DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN
(1)
DAFTAR ISI
(2)
PENDAHULUAN
(3)
A.
ANATOMI PAYUDARA
(4)
FISIOLOGI PAYUDARA
(6)
(6)
(7)
(8)
(9)
(13)
(15)
MANIFESTASI KLINIK
(16)
(17)
(19)
(29)
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
(30)
(31)
(32)
PROGNOSIS KOMPLIKASI
(40)
(40)
KOMPLIKASI
(45)
DAFTAR PUSTAKA
(46)
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan, Kanker payudara adalah
tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara, termasuk saluran kelenjar air susu dan
jaringan penunjangnya. Etiologi kanker payudara tidak diketahui tetapi ada faktor
predisposisi yang menyertainya yaitu keturunan, usia yang makin bertambah, tidak
memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi yang
lebih lama dan faktor hormonal. Tahapan patofisiologi kanker payudara yaitu
transformasi, fase inisiasi, fase promosi, dan fase metastasis.
Pengobatannya tidak hanya 1 modalitas terapi saja tetapi memerlukan modalitas
terapi lain, Pengobatan dan pengawasan penderita kanker payudara sangat panjang, 5
sampai dengan 10 tahun. Penanganan kanker payudara diantaranya adalah mastektomi,
radiasi, kemoterapi, dan lintasan metabolisme.
A. ANATOMI PAYUDARA
Mammae terletak di atas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut
melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran mammae bergantung pada variasi
jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat. Beberapa hal mengenai jaringan dalam
payudara sebagai berikut :
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus
(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan 5 sampai 20
mulut (opening).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium Cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen suspensorium
ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superficial
tepat dibawah kulit.
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveolia
sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan
setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan mesekresi
susu.(2)
Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar sekitar
1 cm sampai 2 cm untuk membentuk areola. Areola mengandung kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat yang besar, beberapa diantaranya berhubungan dengan
folikel rambut dan serabut otot polos yang meyebabkan ereksi puting saat
berkontraksi. Tidak ada otot di mammae.
Persarafan kelenjar mamae dipersyarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4
rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi
bedah adalah (1) nervus torakalis lateralis. Kira kira di tepi medial m. pektoralis
lateralis minor melintasi anterior vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke
permukaan dalam m. pektoralis mayor. (2) nervus torakalis medialis. Kira kira 1
cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke
bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. (3) nervus torakalis
longus dari pleksus servikalis berjalan kebawah, mempersarafi m. seratus anterior.
(4) nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis. Berjalan bersama pembuluh
darah subskapsularis, mensarafi m. subskapsularis, m. teres mayor (3)
B. FISIOLOGI PAYUDARA
Etiologi kanker mammae masih belum jelas dan menunjukkan terdapat kaitan
erat dengan faktor berikut :
1. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mammae
Penelitian menemukan pada wanita dengan saudara primer menderita
karsinoma mammae, probabilitas terkena karsinoma mammae lebih tinggi 23 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluarga. Penelitian dewasa ini
menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya karsinoma mammae
adalah BRCA-1 dan BRCA-2.
2. Reproduksi
Usia menarke kecil, henti haid lanjut dan siklus haid pendek merupakan
faktor resiko tinggi karsinoma mammae,selain itu yang seumur hidup tidak
menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari 30 tahun dan
setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mammae
Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat berinsiden lebih
tinggi. Jika satu mammae sudah terkena kanker mammae kontralateral
resikonya meningkat.
4. Penggunaan obat di masa lalu
Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih tinggi. Terdapat
laporan penggunaan jangka panjang reserpin,metildopa,analgesik trisiklik,dll
dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi, beresiko karsinogenik bagi
mammae.
5. Radiasi pengion
Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan berlebih
menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.
