3.
Siapkan informasi geologi dari laporan terdahulu, literatur atau informasi orang yang
pernah bekerja disana (hubungi kakak kelas atau dosen-dosen Saudara, bukan hanya
pembibing formal saja).
4.
Jauh lebih penting dan mendasar adalah cara-cara mengenal batuan dan
mengelompokkan batuan, karena geologi lapangan pada dasarnya adalah melakukan
pengamatan terhadap batuan.
Apabila pemikiran dasar seperti di atas dapat dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan
akan menghasilkan seorang sarjana geologi yang berkualitas, akibatnya Saudara menjadi
lebih mampu bersaing dan semoga kelak dapat berpenghasilan tinggi, amin. Untuk itu,
kepada Saudara dituntut harus memiliki:
1.
Pengetahuan faktual, antara lain:
a.
Ilmu pengetahuan dasar geologi (geomorfologi, petrologi, stratigrafi, struktur geologi).
b.
Ilmu pengetahuan terapan geologi (misal: perencanaan eksplorasi, teknologi batubara,
endapan mineral, geofisika eksplorasi dll).
c.
Pengetahuan empirik (prosedur perancangan, model, penampang, profil dll).
d.
Pengetahuan lain (ilmu sosial, pengetahuan budaya, manajemen/ekonomi, lingkungan
dll).
2.
Keterampilan, antara lain memiliki kemampuan:
a.
Merancang, daya cipta, pertimbangan, simulasi, eksperimen, pencapaian kesimpulan,
komputasi, optimasi, pengumpulan fakta dan informasi, penalaran, komunikasi dan
bekerjasama.
3.
Sikap mental, antara lain mempunyai:
a.
Sikap jujur dapat dipercaya, adil terhadap data atau fakta, sikap bertanya, obyektif
(berorientasi masalah), sikap profesional, bersifat tebuka dan tidak mudah percaya.
b.
Buang jauh-jauh budaya katanya, umumnya atau biasanya, apalagi tidak dapat
menyebut sumber pustaka/bacaan. Hindari orang-orang seperti itu, karena tidak akan
membuat Saudara maju atau terpacu.
4.
Keinginan meningkatkan kemampuan diri, antara lain:
a.
Memupuk pengalaman, membaca buku (literatur pokok maupun pelengkap, majalah
ilmiah profesi), mengikuti seminar, lokakarya profesi, kolokium dll.
b.
Hadirilah kolokium atau seminar mahasiswa sesering mungkin dengan kesungguhan,
itu lebih baik daripada kongkow di bawah pohon dengan pokok pembicaraan yang tidak jelas.
Sesungguhnya tugas akhir merupakan penelitian geologi dan bukan untuk menguji kebenaran
atau kesalahan dari peneliti terdahulu, tetapi lebih merupakan upaya menerapkan semua
pengetahuan yang pernah diperoleh selama ini di perkuliahan dan laboratorium untuk
dituangkan dalam laporan geologi yang diperoleh dengan melaksanakan skripsi atau kerja
geologi lapangan. Secara keseluruhan adalah melakukan pemetaan geologi berdasarkan kerja
geologi lapangan.
Jadi muara dari semua ini adalah:
1.
Menghasilkan ahli geologi yang berkualitas, mandiri dan bersikap. Mahasiswa bekerja
secara individu (bukan kelompok, apalagi ITT=ita itu), artinya memiliki daerah sendiri,
memiliki buku lapangan sendiri, merekam data sendiri, menganalisis sendiri, membuat peta
sendiri, meskipun selama kerja lapangan berjalan secara beregu, diskusi dengan teman atau
dalam pembimbingan.
2.
Mampu membuat peta geologi (peta lintasan pengamatan, peta geomorfologi dll) yang
baik dan benar, tentunya dengan menerapkannnya sesuai kaidah-kaidah geologi.
1.
2.
3.
-
Sesuai firman Tuhan dalam surat (58) Al Mudjaadilah ayat 11, yaitu Allah mengangkat
orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat . Atas dasar tersebut, maka profil seorang ahli geologi (explorationist?) yang
diharapkan adalah dapat:
Sebagai pengabdi profesi
Pengamat yang tajam dan penganalisa kritis.
Cepat tanggap dan peka, tetapi tidak cepat percaya.
Memiliki sikap bertanya (rasa ingin tahu) dan obyektif yang berorientasi masalah.
Memiliki sikap profesional, bersifat terbuka (open minded) dan komunikatif.
Bertanggungjawab, jujur, disiplin dan tekun.
Sebagai pengabdi naluri
Penggemar alam, senibudaya, kemasyarakatan, kebangsaan dan falsafah.
