BAB I
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama
: An. LA
Umur
: 9 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Berat Badan
: 23 kg
Panjang Badan
: 126 cm
Lingkar Kepala
: 51,5 cm
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Luar kota
MRS
: 2 Januari 2015
II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dilakukan tanggal 6 Januari 2015, diberikan oleh ibu pasien)
Keluhan utama
: Sakit kepala
2
mmHg, kemudian pasien dirawat selama 2 hari, namun ibu pasien tidak diberitahu
tentang diagnosis pasien. Saat dirawat, pasien mengalami muntah-muntah, muncul bercak
merah pada bagian putih bola mata, nyeri perut, dan BAK sedikit. Selama perawatan,
pasien diberikan terapi IVFD KAEN 1B gtt 10 x/menit, Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram
IV, Injeksi Ondansetron 2 x 2 mg IV, Injeksi Lasix 3 x 15 mg IV, Captopril Tab 3 x 25 mg
PO, Paracetamol Tab 3 x 375 mg PO. Hasil pemeriksaan darah rutin, yaitu Hb 11,3 g/dl,
Leukosit 5.300/mm3, Hitung Jenis Leukosit 4/0/0/45/43/8 %, Trombosit 261.000/mm 3,
Waktu Perdarahan 3,2 detik, Waktu Pembekuan 7,1 detik, Ureum 12 mg/dl, Kreatinin 0,6
mg/dl. Pada hari kedua rawatan di RS Prabumulih, sembab mulai berkurang, menyisakan
sembab pada kelopak mata, namun keluhan lainnya tidak kunjung membaik, tekanan
darah masih tinggi, kemudian pasien dirujuk ke RS Bari Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat BAK berwarna merah disangkal.
o Riwayat ISPA berulang disangkal.
o Riwayat demam lama disangkal.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
o Riwayat BAK berwarna merah dalam keluarga disangkal.
o Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Ibu
: G2P1A0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan
Ditolong Oleh
: Bidan
Tanggal
: 10 April 2005
Berat badan
: 2600 gr
Panjang Badan
: Tidak diukur
Riwayat Makanan
ASI
: Lahir 6 bulan
Bubur susu
: 5 bulan
3
Nasi lembek
: 10 bulan
Nasi biasa
Daging
: 1-2 x/bulan
Tempe
: 4-5 x/minggu
Tahu
: 2-3 x/minggu
Sayuran
: 2-3 x/hari
Buah
: 3 x/minggu
Kesan
Riwayat Vaksinasi
BCG
: Scar (+)
Polio
DPT-HB
Campak
: (+)
Kesan
PB/U
BB/PB
Kesan
Perkembangan
Usia 4 bulan : Tengkurap
Usia 6 bulan : Merangkak
Usia 8 bulan : Duduk
Usia 11 bulan : Berdiri dengan bantuan
Usia 12 bulan : Berbicara satu hingga dua patah kata
Usia 14 bulan : Berjalan tanpa bantuan
Usia 24 bulan : Berbicara beberapa kata yang dapat dimengerti
Kesan
Kesadaran
: E4M6V5
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 36,8 oC
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata
: Edema
palpebra
(+/+),
perdarahan
subkonjungtiva
(+/+),
konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, pupil bulat,
isokor, diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya (+/+)
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorok
Leher
: Pembesaran KGB tidak ada, JVP tidak meningkat, kaku kuduk tidak
