Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang terbanyak dan salah satu
terbanyak kondisi cacat di negara berkembang. Penyakit ini ditandai dengan
erosi progresif kartilago sendi. Penyakit ini mengenai sedikit sendi tapi dapat
pula generalisata (Tjahjono, et al, 2011). Sebuah penelitian menunjukkan
faktor resiko terjadinya osteoartritis yaitu faktor usia yang prosentasenya
sekitar 40-60% dan pada umur 35 tahun mulai terbentuk proses degenerasi,
dan pencetusnya sejalan dengan proses penuaan. Tidak hanya itu, penurunan
berat badan sebesar 5 kg dapat menurunkan kejadian osteoarthritis lutut
sebesar 50% pada wanita, terutama wanita yang kelebihan berat badannya
dari berat badan ideal di atas 10%. Serta kecacatan genu valgus atau varus
lama-la akan mengakibatkan kerusakan pada kartilago persendian, karena
berat badan ditumpu oleh sebagian dari persendian. Stress mekanik trauma
langsung atau tidak langsung, dan aktivitas fisik atau pekerjaan yang banyak
membebani sendi lutut akan mempunyai risiko terserang osteoartritis lebih
besar (Bashori, 2010).
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula
rasa kaku , kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istrahat. Terdapat
hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan
perubahan gaya berjalan (Soeroso, 2009).
Pada penderita osteoartritis apabila tidak diberikan pertolongan yang
cepat maka sendi tersebut akan terjadi gangguan yaitu gangguan berjalan,
terjadi kekakuan pada sendi lutut, terjadi atrofi otot, dan menurunnya fungsi
otot (Suriani, 2013). Maka dari itu, sebagai tenaga medis sudah sepatutnya
untuk memahami secara lebih mendalam tentang penyakit tersebut dan
melakukan.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas pembuatan referat praktikum patologi anatomi
pada blok Dermato-Muskuloskeletal 2014.
2. Untuk mengetahui definisi dan epidemiologi pada penyakit Ostearthritis.
3. Untuk mengetahui etiologi dan patomekanisme pada penyakit
Ostearthritis.

4. Untuk mengetahui patofisiologi dan penegakan diagnosis pada penyakit


Ostearthritis.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan prognosis dari penyakit
Ostearthritis.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otototot yang menghubungkan sendi (Felson, 2008).
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif

yang

berhubungan dengan keursakan kartilago sendi. Prevalensinya sering terjadi


pada pria (15.5%) daripada wanita (12.7%). Tempat yang sering terkena PA
adalah vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Pasien biasanya
mengeluhkan nyeri saat melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada
2

sendi yang terkena. OA menganggu mobilitas pasien pada derajat yang lebih
berat yaitu nyeri yang dirasakan terus menerus (Soeroso, 2009).
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang terbanyak dan salah satu
terbanyak kondisi cacat di negara berkembang. Penyakit ini ditandai dengan
erosi progresif kartilago sendi. Penyakit ini mengenai sedikit sendi tapi dapat
pula generalisata. OA dipertimbangkan menjadi penyakit intrinsik kartilagoo
sendi dalam gangguan metabolik biokimiawi meskipun istilah OA merujuk
pada peradangan dan terdapat sel radang pada penderita OA. Pada wanita
sering mengenai sendi lutut dan pada pira pada sendi panggul (Tjahjono, et
al, 2011).
B. Etiologi
Etiologi osteoartritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoartritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme
protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut
aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktoral, yaitu akibat
terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoartritis juga bisa terjadi
akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan
sebagainya (Fauci, 2012).
C. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang
paling umum di dunia. Sebuah penelitian melaporkan bahwa satu dari tiga
orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap osteoarthritis.
osteoartritis pada lutut merupakan tipe osteoartritis yang paling umum
dijumpai pada orang dewasa (Felson, 2008). Penelitian lain tentang
epidemiologi osteoartritis menemukan bahwa orang dewasa dengan
kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok
umur yang sama, dijumpai 23% menderita osteoartritis. pada lutut kanan,
sementara 16,3% sisanya didapatimenderita osteoartritis pada lutut kiri.
Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden
osteoartritis pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak
24,7% (Joern, et al, 2010).
D. Faktor Risiko