Sebagai manusia biasa
Memiliki ketahanan fisik, kejiwaan, memikirkan masa kini dan masa datang.
Memupuk pengalaman, mengikuti perkuliahan dengan kesungguhan, mengikuti kuliah
geologi lapangan dengan baik, hadir disetiap seminar mahasiswa (kolokium) atau seminar
profesi dan melanjutkan ke pascasarjana (di jurusanmu juga sudah tersedia lho, Saudara
tinggal memilih, enak kan?).
2 APA ITU PROPOSAL?
Proposal tugas akhir ini adalah usulan penelitian terhadap rencana penelitian yang akan
Saudara lakukan pada saat mengikuti tugas akhir yang terdiri dari kerja pustaka, kerja geologi
lapangan atau kajian data, kemudian diikuti kerja laboratorium dan studio. Bukan sekedar
menerima data olahan, tanpa mengetahui bagaimana memperolehnya, memilahnya,
memproses setiap jenis data, lalu menghubung-hubungkan kumpulan data tersebut.
Proposal merupakan bagian dari riset atau tugas akhir. Apa itu riset? Riset adalah kegiatan
pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa data yang dilakukan secara sistematis dan
efisien untuk memecahkan permasalahan atau menguji hipotesa. Suatu metode pengumpulan
data disebut efisien kalau biaya, waktu, dan tenaga yang sama dapat memberikan data atau
hasil dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, proposal yang Saudara susun memerlukan:
1.
Kejelasan perumusan tujuan, mengapa dan untuk apa dilakukan.
2.
Pemilihan dan kejelasan pendekatan dan metodenya.
3.
Ruang lingkup atau pembatas.
4.
Mengetahui sumber dan arti data.
5.
Memahami proses pemilahan jenis data, pengolahan dan kaitannya dengan sasaran riset.
6.
3 BAGIAN AWAL
HALAMAN JUDUL (jelas, ikuti contoh yang ada di jurusan)
HALAMAN PERSETUJUAN (jelas, ikuti contoh yang ada di jurusan)
4 BAGIAN UTAMA
A LATAR BELAKANG
Latar belakang penelitian idealnya dirumuskan sebagai review literatur atau mengungkap:
1.
Hal-hal apa saja yang melatarbelakangi penelitian di daerah penelitian Saudara dan
sekitarnya. Apakah ada permasalahan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi atau
permasalahan studi khusus yang Saudara anggap menarik, penting dan perlu diteliti?
2.
Permasalahan khusus tersebut antara lain ingin mengetahui hubungan antara kendali
geologi terhadap kualitas batubara, geometri lapisan batubara atau kendali intrusi terhadap
derajat pematangan batubara dsb.
3. Apakah ada hasil dari peneliti/laporan terdahulu yang masih merupakan masalah,
sehingga mendorong Saudara untuk melakukan penelitian di daerah tersebut atau masalah
tersebut?
5.
2.
Letak secara geografis, usahakan disertai koordinat UTM (ini standar di lingkungan
praktisi).
3.
Letak secara administratif.
4.
Kesampaian ke lokasi, jelaskan alternatif kesampaian dan kendala yang ada secara rinci
(pakai tabel).
Karakteristik sosekbudkesmas yang penting dari masyarakat sekitar kaitannya dengan
kelancaran kerja lapangan (tentunya karakteristik masyarakat Gombong berbeda dengan
masyarakat Wonosari, Bengkulu, Bugis atau Banjar pada umumnya, misal bahasa dan adat
istiadat).
E. TINJAUAN PUSTAKA
Bukan sekedar mengutip judul berikut siapa penulisnya, tetapi memuat uraian sistematis
tentang hasil penelitian yang didapat dari peneliti terdahulu (buku/ laporan/makalah) yang
berkait dengan daerah kerja Saudara, topik atau penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya
pada alinea terakhir dibuat evaluasi atau kesimpulan dalam kaitannya dengan daerah
penelitian dari berbagai pustaka yang diacu.
Contoh:
Dari hasil kajian pustaka yang telah Saudara lakukan terhadap laporan peneliti terdahulu baik
yang berkait dengan daerah/lokasi juga berkait dengan permasalahan geologinya serta
penafsiran peta dasar/rupabumi, maka ada 3 hal utama yang Saudara peroleh, yaitu:
1.
Kesampaian daerah dan aspek sosekbudkesmas:
a.
Ada berapa alternatif jalur menuju lokasi penelitian? Jalur mana yang paling mudah
ditempuh? Apakah terdiri dari jalan beraspal, berbatu atau jalan setapak ?
b.