ada, Brudzinsky I & II (-), Kernig sign (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Palpasi
: Lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit segera kembali
Perkusi
: Timpani
Kesadaran
: E4M6V5
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 28 kali/menit
Suhu
: 36,7 oC
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorok
6
Leher
: Pembesaran KGB tidak ada, JVP tidak meningkat, kaku kuduk tidak
ada, Brudzinsky I & II (-), Kernig sign (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Palpasi
: Lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit segera kembali
Perkusi
: Timpani
: 11,3 g/dl
Leukosit
: 5.800/mm
Diff. Count
: 4*/0/0/45/43*/8 %
Trombosit
: 261.000/mm3
7
Urinalisis
Berat Jenis
: 1,015
pH
: 5,0
Leukosit
: (-)
Nitrit
: (-)
Protein
: (+)*
Glukosa
: (-)
Keton
: (-)
Urobilinogen : (-)
Bilirubin
: (-)
Eritrosit
: (+)*
: 12,0 g/dl
Leukosit
: 5.500/mm
Trombosit
: 294.000/mm
Ht
: 35 %
Diff. Count
: 0/1/2/74*/20/3
ASTO
: (+)*
CRP
: < 5 mg/L
: 3,42 g/dl
Globulin
: 2,48 g/dl
: Kuning
Kejernihan
: Jernih
pH
: 6,0
Berat Jenis
: 1,020
Glukosa
: (-)
8
Protein
: (-)
Bilirubin
: (-)
Urobilinogen : (+)
Darah
: (-)
Nitrit
: (-)
Keton
: (-)
Sedimen
: Eritrosit : 0-1/LPB
Leukosit : 0-1/LPB
Epitel
: (+)*
Silinder : (-)
Kristal
: (-)
V. DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi Urgensi ec. GNAPS
Sindrom Nefrotik
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi Urgensi ec. GNAPS
9
Observasi balance cairan / 24 jam
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Bonam
10
kehamilan ibu normal dan riwayat kelahiran anak cukup bulan, tanggal 10 April 2005,
spontan, ditolong bidan, dengan BBL 2600 gram dan PBL 47 cm. Riwayat asupan
makanan cukup. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal. Riwayat imunisasi
dasar lengkap. Status gizi baik. Hasil laboratorium di RS Bari adalah Hb 12,0 g/dl,
Leukosit 5.500/mm, Trombosit 294.000/mm, Ht 35 %, Diff. Count 0/1/2/74/20/3, ASTO
(+), CRP < 5 mg/L, Protein Total 5,90 g/dl, Albumin 3,42 g/dl, Globulin 2,48 g/dl,
Kolesterol Total 148 mg/dl, pada urinalisis warna kuning, jernih, pH 6,0, Berat Jenis
1,020, Glukosa (-) Protein (-), Bilirubin (-), Urobilinogen (+), Darah (-), Nitrit (-), Keton
(-), Eritrosit 0-1/LPB, Leukosit 0-1/LPB, Epitel (+), Silinder (-), Kristal (-). Diagnosis
banding pada pasien adalah Hipertensi Urgensi ec. GNAPS, dan Sindrom Nefrotik.
Diagosis kerja yang ditegakkan adalah Hipertensi Urgensi ec. GNAPS. Renacana
pemeriksaan lebih lanjut adalah pemeriksaan komplemen C3 dan C4 pada darah dan
pemeriksaan elekrolit darah. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah IVFD
D5 NS gtt 10 x/menit (mikro), Injeksi Furosemide 2 x 20 mg IV, Injeksi Ranitidin 2 x
25 mg IV, Injeksi Metochlorpramide 3 x 3 mg IV, Injeksi Ampicilin 4 x 500 mg IV,
Captopril Tablet 2 x 25 mg PO, dan Paracetamol Tablet 4 x 250 mg PO. Prognosis pasien
ini adalah bonam untuk quo ad vitam dan quo ad functionam.
