Modul Laring - Karsinoma Laring
Modul Laring - Karsinoma Laring
Karsinoma Laring
MODUL LARING
KARSINOMA LARING
EDISI I
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA DAN LEHER
2014
0
Modul Laring
Karsinoma Laring
Hari: ........................................................
120 menit (classroom session)
1 minggu (coaching session)
4 minggu (facilitation and assessment)
PERSIAPAN SESI
REFERENSI
1. Sinha P, Okuyemi O, Haughey BA, Early Laryngeal Cancer. In : BJ Bailey, et al., eds.
Head and Neck Surgery Otolaryngology.Vol 2. 5th Ed. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins. 2014,pp 1940-60.
2. Loehn BC, Kunduk M, McWhorter AJ, Advance Laryngeal Cancer. In : BJ Bailey, et al.,
eds. Head and Neck Surgery Otolaryngology.Vol 2. 5th Ed. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins. 2014,pp 1961-77.
3. Lore JM, The Larynx. In : An Atlas of Head & Neck Surgery. Vol 2. 4th Ed. Elsevier
2005, pp 1089-1143.
KOMPETENSI
Mampu membuat diagnosis karsinoma laring berdasarkan pemeriksaan fisik dan beberapa
pemeriksaan tambahan (misalkan pemeriksaan FOL, stroboskopi, CT scan laring). Dokter dapat
memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat) dan juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
KETERAMPILAN
Setelah Mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi, fisiologi, dan histopatologi laring
2. Menjelaskan etiologi, macam kelainan yang berhubungan dengan karsinoma laring
1
Modul Laring
Karsinoma Laring
Modul Laring
Karsinoma Laring
Jawaban :
Modul Laring
Karsinoma Laring
TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi, dan metode pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi serta ketrampilan yang
diperlukan dalam mengenali dan melakukan tindakan yang tepat terhadap penderita karsinoma
laring, seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu :
1. Menguasai anatomi, fisiologi, dan histopatologi, karsinoma laring
2. Mampu menjelaskan etiologi, faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma laring
3. Menjelaskan gambaran klinis karsinoma laring
4. Menentukan dan melakukan pemeriksan penunjang (laringoskopi serat optik (LSO)/FOL
(fiber-optic laryngoscopy), foto polos leher, CT Scan laring)
5. Membuat diagnosis karsinoma laring berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maupun
penunjang
6. Melakukan tatalaksana karsinoma laring dan rehabilitasi pasca operasi laringektomi (speech
therapy/esophageal speech)
7. Melakukan work-up dan memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk ke spesialis yang
relevan.
METODE PEMBELAJARAN
Setelah mengkuti sesi ini peserta didik akan mempunyai kemampuan dasar untuk menegakkan
diagnosis karsinoma laring dan mampu untuk menentukan terapi yang sesuai.
Tujuan 1. Anatomi, topografi, histologi, embriologi, fisiologi laring
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metoda pembelajaran berikut ini
Interactive lecture
Small group discussion.
Peer assisted learning (PAL).
Bedside teaching.
Task based medical education.
Harus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)
Anatomi hipofaring, laring dan trakea
Gambaran dan karakteristik histologis laring
Fisiologi laring
Patofisiologi karsinoma laring
Tujuan 2. Menjelaskan etio-patofisiologi dan macam karsinoma laring
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
Interactive lecture
Journal reading and review.
Peer assisted learning (PAL).
Bedside teaching.
Task based medical education.
Harus diketahui : (sedapat mungkin pilih specific features, signs & symptoms):
Etiologi dan faktor predisposisi
Patofisiologi klinik
Gejala (keluhan pasien)
Tanda (temuan hasil pemeriksaan)
Gambaran klinik
Modul Laring
Karsinoma Laring
Interactive lecture
Modul Laring
Karsinoma Laring
Interactive lecture
Journal reading and review.
Case study
Simulation and Real Examination Exercises (Physical and Device).