Dimana tempat base camp yang tepat? Tentunya yang berada di dalam daerah penelitian
dan memiliki fasilitas yang memadai.
c.
Penyusunan program kerja atau rencana kerja lapangan.
2.
Geologi daerah rencana penelitian:
a. Apa ciri kenampakan morfologinya? Ada berapa satuan bentuklahan? Apa pola
pengalirannya? Tekstur pengalirannya? Bentuk lembahnya?
b. Apa hubungan antara karakteristik bentuklahan dan litologi, stratigrafi secara terbatas
dan struktur geologinya?
c. Ada berapa satuan batuan utama yang berada di daerah penelitian? Bagaimana pola
sebarannya?
d. Apakah ada contoh batuan yang dapat diambil untuk analisa paleontologi?
e.
Apakah ada contoh batuan yang dapat diambil untuk analisa petografi?
f.
Apakah ada struktur utama yang menerus di daerah penelitian?
g.
Struktur geologi apa saja yang ada di daerah penelitian?
h.
Apakah struktur geologi dikontrol oleh kenampakan morfologinya?
i.
Apakah indikasinya dapat di ikuti dari satu tempat ke tempat yang lain?
j.
Apakah ada tubuh intrusi batuan beku? Bagaimana kontaknya?
3.
Permasalahan peneltian:
a.
Dikaitkan dengan keilmuan.
b.
Dikaitkan dengan aspek terapan/keekonomian.
c.
Atau studi khusus Saudara.
G
PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan muncul apabila terjadi celah atau jurang antara harapan dan kenyataan, citacita dan capaian atau rencana dan pelaksanaan. Misal mengetahui hubungan antara kendali
proses-proses geologi terhadap kualitas batubara, penentuan metode perhitungan cadangan
dengan tingkat akurasi tinggi, kurangnya pengetahuan dasar untuk menjelaskan perbedaan
ketebalan lapisan batubara yang bervariasi dll.
Mempermasalahkan mengandung unsur penilaian dan bukan sekedar mempertanyakan,
artinya mengandung unsur penilaian terhadap keadaan (das Sein) berdasarkan ukuran-ukuran
tertentu (das Sollen), sekaligus proses induksi dan deduksi.
Suatu permasalahan merupakan bagian dari permasalahan yang lebih besar dan akan
membantu memecahkan permasalahan yang lebih besar (pendekatan sistem).
Sumber merumuskan permasalahan antara lain dari pengalaman atau pengamatan pribadi,
diskusi/seminar, pernyataan sumber yang lebih tinggi, kajian pustaka atau perasaan intuisif.
Permasalahan disusun secara deklaratif. Dalam perumusan masalah perlu ditunjukkan
kaitannya dengan permasalahan yang lebih besar (latar belakang masalah)). Juga ditunjukkan
manfaat yang akan diperoleh jika permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui penelitian.
Artinya manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bidang terapan (metode atau
alat eksplorasi, seperti perhitungan cadangan) atau pembangunan.
H CARA PENELITIAN / METODOLOGI
Strategi
Strategi penelitian adalah pemilihan pentahapan serta metode yang tepat sehingga penelitian
didapatkan dalam waktu yang singkat, biaya yang serendah mungkin dan hasil penelitian
yang optimal. Hal ini penting diperhatikan karena kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan
yang memerlukan biaya cukup besar dan mengandung risiko kegagalan.
Berdasarkan tersebut di atas, maka tahapan yang akan diterapkan adalah sebagai
berikut:
1. Tahap perancangan program (program design): melakukan kompilasi data melalui
kajian literatur, geologi regional, interpretasi citra (landsat), sintesa geologi,
keekonomian bahan galian. Hasilnya pengajuan hipotesa kerja.
2. Reconnaissance (strategic): pemetaan cepat melintasi seluruh daerah sekaligus
mendapatkan gambaran umum geologi, bahan galian, pemanfaatan, pengembangan dan pola
transportasi serta pemasaran daerah sasaran serta informasi kesampaian, sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat sekitar. Hasilnya mendapatkan gambaran kondisi geologi bahan galian
secara menyeluruh dan keadaan sosial ekonomi budaya yang akan digunakan sebagai dasar
kegiatan inventarisasi pada tahap berikutnya.
3. Inventarisasi dengan target penyelidikan permukaan (tactical): pemetaan geologi skala
1:25.000, pembuatan parit uji/sumur uji dan pengambilan contoh permukaan. Hasilnya
diketahuinya kondisi geologi bahan galian, kualitas dan sumberdaya berdasarkan data
permukaan serta kajian prospek pemanfaatan dan pengembangan, aspek keekonomian dan
identifikasi kondisi lingkungan.