6. Diet dan gizi
Diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya
karsinoma mammae. Terdapat data menunjukkan orang yang gemuk sesudah
usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker mammae. Terdapat
laporan bahwa minum bir dapat meningkatkan kadar estrogen dalam
tubuh,wanita yang setiap hari minum bir 3 kali ke atas beresiko karsinoma
mammae meningkat 50-70%. Penelitian lain menunjukkan diet tinggi
selulosa,vitamin A dan protein kedele dapat menurunkan insiden karsinoma
mammae (3).
F. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA
8
a. karsinoma papilar
b. karsinoma medular dengan sebukan
limfosif massif
c. karsinoma duktuli
d. karsinoma adenoid kistik
e. adenokarsinoma musinos
karsinoma sel skuamosa
4. Karsinoma nonspesifik invasive
a. karsinoma lobuli invasive
b. karsinoma duktuli invasive
4.
5.
6.
7.
c. karsinoma skirus
d. karsinoma medular
b. atipikal
e. karsinoma sederhana
f. adenokarsinoma
g. siringokarsinoma
5. Karsinoma yang jarang di temukan
a. karsinoma sekretorik
b. karsinoma limfoid
sel spindle
d. karsinoma adenoskuamos
e. karsinoma mukoepidermoid
f. karsinoma mesenkimal epitelal
9
campuran
13. Karsinoma lipoid
14. Karsinoma sekretorik
15. Karsinoma onkositik
16. Karsinoma kistik adenoid
17. Karsinoma asinar
18. Karsinoma sel jernih kaya glikogen
19. Karsinoma seborea
20. Karsinoma mamae inflamatorik
Penyakit paget papilla mamae
10
otherrwiser
spercifierd
(NOS),
schirrhous
carcinoma,
infiltrating
11
12
13
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Tahap Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi
lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
14
Tahap Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi, oleh karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan yaitu sel-sel yang peka dan karsinogen.
I.
MANIFESTASI KLINIK
a) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
15
n) Benjolan yang keras itu tidak bergerak ( terfiksasi ). dan biasanya pada awalawalnya tidak terasa sakit
J. DIAGNOSA KANKER PAYUDARA
a. Anamnesis
Benjolan di mammae biasanya mendorong penderita untuk ke dokter.
Pada umumnya keluhan waktu datang : tumor mammae tidak nyeri (66%),
tumor mammae nyeri (11%), perdarahan/ cairan dari puting susu (9%),
edema lokal (4%), retraksi puting susu (3%). Konsistensi kelainan ganas
biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke
papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke
kelainan fibriokistik.
b. Pemeriksaan Klinis
Sebaiknya pemeriksaan mammae dilakukan di saat pengaruh hormonal
seminimal mungkin (setelah 1 minggu dari hari terakhir menstruasi). Untuk
inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring atau keduaduanya. Kemudian perhatikan bentuk kedua mammae, warna kulit,
tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus
dan benjolan. Dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelaianan terlihat lebih
jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal
tipis di punggung, sehingga mammae terbentang rata. Palpasi dilakukan
dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada
setiap kuadran mammae. Yang diperhatikan pada dasarnya sama dengan
penilaian tumor di tempat lain.
Pada sikap duduk, benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring,
kadang lebih mudah ditemukan. Perubahan aksila pun lebih mudah pada
posisi duduk.Pemeriksaan kelenjar getah bening regional dilakukan dengan
palpasi kelompok kelenjar getah bening sekitar mammae.
Tabel 2.10.2.1 Gejala dan Penyebab
Gejala
Dirasakan
Nyeri:
- Berubah
tumor
16
siklus menstruasi
Rasa
menetap,
nyeri fibrokistik
tidak
tergantung siklus
menstruasi
Benjolan di
Mammae
-
Keras
Kenyal
Kelainan Fibrokistik
Lunak
Lipoma
Perubahan Kulit
Bercawak
Benjolan
kelihatan
Kulit jeruk
Kemerahan
Tukak
Kelainan
Puting/Areola
-
Retraksi
Inversi Baru
17
Eksema
Keluarnya Cairan
-
Seperti susu
Jernih
Normal
Hijau
(Peri) menapouse
Pelebaran duktus
Kelainan fibrokistik
Hemoragik
Karsinoma
Papiloma intraduktus
To
Tis
T1
T1a
T1b
: diameter 0,5-1cm
T1c
: diameter 1-2cm
T2
: diameter 2-5cm
T3
T4a
T4b
18
T4c
T4d
: Ca inflammatory
Nx
No
N1
N2a
: metastase lnn axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan
dengan struktur
sekitarnya
N2b
N3a
N3b
N3c
Mx
Mo
M1
19
Stadium I
dalam
jaringan
Tumor
mammae,
terbatas
bebas
dari
sekitarnya,tidak
ada
fiksasi/infiltrasi
ke
kulit
dan
tumor
1-2cm.KGB
satu atau beberapa KGB axilla yang masih bebas < 2cm
Stadium IIIA : Tumor sudah meluas dalam mammae (5-10 cm) tapi masih
metastase jauh
Stadium IV
Disertai dengan KGB aksia supra-klavikula dan metastase jauh lainnya.
20
N
Kelenjar limfe regional
NX
Kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0
Tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1
Di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe limfe mobil
T N2 Kanker
Primer
Kelenjar
limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
TX
dengan
jaringan
lain dinilai
atau bukti
klinis
menunjukkan
Tumor
primer
tak dapat
(misal
telah
direseki) terdapat metastasis kelenjar
dan tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologik adalah
pTx
M1
pN0
(i-)
pN0
(i+)
pN0
(mol-)
pN0
negative (RT-PCR)
Mikrometastasis (diameter terbesar > 0,2 mm, tapi < 2mm)
(mol+)
pN1mi
Diaksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
pN1
pN1a
pN1b
pN1c
pN2
pN2a
pN2b
pN3
ipsilateral atau secara klinis negative, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara
mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral,
tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar
pN3a
pN3b
limfe infraklavikular
Bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis
sentinel secara
kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun
pN3c
23
: TisN0M0
Stadium I
: T1N0M0
Stadium II
: T0N1M0
T1N1M0
T2N0M0
Stadium IIB
: T2N1M0
T3N0M0
24
: T apapun, N apapun, M1
L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi antara lain : fine needle aspiration, needle core
biopsy dengan jarum silverman, exicional biopsy dan pemeriksaan frozen
section saat operasi. Pada umumnya fungsi dengan jarum halus
(FNAB/Fine Needle Aspiration Biopsy) sering dipakai. Pemeriksaan ini
juga dapat menentukan perlu tidaknya segera pembedahan dengan sediaan
beku atau dilanjutkan dengan pemeriksaan lain ataupun langsung dilakukan
ekstirpasi.
Penentuan derajat diferensial histologis :
1. G1 : derajat keganasan rendah
2. G2 : derajat keganasan sedang
3. G3 : derajat keganasan tinggi
Jenis histologis :
1. Duktal (timbul dari epitelium duktus) : non invasive/invasive
2. Lobular (timbul dari epithelium lobular) : non invasive/invasive
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah
radikal, sebab hasil negatif
M. GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Sediaan ini diambil dari mastektomi radikal dan pengangkatan kelenjar limfe
aksila yang dilakukan pada pasien kanker payudara.
1. Mikrokopik tampak jaringan limfoid normal pada bagian luar jaringan
limfoid
2. Sedangkan dibawahnya jaringan limfoid sudah diinfiltrasi dan digantikan
oleh kelompok sel tumor ganas dengan struktur khas dan sangat mirip tumor
primernya di payudara
26
Pembesaran 4 x.
Pembesaran 10x.
N. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding kanker payudara, antara lain :
1. Fibroadenoma mamae (FAM), FAM merupakan tumor jinak payudara yang
biasanya terdapat pada usia muda (15-30) dengan konsistensi padat kenyal,
batas tegas, tidak nyeri dan mobil.
2. Kelainan fibrokistik. Kelainan fibrokistik merupakan tumor jinak payudara
dengan konsistensi padat kenyal/kistik, tidak berbatas tegas, terdapat nyeri
terutama menjelang haid, ukurannya membesar, biasanya bilateral/multiple.
Terapinya dengan medikamentosa simptomatik.
3. Tumor phylodes baik ganas dan jinak, seperti kistosarkoma filoides.
Kistosarkoma filoides menyerupai fibroadenoma mamae(FAM) yang besar,
27
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0,I,II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable.
Pola operasi yang sering dipakai adalah :
28
Mastektomi Radikal
Lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae,m.pektoralis mayor,m.pektoralis minor
dan jaringan limfatik dan lemak subkapular,aksilar secara kontinu enblok
direseksi.
Mastektomi Radikal Modifikasi
Lingkup reseksi sama
dengan
tekhnik
radikal,
tapi
29
tanpa
30
hormonal.
Kemoterapi Terhadap Kanker Mammae Stadium Lanjut atau Rekuren
dan Metastatic
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain bagian kecil
masih memakai regimen CMF semakin banyak yang memakai
kemoterapi kombinasi berbasis golongan antrasiklin.Terhadap pasien
dengan kelenjar limfe positif, reseptor hormon negatif masih dapat
dipertimbangkan memakai golongan taksan.
31
Dosis
600mg/m2
Hari
D1
Siklus
(Regimen 3 M : MTX
40mg/m2
D1
21hari/siklus x 6
minggu)
CMF
600mg/m2
600mg/m2
D1
D1
(Regimen 4 M : MTX
30-40mg/m2.d
D1,d8
minggu)
F : 5FU
400-
D1,d8
C : CTX
600mg/m2.d
600mg/m2
D1
(Regimen 3 A : ADR
50mg/m2
D1
minggu)
CAF
600mg/m2
100mg/m2 (po)
D1
D1 14
(Regimen 4 A : ADR
30mg/m2
D1,d8
28hari/siklus x 6
minggu)
AC
F : 5FU
A : ADR
500mg/m2.d
60mg/m2
D1,d8
D1
21hari/ x 6
FEC
F : 5FU
F : 5FU
600mg/m2
500mg/m2
D1
D1
CAF
Obat
C : CTX
Fb : 5FU
C : CTX
F : 5FU
C : CTX
: 75mg/m2
Epirubisin
C : CTX
T
TAC
AC T
21hari/siklus x 6
21hari/siklus x 6
500mg/
D1
D1
m2
: 75mg/m2
Taksotere
D1
28hari/siklus x 6
50mg/
D 21hari/siklus x 6
A : ADR
m2
C : CTX
A : ADR
500mg/m2
60mg/m2
D1
D1
21hari/ x 4;selesai
C : CTX
600mg/m2
D1
AC
T : Taksol
175mg/m2
D1
21hari/siklus x 4
Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormone dependen. Pada kanker mammae dengan
reseptor estrogen positif stadium awal, terapi hormonal berperan penting dalam
terapi adjuvant, sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi. Pada
32
reseptor,
tamoxifen
efektif
untuk
wanita
premenopause
dan
flushing,
dispareunia, gejala frekuensi dan urgensi dalam berkemih, dan gangguan mood
atau depresi.
b. Aromatase Inhibitor (AI)
AI berfungsi menghambat aromatase, suatu enzim yang berperan dalam
mengubah hormon-hormon steroid menjadi estrogen. Aromatase ditemukan di
lemak tubuh, kelenjar adrenal, dan jaringan payudara, termasuk sel tumornya.
Aromatase merupakan sumber estrogen penting pada wanita postmenopause dan
mungkin dapat menjadi alasan obesitas meningkatkan risiko kanker mammae
pada wanita postmenopause. AI tidak memengaruhi produksi estrogen ovarium,
sehingg a hanya efektif pada wanita postmenopause.