Osteoartritis terjadi sebagai akibat pengumpulan dan gesekan pada


sendi selama tahunan hingga lebih sering terjadi pada orang tua, terutama
pada wanita. Faktor risiko lain terjadinya osteoarthritis bisa dikarenakan
adanya riwayat trauma, penyakit metabolik dan kegemukan/ obesitas (Yatim,
2006). Sedangkan menurut Arif (2010), menyatakan beberapa faktor risiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Usia lebih dari 40 tahun


Jenis kelamin
Suku bangsa
Genetik
Kegemukan den penyakit metabolik
Cedera sendi, pekerjaan, olahraga
Kelainan pertumbuhan
Kepadatan tulang, dan lain-lain
Sebuah penelitian lain juga menunjukkan bahwa faktor usia

prosentasenya sekitar 40-60% dan pada umur 35 tahun mulai terbentuk proses
degenerasi, dan pencetusnya sejalan dengan proses penuaan. Tidak hanya itu,
penurunan berat badan sebesar 5 kg dapat menurunkan kejadian osteoartritis
lutut sebesar 50% pada wanita, terutama wanita yang kelebihan berat
badannya dari berat badan ideal di atas 10%. Serta kecacatan genu valgus
atau varus lama-lama akan mengakibatkan kerusakan pada kartilago
persendian, karena berat badan ditumpu oleh sebagian dari persendian. Stres
mekanik trauma langsung atau tidak langsung, dan aktivitas fisik atau
pekerjaan yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai risiko
terserang osteoarthritis lebih besar (Bashori, 2010).
E. Tanda dan Gejala
Kelainan disekitar rawan sendi pada pasien osteoathritis (OA)
tergantung pada sendi yang terkena, tetapi prinsipnya adalah adanya tandatanda inflamasi sendi (Sudoyo, 2009). Bedasarkan American College of
Rheumatology kriteria dari OA yaitu adanya nyeri pada organ yang terkena,
pada foto rontgen ditemukan adanya gambaran osteofit dan adanya krepitasi.
Nyeri pada sendi tersebut biasanya merupakan keluhan utama yang membuat
pasien datang ke dokter. Nyeri biasanya bertambah berat dengan gerakan dan
berkurang dengan istirahat (Imayati, 2014). Selain itu biasanya pada pasien
OA ditemukan adanya hambatan gerakan sendi karena nyeri, kaku dipagi hari

setelah imobilitas, krepitasi atau rasa gemertak, pembesaran sendi, dan


perubahan gaya berjalan yang selalu berhubungan dengan nyeri. Nyeri ini
diakibatkan karena sendi yang terkena menjadi tumpuan berat badan
(Sudoyo, 2009).
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula
rasa kaku , kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istrahat. Terdapat
hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan
perubahan gaya berjalan (Soeroso, 2009).
Seorang pasien secara klinis diosteoarthritis bila memenuhi minimal 3
dari 6 kriteria menurut American Collage of Rheumatology (ACR), yaitu usia
> 50 tahun, kekakuan pada pagi hari < 30 menit, krepitasi, nyeri tekan pada
tulang, pembesaran tulang dan pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat
(Soeroso, 2009).
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan dengan menanyakan sebagai berikut ini
(Soeroso, 2009) :
a) Menanyakan identitas pasien
b) Keluhan utama dan lamanya sakit
c) Riwayat penyakit sekarang dengan menanyakan karakter keluhan
utama,perkembangan keluhan utama seperti obat-obat yang telah
diminum dan hasilnya
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat pribadi seperti kebiasaan makan, kebiasaan merokok,
alkohol, dan penggunaan narkoba, serta riwayat imunisasi
f) Riwayat sosial ekonomi seperti lingkungan tempat tinggal dan
higiene
g) Riwayat kesehatan keluarga
h) Riwayat penyakit menahun keluarga seperti alergi, asma, hipertensi,
kencing manis, dll.
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhankeluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahanlahan, yaitu (Soeroso, 2009) :
a) Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali


membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibangding dengan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa
penjalaran atau akibat radiokulopati, misalnya pada OA servikal dan
lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin
menimbulkan keluhan nyeri di betis yang biasa disebut dengan
claudicatio intermiteen.
b) Hambatan gerak sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan
pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c) Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul
setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama bahkan setelah bangun tidur.
d) Krepitasi
Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.
e) Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya
(seringkali terlihat dilutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
f) Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien.
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pemeriksaan fisik otot
dan sendi dengan cara inspeksi, palpasi dan pergerakan pada sendi bahu,
siku, pergelangan tangan dan tangan (dengan tambahan tes sensoris jari
untuk menguji integritas dari n. ulnaris pada palmar dan dorsal manus:
digiti IV bagian medial dan digiti V, n.radialis pada dorsum manus: digiti
I, II, III, IV bagian lateral, dan n.medianus pada palmar: digiti I, II, III,

IV bagian lateral), coxae (dengan tambahan tes thomas pada keadaan


tidur terlentang), lutut, dan pergelangan kaki dan kaki. Pada pemeriksaan
fisik pasien osteoartritis didapatkan (Soeroso, 2009):
a) Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang
masih dini. Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi
kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan)
maupun eksentris (salah satu arah gerak saja).
b) Krepitasi
Awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah
atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan
bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat didengar sampai jarak
tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif
di manipulasi.
c) Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi
yang biasanya tak banyak ( <100 cc ). Sebab lain karena osteofit
yang dapat mengubah permukaan sendi.
d) Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tandatanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di
lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
e) Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang
lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya
berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
f) Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena


menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut,
sendi paha, dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada
sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan,
ostoartritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita osteoartritis, dilakukannya pemeriksaan radiografi
pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran
diagnostik Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis
osteoartritis antara lain ( Soeroso, 2009 ).
a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada
b)
c)
d)
e)

bagian yang menanggung beban seperti lutut )


Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis )
Kista pada tulang
Osteofit pada pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka osteoartritis

dapat diberikan suatu derajat. Kriteria osteoartritis berdasarkan temuan


radiografis yang dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang
membagi osteoartritis dimulai dari tingkat ringan hingga tinggkat
terberat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis
sendi masih terlihat normal ( Felson, 2006 ).
Penilaian radiologis dilakukan dengan uji kappa dengan hasil
yang cukup memadai dengan nilai k = 0,6. Penelitian dari Kellgren dan
Lawrence menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan dari
penilaian oleh 2 orang observer dalam penilaian derajat kerusakansendi
yang terjadi dengan menggunakan kriteria diatas (Bashori, 2010).
G. Patogenesis
Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler
(98%) kondrosit berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan
matriks ekstraseluler sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II
(15-25%) proteglikan (10%), dan sisanya kolagen tipe VI IX XI dan XIV.
Proteoglikan

terdiri

dari

inti

protein

dengan

cabang-cabang

glikosaminaglikan, terutama kondroitin sulfat dan keratin sulfat. Proteoglikan

membentuk kesatuan dengan asam hialunorat, dan keduanya berperan dalam


menyokong stabilitas dan kekuatan kartilago. Selain itu, proteoglikan juga
berperan dalam menahan beban tekanan (tensile strength), sedangkan kolagen
berperan dalam menahan beban regangan dan bebas gesekan (shear strength)
(Brandt, 2005).
Pada keadaan normal, pada kartilago sendi terdapat keseimbangan
antara enzim degradatif dan regeneratif. Sebagai enzim degeneratif terdapat
lisosomal protease (cathepsin), plasmin, dan matriks metalloproteinases /
MMps

