Anda di halaman 1dari 42

1

DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN

(1)

DAFTAR ISI

(2)

PENDAHULUAN

(3)

A.

ANATOMI PAYUDARA

(4)

FISIOLOGI PAYUDARA

(6)

DEFENISI KANKER MAMMAE

(6)

EPIDEMIOLOGI KANKER PAYUDARA

(7)

ETIOLOGI KANKER PAYUDARA

(8)

KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA

(9)

FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA

(13)

PATOFISIOLOGI KANKER PAYUDARA

(15)

MANIFESTASI KLINIK

(16)

DIAGNOSA KANKER PAYUDARA

(17)

STAGING KANKER PAYUDARA

(19)

PEMERIKSAAN PENUNJANG KANKER PAYUDARA

(29)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI

(30)

DIAGNOSA BANDING KANKER PAYUDARA

(31)

PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA

(32)

PROGNOSIS KOMPLIKASI

(40)

PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA

(40)

KOMPLIKASI

(45)

DAFTAR PUSTAKA

(46)

PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan, Kanker payudara adalah
tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara, termasuk saluran kelenjar air susu dan
jaringan penunjangnya. Etiologi kanker payudara tidak diketahui tetapi ada faktor
predisposisi yang menyertainya yaitu keturunan, usia yang makin bertambah, tidak
memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi yang
lebih lama dan faktor hormonal. Tahapan patofisiologi kanker payudara yaitu
transformasi, fase inisiasi, fase promosi, dan fase metastasis.
Pengobatannya tidak hanya 1 modalitas terapi saja tetapi memerlukan modalitas
terapi lain, Pengobatan dan pengawasan penderita kanker payudara sangat panjang, 5
sampai dengan 10 tahun. Penanganan kanker payudara diantaranya adalah mastektomi,
radiasi, kemoterapi, dan lintasan metabolisme.

A. ANATOMI PAYUDARA

Perkembangan dan struktur dari glandula mamaria berkaitan dengan kulit.


Fungsi utamanya adalah menyekresi susu untuk bayi. Payudara terdiri dari
jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara dari
otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat
payudara dewasa terdapat putting (papilla mamaria), tonjolan yang berpigmen
dikelilingi oleh areola. Putting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil, yaitu aperture duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel
Mantgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.(1) Kelenjar mammae
dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri atas kurang lebih 20
lobi. Semua lobi berhubungan dengan duktus laktiferus yang bermuara di putting
susu. Lobi dipisahkan oleh sekat-sekat jaringan ikat dan jaringan lemak.(2)
Kelenjar payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral
antara sternum dan aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai
ke iga keenam atau ketujuh. Bentuk kelenjar payudara cembung ke depan dengan
puting di tengahnya yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua.
Puting ini dilingkari daerah berwarna coklat yang disebut areola. Dekat dasar
puting terdapat kelenjar sebaseus yaitu kelenjar Montgomery, yang mengeluarkan
zat lemak supaya puting tetap lemas(1).

Mammae terletak di atas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut
melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran mammae bergantung pada variasi
jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat. Beberapa hal mengenai jaringan dalam
payudara sebagai berikut :
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus
(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan 5 sampai 20
mulut (opening).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium Cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen suspensorium
ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superficial
tepat dibawah kulit.
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveolia
sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan
setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan mesekresi
susu.(2)
Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar sekitar
1 cm sampai 2 cm untuk membentuk areola. Areola mengandung kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat yang besar, beberapa diantaranya berhubungan dengan
folikel rambut dan serabut otot polos yang meyebabkan ereksi puting saat
berkontraksi. Tidak ada otot di mammae.
Persarafan kelenjar mamae dipersyarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4
rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi
bedah adalah (1) nervus torakalis lateralis. Kira kira di tepi medial m. pektoralis
lateralis minor melintasi anterior vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke
permukaan dalam m. pektoralis mayor. (2) nervus torakalis medialis. Kira kira 1
cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke
bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. (3) nervus torakalis
longus dari pleksus servikalis berjalan kebawah, mempersarafi m. seratus anterior.
(4) nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis. Berjalan bersama pembuluh
darah subskapsularis, mensarafi m. subskapsularis, m. teres mayor (3)
B. FISIOLOGI PAYUDARA

Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen


yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang
pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk
memberi massa payudara. Pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama
kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta
sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan,
stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di
dalam stroma. Empat hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem
duktus: hormon pertumbuhan, prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin.
Perkembangan akhir mammae menjadi organ yang menyekresi air susu juga
memerlukan progesteron. Sekali sistem duktus telah berkembang, progesterone
bekerja secara sinergistik dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon
menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus, dan
perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli (4).
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi seiring dengan
keluarnya plasenta pada persalinan memicu laktasi. Setelah persalinan, laktasi
dipertahankan oleh dua hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja pada epitel
alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan
penyemprotan susu (5).
C. DEFINISI KANKER PAYUDARA
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma_ yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai factor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat
pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya (3)
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative
dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relative
cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya
berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas
tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (6)
D. EPIDEMIOLOGI KANKER PAYUDARA

Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami


peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di Negara-negara barat,
maupun pada insiden rendah seperti di banyak daerah di asia. Satu laporan
penelitian pada tahun 1993 memperkirakan bahwa jumlah kasus baru di seluruh
dunia pada tahun 1985 mencapai 720.000 orang, terdiri atas : 422.000 di Negara
maju dan 298.000 di Negara berkembang.
Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa daerah di amerika
serikat (mencapai di atas 100 /100.000 orang). Kemudian diikuti dengan beberapa
Negara eropa barat (tertinggi swiss, 73,5/100.000). untuk asia masih berkisar
antara 10-20/100.000 (contoh pada daerah tertentu di jepang 17,6/100.000; Kuwait
17,2/100.000; dan cina 9,5/100.000).
Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker ke dua paling banyak
diderita kaum wanita, setelah kanker mulut/leher rahim. Kanker payudara
umumnya menyerang wanita yang telah berumur lebih dari 40 tahun. Namun
demikian, wanita muda pun bisa terserang kanker ini (7)
E. ETIOLOGI KANKER PAYUDARA

