Anda di halaman 1dari 6

LCD 1: Anamnesis Karsinoma Laring

Keluhan keganasan pada laring tergantung pada lokasi asal tumor. Laring dibagi menjadi 3
bagian supraglotis, glotis dan subglotis. Pasien dengan tumor yang bukan berasal dari plika
vokalis biasanya tidak mengalami perubahan suara sampai tumornya menjadi besar sehiongga
mencapai glotis. Disfagia dapat terjadi pada tumor yang besar namun yang lebih penting adalah
obstruksi saluran nafas.
Pada karsinoma supraglotis umumnya lebih agresif karena dapat ekstensi secara langsung dan
bermetastase ke kelenjar getah getah bening. Hampir 1/3 sampai dengan penderita karsinoma
laring mengalami pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang terlibat
meliputi jugulodigastrik, rantai jugularis interna level media dan inferior. Semua struktur yang
berdekatan juga dapat terlibat antara lain hipofaring sepanjang lipatan glossoepiglotik sampai
dengan basis lidah. Perluasan tumor ke daerah plika vokalis dan subglotis relatif jarang kecuali
yang melibatkan basis dari epiglotis.
Karsinoma glotis lebih mudah untuk dibedakan, tumbuh lambat, proses metastasenya lambat,
terutama jika tumornya sudah melewati plika vokalis. Hal ini terjadi karena drainase limfatik di
daerah plika vokalis terbatas. 10-20% dari karsinoma glotis dengan fiksasi plika vokalis disertai
metastasis ke kelenjar getah bening. Fiksasi plika vokalis yang terjadi biasanya lebih disebabkan
ekstensi lokal daripada karena keterlibatan saraf.
Karsinama subglotis lebih jarang terjadi. Kejadiannya sekitar 5 % dari seluruh karsinoma laring.
Karsinoma subglotis mempunyai kecenderungan yang besar untuk terjadinya metastasis ke
kelenjar getah bening bilateral dan memiliki prognosis yang lebih buruk.
LCD 2: Gejala Karsinoma Laring dan Pemeriksaan Karsinoma Laring

Gejala dari karsinoma laring: suara serak atau perubahan suara, rasa gatal di tenggorokan,
benjolan di leher, disfagia dan / odinofagia, nyeri tenggorokan, dyspnea atau orthopnea yang
disebabkan obstruksi jalan nafas, hemoptisis, stridor, batuk, nyeri telingan bahkan bisa
asimptomatik.

LCD 3: Faktor Risiko Karsinoma Laring


Faktor resiko utama untuk karsinoma laring adalah merokok dan konsumsi a lkohol, dimana
merokok menjadi etiologi primer. Riwayat merokok 1 bungkus per hari selama 10 tahun atau
lebih harus dievaluasi ketat jika terdapat tanda dan gejala perubahan suara atau perubahan pada
mukosa laring. Karsinoma laring jarang didapati terjadi pada penderita yang tidak merokok, hal
ini berkaitan dengan peranannya sebagai perokok pasif. Faktor risiko lain adalah paparan
terhadap radioterapi, dan polusi industri.
LCD 4: Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1. Inspeksi dan palpasi daerah leher untuk menilai pembesaran kelenjar getah bening
servikal dan keterlibatan kartilagi tiroid. Selalu palpasi basis lidah.
2. Laringoskopi
a. Indirect laringoskopi dengan menggunakan kaca laring
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling penting untuk menegakkan
diagnosis. Tindakan ini memberikan gambaran menyelutuh tidak hanya memberikan
gambaran dari laring tetapi juga basis lidah dan hipofaring.
b. Direct optical laringoscopy
c. Fiberoptic Laringoscopy
d. Direct rigid laringoscopy
e. Microlaringoscopy
3. Radiologi diagnostik
a. Foto soft tissue
b. Pharingoesophagogram
c. CT dan MRI, dimana MRI lebih disukai karena memberikan gambaran lebih aktual
pada potongan coronal dan aksial

d. Laringogram dan tomogram, pemeriksaan ini jarang digunakan dan sangat selektif
penggunaannya
4. Esofagoskopy dan Broncoscopy
5. Video recording, untuk menilai ekstensi tumor dan menilai mobilitas dari plika vokalis
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan diagnotik diatas, biasanya dilakukan biopsi melalui
direct laringoscopy.
LCD 5: Clinical Decision Making dan Medikamentosa
Staging karsinoma laring
Tumor primer (T): Tx: Tumor primer tidak dapat dinilai
To: Tidak adanya bukti tumor primer
Tis: Karsinoma insitu
Supraglotis
T1: tumor teerbatas pada 1 bagian dari supraglotis dengan gerakan plika vokalis yang normal
T2: tumor menginvasi mukosa lebig dari 1 bagian supraglotis atau glotis atau daerah diluar
supraglotis (misal mukosa basis lidah, valekula, dinding medial sinus piriformis) tanpa fiksasi
dari laring
T3: tumor terbatas pada laring dengan fiksasi plika vokalis dan atau invasi salah satu dari: area
postkrikoid, jaringan preepiglotis, ruang paraglotis, dan atau erosi kartilago tiroid minor misal
inner korteks
T4a: tumor menginvasi seluruh kartilago tiroid dan atau invasi ke jaringan di luar laring (misal
trakea, jaringan lunak lehertermasuk otot ekstrinsik dari dalam lidah, strap muscle, tiroid atau
esofagus)
T4b: tumor menginvasi tulang prevertebra, arteri karotis atau struktur mediastinum
Glotis