(stromelsyn,

collagenase,

dan

gelatinase)

yang

merusak

makromolekul matriks kartilago (proteoglikan dan kolagen). Sedangkan


sebagai faktor regeneratif terdapat enzim tissue inhibitor of metalloproteinase
(TIMP) dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang disintesis oleh
kondrosit, serta faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor1 (IGF-1), transforming growth factor- (TGF- ), dan basic fibroblast
growth factor yang berfungsi merangsang sintesis proteoglikan (Brandt,
2005).
Pada

osteoarthritis

terjadi

peningkatan

aktifitas

enzim-enzim

degradatif. Peningkatan sintesis dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat


distimulasi oleh interleukin-1 (IL-1) atau faktor stimulasi mekanik. IL-1
sendiri diproduksi oleh sel fagosit mononuklear, sel sinovial, dan kondrosit.
IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago dan menekan sintesis proteoglikan,
sehingga ikut menghambat proses perbaikan matriks kartilago secara
langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan proteoglikan.
Perubahan sifat-sifat kolagen, dan berkurangnya kadar air kartilago, sehingga
terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif (Brandt, 2005).
H. Patofisiologis
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada
OA. Normalnya kartilago sendi berada di ujung tulang. Kartilago sendi
memiliki 2 fungsi yaitu terendam dalam cairan synovial yang membuat
geraan sendi bebas gesekan dan kedua sebagai penahan beban dari tulang atau
absorb shock. Fungsi ini membutuhkan kolagen tipe II yang dimiliki oleh

kartilago yang elastis dan proteoglikans yang disekresi oleh kondrosit


(Tjahjono et al 2011).
Osteoartritis

ditandai

dengan

fase

hipertrofi

kartilago

yang

berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks


makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. Selain itu,
terjadi peningkatan degradasi kolagen yang akan mengubah keseimbangan
metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan
sendi ini akan berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi
serta mengawali suatu respons imun yang menyebabkan inflamasi sendi
(Soeroso, et al, 2006). Inflamasi merujuk pada serangkaian proses bawaan
nonspesifik yang saling berkaitan yang diaktifkan sebgai respons terhadap
invasi asing, kerusakan jaringan atau keduanya. Tujuan akhir peradangan
adalah membawa fagosit dan protein plasma ke tempat invasi untuk
menghancurkan penyerang, membersihkan debris dan mempersiapkan proses
penyembuhan dan perbaikan (Sherwood, 2012).
Respon inflamasi ditandai dengan adanya warna merah (rubor), panas
(kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan terjadi penurunan fungsi pada
organ yang terkena (Senewe et al, 2013). Pada inflamasi terjadi vasodilatasi
lokal yang diperentarai zat media kimiawi yang dikeluarkan oleh sel leukosit
akan menimbulkan kemerahan dan panas. Bengkak atau edema lokal
disebabkan akumulasi protein plasma yang bocor ke jaringan intersisial
karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Mediator kimiawi yang
diproduksi lokal mengenai ujung reseptor neuron-neuron aferen yang
menyarafi daerah tersebut dan terjadi peregangan lokal di dalam jaringan
yang membengkak menyebabkan adanya nyeri pada inflamasi (Sherwood,
2013). Nyeri pada inflamasi mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi pada
organ yang terkena (Yusdiana, 2012).
Pada rawan sendi yang terkena OA, selain terjadi inflamasi juga
terjadi proses peningkatan aktivitas fibrigenik dan penurunan aktibitas
fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan thrombus dan
komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Hal ini