Etiologi kanker mammae masih belum jelas dan menunjukkan terdapat kaitan
erat dengan faktor berikut :
1. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mammae
Penelitian menemukan pada wanita dengan saudara primer menderita
karsinoma mammae, probabilitas terkena karsinoma mammae lebih tinggi 23 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluarga. Penelitian dewasa ini
menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya karsinoma mammae
adalah BRCA-1 dan BRCA-2.
2. Reproduksi
Usia menarke kecil, henti haid lanjut dan siklus haid pendek merupakan
faktor resiko tinggi karsinoma mammae,selain itu yang seumur hidup tidak
menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari 30 tahun dan
setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mammae
Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat berinsiden lebih
tinggi. Jika satu mammae sudah terkena kanker mammae kontralateral
resikonya meningkat.
4. Penggunaan obat di masa lalu
Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih tinggi. Terdapat
laporan penggunaan jangka panjang reserpin,metildopa,analgesik trisiklik,dll
dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi, beresiko karsinogenik bagi
mammae.
5. Radiasi pengion
Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan berlebih
menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.
6. Diet dan gizi
Diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya
karsinoma mammae. Terdapat data menunjukkan orang yang gemuk sesudah
usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker mammae. Terdapat
laporan bahwa minum bir dapat meningkatkan kadar estrogen dalam
tubuh,wanita yang setiap hari minum bir 3 kali ke atas beresiko karsinoma
mammae meningkat 50-70%. Penelitian lain menunjukkan diet tinggi
selulosa,vitamin A dan protein kedele dapat menurunkan insiden karsinoma
mammae (3).
F. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA
8

Tabel 2.6.1. Perbandingan Klasifikasi Patologik karsinoma mamae


Klasifikasi China 2000
1. Karsinoma non invasive.

Klasifikasi WHO tahun 2003


1. Karsinoma noninvasive

a. karsinoma in situ duktal

a. karsinoma in situ dukta

b. karsinoma in situ lobular

b. karsinoma in situ lobular

c. penyakit paget papilla mamae


2. Karsinoma invasive dini
a. karsinoma duktal invasive dini
b. karsinoma lobular invasive dini
3. Karsinoma tipe spesifik invasive

c. karsinoma papiliform intraduktal


d. karsinoma papiliform intrakistik
2. Karsinoma mikroinvasif
3. Karsinoma invasive
a. karsinoma lobular invasive

a. karsinoma papilar
b. karsinoma medular dengan sebukan
limfosif massif
c. karsinoma duktuli
d. karsinoma adenoid kistik
e. adenokarsinoma musinos
karsinoma sel skuamosa
4. Karsinoma nonspesifik invasive
a. karsinoma lobuli invasive
b. karsinoma duktuli invasive

4.
5.
6.
7.

b. karsinoma duktal invasive


Karsinoma tubular
Karsinoma kribriform invasive
Karsinoma medular
Karsinoma musinosa dan karsinoma
kaya mucus lainnya
a. karsinoma musinosa
b. karsinoma adenoid kistik dan
mukokarsinoma sel torak

c. karsinoma sel signet


8. Karsinoma neuroendokrin

c. karsinoma skirus

a. karsinoma neuroendokrin padat

d. karsinoma medular

b. atipikal

e. karsinoma sederhana

c. karsinoma sel kecil

f. adenokarsinoma
g. siringokarsinoma
5. Karsinoma yang jarang di temukan
a. karsinoma sekretorik

d. karsinoma neuroendokrin sel besar


9. Karsinoma papilla invasive
10. Karsinoma mikrokapilar invasive
11. Karsinoma apokrin
12. Karsinoma dengan metaplasia

b. karsinoma limfoid

a. karsinoma metaplasia epitel

c. karsinoma sel signet ring

b. karsinoma metaplasia sel skuamosa

d. fibroadenoma transformasi ganas

c. adeno karsinoma dengan metaplasia

e. papilomatosis transformasi ganas


6. Karsinoma dengan metaplasia
a. varian sel skuamosa
b. varian sel spindle

sel spindle
d. karsinoma adenoskuamos
e. karsinoma mukoepidermoid
f. karsinoma mesenkimal epitelal
9

c. varian tulang dan kartilago


d. varian campuran

campuran
13. Karsinoma lipoid
14. Karsinoma sekretorik
15. Karsinoma onkositik
16. Karsinoma kistik adenoid
17. Karsinoma asinar
18. Karsinoma sel jernih kaya glikogen
19. Karsinoma seborea
20. Karsinoma mamae inflamatorik
Penyakit paget papilla mamae

Berdasarkan gambaran histologist, WHO membuat klasifikasi kanker payudara


sebagai berikut :
a. Kanker Payudara Non Invasif
1. Karsinoma intraduktus non invasive
Karsinoma intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus disertai
infiltrasi jaringan stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari karsinoma
intraduktus, yaitu : komedokarsinoma, solid, kribfiromis, papiler, dan
mikrokapiler. Komedokarsinoma ditandai dengan sel sel yang berpoliferasi
cepat dan memiliki derajat keganasan tinggi. Karsinoma jenis ini dapat
meluas ke duktus ekskretorius utama, kemudian menginfiltrasi papilla dan
aerola, sehingga dapat menyebabkan penyakit paget pada payudara.
2. Karsinoma Lobural Insitu
Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal
dan atau tubulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma. Sel sel
berukuran lebih besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang disertai
mitosis.
b. Kanker Payudara Invasif
1. Kanker Duktus Invasif
Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker
payudara. Karsinoma duktus infiltrative merupakan 65-80% dari
karsinoma payudara. Secara histologist, jaringan ikat padat tersebar
berbentuk sarang. Sel berbentuk bulat sampai polygonal, bentuk inti kecil
dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker
mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau seperti
kelenjar. Jenis ini disebut juga sebagai infiltrating ductus carcinoma not

10

otherrwiser

spercifierd

(NOS),

schirrhous

carcinoma,

infiltrating

carcinoma, atau carcinoma simplex.


2. Kanker karsinoma Lobular Invasive
Jenis ini merupakan karsinoma infiltrative yang tersusun atas sel sel
berukuran kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Karsinoma
lobular invasive biasanya memiliki tingkat mitosis rendah. Sel infiltrative
biasanya tersusun konentris disekitar duktus berbentuk seperti target. Sel
tumor dapat berbentuk signet-ring, tubuloalveolar,atau solid.
3. Karsinoma musinosum
Pada karsinoma musinosum ini di dapat sejumlah besar mucus intra dan
ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun mikroskopis.
Secara histologist, terdapat 3 bentuk sel kanker. Bentuk pertama, sel
tampak seperti pulau-pulau kecil yang mengambang dalam cairan musin
basofilik. Bentuk kedua, sel tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas
dan lumennya mengandung musin. Bentuk ketiga terdiri dari susunan
jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian
besar sel berbentuk signet-ring.
4. Karsinoma medular
Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas
sitoplasma tidak jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki
prognosis lebih baik daripada karsinoma duktus infiltrative. Biasanya
terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedang diantara sel
kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.
5. Karsinoma papiler invasive
Komponen invasive dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler.
6. Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler
selapis, dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan karsinoma
dengan diferensiasi tinggi.
7. Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasive dengan karakteristik sel yang
berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara.
8. Karsinoma apokrin
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma
eosinofilik, sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia.
Bentuk karsinoma apokrin dapat ditemukan juga pada jenis karsinoma
payudara yang lain.

