Anda di halaman 1dari 13

2.

6 Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan BBLR


2.6.1
1.

Pengkajian
Data Subyektif

Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
(Allen Carol V. 1993 : 28).
Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).
Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
Pola nutrisi
Yang

perlu

dikaji

pada

bayi

dengan

BBLR

gangguan

absorbsi

gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu


diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)
Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika

Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan


diet ketat atau pantang makanan tertentu.
Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif
2.

Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)
Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering
pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A,
1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk
menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.

Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubunubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae

pada

garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda
infeksi pada tali pusat.
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.
Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter
Patricia A, 1996 : 109-356).
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang
tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10
mg/dl

2.6.2 Analisa Data dan Perumusan Masalah


Kemungkinan

Sign / Symptorn
1.

Pernafasan

Masalah

Penyebab

tidak

teratur,

pernafasan cuping hidung,

Produksi

surfactan

yang

Gangguan pertukaran gas

belum optimal

cyanosis, ada lendir pada


hidung dan mulut, tarikan
inter-costal,

abnormalitas

gas darah arteri.


2.Akral dingin, cyanosis pada

ekstremmitas, keadaan umum

lapisan lemak dalam kulit

Resiko terjadinya hipotermia

tipis

lemah, suhu tubuh dibawah


normal
3.Keadaan umum lemah, reflek
menghisap

lemah,

masih
-

layu, ada tanda-tanda

infeksi,

abnormal

Sistem

kadar

sempurna
-

persalinan

- Adanya tali pusat yang

ketuban

mekoncal
5.Akral dingin
Ekstremitas pucat, cyanosis,

Resiko terjadinya infeksi

Imunitas yang belum

leukosit, kulit kuning, riwayat


dengan

Resiko gangguan pemenuhan


kebutuhan nutrisi.

terdapat retensi pada sonde


4.Suhu tubuh diatas normal, tali
pusat

Reflek menghisap lemah

Ketuban mekonial

belum kering
Metabolisme meningkat

Resiko terjadinya

Intake yang kurang.

hipoglikemia

hipotermi, distrostik rendah


atau dibawah harga normal.
6.Bayi dirawat di dalam inkubator

Perawatan intensif

Gangguan

hubungan

di ruang intensif, belum ada

interpersonal antara ibu dan

kontak antara ibu dan bayi

bayi.

2.6.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR
antara lain:
1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang
belum optimal.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek


menghisap lemah.
3. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh
neonatus
4. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
5. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang
belum sempurna, ketuban meconial
6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan
rawat terpisah.

2.6.4 Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan BBLR


No

Diagnosa Perawatan
1

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Gangguan pertukaran gasb/d Tujuan:

1.

Rasional

Letakkan bayi terlentang dengan 1. Memberi rasa nyaman dan

produksi surfactan yang

Kebutuhan O2 bayi terpenuhi

alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit

mengantisipasi flexi leher yang dapat

belum optimal

Kriteria:

tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal

mengurangi kelancaran jalan nafas.

Pernafasan normal 40-60 kali

atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu

permenit.

terangkat 2-3 cm

Pernafasan teratur.

Tidak cyanosis.
tubuh
Berwarna

Wajah dan seluruh


kemerahan

(pink 2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu. 2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan

variable).

bebas dari lendir untuk menjamin

Gas darah normal

pertukaran gas yang sempurna.

PH = 7,35 7,45
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda

3. Deteksi dini adanya kelainan.

cyanosis tiap 4 jam


3.

Kolaborasi dengan team medis

4. Mencegah terjadinya hipoglikemia

dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar


gas darah arteri

2.

Resiko terjadinya hipotermi Tujuan

Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas 1. Mengurangi kehilangan panas pada

b/d lapisan lemak pada kulit Tidak terjadi hipotermia


yang masih tipis

(infant warmer

suhu lingkungan sehingga

Kriteria

meletakkan bayi menjadi hangat

Suhu tubuh 36,5 37,5C


Akral hangat
Warna seluruh tubuh kemerahan
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk
mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas

Mencegah kehilangan tubuh melalui


konduksi.

tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang


kering dan hangat.
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.

3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat

4. Kolaborasi dengan team medis untuk

menentukan tingkat hipotermia


4. Mencegah terjadinya hipoglikemia

pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak


3.

mungkin diberikan.
Resiko gangguan penemuan Tujuan:Kebutuhan nutrisi terpenuhi 1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan 1. Deteksi adanya kelainan pada
kebutuhan

nutrisi Kriteria

frekuensi serta konsistensi.

sehubungan dengan reflek -

Bayi dapat minum pespeen /

menghisap lemah.

personde dengan baik.