4. Evaluasi prospek: evaluasi terhadap hasil pemetaan bahan galian, yaitu:
a. Lokasi dan sebaran dikaitkan dengan hubungan sekitar dan lingkungan.
b. Kualitas dikaitkan dengan prospek pemanfaatan bahan galian.
c. Sumberdaya dikaitkan dengan prospek pengembangan bahan galian.
d. Potensi pertambangan di lokasi bahan galian dikaitkan dengan arahan penambangan,
pengolahan, pemasaran dan aspek lingkungannya. Secara keruangan dikaitkan antara lokasi
bahan galian dengan pemasaran, transportasi, pusat-pusat industri pengguna, hubungannya
dengan daerah perbatasan dan kebijakan.
5. Keekonomian potensi pertambangan: adalah suatu aktivitas penanaman modal (investasi)
melalui kegiatan inventarisasi yang tujuannya untuk memastikan keberadaan bahan galian
yang ekonomis atau memperoleh manfaat (laba) dari hasil kegiatan inventarisasi bila
dikembangkan menjadi suatu industri pertambangan.
Bahan atau materi penelitian dan alat yang dipakai
Tabel 1 Bahan dan alat yang dipergunakan untuk pemetaan geologi.
N
PETA-PETA DASAR
O
1
Peta rupabumi Lembar Kajoran, skala 1:25.000 (2001)
2
Peta geologi lembar Kebumen, skala 1:100.000 (P3G, 2000)
3
Peta topografi skala 1:50.000 (U.S. Army Map Service, Far East, 1964)
II.
BAHAN YANG DIGUNAKAN DI LAPANGAN DAN STUDIO
1
Plastik contoh
5 Tabel data struktur
2
Kertas, tinta, disket , alat tulis dll
6 Larutan HCl 0,1 N
3
Buku lapangan
7 Pita bendera (flagging tape)
4
Tabel pemerian litologi
8 Tongkat patok
PERALATAN
MERK
JUMLAH
1
Kompas geologi
Brunton
1
2
Palu geologi
Eastwings
1
3
Pita ukur 50 m
Tajima Symron
1
4
Loupe 10 X dan 20 X
Rupper
1
5
Komparator butiran
1
6
Kamera
Ricoh
1
7
Handycam
Sony
1
8
Parang (katana)
1
9
Palu besar/godam
1
10 GPS
Garmin III Plus
1
11 Altimeter
YCM Model 7030
1
12 Tongkat Jacob
Modifikasi buatan sendiri 1
13 Kendaraan
Mobil Vitara/motor
1
Lingling
Analisis data:
Menganalisis peta topografi menjadi peta bentuklahan tentatif berdasarkan aspek-aspek
bentuklahan, sekaligus menafsirkan kendali geologi terhadap bentuklahan.
Setelah ditambah data dari pengamatan lapangan, langsung dibuat peta geomorfologi.
Menganalis data kritis (titik-titik kontak, lokasi indikasi struktur geologi) pada peta lokasi
pengamatan menjadi peta geologi berdasarkan kaidah-kaidah pembuatan peta geologi (ingat
Hukum V).
Berdasarkan profil singkapan, penampang stratigrafi terukur atau dari penampang bor, maka
dapat ditentukan lingkungan pengendapan.
Menganalisis hubungan karakteristik lingkungan pengendapan dan struktur geologi dengan
aspek geometri lapisan batubara yang diteliti.
Membangun model geometri lapisan batubara.
H
JADUAL PENELITIAN
Contoh:
Tabel 2 Waktu pelaksanaan dan tahapan pekerjaan.
BULANAG
SEPTEMBE
OKTOBER NOPEMBE
MINGGU
T
R
R
KEGIATAN 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Administrasi
Jurusan
Administrasi
BBE
Pembekalan
Pengenalan
lapangan
Pengumpula
n data
Pemrosesan
data
Analisa data
Penyusunan
laporan
Persiapan
kolokium
Kolokium
Persiapan
sidang
Sidang
Santai: makan, tidur, makan, tidur, makan, tidur, dst
Wisuda
DESEMBE
R
1 2 3 4
I
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian terdiri dari:
1. Pemerian perolehan, pemilahan jenis data dan hasil analisis data dalam bentuk tabel,
bagan alir, penjelasan yang menyertai dll.
2. Disajikan dalam bentuk peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geomorfologi, peta
geologi dan penampang geologi, peta isopach, iso sulfur, isocal, dll pada skala 1:2000.
Penampang stratigrafi terukur skala !:50, sketsa, foto dan lampiran-lampiran data.