Demonstration and Coaching
Practice with Real Clients.
Harus diketahui :
Work-up key points
Jenis-jenis terapi yang direkomendasikan
Kondisi atau situasi penting untuk membuat keputusan untuk merujuk
EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk essay dan oral sesuai dengan tingkat
masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai kinerja awal peserta didik dan untuk
mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi, dan histologi laring
- Penegakkan diagnosis
- Penatalaksanaan
- Follow up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi, dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun
belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan untuk mengaplikasikan
langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role play dengan temantemannya (Peer Assisted Evaluation) atau kepada SP (Standardized Patient). Pada saat itu,
yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar yang
dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (Peer Assisted Evaluation) setelah
dianggap memadai kemudian dilakukan metode bedside teaching dibawah pengawasan
fasilitator, peserta dididik mengaplikasikan penuntun belajar kepada model anatomik dan
setelah kompetensi tercapai akan diberikan kesempatan untuk melakukan pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct
observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan.
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya pemeriksaan lama atau
kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
- Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan diskusi kembali untuk mendapatkan penjelasan
berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan
untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar.
6. Pendidik/ fasilitator :
- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form (terlampir)
- Penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap/ tidak cakap/ lalai
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education)
8. Pencapaian pembelajaran :
- Ujian OSCE (K,P,A), dilakukan pada tahapan THT-KL dasar oleh kolegium Ilmu
Kesehatan THT-KL
6
Modul Laring
Karsinoma Laring
- Ujian akhir stase, setiap subdivisi / unit kerja oleh masing-masing sentra pendidikan THTKL lanjut oleh kolegium ilmu THT-KL.
- Ujian akhir kognitif, dilakukan pada akhir tahapan THT-KL lanjut oleh kolegium Ilmu
Kesehatan THT-KL.
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF
Kuesioner meliputi :
1. Sebelum pembelajaran
Soal :
Jawaban :
2. Tengah pembelajaran
Soal :
Jawaban :
3. Akhir pembelajaran
Soal :
Jawaban :
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR LARINGEKTOMI TOTAL
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1
Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D
Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
TANGGAL: .................................
KEGIATAN
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
Nama
Diagnosis
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR
KASUS
Modul Laring
Karsinoma Laring
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
Modul Laring
Karsinoma Laring
Modul Laring
Karsinoma Laring
TANGGAL :______________
KEGIATAN
NILAI
Persiapan
1. Kaji ulang diagnosis
2. Menyiapkan peralatan operasi
3. Menyiapkan diri untuk tindakan operatif
4. Menyiapkan posisi pasien
5. Melakukan tindakan a & anti septik
PROSEDUR OPERASI
Fasia, pembuluh darah otot dibebaskan dan bila perlu diikat dan dipotong
Memotong M.Omohioid
Ismus tiroid dipotong dan menyisihkan kelenjar tiroid dari kartilago krikoid
dan cincin atas trakea
Tiroid disisihkan secara tumpul dan tajam dari kartilago krikoid dan cincin
atas trakea
Memotong ligamentum suspensorium tiroid
- Membebaskan os hioid
- Memotong trakea setinggi trakeostomi
- Memisahkan dinding esofagus dari dinding posterior krikoid
- Memotong m. Konstriktor faring inferior
- Menutup defek hipofaring dan esofagus secara berlapismembentuk huruf
T
10
Modul Laring
Karsinoma Laring
MATERI PRESENTASI
o LCD 1: Anamnesis Karsinoma Laring
o LCD 2: Gejala dan Pemeriksaan Karsinoma Laring
o LCD 3: Faktor Risiko Karsinoma Laring
o LCD 4: Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
o LCD 5: Clinical Decision Making dan Medikamentosa
MATERI BAKU
Karsinoma Laring
Definisi
Karsinoma yang mengenai laring (supraglotik, glotik, subglotik)
Etiologi
Diduga rokok dan alkohol berpengaruh besar terhadap timbulnya karsinoma laring. Merupakan
2,5% keganasan daerah kepala dan leher.
