dikemukakan, bahwa secara khusus pengajaran muatan lokal bertujuan agar peserta
didik: Pertama, mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, social, dan
budayanya. Kedua, memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi diri sendiri maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya. Ketiga, memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan-aturan
yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunaan nasional.[4] Dengan demikian kurikulum
muatan lokal pada hakekatnya bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara peserta didik
dengan lingkungannya.
B. KEDUDUKAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
Kurikulum muatan lokal merupakan upaya penyelenggaraan pendidikan yang mana isinya
disesuaikan dengan keadaan, potensi dan kebutuhan daerah setempat. Hal ini sejalan dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Mengacu pada struktur kurikulum dan standar isi,
alokasi waktu untuk mata pelajaran muatan lokal di setiap jenjang pendidikan hamper sama yaitu
2 jam pelajaran, hanya berbeda waktunya untuk masing-masing jenjang. Jenjang Pendidikan
Dasar (SD/MI/SDLB) masing-masing 2 jam pelajaran perminggu (1 jam pelajaran = 35 menit).
Untuk SMP/MTs/SMPLB masing-masing 2 jam pelajaran perminggu (1 jam pelajaran = 40
menit). Jenjang Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK) masing-masing 2 jam
pelajaran perminggu (1 jam pelajaran= 45menit).[5]
Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa muatan lokal untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik di setiap tingkat
kelas. Adapun mengenai sisi dan pengembangannya merupakan kewenangan satuan pendidikan
dan daerah masing-masing. Muatan lokal yang disajikan dapat berupa: bahasa daerah, bahasa
asing, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat-istiadat (termasuk tata krama
dan budi pekerti), dan pengetahuan tentang karakteristik lingkungan sekitar, serta hal-hal yang
dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
C. PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto untuk memilih dan menentukan jenis-jenis mata pelajaran
muatan lokal sebaiknya mempertimbangkan minat siswa, tenaga pengajar, sarana pendukung,
dunia kerja, dan juga tokoh masyarakat.[6] Adapun dalam pengembangannya secara umum perlu
mempertimbangkan:[7]
1.
Tujuan (untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah,
3.
Substansi yang akan dikembangkan (materinya tidak cocok jika digabungkan dengan mata
5.
6.
Setiap sekolah dapat melaksanakan mulok lebih dari satu jenis dalam tiap semester.
7.
Substansi dapat berupa program keterampilan produk dan jasa, seperti: Bidang Budi daya:
tanaman hias, tanaman obat, sayur dll; Bidang Pengolahan: pembuatan abon, kerupuk, ikan asin,
bakso dll; Bidang TIK: web desain, guide, akuntansi computer, kewirausahaan dll
8.
Sekolah harus menyusun SK, KD, dan silabus untuk masing-masing mulok yang
diselenggarakan sekolah
9.
Pembelajarannya dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau tenaga ahli dari luar sekolah
Apabila mata pelajaran muatan lokal yang ada di sekolah masih layak dan relevan untuk
diterapkan di sekolah, maka muatan lokal yang sudah ada itu yang dipakai yang kemudian
disusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya.
2.
Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah
bisa menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau tetap menggunakan mata
pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan muatan lokal yang
lebih sesuai.
Proses pengembangan muatan lokal melalui beberapa tahap yang ditangani oleh warga sekolah
dan komite sekolah. Penanganan secara professional muatan lokal merupakan tanggung jawab
pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu pihak sekolah dan kepala sekolah.[8] Jika pihak
tersebut merasa kurang mampu, maka bisa bekerja sama dengan unsur-unsur Depdiknas seperti
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),
Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah Daerah/Bapeda,
Dinas Departemen lain yang terkait, dunia usaha/industri, dan tokoh masyarakat.
Adapun peran dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah
masing-masing;
4.
5.
Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang
dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP
Sedangkan peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan
teknis dalam:
1.
3.
Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta
prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia
yang dibutuhkan[9];
2.
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah
yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang
bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia
usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah
yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.
[10] Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
a.
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis
kebutuhan.Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah,
antara lain untuk:
a.
b.
c.
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal
yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah[11]. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
a.
b.
c.
f.
g.
Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
4.
Berdasarkan penentuan bahan kajian tersebut, Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya
dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya
dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini
berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas,
potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah
kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran
muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.[12]
5.
Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Silabus dengan mengacu
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam
membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkahlangkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai
berikut:
1) Pengembangan Standar Kompetensi
Yaitu dengan menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
2) Pengembangan Kompetensi Dasar
Yaitu menentukan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan
melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.
b.
Mengembangkan indicator
2)
3)
4)
Pengalokasian waktu
5)
Pengembangan penilaian
6)
Setelah silabus dibuat, maka diimplementasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan komponen: a). Tujuan pembelajaran, b). Indikator, c). Materi Ajar/Pembelajaran, d).
Kegiatan Pembelajaran, e) Metode Pengajaran, f). Sumber Belajar. Setelah proses penentuan
mata pelajaran muatan lokal beserta penetuan SK, KD dan silabusnya sudah berhasil
dilaksanakan maka tindakan selanjutnya adalah pengimplementasian. Untuk mengetahui
seberapa tingkat keberhasilan dari implementasi tersebut dibutuhkan adanya penilain (evaluasi)
dengan memperthatikan hal-hal berikut ini:
a.
b.
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBELAJARAN MUATAN
LOKAL
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran muatan lokal adalah:[13]
1.
Pengorganisasian Bahan
a.
Bahan atau materi disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, baik
Memperhatikan kedekatan dengan peserta didik, baik secara fisik maupun psikis
c.
Memilih yang ada manfaat dan maknanya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bersifat fleksibel bagi guru dalam memilih metode dan media pembelajaran
e.
2.
Pengelolaan Guru
a.
diajarkannya
b.
3.
a.
b.
4.
a.
Pendanaan
b.
c.
Penyediaan tempat kegiatan belajar dan hal-hal yang menunjang keberhasilan pembelajaran
muatan lokal.
SEMOGA BERMANFAAT
[1] E.Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
273
[2] Abduloh Idi. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007), 260
[3] Ibid, 265
[4] E. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...274
[5] Ibid.,.275
[6] Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan.(Yogyakarta: Aditya Media,
2008), 156
[7] Masnur Muslich. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. (Bumi Aksara,2008), 18
[8] Abdulloh Idi, Pengembangan Kurikulum269
[9] Syaifudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputsat Pers,
2002), 64.
[10] Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1996),177.
[11] M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), 147
[12] Sujana, Pembinaan dan..,176.
[13] E.Mulyasa. Kurikulum Tingkat282-283