T1: tumor terbatas pada plika vokalis (dalam melibatkan komisura anterior, posterior) dengan
mobilitas normal
T1a: tumor terbatas pada 1 plika vokalis
T1b: tumor melibatkan kedua plika vokalis
T2: tumor berekstensi ke supraglotis dan atau subglotis, dan atau disertai dengan gangguan
mobilitas plika vokalis
T3: tumor terbatas pada alring dengan fiksasi plika vokalis dan atau menginvasi ruang paraglotis,
dan atau erosi kartilago tiroid minor (inner korteks)
T4a: tumor menginvasi seluruh korteks luar dari kartilago tiroid dan atau menginvasi jaringan
diluar laring (misal trakea, trakea, jaringan lunak lehertermasuk otot ekstrinsik dari dalam lidah,
strap muscle, tiroid atau esofagus)
T4b: tumor menginvasi tulang prevertebra, arteri karotis atau struktur mediastinum
Subglotis
T1: tumor terbatas pada daerah subglotis
T2: tumor berekstensi ke plika vokalis dengan mebilitas normal atau terganggu
T3: tumor terbatas pada laring dengan fiksasi [plika vokalis
T4a: tumor menginvasi seluruh korteks luar dari kartilago tiroid dan atau menginvasi jaringan
diluar laring (misal trakea, trakea, jaringan lunak lehertermasuk otot ekstrinsik dari dalam lidah,
strap muscle, tiroid atau esofagus)
T4b: tumor menginvasi tulang prevertebra, arteri karotis atau struktur mediastinum
Regio kelenjar getah bening (N)
Nx: kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0: tidak didapatkan metastaase ke kelenjar getah bening regional

Ni: metastasis pada kelenjar getah bening ipsilateral, tunggal, ukurannya 3 cm atau kurang
N2a: metastase kelenjar getah bening ipsilateral, tunggal dengan ukuran lebih dari 3 cm tp
kurang dari 6 cm
N2b: metastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral atay multipel dengan ukuran lebih dari 6 cm
N2c: metastasis ke kelenjar getah bening bilateral atau konyta lateral dengan ukuran tidak lebih
dari 6 cm
N3: metastasis ke kelenjar getah beniong dengan ukuran lebih dari 6 cm
Metastasis Jauh (M)
Mx: metastasis jauh tidak dapat dinilai
Mo: tidak didapatkan metastasis jauh
M1: terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium 0: Tis , No, Mo
Stadium 1: T1, N0, M0
Stadium II : T2, N0, M0
Stadium III : T3, N0, M0 atai T1, N1, M0 atau T2, N1, M0 atau T3, N1, M0
Stadium IVa: T1N2Mo atau T2N0M0 atau T3N2M0 atau T4aN2less Mo
Stadium IVb : T4b, setiap N, Mo, atau setiap T, N3, M0
Stadium Ivc : Setiap T, setiap N, M1
Terapi
Terapi karsinoma laring terdiri dari beberapa modalitas, digunakan 1 macam terapi atau
kombinasi. Bisa tidaknya dilakukan operasi tergantng dari kemampuan pasien, biasanya status
medis untuk mentoleransi anestesi dan prosedur operasi besar

Konsep dasar
Lesi premaligna dan kecurigaan lesi epitel dari membran plika vokalis biasanya diterapi dengan
pembedahan melalui stripping seluruh lesi (pengangkatan epitel plika vokalis) dan pemeriksaan
histopatologik. Karsinoma insitu diterapi dengan menggunakan stripping yang lebih dalam atau
penggunaan laser CO2. Kanker superficial dini tanpa keterlibatan kelenjer getah bening dapat
diterapi dengan radioterapi saja. Lesi yang sudah besar dapat diterapi dengan operasi, radioterapi
atau kombinasi kedunya pada waktu yang berbeda. Apabila kelenjar getah beningnya masih
mobile terapi operatif lebih diutamakan dengan terapi pembedahan dengan atau tanpa radioterapi
adjuvan.terapi pembedahan merupakan modalitas primer pada karsinoma yang ekstensif yaitu
pada stadium 3 dan 4. Beberapa terapi kombinasi terapi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Terapi pembedahan dengan radioterapi baik preop maupun post operasi
2. Kemoterapi adjuvant preoperatif dengan atau tanpa radioterapi post operatif atau
kemoterapi

Anda mungkin juga menyukai