Berat badan tidak turun lebih dari 2. Monitor turgor dan mukosa mulut.

tindakan / perawatan yang tepat.

10%.
-

eliminasi bayi dan segera mendapat

2. Menentukan derajat dehidrasi dari


turgor dan mukosa mulut.

Retensi tidak ada.


3.

Monitor intake dan out put.

3. Mengetahui keseimbangan cairan

4.

tubuh (balance)
Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara

5. Lakukan control berat badan setiap hari.

adekuat.
5. Penambahan dan penurunan berat

5. Lakukan control berat badan setiap hari.

badan dapat di monito


5. Penambahan dan penurunan berat

4.

Resiko terjadinya infeksi

Tujuan:
Selama

1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam


perawatan

tidak

terjadi

memberikan asuhan keperawatan

badan dapat di monito


1. Pada bayi baru lahir daya tahan
tubuhnya kurang / rendah.

komplikasi (infeksi)
Kriteria
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
-

Tidak

ada

gangguan

fungsi

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan


tindakan.

2. Mencegah penyebaran infeksi


nosokomial.

tubuh.
3.

Pakai baju khusus/ short waktu

masuk ruang isolasi (kamar bayi)


4. Lakukan perawatan tali pusat
dengan triple dye 2 kali sehari.

3. Mencegah masuknya bakteri dari


baju petugas ke bayi
4. Mencegah terjadinya infeksi dan
memper-cepat pengeringan tali pusat
karena mengan-dung anti biotik, anti

5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan

jamur, desinfektan.
5. Mengurangi media untuk

lingkungan bayi.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala

pertumbuhan kuman.
6. Deteksi dini adanya kelainan

kardinal
7.

Hindarkan bayi kontak dengan

7. Mencegah terjadinya penularan

8.

Kolaborasi dengan team medis

infeksi.
8. Mencegah infeksi dari pneumonia

sakit.

untuk pemberian antibiotik.


9. Siapkan pemeriksaan laboratorat 9. Sebagai pemeriksaan penunjang
sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan DL,
5.

Resiko terjadinya

Tujuan:

hipoglikemia sehubungan

Tidak terjadi hipoglikemia selama

dengan metabolisme yang

masa perawatan.

meningkat

Kriteria

CRP.
1. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta
monitor setiap pemberian nutrisi.

1. Mencega pembakaran glikogen


dalam tubuh dan untuk pemantauan
intake dan out put.

Akral hangat

Tidak cyanosis

Tidak apnea

Suhu normal (36,5C -37,5C)


Distrostik normal
(> 40 mg)

2. beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan 2. Menjaga kehangatan agar tidak
suhu lingkungan

terjadi proses pengeluaran suhu yang


berlebihan sedangkan suhu
lingkungan berpengaruh pada suhu

bayi.
3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi) 3. Deteksi dini adanya kelainan.
4. Kolaborasi dengan team medis untuk
pemeriksaan laborat yaitu distrostik.

4. Untuk mencegah terjadinya


hipoglikemia lebih lanjut dan
kompli-kasi yang ditimbulkan pada

6.

Gangguan hubungan

Tujuan :

1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan

interpersonal antara bayi dan Terjadinya hubungan batin antara


ibu sehubungan dengan

bayinya sekarang.

bayi dan ibu.

organ - organ tubuh yang lain.


1. Ibu mengerti keadaan bayinya dan
mengura-ngi kecemasan serta untuk
kooperatifan ibu/keluarga.

perawatan intensif.
Kriteria:

2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan

Ibu dapat segera menggendong

perasaannya.

dan meneteki bayi.


Bayi segera pulang dan ibu dapat 3. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.

2. Membantu memecah-kan
permasalahan yang dihadapi.
3. Ketidaktahuan memperbesar stressor.

merawat bayinya sendiri.


4. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung
(batasi oleh kaca pembatas).

4. Menjalin kontak batin antara ibu dan


bayi walaupun hanya melalui kaca

5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan

pembatas.
5. Rawat gabung merupakan upaya

bayi jika keadaan bayi memungkinkan.

mempererat hubungan ibu dan

bayi/setelah bayi diperbolehkan


pulang.

2.6.5 Tahap Pelaksanaan Tindakan


Tindakan

keperawatan

adalah

pelaksanaan

asuhan

keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan


dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal (Santosa NI, 1995).
2.6.6 Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan,
tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI,
1995). Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu
tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan
kriteria evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai