Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang
tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai
ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori
belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku.
Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun
teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan
teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting
untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada
dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok
untuk
Page | 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati
dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap
perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam
menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan
tindakan yang diinginkan.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus
dapat diamati dan diukur.
unsur-unsur
dan
bagian
kecil,
bersifat
mekanistis,
Page | 2
berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan
tingkah laku adalah hasil belajar. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Page | 3
Page | 4
Page | 5
menggunakan
perubahan-perubahan
mental
sebagai
alat
untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap
alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
D. Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk
merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi
pengetahuan
menjadi
bagian-bagian
kecil
yang
ditandai
dengan
suatu
Page | 6
stimulus-respon
serta
mementingkan
faktor-faktor
penguat
Page | 7
Page | 8
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif,
perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan
penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan
unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga
sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan
jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti
kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah,
bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill
(pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering
dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai
objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standart-standart tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur
hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Page | 9
ruang
gerak
yang
bebas
bagi
siswa
untuk
berkreasi,
dalam
penambahan
pengetahuan
dikategorikan
sebagai
pembelajaran
menurut
teori
behavioristik
ditekankan
pada
Page | 10
Maksudnya bila siswa menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru,
hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi
belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
Menyikapi Perilaku yang Sulit di Kelas
Page | 11
respon final tersebut), beberapa tingkah laku yang mendekati respon terminal.
Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan memberikan
reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan, maka guru itu
menggunakan teknik yang disebut shaping. Reinforcement dan extinction
merupakan alat agar terbentuknya tingkah laku operant baru.
Frazier dalam (Sri Esti,2006: 139) menyampaikan penggunaan shaping untuk
memperbaiki tingkah laku belajar. Ia mengemukakan lima langkah perbaikan
tingkah laku belajar murid antara lain:
2. Modelling.
Dalam modelling, seorang individu belajar menyaksikan tingkah laku orang lain
sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modeling
atau imitasi, sehingga kadang-kadang disebut belajar dengan pengajaran langsung.
Pola bahasa, gaya pakaian, dan musik dipelajari dengan mengamati tingkah laku
orang lain. Modelling dapat terjadi, baik dengan direct reinforcement maupun
dengan vicarious reinforcement. Misalnya, seseorang yang menjadi idola kita
menawarkan produk tertentu di layar TV. Kita akan merasa senang jika bisa
memakai produk serupa.
Sangat mungkin kita belajar meniru karena di-reinforced untuk melakukannya.
Hampir sebagian besar anak mempunyai pengalaman belajar pertama termasuk
reinforcement langsung dengan meniru model (orang tuanya). Hal yang biasa jika
kita mendengar bahwa anak kita dengan bangga mengatakan, bahwa dia telah
mengerjakan
sebagaimana
yang
telah
dikerjakan
orang
tuanya.
Page | 12
tersenyum,mengerutkan
dahi
dan
sebagainya,
untuk
Page | 13
para siswa untuk menjawab pertanyaan. Tetapi guru tidak memberikan perhatian
pada Ana yang ingin menjawab pertanyaan gurunya tersebut. Suatu ketika Ana
tidak mau lagi mengacungkan tangan ketika guru meminta para siswa untuk
menjawab pertanyannya meskipun ia bisa menjawabnya.
Ekstinksi berlangsung terutama jika reinforcement adalah perhatian. Apabila
murid memperhatikan ke sana ke mari, maka perubahan interaksi guru akan
menghentikan tingkah laku murid tersebut.
3. Satiasi
Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan berulangulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. Contoh: seorang ayah yang memergoki
anak kecilnya merokok menyuruh anak merokok sampai habis satu pak sehingga
anak itu bosan.
4. Perubahan Lingkungan Stimuli
Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimuli yang
mempengaruhi tingkah laku itu. Jika suatu tugas yang sulit mengecewakan murid,
maka guru dapat mengganti dengan tugas yang kurang begitu sulit. Jika di kelas
ada dua orang murid yang melamun, guru dapat menghampiri atau duduk di dekat
mereka.
5. Hukuman
Untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman hendaknya diterapkan di kelas dengan
bijaksana. Hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tak diinginkan dalam
waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement. Hukuman
menunjukkan apa yang tak boleh dilakukan murid, sedangkan reward
menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid. Bukti menunjukkan, bahwa
hukuman atas kelakuan murid yang tak pantas lebih efektif daripada tidak
menghukum. Ada dua bentuk hukuman:
Pemberian stimulus derita, misalnya: bentakan, cemoohan, atau
ancaman.
Page | 14
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan
dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan
menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai
akibat interaksi antara stimulus dan respon. Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah
lakunya.
Page | 15
DAFTAR PUSTAKA
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.
Rajawali
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta:
Depdikbud
Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme. dalam
http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme.
Ormrod, Jeanne Ellis . 2012 . Psikologi Pendidikan . United States of America :
Pearson Education.
Slavin, Robert E . 2008 . Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik . Jakarta :
PT.Indeks.
Teori belajar Behavioristik. dalam http://id.wikipedia.org
Hadi,
Ahmad.
2013.
Teori
Belajar
Behavioristik.
dalam
http://nudisaku.blogspot.com
Page | 16