Anda di halaman 1dari 5

Berikut ini adalah cara benar untuk minum antibiotik agar terhindar dari

penyalahgunaan antibiotik:
1. Minum antibiotik sesuai dosis yang diresepkan dokter, jangan kebanyakan atau
kekurangan.
2. Habiskan antibiotik yang diresepkan dokter walau merasa badan sudah sehat, agar kalau
sakit lagi obat tersebut masih manjur digunakan alias tidak resisten.
3. Jangan membeli sendiri tanpa resep dokter walaupun obat tersebut bisa dibeli di apotek
tanpa resep. Karena Anda tidak tahu persis berapa dosis dan jumlah yang harus diminum.
4. Ingat antibiotik hanya untuk mengobati penyakit yang berasal dari bakteri (mikroba)
seperti infeksi saluran kemih, radang tenggorokan.
5. Pilek, batuk dan diare umumnya tak perlu antibiotik. Hanya perlu konsumsi makanan
bergizi, minum dan istirahat. Jika 3 hari tidak sembuh segera ke dokter
6. Jangan malas bertanya ke dokter, obat mana saja yang mengandung antibiotik dan apa
manfaatnya.
Sumber

http://health.detik.com/read/2012/09/05/162546/2009033/775/2/begini-cara-

konsumsi-antibiotik-yang-benar

Beda Penyakit, Beda Cara Konsumsi


Ada banyak sediaan obat yang dikenal di dunia kesehatan, mulai obat parenteral (suntikan ke
pembuluh darah vena, infus, injeksi ke otot, rongga sendi, rongga spinal ataupun ke lapisan
bawah

kulit),

oral

(diminum),

melalui

pernafasan

(nebulizer /

penguapan,

maupun inhalant /dihisap melalui mulut), topikal (oles di kulit bisa berupa krim, ointment ,
maupun lotion ), obat per-anal (rektal atau melalui dubur), hingga tablet yang diletakkan di
bawah lidah.
Pada dasarnya semua disesuaikan dengan keadaan fisik pasien, tingkat keparahan penyakit, serta
kecepatan timbulnya efek terapi. Pada kasus akut, keadaan pasien tidak sadar atau kebutuhan
efek terapi segera, obat injeksi intravena dipilih karena dapat memberi efek yang instant. Selain
kecepatan reaksi, sediaan yang beraneka ragam juga dimaksudkan untuk mencapai organ yang
menjadi target terapi secara efektif.
Hal ini juga bertujuan meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi. Misal, pada pasien
yang tak sadarkan diri, muntah terus menerus, menderita gangguan menelan maupun diare, bisa
diberikan obat selain obat per-oral.
Berapa Kali Dalam Sehari
Frekuensi meminum obat pada dasarnya mengikuti profil farmakologi seperti sifat kimia dan
biologi obat, interaksi obat dengan tubuh serta perlakuan biologis tubuh terhadap obat.
Kesemuanya tentu sudah dipastikan dalam proses uji klinik yang panjang.
Obat yang kadar dalam darah cepat menurun karena profil farmakologinya, memerlukan interval
pemberian yang agak sering (2-3 kali sehari). Tujuannya agar efek terapi dapat dipertahankan
selama 24 jam. Sedangkan obat dengan profil farmakologi yang kadarnya relatif cukup dalam
tempo yang panjang, cukup diberikan sekali sehari.
Banyak keuntungan pemberian obat dengan interval panjang atau pemberian relatif lebih jarang
seperti sekali sehari. Namun terutama, kepatuhan pasien minum obat adalah yang terpenting.
Pasien pada umumnya sering lupa minum obat jika harus 2 atau 3 kali sehari. Sehingga efek

samping obat akan berkurang karena paparan obat terhadap organ tubuh menjadi berkurang.
Namun dengan temuan teknologi terkini, memungkinkan untuk membuat profil kerja beberapa
obat jadi lebih panjang.
Teknologi

tersebut

disebut

dengan

sediaan controlled

release , extended

release maupun oros (lepas lambat), sehingga memungkinkan dikonsumsi sekali sehari. Obat ini
mampu menghasilkan efektivitas setara dengan bentuk konvensional yang diminum lebih sering,
namun dengan efek samping lebih minim karena kadar obat dalam darah relatif stabil. Beberapa
contoh obat lepas lambat adalah obat antihipertensi, antidiabetes, hingga nyeri kronis.
Sebelum atau Sesudah Makan
Pemberian obat dan waktu mengkonsumsinya, juga dipengaruhi profil masing-masing obat.
Tergantung bagaimana reaksi tubuh terhadap profil kimia dan fisika obat. Namun secara umum,
penyerapan obat yang diberikan per-oral akan optimal jika dikonsumsi dalam kondisi perut
kosong atau sebelum makan.
Sayangnya beberapa obat ada yang dapat menyebabkan efek iritasi pada lambung, seperti obat
pereda nyeri dan anti radang non steroid (aspirin, asam mefenamat, asam diklofenak) sehingga
sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Begitu pula suplemen yang memerlukan waktu transit di
saluran cerna lebih lama, seperti vitamin B12, sebaiknya diminum setelah makan agar
penyerapannya lebih sempurna.
Tak Harus di Lemari Pendingin
Sedangkan untuk penyimpanan obat, bisa dilakukan dengan menutup rapat kemasan obat. Jangan
menyimpan obat yang sudah rusak kemasannya. Bila tablet dikemas dalam aluminium foil ,
sebaiknya tidak menyimpan tablet yang kemasannya sudah terbuka.
Atau bila obat dalam sediaan suspensi, upayakan botol tertutup rapat, jangan terkena ataupun
terkena tetesan air. Simpan obat sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasan, misal
dalam suhu 15-25 derajat Celcius. Tidak semua obat perlu masuk pendingin, kecuali vaksin dan
sediaan supposituria.

Hal lain yang perlu diperhatikan, hindari paparan sinar matahari atau udara bebas secara
langsung pada obat. Perhatikan pula masa penyimpanan obat. Untuk obat sediaan suspensi
(sirup) sebaiknya tidak disimpan terlalu lama atau tidak lebih dari 2 minggu. Bila obat berbahan
aktif antibiotik, sebaiknya dihabiskan saja sesuai petunjuk dokter.
Penyimpanan tablet yang masih utuh dalam kemasan aluminium foil dapat disimpan dan
digunakan sampai sebelum masa expired . Sedangkan kapsul masih dapat dikonsumsi selama
masih utuh dalam botolnya, belum berubah bau, warna dan tetap kering.
Jangan menyimpan puyer, karena campuran obat umumnya tidak stabil dan mudah bereaksi
terhadap udara bebas dan kelembapan udara. Prinsipnya, sebaiknya tidak menyimpan obat terlalu
lama seperti sirup atau kapsul yang dikemas dalam botol jika telah pernah dibuka atau
dikonsumsi.
Cermati Kemasan Obat
Ketika menerima obat baru atau memeriksa obat dari lemari obat, perhatikan keutuhan kemasan
dan tanggal expired . Sebaiknya hati-hati jika menerima obat dari apotik dalam bentuk
guntingan-guntingan yang tidak utuh. Perhatikan pula kemasan obat ketika menerima obat
berkemasan (dengan kertas petunjuk penggunaan, red.) maupun obat bebas. Bacalah terutama
pada bagian indikasi obat. Jangan gunakan obat jika tidak sesuai dengan gejala dan diagnosis
penyakit, meski banyak orang menyatakan obat tersebut efektif.
Jangan lupa cermati special percaution (petunjuk khusus), karena ini berisi hal-hal yang dapat
menimbulkan komplikasi selama menggunakan obat. Contoh special precaution : bagi penderita
tekanan darah tinggi, kencing manis, migrain, dsb. Berhati-hatilah jika Anda memiliki kondisi
tersebut. Ini bukan berarti Anda tidak dapat mengonsumsinya, namun dapat terjadi gejala dan
atau perburukan keadaan tersebut. Oleh karena itu, perlu perhatian lebih ketika mengonsumsi
obat itu. Bila terjadi intoleransi, segera hentikan penggunaannya.

Jangan lupa membaca dan mewaspadai kontraindikasi, karena peringatan ini mutlak tidak bisa
digunakan pada keadaan yang tertera. Jika diabaikan, dapat terjadi efek obat yang berakibat fatal.
Perhatikan juga dosis, anjuran dan aturan pakai obat, kecuali ada pertimbangan lain dari dokter
yang meresepkannya. Dokter mungkin saja memberikan dosis dan aturan pakai yang berbeda
karena pertimbangan kompetensi dan profesionalismenya.
Sumber

Gunakan-Obat-1/

http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/Cara-Tepat-Simpan-dan-

Anda mungkin juga menyukai