XI. FOLLOW UP
Tanggal 7 Januari 2015
BB : 23 kg, LP : 55 cm
S : demam (-), edema palpebra (-), rawatan hari ke-6
O : Sensorium
: compos mentis
TD
: 100/80 mmHg
RR
: 30 x/menit
: 36,8oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
11
Abdomen
Ekstremitas :
akral hangat, CRT < 2 s, edema (-), krusta multipel diskret (+)
Balance
: 1500 cc
: 1300 cc
IWL : 390 cc
----------------------------B
: - 190 cc
: 2,35 cc/kgBB/jam
: compos mentis
TD
: 100/60 mmHg
RR
: 26 x/menit
: 36,0oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas :
akral hangat, CRT < 2 s, edema (-), krusta multipel diskret (+)
12
Balance
: I
O
: 1200 cc
: 800 cc
IWL : 390 cc
----------------------------B
: + 10 cc
: 1,45 cc/kgBB/jam
: Kuning
Kejernihan
: Jernih
pH
: 6,0
Berat Jenis
: 1,015
Glukosa
: (-)
Protein
: (-)
Bilirubin
: (-)
Urobilinogen : (+)
Darah
: (-)
Nitrit
: (-)
Keton
: (-)
Sedimen
: Eritrosit : 0-2/LPB
Leukosit : 0-2/LPB
Epitel
: (-)
Silinder : (-)
Kristal
: (-)
13
: compos mentis
TD
: 100/70 mmHg
RR
: 24 x/menit
: 36,7oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas :
Balance
akral hangat, CRT < 2 s, edema (-), krusta multipel diskret (+)
: I
O
: 1200 cc
: 1000 cc
IWL : 385 cc
----------------------------B
: - 185 cc
: 1,90 cc/kgBB/jam
14
BAB III
ANALISIS KASUS
Dilaporkan, kasus An. LA, perempuan, 9 tahun, dengan diagnosis kerja Hipertensi
Urgensi ec. GNAPS. Glomerulo Nefritis Akut Post Streptococcus (GNAPS) merupakan salah
satu dari menifestasi Sindrom Nefritik Akut (SNA), yang merupakan kumpulan gejala nefritis
yang timbul mendadak, terdiri atas hematuria, proteinuria, silinderuria (terutama silinder
eritrosit), dengan/tanpa gejala hipertensi, edema, kongestif vaskuler, atau gagal ginjal akut,
sebagai akibat dari suatu proses peradangan yang lazimnya ditimbulkan oleh reaksi
imunologik pada ginjal yang secara spesifik mengenai glomeruli.
Berdasarkan anamnesis, pada pasien tidak ditemukan adanya keluhan hematuria
(BAK merah) maupun proteinuria (BAK pekat dan berbuih), namun pada pemeriksaan
laboratorium urinalisis di RS Prabumulih, ditemukan adanya protein (+) dan eritrosit dalam
urin (hematuria mikroskopik). Gejala lain yang didapatkan pada pasien adalah hipertensi dan
edema di seluruh tubuh.
Saat dibawa ke RS Prabumulih, tekanan darah pasien terukur 180/120 mmHg, yang
menandakan pasien mengalami krisis hipertensi, yakni hipertensi urgensi, sebab tidak ada
kerusakan taget organ. Keluhan terkait hipertensi di antaranya adalah sakit kepala, tanpa
kerusakan ginjal (Ureum 12 mg/dl dan Kreatinin 0,6 mg/dl). Saat dibawa ke IGD RS Bari,
tekanan darah terukur adalah 150/100 mmHg, atau lebih dari 99 persentil pada pasien,
menandakan hipertensi grade II berdasarkan tabel persentil (Tabel 3.1), kemudian pasien
diterapi dengan Captopril Tablet 2 x 25 mg, kemudian dari hasil follow up, didapatkan
tekanan darah per hari berturut-turut adalah 110/70, 100/80, 100/60, dan 100/70.
Tabel 3.1. Peresentil Tekanan Darah Pasien
An. LA / Perempuan / 9 tahun
61
50th
103
th
76
90
117
81
95th
121
th
88
99
128
Gejala edema didapatkan dari anamnesis, di mana ibu pasien mangatakan sejak 2 hari
SMRS pasien mengalami sembab yang hebat pada bagian wajah, yaitu pipi dan kelopak
15
mata, kemudian sembab muncul pada tungkai bawah, kaki, kemudian perut. Pada pasien
tidak ditemukan adanya tanda-tanda kongesti vaskuler seperti peningkatan JVP,
kardiomegali, atau edema paru. Gangguan sistem saraf pusat seperti penglihatan kabur,
kejang, dan penurunan kesadaran tidak ditemukan. Tanda-tanda gagal ginjal akut juga tidak
ditemukan, yang ditandai dengan ureum dan kreatinin yang normal.
Berdasarkan kadar komplemen dalam darah, SNA dapat dibedakan menjadi hipokomplementemia atau normokomplementemia. SNA Hipokomplementemia disebabkan oleh:
GNAPS: Riwayat ISPA dan infeksi kulit, sembab wajah saat bangun tidur,
terkadang sakit kepala, edema, hipertensi, gejala SSP, ASTO (+) > 200 IU, C3 < 80
mg/dL yang mereda setelah 6-8 minggu.