11

G. FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA


a) Usia
Resiko terkena kanker mammae meningkat seiring bertambahnya usia.
Sebagian besar wanita penderita kanker mammae berusia 50 tahun ke atas.
Jika mengalami menopause terlambat (setelah umur 55), resiko lebih besar
lagi. Secara umum,resiko mencapai puncaknya pada usia lebih dari 60 tahun.
b) Riwayat Kanker Mammae
Jika memiliki kanker di salah satu mammae, beresiko lebih tinggi bahwa
mammae lainnya juga akan terkena.
c) Riwayat Keluarga dengan Kanker Mammae
Jika ada ibu, saudara perempuan atau anak perempuan memiliki kanker
mammae (terutama sebelum usia 40 tahun) resiko lebih tinggi terkena kanker
mammae. Resiko berlipat dua bila ada lebih dari satu anggota keluarga inti
yang terkena kanker mammae. Memiliki kerabat non-inti dengan kanker
mammae (misalnya tante,nenek atau sepupu) juga meningkatkan resiko
d) Usia Saat Melahirkan Anak Pertama
Semakin tua ketika memiliki anak pertama, semakin besar resiko terkena
kanker mammae. Resiko juga meningkat jika sudah berusia 30 tahun atau
lebih dan belum pernah melahirkan anak.
e) Perubahan Mammae
Perubahan mammae sering terjadi pada hampir semua wanita. Sebagian
besar perubahan itu bukan kanker. Namun,beberapa perubahan mungkin
adalah tanda-tanda kanker. Jika memiliki perubahan jaringan mammae yang
dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), memiliki
f)

peningkatan resiko kanker mammae.


Usia Saat Menstruasi Pertama
Jika mulai menstruasi di usia dini (sebelum 12 tahun), memiliki

peningkatan resiko kanker mammae.


g) Terapi Radiasi di Dada
Jika harus menjalani terapi radiasi di dada sebelum usia 30 tahun
,memiliki kenaikan resiko. Semakin muda ketika menerima pengobatan
radiasi, semakin tinggi resiko terkena kanker mammae di kemudian hari
h) Kepadatan Tisu Mammae
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita usia 45 tahun atau lebih
yang memiliki minimal 75% jaringan padat pada mammogram memiliki
peningkatan resiko mengembangkan kanker mammae namun belum
diketahui alasannya.

12

i) Penggunaan Hormon Estrogen dan Progestin


Jika mendapatkan terapi penggantian hormon estrogen saja atau estrogen
plus progestin selama 5 tahun atau lebih setelah menopause, memiliki
peningkatan resiko mengembankan kanker mammae. Selain resiko kanker
mammae, estrogen plus progestin juga meningkatkan resiko penyakit
jantung,stroke,demensia dan pembekuan darah.
j) Obesitas Setelah Menopause
Jika mengalami obesitas setelah menopause,beresiko 1,5 kali lebih besar
untuk mengembangkan kanker mammae dibandingkan dengan wanita
berberat badan normal.
k) Aktivitas Fisik
Sebuah penelitian terbaru dari Womens Health Intiative menemukan
bahwa aktivitas fisik pada wanita menopause yang berjalan sekitar 30
menit/hari dikaitkan dengan penurunan 20% resiko kanker mammae. Namun,
pengurangan resiko terbesar diantara wanita yang berberat badan normal.
Dampak aktivitas fisik tidak ditemukan dikalangan wanita yang kelebihan
berat badan atau obesitas. Aktivitas fisik yang dikombinasi dengan diet dapat
menurunkan berat badan sehingga pada akhirnya menurunkan berat badan
sehingga pada akhirnya menurunkan resiko kanker mammae dan berbagai
penyakit lainnya.

H. PATOFISIOLOGI KANKER PAYUDARA

13

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Tahap Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi
lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

14

Tahap Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi, oleh karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan yaitu sel-sel yang peka dan karsinogen.

I.

MANIFESTASI KLINIK

a) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi.


Nyeri di daerah massa (mammae)
Perubahan bentuk dan besar mammae
Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada areola mammae
Kemerahan atau penebalan pada kulit puting atau mammae
Pengelupasan papilla mammae
Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,
Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer

i)
j)
k)
l)
m)

padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.


Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi
Pembengkakan pada seluruh atau sebagian mammae, terasa panas, memerah.
Iritasi pada kulit mammae yang sulit sembuh, terasa sangat gatal.
Ada benjolan yang keras di mammae
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada 1 mammae

15

n) Benjolan yang keras itu tidak bergerak ( terfiksasi ). dan biasanya pada awalawalnya tidak terasa sakit
J. DIAGNOSA KANKER PAYUDARA
a. Anamnesis
Benjolan di mammae biasanya mendorong penderita untuk ke dokter.
Pada umumnya keluhan waktu datang : tumor mammae tidak nyeri (66%),
tumor mammae nyeri (11%), perdarahan/ cairan dari puting susu (9%),
edema lokal (4%), retraksi puting susu (3%). Konsistensi kelainan ganas
biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke
papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke
kelainan fibriokistik.
b. Pemeriksaan Klinis
Sebaiknya pemeriksaan mammae dilakukan di saat pengaruh hormonal
seminimal mungkin (setelah 1 minggu dari hari terakhir menstruasi). Untuk
inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring atau keduaduanya. Kemudian perhatikan bentuk kedua mammae, warna kulit,
tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus
dan benjolan. Dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelaianan terlihat lebih
jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal
tipis di punggung, sehingga mammae terbentang rata. Palpasi dilakukan
dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada
setiap kuadran mammae. Yang diperhatikan pada dasarnya sama dengan
penilaian tumor di tempat lain.
Pada sikap duduk, benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring,
kadang lebih mudah ditemukan. Perubahan aksila pun lebih mudah pada
posisi duduk.Pemeriksaan kelenjar getah bening regional dilakukan dengan
palpasi kelompok kelenjar getah bening sekitar mammae.
Tabel 2.10.2.1 Gejala dan Penyebab
Gejala

yang Penyebab yang Mungkin

Dirasakan
Nyeri:
- Berubah

Nyeri lebih khas pada infeksi daripada


sesuai

tumor

16

siklus menstruasi

Penyebab fisiologis, seperti pada


tegangan pramenstruasi atau penyakit

Rasa
menetap,

nyeri fibrokistik
tidak

tergantung siklus
menstruasi

Bisa disebabkan oleh infeksi, kadang


tumor jinak atau tumor ganas

Benjolan di
Mammae
-

Keras

Permukaan licin pada fibroadenoma


atau kista

Permukaan kasar, berbenjol, atau


melekat pada kanker atau inflamasi
non-infektif

Kenyal

Kelainan Fibrokistik

Lunak

Lipoma

Perubahan Kulit

Penarikan kulit/dinding dada lebih khas


pada tumor daripada penyakit jinak

Bercawak

Benjolan
kelihatan

Kulit jeruk

Sangat mencurigakan karsinoma


Kista, karsinoma, fibroadenoma
membesar
Di atas benjolan: kanker (tanda khas)