3. Dokumen laporan dan hasil analisis laboratorium yang menyertai peta dan pemerian data
tersebut di atas.
5 BAGIAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Diilhami dan mengacu dari pikiran besar mereka yang terhormat para guru besar bidang
geologi, yaitu Prof. Koesoemadinata, Prof. Sukendar Asikin, Prof. Sampurno dan sedikit
pengalaman penulis. Terima kasih, hatur nuhun, suwun kepada beliau semua.
Ini belum selesai dan tidak tahu kapan berakhir.
BAB 2 GEOMORFOLOGI
Geomorfologi dibahas untuk tujuan mendukung kondisi geologi:
stratigrafi (sebaran dan sifat fisik batuan) dan struktur geologi (pola struktur).
2.1 FISIOGRAFI CEKUNGAN
Ulas secara singkat disertai gambar, kecuali bila ada hal-hal yang khas atau khusus kaitannya
dengan daerah penelitian.
2.2 BENTUKLAHAN DAERAH PENELITIAN
Pembahasan geomorfologi daerah penelitian hingga pembagian satuan bentuklahan (landform
unit) mengikuti metode tahapan kerja yang dijabarkan dalam suatu bagan alir berikut ini (Gb.
2.3).
Pembahasan meliputi:
Dasar pembagian satuan bentuklahan: aspek morfografi, morfometri dan morfogenesa
(litologi atau struktur geologi atau proses atau gabungan).
Untuk tiap satuan bentuklahan: uraikan bagaimana aspek morfografinya, morfometrinya dan
morfogenesanya.
Kemudian angkat fenomena-fenomena bentuklahan rinci pada setiap bahasan satuan
bentuklahan yang kelak ada kaitannya dengan kondisi geologi yang ada. Misal pola
punggungan yang tidak menerus/tergeser (dengan sesar), pola punggungan yang melengkung
(dengan struktur lipatan menunjam), perubahan pola kerapatan bukit-bukit (dengan litologi
penyusun) dsb.
Stadia daerah ditentukan berdasarkan kajian mengenai stadia erosi, stadia sungai dan
hubungan struktur geologi (kenampakan struktural) dengan bentuk morfologi (topografi).
Alinea terakhir setiap pembahasan satuan bentuklahan harus menyimpulkan hubungan
bentuklahan dengan kendali geologi yang ada (lihat nomor 3).
Sertakan foto, analisa pola kelurusan arah punggungan, analisa morfometri dsb.
BAB 3 STRATIGRAFI
3.1. STRATIGRAFI REGIONAL
3.2 STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
Pembahasan stratigrafi daerah penelitian hingga penyusunan kolom stratigrafi idealnya
mengikuti metode tahapan kerja yang dijabarkan dalam suatu bagan alir berikut ini (Gb. 3.3).
Penamaan stratigrafi lokal didasarkan pada kesamaan ciri litologi, sifat dan kedudukan
kedudukan stratigrafi masing-masing satuan batuan di daerah penyelidikan dan
disebandingkan dengan stratigrafi regional Cekungan Kutai.
Urutan stratigrafi daerah penelitian, bahas dari tua ke muda dan penjelasan untuk tiap-tiap
satuan batuan meliputi:
Sebaran dan ketebalan
Membahas pola atau luas sebaran.
Singkapan tersingkap baik dimana.
Jelaskan kenampakan fisik batuan di lapangan, termasuk kondisi lapuknya.
Sebutkan bila ada bentuklahan penciri.
Bagaimana sebaran vertikal.
Ketebalan berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi dan penampang geologi.
1.
2.
3.
4.
Contoh:
Satuan ini merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian, menempati
bagian selatan, menyebar barat timur.
Sebaran singkapan Satuan Batupasir berarah timurlaut - baratdaya atau sebarannya tidak
begitu luas atau sebarannya terbatas di bagian tenggara daerah penelitian.
Dijumpai di lintasan Air Lahat, Sungai Jonggol, Kali Secang atau Lintasan I.
Singkapan yang baik jarang dijumpai kecuali pada tempat-tempat tertentu seperti di tebing
jalan atau tebing sungai.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Dibedakan dengan satuan batuan lainnya karena kandungan tufa yang dominan dan warna
lapuk yang khas yaitu kuning kecoklatan.
Dicirikan oleh bentuklahan punggungan berarah Barat Timur atau perbukitan dengan
lereng terjal atau dataran bergelombang sedang.
Satuan ini umumnya memperlihatkan morfologi landai dan pada lintasan seringkali tidak
teramati dengan baik karena lapuk kuat dengan warna pelapukan abu-abu kecoklatan.
Bagian bawah Satuan Batupasir dari Formasi Talang Akar dicirikan oleh , sedangkan
bagian atas dicirikan oleh .. (sebutkan mulai dari yang dominan).
Ketebalan terukur maksimum yang yang tersingkap 425 m di lintasan IV dan minimum
189,6 m di lintasan III. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi tebalnya lebih dari 440
m (lihat penampang geologi A - A).
Ciri litologi
Jelaskan sesuai urutan stratigrafi dari bagian tua ke muda.
Jelaskan mulai dari tekstur, komposisi, struktur sedimen.
Kemudian diikuti penjelasan berdasarkan sayatan petrografinya.
Sertakan gambar profil satuan batuan, foto litologi berikut struktur sedimen, foto kontak
satuan batuan, lampiran pemerian petrografi.
Contoh:
Satuan batupasir dicirikan oleh batupasir dengan sisipan batulempung, batubara, makin ke
atas bersifat tufaan (Gb. 3.12).
Satuan Batulanau-batulempung terdiri dari selang-seling batulanau dan batulempung dengan
sisipan batupasir dan batubara yang kearah atas bersifat gampingan. Tebal tiap lapisan
berkisar antara 10-20 cm dan 50-70 cm (Gb. 3.7).
Batupasir berwarna abu-abu sampai kecoklatan, berbutir sedang-kasar, porositas baik, agak
keras, karbonan, kuarsa dengan struktur sedimen silang-siur mangkok dan laminasi sejajar
(Foto 3.9).
Batupasir berwarna abu-abu sampai kehijauan, berbutir halus-sedang, porositas sedang, agak
keras, mengandung glaukonit, jejak binatang dengan struktur sedimen perlapisan silang-siur
mangkok, laminasi sejajar dan perlapisan bersusun (Foto 3.19). Pada penafsiran arah arus
purba berdasarkan pengukuran struktur silang-siur dan kepanjangan sumbu fragmen
konglomerat menunjukkan arah umum N..E/..E (Gb. 3.7).
Batulempung berwarna abu-abu terang sampai kecoklatan (warna lapuk), pecahan konkoidal,
kadang tufaan (Foto 3.23). pada tempat-tempat tertentu dijumpai fosil kayu yang terawetkan
(Foto 3.24).
Batulempung berwarna abu-abu kecoklatan, pecahan konkoidal, lunak sampai agak keras,
karbonan, kadang memperlihatkan retakan, mengandung oksida besi, kadang dijumpai amber
(Foto 3.14). Dibeberapa tempat dijumpai sisipan batubara (Foto 3.15).
Serpih umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, agak keras, karbonan, menyerpih, dengan
sisipan tipis batulempung dan batupasir halus. Tersingkap bagus di Air Kemumu (Foto 3.9).
Hasil analisa petrografi (BK-15) menunjukkan sayatan batupasir feldspathic arenite dengan
tekstur klastik dan sisipan lempung lanauan (20%). Disusun oleh felspar (15%), kuarsa
(10%), fragmen batuan (35%), glaukonit (4%) dan fosil (1%). Menyudut tanggung sampai
membundar tanggung, ukuran 0,3-0,5 mm, terpilah baik, semen oksida besi, porositas (15%)
berupa antar kristal (Lampiran A-9).
9. Hasil analisa petrografi (BK-45) menunjukkan sayatan batupasir feldspatic wacke, dibentuk
oleh butiran klastik menyudut tanggung dengan pemilahan sedang. Disusun oleh fragmen
kristal (total 55%) mencakup felspar, kuarsa, glaukonit dan mineral, opak, butiran fosil (10%)
terdiri dari foraminifera, moluska dan echinoid, fragmen batuan (5%) yang mengambang
pada masa dasar lempungan (20%), semen karbonat (5%). Porositas jenis partial
dissolution (5%).
10. Hasil analisa petrografi (BK-12) menunjukkan sayatan tufa gelas kristal, bertekstur
vitroklastik, butiran menyudut, terpilah sedang, berkomposisi gelas (60%), berbutir runcing,
berupa segitiga lengkung, bersifat keruh akibat ubahan lempung. Pecahan kristal (18%)
terdiri dari felspar, biotit, kuarsa dan mineral opak dengan porositas interpartikel dan vesikul
(20%).
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Umur
Sebutkan dasar-dasar penentuan umur.
Hasil analisis, untuk penentuan berdasarkan fosil langsung sebutkan fosil penunjuk,
sedangkan hasil lengkap ada di tabel.
Tentukan kisaran umurnya.
Contoh:
Penentuan umur Satuan Batupasir didasarkan atas kandungan fosil foraminifera planktonik.
Hasil analisa mikropaleontologi dari beberapa contoh terpilih (BK-03, BK-11, BK-24, BK123) memberikan fosil penunjuk: Globigerina pseudociperoensis, Globorotalia
mayeri, Globorotalia peripheroronda, Globorotalia orcheomenardii, Globogerinoides
sicanus, Praeorbulina transitoria.
Umur batuan berkisar dari Miosen Bawah bagian atas sampai Miosen Tengah bagian bawah
atau N7 sampai N9 (Tabel 13).
Umur Satuan Batupasir dari Formasi Balikpapan berdasarkan 12 contoh yang telah di
analisis (BK-5, BK-19, BK-47, BK-68, BK-99 dst), ternyata sangat terbatas dijumpai adanya
fosil penunjuk atau tidak dijumpai sama sekali (barren), sehingga sulit ditentukan umurnya
atau tidak dapat ditentukan umurnya. Meskipun demikian, berdasarkan kedudukan stratigrafi
dan kesebandingan dengan daerah sekitarnya secara regional, maka umurnya adalah Miosen
Tengah (Litbangtek eksplorasi PPPTMGB Lemigas, 1997). Contoh diambil dari batugamping
coquina yang posisinya berada di bagian bawah Formasi Balikpapan, tepatnya di utara
Jonggon yang terdiri dari Miogypsinoides dehaarti, Lepidocyclina angulosa, Lepidocyclina
borneensis dan Amphistegina sp.
Penentuan umur Satuan Batupasir Formasi Air Benakat didasarkan pada hasil analisa
mikropaleontologi dari beberapa contoh batuan terpilih (BK-5, BK-19, BK-47, BK-68 dan
BK-99). Dibandingkan dengan satuan serpih Formasi Gumai, kandungan fosil foraminifera
pada Satuan Batupasir Formasi Air Benakat lebih sedikit, bahkan kadang tidak dijumpai sama
sekali (barren) terutama di bagian atas. Kumpulan fauna fosil plangktonik yang dijumpai
menunjukkan beberapa fosil penunjuk, seperti Globorotalia praemenardii, Cassigerinella
chipolensis, Hastigerina praesiphonifera, Hastigerina siphonifera dan Globigerinoides
altiaperturus. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera plangktonik tersebut, maka umur
batuan Satuan Batupasir Formasi Air Benakat ditafsirkan Miosen Tengah sampai Miosen Atas
atau zona N10-N12 (Tabel 3.25).
Lingkungan pengendapan
1. Sebutkan dasar penentuan lingkungan pengendapan.
2. Jelaskan masing-masing cara penentuan lingkungan pengendapan.
3. Simpulkan lingkungan pengendapannya.
Contoh:
1. Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan atas beberapa aspek, antara lain kandungan
fosil foraminifera bentonik dan foraminifera besar, analisa struktur sedimen dan analisa
granulometri.
2. Kandungan fauna fosil bentonik terdiri dari . dan fosil foraminifera besar yang terdiri
dari .. (Tabel 31). Menunjukkan lingkungan paparan dengan kondisi laut terbuka dan
kedalaman mencapai 300 meter.
3. Hasil analisa granulometri (BK-146) menunjukkan lingkungan surf zone.
4. Analisa struktur sedimen memperlihatkan sekuen struktur perlapisan bersusun perlapisan
sejajar, perlapisan silang-siur dalam lapisan batupasir yang berselingan dengan serpih dan
batulempung. Keseluruhan ini menunjukkan lingkungan turbidit.
5. Di dukung oleh kenampakan lapangan adanya geometri lensa (channel) yang dari hasil
analisa granulometri menunjukkan lingkungan turbidit.
6. Dijumpainya asosiasi fosil foraminifera planktonik penunjuk umur tua dan muda tercampur
pada batuan yang sama seperti di lintasan Air Pilubang (Tabel 67).
7. Berdasarkan 2, 3 atau 4, 5 atau 6, maka disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan satuan
batupasir adalah
8. Hadirnya fauna fosil bentonik seperti . yang menunjukkan lingkungan paparan
dangkal, laut terbuka dengan kedalaman sampai 100 meter.
9. Dijumpainya sisa tumbuhan, amber/resin/damar dan cangkang Quinqueloculinayang dilapisi
pirit, maka menunjukkan pengendapan rawa-rawa tepi pantai dengan kondisi reduksi.
10. Dari analisa granulometri menunjukkan lingkungan surf zone.
11. Sehingga secara umum berdasarkan 8, 9, dan 10, maka ditafsirkan diendapkan di lingkungan
Pada batupasir bersih dan mengandung cangkang moluska terorientasi ditafsirkan diendapkan
pada lingkungan beach.