Endokarditis bakterial akut: Riwayat panas lama, adanya penyakit jantung
bawaan/didapat yang diikuti hematuria, kardiomegali, takikardia, murmur,
hepatomegali.
Shunt nefritis: Riwayat pemasangan VP shunt, panas lama, muntah, sakit kepala,
gangguan SSP, tekanan intrakranial meningkat.
SLE: Ruam pada wajah (butterfly rash), lesi discoid, fotosensitif, ulkus pada
mulut/nasofaring, pleuritis, nyeri abdomen, asites, splenomegali, panas lama, berat
badan turun, anoreksia, muntah, depresi, psikosis, uji Coombs (+), Sel LE (+).
Bentuk SNA normokomplementemia dapat disebabkan oleh:
Purpura Henoch-Schonlein: Ruam pada bokong dan ekstensor ekstremitas bawah,
nyeri sendi, gangguan gastrointestinal, hematuria, arthritis, nyeri abdomen,
gangguan ginjal, ASTO dapat meningkat, IgM normal.
Nefropati IgA: Hematuria makroskopis akut yang dipicu demam oleh ISPA.
Bersifat sementara, yang hilang jika demam oleh ISPA mereda, dan muncul
kembali jika mengalami demam oleh ISPA. Tidak ada edema, hipertensi, dan tanda
GGA. Kadar IgA serum meningkat 10,2%.
Pada pasien ditemukan riwayat infeksi kulit, yaitu koreng-koreng berukuran kecil
pada keduan lengan dan tungkai, keluhan sakit kepala, sembab di wajah, dan hipertensi
urgensi, dengan ASTO (+). Berdasarkan kriteria yang ditemukan, maka SNA pada pasien
bersifat hipokomplementemia dengan penyebab yang paling mungkin adalah GNAPS.
16
- Bed rest hingga gejala edema dan kongesti vaskular menghilang.
- Membatasi masukan garam (0,5-1 gram/hari) dan cairan selama masih
ditemukan edema, oliguria, atau kongesti vaskular.
- Membatasi protein (0,5 gram/kgBB/hari) bila kadar ureum di atas 50 g/dl.
Tatalaksana GNAPS:
- Untuk hipertensi dapat diberikan Furosemide 1-2 mg/kgBB/hari diberikan
dalam 2 dosis (pada pasien diberikan Injeksi Furosemide 2 x 20 mg IV) hingga
edema dan tekanan darah menurun. Dapat pula ditambahkan dengan
antihipertensi seperti Captopril 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis (pada
pasien diberikan Captopril Tablet 2 x 25 mg PO).
- Antibiotika yang diberikan pada pasien adalah Ampisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis (pada pasien diberikan Injeksi Ampicilin 4 x 500
mg IV) selama 7 hari untuk eradikasi kuman.
Indikasi pulang pada pasien GNAPS adalah saat keadaan umum pasien telah baik dan
gejala-gejala nefritik menghilang. Setelah pulang, pasien disarankan kontrol ke poli khusus
ginjal anak minimal 1 kali dalam 1 bulan selama 1 tahun. Apabila dalam pengamatan ASTO
masih (+) dan kadar C3 dalam darah masih rendah (< 80 mg/dl) lebih dari 8 minggu sejak
onset, atau proteinuria masih (+) lebih dari 6 bulan, hematuria mikroskopis masih dijumpai
lebih dari 1 tahun, dan terjadi perburukan fungsi ginjal dalam beberapa minggu atau bulan,
maka perlu dikhawatirkan penyakit menjadi kronik dan diperlukan tindakan biopsi ginjal.
Prognosis GNAPS adalah bonam, lebih dari 95% anak sembuh sempurna, hanya 3%
yang meninggal akibat komplikasi, dan ada kemngkinan 2% untuk berkembang menjadi
gagal ginjal kronik (GGK). Kematian pada fase akut dapat dihindari dengan pengelolaan
yang baik pada tanda-tanda gagal ginjal akut (GGA), gagal jantung, dan hipertensi.
Kekambuhan pada GNAPS amat sangat jarang terjadi.