Kemerahan

Tukak

Infeksi (jika ada tanda panas)


Kanker lama (biasa pada usia lanjut)

Kelainan
Puting/Areola
-

Retraksi

Fibrosis karena kanker

Inversi Baru

Retraksi fibrosis karena kanker (kadang


fibrosis karena pelebaran duktus)

17

Eksema

Unilateral: penyakit Paget (tanda khas


kanker)

Keluarnya Cairan
-

Seperti susu

Kehamilan atau laktasi

Jernih

Normal

Hijau

(Peri) menapouse
Pelebaran duktus
Kelainan fibrokistik

Hemoragik

Karsinoma
Papiloma intraduktus

K. Staging Kanker Payudara


Menurut AJCC VI (3):
Tx

: tumor primer tidak dapat ditetapkan

To

: tumor primer tidak dapat ditemukan

Tis

: Ca in situ (intraduktal Ca, Lobular Ca in situ, penyakit Paget pada


Papilla)

T1

: tumor berdiameter < 2 cm

T1a

: diameter < 0,5cm

T1b

: diameter 0,5-1cm

T1c

: diameter 1-2cm

T2

: diameter 2-5cm

T3

: diameter > 5cm

T4a

: infiltrasi pada dinding dada (fascia pektoralis)

T4b

: infiltrasi pada kulit (edem,ulserasi,lesi satelit)

18

T4c

: infiltrasi pada dinding dada dan kulit

T4d

: Ca inflammatory

Nx

: metastase lnn tidak dapat ditetapkan

No

: metastase lnn tidak dapat ditemukan

N1

: metastase lnn axilla ipsilateral

N2a

: metastase lnn axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan
dengan struktur

sekitarnya

N2b

: metastase lnn mamaria interna tanpa metastase ke lnn axilla

N3a

: metastase lnn infraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla

N3b

: metastasis lnn mamaria interna dengan metastasis lnn axilla

N3c

: metastasis lnn supraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla

Mx

: metastasis jauh tidak dapat ditetapkan

Mo

: metastasis jauh tudak dapat ditemukan

M1

: terdapat metastasis jauh

Gambaran TNM secara terstruktur

19

Klasifikasi Stadium PORTMAN yang disesuaikan dengan aplikasi klinik :

Stadium I
dalam
jaringan

Tumor

mammae,

terbatas

bebas

dari

sekitarnya,tidak

ada

fiksasi/infiltrasi

ke

kulit

dan

jaringan yang dibawahnya (otot).


Besar

tumor

1-2cm.KGB

regional belum teraba.


Stadium II : Stadium I,besar
tumor 2,5-5 cm dan sudah ada

satu atau beberapa KGB axilla yang masih bebas < 2cm

Stadium IIIA : Tumor sudah meluas dalam mammae (5-10 cm) tapi masih

bebas di jaringan sekitarnya,KGB axilla masih bebas satu sama lain


Stadium IIIB : Local advanced. Tumor sudah meluas dalam mammae (510cm),fiksasi pada kulit atau dinding dada,kulit merah dan ada edema (lebih
dari 1/3 payudara kiri),ulserasi,nodul satelit,KGB axilla melekat satu sama
lain atau terhadap jaringan sekitarnya lebih dari 2 cm, belum ada

metastase jauh
Stadium IV
Disertai dengan KGB aksia supra-klavikula dan metastase jauh lainnya.

20

Tabel 2.11.1. Klasifikasi cTNM klinis

N
Kelenjar limfe regional
NX
Kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0
Tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1
Di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe limfe mobil
T N2 Kanker
Primer
Kelenjar
limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
TX

dengan
jaringan
lain dinilai
atau bukti
klinis
menunjukkan
Tumor
primer
tak dapat
(misal
telah
direseki) terdapat metastasis kelenjar

limfe mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar


T0N2a TakKelenjar
ada buktilimfe
lesi primer
aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
Tis
Karsinoma
in situ. Mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma in
lain
N2b situBukti
klinispenyakit
menunjukkan
terdapat
metastasis
kelenjar
limfe mamaria
lobular,
paget papila
mammae
tanpa
nodul (penyakit
paget interna
namun
tanpa
metastasis kelenjar
limfe
aksilarnodul )
dengan
nodul
diklasifikasikan
menurut
ukuran
N3
Metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral atau bukti klinis
T1
Diameter tumor sebesar <= 2cm
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis
Tmi Infiltrasi
mikro
0,1 cm
kelenjar
limfe<=aksilar
atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipslilateral
c N3a Metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b Bukti klinis menunjukan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
T1a Diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 5cm
metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c
Metastasis
kelenjar
limfe
supraklavikular
T1c Diameter
terbesar
> 1 cm,
tapi
< 2c
:
T2Catatan
Diameter
tumor terbesar > 2cm, tapi <= 5cm
1) Kelenjar limfe regional adalah kelenjar limfe aksilar dan kelenjar limfe mamaria
T3
Diameter tumor terbesar > 5 cm
interna. Kelenjar limfe mamaria interna secara klinis dibagi menjadi kelompok
T4
Berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau kulit
infra-aksilar atau level I, kelompok intra-aksilar atau level II dan kelompok supra(dinding toraks termasuk tulang iga, m. interkostales dan m. seratus anterior,
aksilar atau level III. Kelompok infra-aksilar adalah kelenjar limfe lateral dari margo
tak termasuk m. pektoralis)
lateral otot pektoralis minor, kelompok infra-aksilar adalah kelenjar limfe di antara
T4a margo
Menyebar
ke dinding
toraks
medial
dan lateral
otot pectoralis minor (termasuk kelenjar limfe di antara
T4b otot
Udem
kulit mammae
(termasuk
dorange)
atau ulserasi
nodullimfe di
pektoralis
mayor dan
minor), peau
kelompok
supra-aksilar
adalahatau
kelenjar
satelit di
mammae
ipsilateral
medial
dari
margo medial
otot pektoralis minor.
2) Bukti klinis : menunjukkan bukti yang ditemukan dari pemeriksaan klinis,
T4c Terdapat 4a dan 4b sekaligus
pemeriksaan pencitraan ( tak termasuk pencitraan sintigrafi kelenjar limfe), atau
T4d Karsinoma mammae inflamatorik
bukti dari pemeriksaan makroskopik patologik
M
Catatan : Metastasis jauh
MX Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0
Takmikroinvasif
ada metastasis
jauh diklasifikasi berdasarkan massa terbesar, tidak
1) Lesi
multiple,
atas dasar total massa lesi multiple tersebut
2) Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsy kulit negatif
21

dan tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologik adalah
pTx

M1

Ada metastasis jauh

Tabel 2.11.2 Klasifikasi Patologik pTNM


pT
N
pNx
pN0

Kelenjar limfe regional


Kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
Secara histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan

pN0

pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi ( ITC)


Histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC negative

(i-)
pN0

Histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC positif

(i+)
pN0

Histologist tak ada metastasis kelenjar limed, pemeriksaan molecular ITC

(mol-)
pN0

negative (RT-PCR)
Mikrometastasis (diameter terbesar > 0,2 mm, tapi < 2mm)

(mol+)
pN1mi

Diaksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe

pN1

mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis


Di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatis atau dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara makroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe

pN1a

mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis


Diaksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatis dan minimal 1

pN1b

kelenjar limfe metastatis berdiameter maksimal > 2 mm


Dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis

pN1c
pN2

kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis


pN1a disertai pN1b
Diaksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatis atau bukti klinis
menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi tanpa

pN2a

metastatsis kelenjar limfe aksilar


Diaksila terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatis dan minimal 1 kelenjar limfe

pN2b

metastatis berdiameter maksimal > 2mm


Bukti klinis menunjukkan metastatis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral

pN3

tapi tanpa metastass kelenjar limfe aksilar


Di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatis kelenjar
limfe infraklavikular ipsilateral atau bukti klinis menunjukkan metastasis
kelenjar limfe mamaria interna disertai metastatsis kelenjar limfe aksilar
22

ipsilateral atau secara klinis negative, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara
mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral,
tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar
pN3a

metastatis atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral


Di aksila terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatis dan minimal satu
kelenjar limfe metastatis berdiameter terbesar > 2mm atau metastasis kelenjar

pN3b

limfe infraklavikular
Bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis

kelenjar limfe aksilar ipslateral atau secara klinis negatif, dari

diseksi kelenjar limfe

sentinel secara

mikroskopik ditemukan metastasis

kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun
pN3c

terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatis


Bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai
metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral, atau secara klinis negative, dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis
kelenjar limfe mamria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat

lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatis


Metastasi kelenjar limfe supra-klavikular

23

KLASIFIKASI STADIUM KLINIS :


Stadium 0

: TisN0M0

Stadium I

: T1N0M0

Stadium II

: T0N1M0
T1N1M0
T2N0M0

Stadium IIB

: T2N1M0
T3N0M0

Stadium IIIA : T0N2M0


T1N2M0
T3N1-2M0

24

Stadium IIIB : T4, N apapun, M0


Stadium IIIC : T apapun, N3M0
Stadium IV

: T apapun, N apapun, M1

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi antara lain : fine needle aspiration, needle core
biopsy dengan jarum silverman, exicional biopsy dan pemeriksaan frozen
section saat operasi. Pada umumnya fungsi dengan jarum halus
(FNAB/Fine Needle Aspiration Biopsy) sering dipakai. Pemeriksaan ini
juga dapat menentukan perlu tidaknya segera pembedahan dengan sediaan
beku atau dilanjutkan dengan pemeriksaan lain ataupun langsung dilakukan
ekstirpasi.
Penentuan derajat diferensial histologis :
1. G1 : derajat keganasan rendah
2. G2 : derajat keganasan sedang
3. G3 : derajat keganasan tinggi
Jenis histologis :
1. Duktal (timbul dari epitelium duktus) : non invasive/invasive
2. Lobular (timbul dari epithelium lobular) : non invasive/invasive
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah
radikal, sebab hasil negatif

palsu sering terjadi, sedangkan hasil

pemeriksaan positif palsu selalu dapat terjadi.


b. Pemeriksaan Radiologi
Pemerisaan dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil
sekalipun. Tanda berupa mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila
secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mammografi tidak ditemukan
apa pun, maka pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi, sebab
sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya jika
mammografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor, maka
pemeriksaan harus dilanjutkan pada fungsi atau biopsi pada tempat yang
25

ditunjukkan pada foto tersebut.Mammogram pada masa pramenopause


kurang bermanfaat karena gambaran kanker di antara jaringan kelenjar
kurang tampak. USG berguna terutama untuk menentukan kista; kadang
tampak kista 1-2 cm. Pada mammografi, gambaran karsinoma mammae
adalah ireguler, berspikula, massa radioopak dengan mikrokalsifikasi.
i. Diagnosis Pasti
Penilaian untuk karsinoma mammae melalui 3 langkah (triple
diagnostic), yaitu: Pemeriksaan klinis, radiologis dan sitologis (8).

M. GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Sediaan ini diambil dari mastektomi radikal dan pengangkatan kelenjar limfe
aksila yang dilakukan pada pasien kanker payudara.
1. Mikrokopik tampak jaringan limfoid normal pada bagian luar jaringan
limfoid
2. Sedangkan dibawahnya jaringan limfoid sudah diinfiltrasi dan digantikan
oleh kelompok sel tumor ganas dengan struktur khas dan sangat mirip tumor
primernya di payudara

26

Pembesaran 4 x.

Pembesaran 10x.
N. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding kanker payudara, antara lain :
1. Fibroadenoma mamae (FAM), FAM merupakan tumor jinak payudara yang
biasanya terdapat pada usia muda (15-30) dengan konsistensi padat kenyal,
batas tegas, tidak nyeri dan mobil.
2. Kelainan fibrokistik. Kelainan fibrokistik merupakan tumor jinak payudara
dengan konsistensi padat kenyal/kistik, tidak berbatas tegas, terdapat nyeri
terutama menjelang haid, ukurannya membesar, biasanya bilateral/multiple.
Terapinya dengan medikamentosa simptomatik.
3. Tumor phylodes baik ganas dan jinak, seperti kistosarkoma filoides.
Kistosarkoma filoides menyerupai fibroadenoma mamae(FAM) yang besar,