Umum tersering 40-50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 3:1.
Diagnosis
1) Anamnesis :
Gejala dini : suara parau. Suara parau pada orang tua lebih dari 2 minggu perlu
pemeriksaan laring secara seksama.
Gejala lanjut : sesak nafas dan stridor inspirasi, sedikit demi sedikit, progresif. Kesulitan
menelan terjadi pada tumor supraglotik, atau apabila tumor sudah meluas ke faring atau
esophagus.
Pembesaran kelenjar leher (kadang-kadang).
2) Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan THT : pada laringoskop indirekta (LI) atau laringoskopi serat optik
(LSO) dapat diketahui tumor di laring.
Pemeriksaan leher :
o Inspeksi : terutama untuk melihat pembesaran kelenjar leher, laring dan tiroid.
o Palpasi : untuk memeriksa pembesaran pada membrane krikotiroid atau tirohioid,
yang merupakan tanda ekstensi tumor ke ekstra laryngeal. Infiltrasi tumor ke
11
Modul Laring
Karsinoma Laring
12
Modul Laring
Karsinoma Laring
Penentuan Stadium
Tumor supraglotik
T1 : Tumor terbatas di supraglotik
T2 : Tumor keluar dari supraglotik, tanpa fiksasi
T3 : Tumor masih terbatas di laring dengan fiksasi dan/atau ekstensi tumor ke poskrikoid, sinus
piriformis atau daerah epiglottis.
T4 : Tumor sudah keluar laring, mengenai orofaring, jaringan lunak leher, atau merusak tulang
rawan tiroid.
Tumor glotik
T1 : Tumor terbatas di korda vokalis, gerakan normal
T2 : Tumor ber eksternsi ke supraglotik/subglotik dengan gerakan normal, atau sedikit
terganggu
T3 : Tumor terbatas di laring dengan fiksasi korda vokalis
T4 : Tumor masif dengan kerusakan tulang rawan atau ekstensi keluar laring
Tumor subglotik
T1 : Tumor terbatas di daerah subglotik
T2 : Mengenai korda vokalis dengan gerakan normal atau sedikit terganggu
T3 : Tumor terbatas pada laring, dengan fiksasi korda vokalis
T4 : Tumor masif dengan kerusakan pada tulang rawan atau ekstensi keluar laring
M0 : Belum ada metastasis jauh
M1 : Metastasis jauh
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
T1
T2
T3
T1-3
T4
T1-4
T1-4
T1-4
N0
N0
N0
N1
N0
N2-3
N0-3
N0-3
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Diagnosis Banding
Tuberkulosis laring
Tumor jinak laring (papiloma, kista, polip)
Nodul vokal
Terapi
Trakeotomi : dilakukan pada penderita yang mengalami sesak nafas
Pembedahan :
o Laringektomi parsial (LP)
o Laringektomi total (LT), dapat dikombinasi dengan :
Diseksi leher fungsional (DLF)
Diseksi leher radikal (DLR)
Radioterapi dan kemoterapi
13
Modul Laring
Karsinoma Laring
Stadium I
: radiasi, bila gagal dilanjutkan dengan LP/LT
Stadium II
: LP/LT
Stadium III
: dengan/tanpa N1 : LT dengan/tanpa DLF/DLR, diikuti radiasi
Stadium IV
: tanpa N/M : LT + DLF diikuti radiasi
Stadium IV (lainnya) : radioterapi dan kemoterapi
Modul Laring
Karsinoma Laring
13. Bila memungkinkan, penutupan lapis kedua dengan mendekatkan tepi-tepi otot konstriktor
faring inferior serta otot-otot suprahioid. Dipasang drain dengan menembus kulit dan
difiksasi.
