Pasien An. R, usia 2 tahun, berat badan 13 kg, datang ke RSUAM dengan keluhan
buang air besar cair sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit sebanyak >10 kali sehari
banyaknya 1/2 gelas belimbing setiap kali berak. Buang air besar berupa cairan
berwarna putih kekuningan, berlendir dan berbau, namun tidak berdarah. Pasien juga
sempat mual dan muntah sebanyak 4 kali berupa cairan bening disertai susu yang
diminum pasien. Kemudian badan pasien menjadi panas setelah BAB cair dan
muntah, demam dirasakan saat malam hari dan pagi hari, bertambah rewel dan tidak
nafsu makan. Pasien kemudian dibawa ke tempat praktek dokter umum namun tidak
ada perubahan, lalu pasien dibawa ke RSAM.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : compos mentis, Nadi :
128x/menit reguler, Pernafasan : 46x/menit, Suhu: 36,7 C, BB: 13 kg, UUB:
Datar, keras Mata: tampak cowong, Mulut : bibir kering, thoraks : dalam batas
normal, abdomen : BU (+) meningkat, turgor kulit kembali cepat, genitalia : lakilaki, ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat
Dari hasil laboratorium didapatkan :
Feses Rutin :
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Bau
Lendir
Darah
Mikroskopis
Telur cacing
Amoeba
Sel-sel
Sisa makanan
: kuning
: padat
: khas
: (-)
: (-)
: tidak ditemukan
: (-)
: Eritrosit
: 0-1
Luekosit
: 1-2
Epithel
: Positif
: Serat daging
: (-)
Granuda Amylum : (-)
Granuda lemak
: (-)
Sisa Tumbuhan
: (-)
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120
3-6 = sedang
apatis
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
7-12 = berat
atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan sianosi
Lemah > 140
Dari skor tersebut dapat diketahui derajat dehidrasi pasien pada kasus ini masuk pada
derajat ringan-sedang, dimana pasien gelisah, cegen atau bertambah rewel dan
peningkatan denyut nadi.
Prinsip penanganan diare membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (tanpa rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Penderita diare dengan dehidrasi ringan
sedang harus dirawat disarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral.
Diare dengan derajat dehidrasi ringan-sedang di terapi dengan rencana terapi sebagai
berikut :
1. Terapi cairan
Pemberian oralit dalam 3 jam pertama yang banyaknya ialah : 75 mlx BB anak
Re-evaluasi derajat dehidrasi anak setelah 3jam, dan tentukan rencana terapi
sebelumnya
2. Tablet Zinc 20 mg selama 10 hari berturut-turut
3. Antibiotik selektif
4. Edukasi orangtua
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi cairan pada derajat
dehidrasi ringan-sedang seharusnya dengan cara pemberian cairan peroral. Namun
dengan pertimbangan seperti kemungkinan perburukan derajat dehidrasi serta sulitnya
pemantauan pemberian cairan oralit membuat koreksi cairan melalui jalur intravena
lebih disukai.
Pemberian antibiotik pada pasien ini juga kurang tepat karena sifat diarenya yang
tidak menunjukkan seperti diare yang disebabkan oleh bakteri. Pemberian antibiotik
pada diare virus tidak memberikan manfaat secara langsung terhadap kesembuhan
pasien, namun dapat menjadi profilaksis tehadap infeksi nosokomial di rumah sakit.
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).
Pemberian paracetamol pada pasien untuk mengatasi demam sudah sesuai,
paracetamol diberikan selama pasein mengalami demam dengan dosis yg sesuai
denagn berat badan pasien (13kg) yaitu 120mg/5ml 3xcth syrup, pemberian
dihentikan jika pasien sudah tidak demam.