Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Pre eklampsia penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan, sedangkan eklampsia mempunyai gambaran klinik seperti pre
eklampsia, biasanya disertai kejang dan penurunan kesadaran (koma). Sampai sekarang etiologi
pre eklampsia masih belum diketahui. Setelah perdarahan dan infeksi, pre eklampsia dan
eklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang paling tinggi dalam ilmu
kebidanan. (POGI, 2005; Rustam Mochtar, 1998).
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
ibu di samping perdarahan dan infeksi. Pada HDK juga didapatkan angka mortalitas dan
morbiditas bayi yang cukup tinggi. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia merupakan
penyebab dari 30-40% kematian perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia telah
menggeser perdarahan sebagai penyebab kematian maternal utama.(Haryono, 2004).
Mortalitas maternal pada pre eklampsia disebabkan oleh karena akibat komplikasi dari
pre eklampsia dan eklampsianya seperti: Hellp syndrome, solusio plasenta, hipofibrigonemia,
hemolisis, perdarahan otak, gagal ginjal, dekompensasi kordis dengan oedema pulmo dan
nekrosis hati. Mortalitas perinatal pada pre eklampsia dan eklampsia disebabkan asfiksia intra
uterin, prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterin. Asfiksia terjadi karena adanya
gangguan perfusi uteroplasenta akibat vasospasme arteriole spiralis. (Sarwono, 2002)
Sindroma HELLP merupakan kumpulan gejala multi sistem pada penderita pre eklampsia
berat (PEB) dan eklampsia yang terutama ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar
enzim hepar dan penurunan jumlah trombosit. Terjadinya sindroma HELLP merupakan
manifestasi akhir kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi platelet intravaskuler.
Karakteristik penderita pada sindroma HELLP lebih banyak ditemukan pada nullipara dan pada
usia kehamilan yang belum aterm. Karena adanya mikroangiopati yang menyebabkan aktivasi
dan konsumsi yang meningkat dari platelet, terjadi penumpukan fibrin di sinusoid hepar, maka
gejala yang menonjol adalah rasa nyeri pada daerah epigastrium kanan, mual muntah, ikterus,
nyeri kepala dan gangguan penglihatan serta tanda-tanda hemolisis. (POGI, 2005; Haryono,
2004; Rijanto Agung, 1995).

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan PEB dengan sindroma HELLP, maka
penanganan terutama diprioritaskan untuk stabilisasi kondisi ibu terutama tekanan darah, balance
cairan dan abnormalitas pembekuan darah. Dilakukan terminasi kehamilan dengan segera tanpa
memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya risiko maternal serta jeleknya luaran
perinatal apabila kehamilan diteruskan (Rijanto Agung, 1995).

Anda mungkin juga menyukai