10

menyebabkan

dilepaskannya

mediator

kimiawi

yang

selanjutnya

menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui mengandung


ujung saraf sensible yang akhirnya menghantarkan rasa sakit. Mediator
kimiawi seperti kinin dan prostaglandin juga dapat menyebabkan radang
sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot
ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa
sakit. Selain itu, sakit pada sendi juga disebabkan akibat adanya osteofit yang
menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medula spinalis serta
kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena
proses remodeling pada trabekula dan subkondrial (Soeroso, 2009).
I. Gambaran Histopatologi
Perubahan struktural paling dini pada osteoarthtritis adalah
pembesaran dan disorganisasi kondrosit di bagian superfisial tulang rawan
sendi. Hal ini disertai peubahan dalam matriks kartilaginosa, termsuk fibrilasi
(pemisahan) di permukaan sendi. Fisura secara bertahap meluas hingga
mengenai seluruh ketebalan tulang rawan dan mencapai tulang subkondral.
Sebagian tulang rawan sendi akhirnya mengalami erosi total, dan permukaan
subkondral yang terpajan menjadi tebal dan berkilap seperti gading
(eburnation). Potongan tulang rawan dan ulang sendi sering terlepas dan
membentuk joint mice yang mengapung bebas di rongga sendi. Cairan
sinovium mungkin bocor melalui defek tulang rawan dan tulang di bawahnya
untuk membentuk kista di dalam tulang. Tulang trabekular di bawahnya
mengalami sklerosis sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan di
permukaan. Proliferasi tulang tambahan terjadi di tepi sendi sehingga
membentuk tonjolan tulang yang disebut osteofit (Robbins, 2007).

11

Gambar 2.1. Gambaran Osteoartritis (Robbins, 2007)

Gambar 2.2. Gambaran Histopatologi pada Osteoartritis (Robbins, 2007)

J. Penatalaksanaan
1. Terapi lama
Pengelolaan OA bedasarkan atas distribusinya dan berat ringannya
sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal yaitu (Sudoyo, 2009):
a) Terapi non farmakologis

12

1) Edukasi penerangan agar pasien mengetahui sedikit tentang


penyakit yang dideritanya dan menghindarkan pasien dari
komplikasi penyakit yang dideritanya.
2) Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
3) Penurunan berat badan karena berat badan yang berlebih
merupakan faktor yang akan memperberat penyakit OA.
b) Terapi farmakologis
Beberapa obat yang dapat diberikan kepada pasien penderita
OA yaitu:
1) Analgesik oral
Obat ini bekerja untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.
Pada umumnya pasien mengobati sendiri penyakitnya dengan
menggunakan obat dari golongan ini.
2) Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)
Obat ini memiliki efek analgetik atau mengurangi rasa nyeri dan
efek anti inflamasi. Contoh obatnya adalah prednisone.
3) Chondroprotective Agent
Merupakan obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan tulang rawan sendi pada pasien OA. Sampai saat ini
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam
hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C dan
superoxide dismutase dan sebagainya.
c) Terapi Bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil
untuk mengurangi rasa sakit juga untuk melakukan koreksi apabila
terjadi defromitas sendi yang menganggu aktivitas sehari-hari. Contoh
terapi bedah adalah malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus,
Athroscopic debriment dan joint lavage, osteotomi dan Atroplasti
sendi lokal.
2. Terapi Baru
Terapi untuk penderita OA saat ini tidak jauh berbeda dengan terapi
dulu. Namun terapi sekarang biasanya merupakan perkembangan dari
terapi dulu. Salah satu contohnya adalah penatalaksanaan fisioterapi
dengan modalitas ultrasound dan terapi latihan yang ternyata dapat
menurunkan atau meringankan gejala dari OA (Yusdiana, 2012). Selain itu,

13

terdapat latihan theraband dan latihan quadriceps bench yang dapat


menurunkan rasa nyeri pada pasien OA genu. Latihan theraband adalah
bentuk lain dari resentesi elastis yang memungkinkan orang untuk
melakukan latihan yang