27

berbentuk bulat lonjong, berbatas tegas, dan mobil. Ukurannya bisa


mencapai 20-30 cm.
4. Galaktokel. Merupakan massa tumor kistik akibat tersumbatnya saluran/
duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru/ sedang menyusui
5. Mastitis yang luas. Mastitis merupakan infeksi payudara dengan tanda
radang lengkap. Mastitis dapat berkembang mejadi abses. Mastitis biasanya
terdapat pada ibu yang menyusui. Mastitis yang luas terutama pada mastitis
tuberkulosa
6. Keganasan lainnya dari payudara (sarcoma-limfoma dll)
O. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Bedah

Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0,I,II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable.
Pola operasi yang sering dipakai adalah :

28

Mastektomi Radikal
Lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae,m.pektoralis mayor,m.pektoralis minor
dan jaringan limfatik dan lemak subkapular,aksilar secara kontinu enblok

direseksi.
Mastektomi Radikal Modifikasi
Lingkup reseksi sama

dengan

tekhnik

radikal,

tapi

mempertahankan m.pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss)


atau mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor
(model Patey). Pola operasi memiliki kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi,tapi sulit membersihkan kelenjar limfe

29

aksilar superior. Mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai

mastektomi radikal standar luas digunakan secara klinis.


Mastektomi Total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae

tanpa

membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk

karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.


Mastektomi Segmental Plus Diseksi Kelenjar Limfe Aksilar
Secara umum disebut dengan operasi konservasi mammae
(BCT).Biasanya dibuat 2 insisi terpisah di mammae dan aksila.
Mastektomi segmental bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar
mammae normal di tepi tumor,dibawah mikroskop tak ada invasi tumor

di tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.


Mastektomi Segmental Plus Biopsy kelenjar Limfe Sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan diatas. Kelenjar limfe
sentinel adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma
mammae,saat operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat
mengangkat kelenjar limfe sentinel,di biopsy,bila patologik negatif maka
operasi dihentikan,bila positif maka dilakukan diseksi kelnjar limfe
aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola
operasi yang mana yang terbaik masih controversial. Secara umum
dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat
mereseksi tuntas tumor,kemudian baru memikirkan sedapat mungkin
konservasi fungsi dan kontur mammae. Secara umum,terhadap lesi < 3
cm dan kelenjar limfe aksilar tidak jelas membesar, harus lebih
mempertimbangkan terapi kombinasi konservasi mammae, kalau tidak

lebih mempertimbangkan operasi radikal.


b. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
Radioterapi Murni Kuratif
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang
ideal,survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien

dengan kontra indikasi atau menolak operasi.


Radioterapi Adjuvant

30

Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut


pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi praoperasi dan pasca operasi.
Radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi dapat
membuat sebagian kanker non-operabel menjadi kanker mammae operable.
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu
ditambah radioterapi kelenjar limfe regional) pasca operasi konservasi mammae
(operasi segmental plus diseksi kelenjar aksilar atau biopsy) dan radioterapi
adjuvant pasca mastektomi. Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah
diameter tumor primer >5 cm,fasia perktoral terinvasi,jumlah kelenjar limfe
aksilar matastasik lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif.
a. Radioterapi Paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan
rekurensi,metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.
Selain itu, kadang kala digunakan radiasi terhadap ovarium bilateral
untuk menghambat fungsi ovarium sehingga dicapai efek kastrasi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi Pra-Operasi
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan
kemoterapi intra-anterial,mungkin dapat membuat sebagian kanker

mammae lanjut non-operabel menjadi kanker mammae operable.


Kemoterapi Adjuvant Pasca Operasi
Indikasi kemoterapi ini relatif luas terhadap semua pasien
karsinoma invasive dengan diameter terbesar tumor lebih besar atau
sama dengan 1 cm kemoterapi adjuvant.Hanya terhadap pasien lanjut
usia dengan ER,PR positif dapat dipertimbangkan hanya member terapi

hormonal.
Kemoterapi Terhadap Kanker Mammae Stadium Lanjut atau Rekuren
dan Metastatic
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain bagian kecil
masih memakai regimen CMF semakin banyak yang memakai
kemoterapi kombinasi berbasis golongan antrasiklin.Terhadap pasien
dengan kelenjar limfe positif, reseptor hormon negatif masih dapat
dipertimbangkan memakai golongan taksan.
31

Tabel 2.15.1 Regimen Kemoterapi Adjuvant yang sering dipakai :


Regimen
CMF

Dosis
600mg/m2

Hari
D1

Siklus

(Regimen 3 M : MTX

40mg/m2

D1

21hari/siklus x 6

minggu)
CMF

600mg/m2
600mg/m2

D1
D1

(Regimen 4 M : MTX

30-40mg/m2.d

D1,d8

minggu)

F : 5FU

400-

D1,d8

C : CTX

600mg/m2.d
600mg/m2

D1

(Regimen 3 A : ADR

50mg/m2

D1

minggu)
CAF

600mg/m2
100mg/m2 (po)

D1
D1 14

(Regimen 4 A : ADR

30mg/m2

D1,d8

28hari/siklus x 6

minggu)
AC

F : 5FU
A : ADR

500mg/m2.d
60mg/m2

D1,d8
D1

21hari/ x 6

FEC

F : 5FU
F : 5FU

600mg/m2
500mg/m2

D1
D1

CAF

Obat
C : CTX
Fb : 5FU
C : CTX

F : 5FU
C : CTX

: 75mg/m2

Epirubisin
C : CTX
T

TAC

AC T

21hari/siklus x 6

21hari/siklus x 6

500mg/
D1
D1

m2
: 75mg/m2

Taksotere

D1

28hari/siklus x 6

50mg/

D 21hari/siklus x 6

A : ADR

m2

C : CTX
A : ADR

500mg/m2
60mg/m2

D1
D1

21hari/ x 4;selesai

C : CTX

600mg/m2

D1

AC

T : Taksol

175mg/m2

D1

21hari/siklus x 4

Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormone dependen. Pada kanker mammae dengan
reseptor estrogen positif stadium awal, terapi hormonal berperan penting dalam
terapi adjuvant, sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi. Pada

32

kanker mammae dengan estrogen dan progesterone reseptor, sekitar 77%


memberikan respon yang positif terhadap terapi hormonal. Untuk wanita
premenopause,terapi hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy.
Untuk post menopause terapinya berupa pemberian obat anti esterogen dan untuk 15 tahun menopause jenis terapi tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek
esterogen positif dilakukan terapi ablasi, efek esterogen negative dilakukan
pemberian obat-obatan anti esterogen.Indikasi pemberian terapi hormonal adalah
bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Biasanya bersifat paliatif dan
diberikan sebelum kemoterapi..Terapi hormonal berfungsi menrunkan kemampuan
estrogen untuk merangsang mikrometastasis atau sel kanker dorman.
a. Tamoxifen
Tamoxifen merupakan selective estrogen receptor modulator (SERM),
yang mengikat dan menghambat reseptor estrogen di mammae. Sebagaian
tagonis

reseptor,

tamoxifen

efektif

untuk

wanita

premenopause

dan

postmenopause. Tamoxifen memiliki efek stimulasi reseptor estrogen di jaringan


lain, seperti tulang dan endometrium. Efek samping yang dapat dijumpai pada
penggunaan tamoxifen adalah

flushing,

perdarahan vagina, discharge,

dispareunia, gejala frekuensi dan urgensi dalam berkemih, dan gangguan mood
atau depresi.
b. Aromatase Inhibitor (AI)
AI berfungsi menghambat aromatase, suatu enzim yang berperan dalam
mengubah hormon-hormon steroid menjadi estrogen. Aromatase ditemukan di
lemak tubuh, kelenjar adrenal, dan jaringan payudara, termasuk sel tumornya.
Aromatase merupakan sumber estrogen penting pada wanita postmenopause dan
mungkin dapat menjadi alasan obesitas meningkatkan risiko kanker mammae
pada wanita postmenopause. AI tidak memengaruhi produksi estrogen ovarium,
sehingg a hanya efektif pada wanita postmenopause.
Ada dua jenis aromatase inhibitor yaitu irreversible steroidal activators dan
reversible nonsteroidal imidazole-based inhibitors, walaupun kedua jenis AI ini
berfungsi untuk mengganggu langkah terakhir pada biosintesis esterogen, kedua
AI tersebut melakukannya dengan mekanisme yang berbeda.

33

irreversible steroidal activators, sepertiexemestane, memiliki struktur


androgen dan bersaing dengan androstenedion yang merupakan substrat
aromatase alami, mereka berikatan secara irreversible pada daerah katalitik
aromatase yang menyebabkan aktivitas enzim tersebut berhenti sehingga
lebih banyak enzim aromatase yang harus diproduksi untuk melanjutkan
biosintesis yang berhenti. Oleh karena itu, irreversible steroidal activators
sering disebut sebagai inhibitor bunuh diri. Karena struktur steroid mereka,
metabolitexemestanedan 17-hydroexemestane memiliki potensi untuk
menyebakan efek androgenic.

reversiblenonsteroidal imidazole-based inhibitors berinteraksi dengan


bagian sitokrom P450 dari enzim aromatase dan mengganggu biosintesis
estrogen tergantung pada keberadaan lanjutan dari agen nonsteroidini. Agen
nonsteroidini termasuk generasi kedua agenaminoglutethimide dan generasi
ketiga agenanastrozole dan letrozole.

Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menginduksi pengurangan kadar


estrogen pada tumor.
Hal ini bisa dicapai dengan :
-

Blockade reseptor dengan menggunakan satu dari selective estrogen receptor

modulators sepertit amoxifen dan toremifene.


Supresi estrogen sintesis dengan aromatase inhibitor (anastrozole, letrozole,
exemestane) pada wanita post menopause atau dengan

LH-RH analog

(goserelin) pada wanita pre menopause.


Ablasiovarium dengan oophorectomy pada wanita pre menopause.

Penggunaan Tamoxifen memperlihatkan 50% penurunan resiko rekurensi kanker


mammae dan 28% penurunan angka kematian pada kanker mammae.
Ada juga teknologi terbaru untuk pengobatan kanker mammae menggunakan
antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal adalah zat yang di produksi oleh sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan, ini merupakan
kompenen penting dari sistem kekebalan tubuh, mereka dapat mengenali dan
mengikat antigen yang spesifik. Pada teknologi antibodi monoklonal, sel tumor
yang dapat mereplikasi tanpa henti digabungkan dengan sel mamalia yang
memproduksi antibodi, hasil dari gabungan tersebut menciptakan antibodi

34

monoklonal yang mana mengenali setiap determinan yang antigen (bagian dari
makro molekul yang dikenali oleh epitope/ sistem kekebalan tubuh). Mereka
menyerang molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara epitope yang sama,
selain sangat spesifik mereka juga memberikan landasan untuk perlindungan
melawan patogen. Pada ca mammae salah satu antibodi monoklonal yang
digunakan adalah trastuzumab yang bekerja melawan protein HER-2, protein yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan sel kanker mammae pada 15-25% kasus.
Penambahan

trastuzumab

pada

kemoterapi

terbukti

menurunkan

tumbuh

kembalinya kanker dan mengurangi angka kematian pada penderita kanker


mammae yang memiliki protein tersebut (Manuaba)
Terapi antibodi anti-HER2/neu
Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru
didiagnosis, saat ini direkomendasikan. Hal ini digunakan untuk tujuan prognistik
pada pasien tanpa pembesarann KGB untuk membantu pemilihan kemoterapi
adjuvan karena dengan regimen adriamycin memberikan respon yang lebih baik
pada karsinoma mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan
overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang
ditambahkan pada kemoterapi adjuvant (9).
P. PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara tergantung pada tingkat pertumbuhannya. Dari hasil
pengamatan, umumnya penderita kanker payudara sudah tidak dapat ditolong
karena terlambat diketahui dan pemberian terapinya. Hasil penelitian di rumah
sakit cipto mangunkusumo, Jakarta yang dilakukan dalam tahun 1988-1991
menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang memeriksa diri atau
berobat ketika penyakit sudah pada stadium lanjut (7).
Prognosis kanker ini sangat bergantung pada ukuran tumornya, jumlah kelenjar
limfe

yang

terlibat

dan

ada

tidaknya

invasi

limfovaskuler.

Kanker ini dapat tumbuh di mana saja pada kelenjar mammae. Tumor ini
dikelompokkan berdasarkan

asal selnya,lobular atau duktal. karsinoma duktal

mencakup 85% kanker mammae dan dapat bersifat noninvasif maupun infiltratif.
Karsinoma duktal yang secara histologi di temukan pada membran basal ductus
diperkirakan

merupakan

lesi

prekursos

untuk

terjadinya

karsinoma

35

invasive,setidaknya 33% lesi ini akan berlanjut menjadi kanker yang invasif dalam
5 tahun.
Q. PENCEGAHAN
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok besar,
yaitu pencegahan pada lingkungan pada pejamu dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak
menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.Begitu pula pada kanker
mammae, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker mammae merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat"melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan mammae sendiri) yang dilakukan
secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker
mammae ini.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker mammae. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker mammae.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
mammae, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita
yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker mammae.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan

cancer risk assessement survey


Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan

mammografi setiap tahun.


Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampa
imencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa

36

kematian oleh kanker mammae lebih sedikit pada wanita yang melakukan
pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Mammae Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
mammae hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
3) Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah
positif menderita kanker mammae. Penanganan yang tepat penderita kanker
mammae sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa
operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup
penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
Berikut cara mencegah kanker payudara secara umum :
Kesadaran akan mammae itu sendiri
Lebih dari 90% tumor mammae dideteksi oleh wanita itu sendiri.
Perhatikan setiap perubahan pada mammae menjadi bagian penting
perawatan kesehatan wanita. Saat ini, wanita disarankan untuk breast
aware. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa mammae mereka di
depan cermin dan rasakan saat mandi atau terlentang pada periode
berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal
dapat diketahui segera.

37

Berikan ASI pada bayi


Beberapa penelitin menunjukkan ada hubungan antara pemberian
ASI dan menurunnya resiko berkembangnya kanker mammae meskipun
belum ada kesepakatan yang jelas akan hal ini. Para peneliti mengklaim
bahwa lebih muda dan lebih lama seorang ibu memberikan ASI pada
bayinya adalah semakin baik. Hal ini didasari pada teori bahwa kanker
mammae berkaitan dengan hormon estrogen. Pemberian ASI secara

berkala akan mengurangi tingkat hormon tersebut.


Jika menemukan gumpalan, segera ke dokter
Penelitian menunjukkan banyak wanita menunda untuk ke dokter
jika mereka menemukan gumpalan pada mammaenya, mereka takut
memiliki kanker. Ini adalah hal terburuk yang mereka lakukan. Jika
menemukan gumpalan, segera konsultasi ke dokter karena ini akan
membantu menenangkan pikiran. Jika gumpalan tersebut adalah kanker,

segera lakukan pengobatan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa.


Cari tahu apakah ada sejarah kanker mammae pada keluarga

38

Masih perlu banyak penelitian untuk memahami secara


menyeluruh semua penyebab kanker mammae. Tetapi satu hal yang
perlu untuk diyakini adalah faktor gen. Faktor ini setidaknya sebanyak
10% dari semua kasus kanker mammae. Hal ini dianggap satu dalam 500 orang
membawa gen yang dapat membuat mereka diduga memiliki penyakit

tersebut.
Perhatikan konsumsi alcohol
Dalam sejumlah penelitian, alkohol memiliki kaitan dengan
kanker. Ha ini didasari pada kenyataan bahwa alkohol meningkatkan

estrogen.
Perhatikan berat badan
Obesitas nampaknya

dapat

meningkatkan

resiko

kanker

mammae. Para peneliti menemukan wanita dengan berat 44 sampai 55


pound setelah umur 18 sebanyak 40% memiliki resiko lebih tinggi
terkena kanker dibanding mereka yang berubah-ubah hanya 4 atau 5 pound

semasa remajanya.
Olahraga secara teratur
Beberapa penelitian

menyarankan

bahwa

olahraga

dapat

menurunkan resiko kanker mammae. Hal ini karena penelitian


menunjukkan bahwa semakin kurang berolahraga, semakin tinggi

tingkat esrogen dalam tubuh.


Kurangi makanan berlemak
Ada banyak perdebatan tentang hubungan kanker mammae
dengan diet. Tetapi ada bukti bahwa gaya hidup barat tertentu
nampaknya dapat meningkatkan resiko penyakit. Pertahankan asupan
makanan rendah lemak,tidak melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini
akan membantu mempertahankan diet seimbang yang juga membantu menjaga
berat badan. Kita menyimpan estrogen di lemak tubuh, jadi lebih sedikit

lemak yang kita bawa, lebih baik.


Setelah usia 50 tahun, lakukan screening mammae secara teratur.
Meskipun masih diperlukan banyak penelitian untuk menentukan
penyebab kanker mammae, satu dari faktor utama penyebab adalah
faktorusia. 80% kanker mammae terjadi pada wanita berumur diatas 50

tahun.
Belajar relaks

39

Banyak tercatat bahwa stres dapat menyebabkan semua jenis


masalah kesehatan. Meskipun masih banyak perdebatan atas temuan ini,
menurunkan tingkat stres akan menguntungkan untuk kesehatan secara

menyeluruh,termasuk resiko kanker mammae.


Masukkan brokoli ke dalam menu harian anda.
Kira-kira dalam sehari Anda hanya membutuhkan secangkir
brokoli. Tahukah Anda, brokoli mengandung senyawa sulfuraphane yang secara

ilmiah terbukti mengurangi risiko kanker.


Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian.
Pilihlah sayuran berwarna hijau dan oranye. Makanlah tomat
yang kaya dengan likopen. Konon likopen juga agen yang berfungsi
memerangi kanker.

Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan.


Disamping minum teh hijau, makan dark chocolate sesekali,
karena secara ilmiah terbukti cokelat sebagai agen yang memerangi
kanker. Namun ingat jangan cokelat manis, karena Anda tidak akan

mendapat manfaatnya.
Konsumsi kedelai dan olahannya.
Di dalam kedelai terkandung 40% protein yang terdiri dari asam
lemak esensial dengan daya cerna yang sangat baik, 15 % oligosakarida dan
monosakarida, 15 % serat, 20 % lemak yang sebagian besar terdiri dari
asam lemak tak jenuh dan 10 % adalah bahan lainnya. Selain itu
senyawa fitokimia pada kedelai memiliki aktiviats biologis, salah
satunya adalah isoflavon yang tetap stabil pada suhu panas sehingga
tidak berubah struktur oleh suhu masak dan fermentasi, yang dapat
mencegah kanker (10).

R. KOMPLIKASI
Komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan neurovaskuler
2. Metastasis : orak, paru, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

40

DAF TAR

PU S TAKA

1. Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama
2. Sloane, ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.2003. Jakarta : EGC
3. Desen, W.2011.Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
4. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
5. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
6. Ramli, M., et al. 1994. Ilmu Bedah. Jakarta : Bagian bedah staf pengajar fakultas
kedokteran Indonesia.
7. Purwoastuti, E. 2008. Kesehatan Masyarakat Kanker Payudara. Yogyakarta :
Kanius
8. Machsoos, B. D. 2006. Pendekatan Diagnostik Tumor Padat. Buku Ajar
Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
9. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
10. Underwood, J.C.E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
11. Corwin, Elisabeth J. 2000.Patofisiologi. Jakarta: EGC
12. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.
13. Suega, Ketut, Bakta I Made. 2009. Penanda Tumor dan Aplikasi Klinik dalam
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus.
Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
InternaPublishing.
14. Manuaba,TjakraW.KankerPayudaraEdisikedua.EGC:Jakarta

41

15. http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/kanker-payudara-diagnosadan-penanganan_11.html

42

Anda mungkin juga menyukai