LED (Light Emitting diode)


Light Emitting Diode (LED) adalah sebuah dioda yang dapat mengeluarkan sinar
atau cahaya apabila diberi sebuah tegangan. Light Emitting Diode (LED) biasanya
berfungsi sebagai lampu indikator atau lampu isyarat, Light Emitting Diode
(LED) juga biasanya di gunakan untuk lampu-lampu hias. Led memiliki berbagai
macam warna diantaranya warna : warna rnerah, hijau, kuning, dan putih. Dalam
iImu Elektronika Light Emitting Diode (LED) sering di gunakan sebagai
indikator, baik indikator tegangan, input, output ataupun yang lainya.
Selain itu, LED merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.
LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan
dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan
P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat
agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya
pada semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus.
Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.
Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah,
kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna
bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam
memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum
dan disiJpasi dayanya.

Pada gambar di atas dapat kita lihat sebuah contoh Light Emitting Diode (LED)
beserta dengan simbolnya. Pada sebuah Light Emitting Diode (LED) memiliki
dua buah kaki polaritas yaitu polaritas positive dan polaritas negative. Pada Light
Emitting Diode (LED) yang bisa berganti warna biasanya memiliki 3 kaki
polaritas yaitu polaritas postive 1, polaritas postive 2 dan polaritas negative.
Terjadinya perbedaan warna pada sebuah Light Emitting Diode (LED) di
karenakan memiliki nilai hambatan atau resistansi yang berbeda. Hal ini yang
kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan voltage pada sebuah Light
Emitting Diode (LED).
Light Dependent Resistor (selanjutnya disebut LDR), terdiri dari sebuah cakram
semikonduktor yang mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya

Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan
elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit
elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya redup LDR
menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi
yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.

Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan
semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk
mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi
konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil
pada saat cahaya terang.
Resistor peka cahaya (Light Dependent Resistor/LDR) memanfaatkan bahan
semikonduktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya
yang diterima.Bahan yang digunakan adalah Kadmium Sulfida (CdS) dan
Kadmium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif terhadap cahaya
dalam spektrum tampak, dengan puncaknya sekitar 0,6 µm untuk CdS dan 0,75
µm untuk CdSe. Sebuah LDR CdS yang typikal memiliki resistansi sekitar 1 MΩ
dalam kondisi gelap gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan dibawah
sumber cahaya terang (Mike Tooley, 2003).

LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang
besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu
Laju Recovery dan Respon Spektral:
1.Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai
resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan
gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di
kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan
suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.
Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih besar dari
200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux),
kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari
tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk
mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.

2.Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang
cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai
penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.Dari
kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak
digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik (TEDC, 1998).

APLIKASI LDR

Alarm kebakaran dapat dibuat dengan sensor cahaya (LDR). Prinsip pendeteksian
api dari alarm kebakaran dengan sensor LDR ini adalah dengan mendeteksi dari
asap melalui LDR. LDR dalam rangkaian alarm kebakaran ini tidak dapat berdiri
sendiri dalam mendeteksi api, tetapi LDR dipasangkan dengan lampu yang
menyinari KDR tersebut. Sehingga pada saat tedeteksi asap dari kebakaran maka
intensitas cahaya yang diterima oleh LDR berkurang dan akhirnya LDR memicu
sistem alarm pada rangkaian alarm kebakaran dengan sensor LDR ini. Bagian-
bagian dalam rangkaian ini, yaitu sensor, tone generator, dan audio power.
Fungsi bagian dari alarm kebakaran dengan sensor LDR

1.Bagian sensor berupa LDR dan lampu yang berhadapan untuk deteksi asap
kebakaran
2.Bagian pemicu menggunakan transistor dan regulator 7805 sebagai pemicu tone
generator
3.Bagian tone generator dengan IC UM66
4.Bagian audio power menggunakan IC power audio TDA 2002 yang
dilengkapi dengna volume control (R3).

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah :


1.Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala
atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik,
energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya
2.Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat
dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu sensor mekanis, sensor optik (cahaya),
sensor thermal (panas)
3.Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari
sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau
ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo
multiplier, pyrometer optic, dsb.
4.Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang
tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo
dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
5.Transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam
sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang
sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya

Anda mungkin juga menyukai