berbeda dengan meningkatkan kekuatan,

mobalitas, fungsi dan mengurangi nyeri sendi. Sedangkan latihan


quadriceps bench merupakan suatu alat yang digunakan untuk melatih
gerakan flexi ekstensi pada lutut. Alat ini digunakan untuk penguatan otot
quadriceps femoris dan otot hamstring (Suriani, 2013).
K. Komplikasi
Pada penderita OA, apabila tidak diberikan pertolongan yang cepat
maka sendi tersebut dapat terjadi gangguan antara lain (Suriani, 2013) :
1. Gangguan pada waktu berjalan karena adanya pembengkakan akibat
peradangan
2. Terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang berlangsung
lama sehingga struktur sendi mengalami perlengketan
3. Terjadi atrofi otot karena adanya nyeri
4. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi
penumpu berat badan, sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit
dan menimbulkan deformitas
L. Prognosis
Prognosis osteoartritis umumnya baik. Dengan obat-obat konservatif,
sebagian besar nyeri pasien dapat teratasi. Hanya kasus-kasus yang berat
memerlukan operasi. Akan tetapi harus diingat pasien-pasien OA dilaporkan
mempunyai resiko meningkatnya hipertensi dan penykit jantung (Mubin,
2008).

14

III. KESIMPULAN
1. Osteoartritis

(OA)

merupakan

penyakit

sendi

degeneratif,

dimana

keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.


2. Prevalensinya lebih sering terjadi pada wanita, terutama pada wanita
posmenopouse.
3. Gejala-gejala utamanya antara lain nyeri sendi, kaku di pagi hari, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
4. Termasuk jenis penyakit yang prognosisnya baik.

15

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, et al, 2010, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Medica
Aesculpalus FKUI.
Arya, RK. 2013. Osteoarthritis of The Knee Joints. Journal Indian Academy od
Clinical
Academy.
Volume
14
Nomer
1.
Bashori, A., Totok Budi Santoso. 2010. Perbedaan Penambahan
Diclofenactopikal Intervensi IRR dan Aktif Exercise Terhadap
Pengurangan Nyeri OA Lutut. Jurnal Fisioterapi. Volume 9 (1).
Brandt, Kenneth. 2005. Osteoarthritis. Dalam : Harrisons Principles Of Internal
Medicine 15th Edition. New York, United States of America : The
McGraw-Hill Companies.
Fauci, Anthony S., et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam : Harrisons Principles Of
Internal Medicine Eighteenth Edition. New York, United States of America
: The McGraw-Hill Companies.
Felson, D.T., 2008. Principles of Internal Medicine Seventeenth Edition. New
York, United States of America. McGraw-Hill Companies Inc. : 21582165.
Imayati, Putu dan Gede Kambayana. 2014. Laporan Kasus Osteoatritis. Ejurnal Medika udayana
Joern, M., Klaus, S.B., dan Peer,E, 2010. The Epidemiology, Etiology,
Diagnosis, and Treatment of Osteoarthritis of the Knee. Dtsch Arztebl
International. Volume 107(9): 15262.
Kalitouw, Ferry. Prevalensi dan Karakteristik Osteoarthtritis Lutut Penduduk Asli
toraja. Jurnal Medika Nusantara. Vol, 18. No, 4.
Mubin, Halim. 2008. Osteoarthritis. Dalam : Panduan Praktis Ilmu Penyakit
Dalam-Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC.
Robbins, Stanley., et al. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC
Senewe, Merry dkk. 2013. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daging Buah
Labu Kuning (Cucurbita moschata D.) terhadap Edema pada Telapak
Kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus). Jurnal
Ilmiah Farmasi : 2 (1)

16

Sheerwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeroso, J., et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
Penerbit FKUI Pusat.
Soni, Anushka. 2014. Osteoarthritis aetiology, assessment and management of
a heterogeneous condition. Hamdan Medical Journal. Vol, 7. No, 2.
Sudoyo, A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Suriani, Sri dan S. Indra Lesmana, 2013. Latihan Theraband Lebih Baik
Menurunkan Nyeri daripada Latihan Quadricep Bench pada
Osteoarthritis Genu. Jurnal Fisioterapi : 13 (1)
Tjahjono, et al, 2011. Patologi Anatomi. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang
Yatim, Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendiaan. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Yusdiana, Merri dan Eko Budi Prasetyo. 2012. Penatalaksanaan Fisioterapi pada
Kondisi Osteoarthritis Knee Dekstra dengan Modalitas Ultrasound dan
Terapi Latihan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Jurnal
Fisioterapi FIK-UNIKAL

17

Anda mungkin juga menyukai