Ada dua jenis aromatase inhibitor yaitu irreversible steroidal activators dan
reversible nonsteroidal imidazole-based inhibitors, walaupun kedua jenis AI ini
berfungsi untuk mengganggu langkah terakhir pada biosintesis esterogen, kedua
AI tersebut melakukannya dengan mekanisme yang berbeda.
33
LH-RH analog
34
monoklonal yang mana mengenali setiap determinan yang antigen (bagian dari
makro molekul yang dikenali oleh epitope/ sistem kekebalan tubuh). Mereka
menyerang molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara epitope yang sama,
selain sangat spesifik mereka juga memberikan landasan untuk perlindungan
melawan patogen. Pada ca mammae salah satu antibodi monoklonal yang
digunakan adalah trastuzumab yang bekerja melawan protein HER-2, protein yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan sel kanker mammae pada 15-25% kasus.
Penambahan
trastuzumab
pada
kemoterapi
terbukti
menurunkan
tumbuh
yang
terlibat
dan
ada
tidaknya
invasi
limfovaskuler.
Kanker ini dapat tumbuh di mana saja pada kelenjar mammae. Tumor ini
dikelompokkan berdasarkan
mencakup 85% kanker mammae dan dapat bersifat noninvasif maupun infiltratif.
Karsinoma duktal yang secara histologi di temukan pada membran basal ductus
diperkirakan
merupakan
lesi
prekursos
untuk
terjadinya
karsinoma
35
invasive,setidaknya 33% lesi ini akan berlanjut menjadi kanker yang invasif dalam
5 tahun.
Q. PENCEGAHAN
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok besar,
yaitu pencegahan pada lingkungan pada pejamu dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak
menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.Begitu pula pada kanker
mammae, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker mammae merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat"melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan mammae sendiri) yang dilakukan
secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker
mammae ini.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker mammae. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker mammae.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
mammae, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita
yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker mammae.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
36
kematian oleh kanker mammae lebih sedikit pada wanita yang melakukan
pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Mammae Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
mammae hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
3) Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah
positif menderita kanker mammae. Penanganan yang tepat penderita kanker
mammae sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa
operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup
penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
Berikut cara mencegah kanker payudara secara umum :
Kesadaran akan mammae itu sendiri
Lebih dari 90% tumor mammae dideteksi oleh wanita itu sendiri.
Perhatikan setiap perubahan pada mammae menjadi bagian penting
perawatan kesehatan wanita. Saat ini, wanita disarankan untuk breast
aware. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa mammae mereka di
depan cermin dan rasakan saat mandi atau terlentang pada periode
berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal
dapat diketahui segera.
37
38
tersebut.
Perhatikan konsumsi alcohol
Dalam sejumlah penelitian, alkohol memiliki kaitan dengan
kanker. Ha ini didasari pada kenyataan bahwa alkohol meningkatkan
estrogen.
Perhatikan berat badan
Obesitas nampaknya
dapat
meningkatkan
resiko
kanker
semasa remajanya.
Olahraga secara teratur
Beberapa penelitian
menyarankan
bahwa
olahraga
dapat
tahun.
Belajar relaks
39
mendapat manfaatnya.
Konsumsi kedelai dan olahannya.
Di dalam kedelai terkandung 40% protein yang terdiri dari asam
lemak esensial dengan daya cerna yang sangat baik, 15 % oligosakarida dan
monosakarida, 15 % serat, 20 % lemak yang sebagian besar terdiri dari
asam lemak tak jenuh dan 10 % adalah bahan lainnya. Selain itu
senyawa fitokimia pada kedelai memiliki aktiviats biologis, salah
satunya adalah isoflavon yang tetap stabil pada suhu panas sehingga
tidak berubah struktur oleh suhu masak dan fermentasi, yang dapat
mencegah kanker (10).
R. KOMPLIKASI
Komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan neurovaskuler
2. Metastasis : orak, paru, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
40
DAF TAR
PU S TAKA
41
15. http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/kanker-payudara-diagnosadan-penanganan_11.html
42