14. Pada profil batubara seam 10 (Gambar 3.45) yang menunjukkan adanya parting batulempung
kaolinitan, batulanau karbonan yang mengandung lempung berpelet dan mineral evaporit
(gypsum?), jejak tumbuhan (plant remain) dan pita-pita batubara (coal strings). Batubaranya
sendiri banded coal perselingan antara vitrainyang cemerlang dan cloro-durain yang kusam,
menguatkan tafsiran bahwa batubara diendapkan di lingkungan swamp yang disertai adanya
aktivitas gunungapi. Hal ini dibuktikan adanya material vulkanik halus dari parting
batulempung kaolinitan.
15. Kontak roof memperlihatkan kandungan karbonan yang berangsur yang terdiri dari
batubara menjadi batulempung batubara dan batulempung karbonan yang
mengandung carbonaceous laminae dan coal strings. Kenampakan ini menunjukkan
bahwa pembentukan batubara berlangsung dalam kondisi tenang.
16. Pada kontak floor dijumpai adanya rootlets yang tegak lurus bidang perlapisan, pokok
pohon (tunggul) dan gannister serta didukung oleh hasil analisa kimia batubara dengan
kadar abu kecil dan hasil petrografi batubara yang menunjukkan maceral terawetkan
secara baik dan hadir litotipe vitrain,clarain, durain dan fusain. Berdasarkan buktibukti tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa tumbuhan/ material pembentuk
batubara berada di tempat itu dan terbentuk di tempat itu pula (insitu).
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hubungan stratigrafi
Sebutkan bukti-bukti nyata yang dijumpai di lapangan maupun hasil analisa laboratorium.
Simpulkan berdasarkan data.
Contoh:
Dari hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan yang relatif sama.
Adanya kontak langsung lapisan batuan antara dan . di lokasi pengamatan BK-35,
BK-67 dan BK-134.
Tidak adanya kesenjangan umur berdasarkan contoh BK-45 dan BK-108.
Berdasarkan kontak dengan satuan batuan yang terletak di atasnya, maka hubungan
stratigrafinya adalah selaras. Ditunjukkan oleh perubahan litologi secara berangsur dari
satuan batulanau menjadi satuan batulempung, arah jurus dan besar kemiringan lapisan yang
tidak menunjukkan perubahan berarti, begitu pula dengan umurnya.
Adanya perbedaan hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, yaitu pada Satuan
Batulempung mempunyai pola umum N..E/..E, sedangkan pada Satuan Batupasir pola
umumnya N..E/..E.
Dijumpainya kontak erosi antara dan . di lokasi pengamatan BK-35, BK-67 dan
BK-134 berupa konglomerat alas.
Adanya kesenjangan umur berdasarkan contoh BK-45 dan BK-108.
Berdasarkan kontak erosi dengan satuan batuan yang terletak di atasnya dan dijumpainya
konglomerat alas (Foto 3.23), maka hubungan stratigrafinya adalah tidak selaras. Selanjutnya
berdasarkan perubahan litologi secara tegas dari Satuan Batulempung menjadi Satuan
Batupasir, perubahan kedudukan lapisan yang menunjukkan perubahan berarti dan loncatan
umur, maka termasuk jenis ketidakselarasan bersudut.
1.
2.
3.
4.
4.2
STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Pembahasan struktur geologi daerah penelitian secara sistematis dilakukan berdasarkan
tahapan kerja yang dijabarkan dalam bagan alir berikut ini (Gb. 4.3).
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Pembahasan meliputi:
Perolehan data lapangan (jenis data) apa saja.
Pemrosesan dan analisa data.
Hasil (kekar, sesar, lipatan) dan klasifikasinya.
Mekanisme struktur dan evaluasi struktur geologi.
Contoh:
Telah dilakukan pengambilan data lapangan berupa penafsiran citra radar atau foto udara,
pengukuran terhadap jurus dan kemiringan lapisan, pengamatan gejala-gejala sesar seperti
lipatan kecil, gawir sesar, zona breksiasi, milonitisasi, bidang sesar dengan gores garis,
pengukuran kekar, penjajaran mata air dsb.
Data lapangan tersebut kemudian di plot dalam peta geologi, di proses lalu di analisa
(jelaskan pemrosesan dan analisa dari tiap-tiap jenis data yang ada).
Hasil rekonstruksi pada peta geologi dan penampang geologi, maka didapat struktur geologi
di daerah penelitian, yaitu struktur lipatan dan struktur sesar.
4.2.1 Struktur lipatan
4.2.2 Struktur sesar