14. Tepi trakea dijahitkan pada tepi kulit dangan benang silk 1.0. pada beberapa tempat dilakukan
penjahitan donasi. Tepi kulit dirapihkan sesuai dengan bentuk dan ukuran trakea untuk
menghindari terjadinya stenosis trakea. Jika terdapat perbedaan antara dinding anterior dan
posterior trakea saat mempertemukan trakea dengan kulit, dapat dilakukan pemotongan
sebagian dinding anterior trakea (bentuk V).
15. Menutup luka operasi dengan menjahit kulit lapis demi lapis.
Komplikasi
- Fistula dan infeksi luka operasi
- Tracheostomal recurrence
- Hipotiroidism dan hipoparatiroidism
- Ulkus peptikum
- Stenosis faringoesofagus
- Trakeitis
- Perdarahan sekunder (jarang)
Follow Up
a. Selama perawatan pasien dianjurkan tidak menelan ludah
b. Makan-minum melalui nasogastric tube (NGT) selama 10-14 hari
c. Dilakukan tes minum sebelum NGT dicabut, untuk menentukan ada tidaknya fistula
trakeoesofagus atau fistula esofagokutan
d. Selama perawatan diobservasi ada tidaknya komplikasi
e. Drain diangkat setelah 2 hari, apabila masih aktif adanya cairan jaringan (>25 cc/hari) maka
ditunda sampai + 5 hari.
f. Jahitan diangkat hari kelima bartahap hingga hari ketujuh.
Instrumen yang diperlukan
a. Sterile scalpel blades no : 15
b. Scalpel handle
c. Surgical scissors blunt/blunt, curved (Cooper)
d. Dissecting scissor, curved (Metzenbaum)/dissecting scissor for plastic surgery
Gorney/scissor, delicate (Chadwick)
e. Vessel and tendon scissors, curved and straight (Stevens)
f. Standard tissue forcep
g. Dissecting forcep, delicate (Adson); dissecting, nontraumatic forcep
h. Hemostatic, delicate forcep/klem, straight and curved (Halsteid-mosquito)
i. Hemostatic forcep standard (Adson, Leriche)
j. Dissecting and ligature forceps (Baby-Overholt and Baby-Mixter)
k. Bulldog clamps (DeBekey)
l. Dressing and sponge forcep (Rample)
m. Towel clamps (Backhaus)
n. Retractor Lagenbeck-Green dan Wound and vein retractors (Kocher/Cushing)
o. Needle holder DeBekay, Sarot
p. Deschams ligature needle, blunt
q. Sponge forceps, curved (Duplay)
r. Jarum dan benang yang digunakan :
1. Kulit luar dengan jarum conventional/reverse cutting, badan jarum 3/8 atau sedang
untuk plastik memakai half curved dan tipe benang sutera /vicryl/nylon/prolene
2. Subkutan dengan jarum spatula. Badan jarum dan tipe benang cat gut, platysma dg.
Jarum taper point; badan jarum dan tipe benang chromic/cat gut,
3. Untuk fascia dengan jarum taper pont, badan jarum 1/2 atau 5/8 dan benang chromic/cat
gut
15
Modul Laring
Karsinoma Laring
4. Vasa dengan benang sutera; vasakecil bisa dengan chromic dan badan jarum 1/2.
KEPUSTAKAAN MATERI BAKU
1. Sinha P, Okuyemi O, Haughey BA, Early Laryngeal Cancer. In : BJ Bailey, et al., eds.
Head and Neck Surgery Otolaryngology.Vol 2. 5th Ed. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins. 2014,pp 1940-60.
2. Loehn BC, Kunduk M, McWhorter AJ, Advance Laryngeal Cancer. In : BJ Bailey, et al.,
eds. Head and Neck Surgery Otolaryngology.Vol 2. 5th Ed. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins. 2014,pp 1961-77.
3. Lore JM, The Larynx. In : An Atlas of Head & Neck Surgery. Vol 2. 4th Ed. Elsevier
2005, pp 1089-1143.
16