Disusun Oleh:
YUWANTONI
3331-071015
Nama
: Yuwantoni
NPM
: 3331071015
Jurusan
: Teknik Mesin
yuwantoni
3331071015
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas lapisan yang optimal
dari orthogonal array L8 (24) dan untuk mengetahui setting faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses thermal arc spray ss 316 terhadap kekuatan lekat dan
kekerasan lapisan pada baja AISI 4140 menggunakan metode taguchi. Setting
faktor pada proses thermal arc spray antara lain tekanan semprot material pelapis,
jarak semprot lapisan, kuat arus dan kekasaran permukaan dengan grinding 80
mesh dan 1000 mesh pada material substrat, sehingga dibutuhkan setting level
faktor yang tepat.
Dalam penelitian ini, penentuan setting level faktor menggunakan metode
Taguchi. Pada penelitian ini ada 4 faktor kendali yang masing-masing mempunyai
2 level sehingga matriks orthogonal array yang sesuai dalam penelitian ini adalah
L8 (24). Sehingga total material uji yang digunakan untuk eksperimen berdasarkan
matriks orthogonal array pada metode taguchi adalah 8 sampel atau 8 kali
eksperimen dan pada setiap pengujian baik itu daya lekat ataupun kekerasan
dilakukan 2 kali. Semua sample tersebut mempunyai kondisi awal dan dimensi
yang sama untuk menghindari penyimpangan pada hasil eksperimen.
Hasil analisa terhadap SNR, Mean dan ANOVA didapatkan kesimpulan
bahwa setting faktor besar arus untuk melelehkan material pelapis memiliki
kontribusi dominan di antara faktor yang lain pada nilai daya lekat lapisan,
sedangkan pada kekerasan lapisan faktor jarak semprot lapisan yang memiliki
kontribusi dominan di antara faktor yang lain.
Kata kunci : Thermal arc spray, Daya lekat, Kekerasan, metode Taguchi
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the optimal coating quality of the
orthogonal array L8 (24) and to determine the setting of the factors that affect the
arc thermal spray processes ss 316 adhesion strength and hardness of the coating
on AISI 4140 steel using Taguchi method. Setting factor in the arc thermal spray
processes include pressure spray coating material, coating spray distance, strong
currents and surface roughness with grinding to 80 mesh and 1000 mesh on the
substrate material, so it takes the right setting factor levels.
In this study, the factors determining the level settings using the Taguchi
method. In this study, there are four factors that control each having 2 levels so
that the corresponding matrix of orthogonal arrays in this study is L8 (24). So the
total test material were used for the experiment matrix based on the Taguchi
method orthogonal array is 8 or 8 times the experimental sample and at each
testing either adhesion or violence done 2 times. All the samples have the initial
conditions and the same dimensions to avoid irregularities in the experimental
results.
The results of analysis of the SNR, the mean and ANOVA was concluded
that the current setting of major factors to melt the coating material has a
dominant contribution among other factors on the value of adhesion layers,
whereas the distance factor of spray coating hardness coating which has a
dominant contribution among other factors .
Key words : Thermal arc spray, adhesion strenght, Hardness, Taguchi method.
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabat yang telah membawa umat manusia dalam
kehidupan yang sarat ilmu pengetahuan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
akhlakul karimah.
Penulisan skripsi yang berjudul Studi Eksperimental Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Pada Proses Thermal Arc Spray SS 316 Terhadap Kekuatan Lekat
Dan Kekerasan Lapisan Pada Baja AISI 4140 Menggunakan Metode Taguchi,
merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak mulai dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelasaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1; Bapak Kurnia Nugraha, ST., MT., selaku Dekan FT. UNTIRTA. Terimakasih.
2; Bapak Sunardi, ST., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT.
3;
4;
5;
6;
7; Bapak Mumu Mashurudin dan Bapak Iwan, selaku Inspector PT. Mulya
8;
9;
10;
11;
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN . ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
13
a.Parameter Operasi..................................................................
14
15
18
19
20
22
24
29
30
32
35
36
41
44
45
46
50
53
55
57
58
58
59
61
61
61
61
63
65
65
66
67
69
73
73
73
74
75
77
77
78
79
81
84
84
85
85
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan........................................................................................ 86
5.2. Saran.................................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
10
Tabel 2.1. Komposisi kimia kawat pelapis ss 316 PMET 730 .....................
38
38
42
49
49
Tabel 3.3 Matriks kombinasi faktor kendali dan faktor noise ......................
50
57
57
60
60
61
62
63
67
68
68
69
75
76
76
78
79
83
DAFTAR GAMBAR
Halaman
11
10
17
19
22
22
44
Gambar 3.2. Sample baja AISI 4140 sebelum dicoating thermal arc spray ..... 51
Gambar 3.3. (a) Amplas dan (b) Mesin grinding ......
51
52
Gambar 3.5. Mesin electric model AT-400 produksi thermal inc ....................
53
56
56
63
Gambar 4.3. Grafik efek SNR pada faktor B untuk kekuatan lekat .................. 64
Gambar 4.4. Grafik efek SNR pada factor C untuk kekuatan lekat .. 64
Gambar 4.5. Grafik efek SNR pada faktor D untuk kekuatan lekat
65
Gambar 4.6. Grafik efek mean pada faktor A untuk kekuatan lekat ...
67
Gambar 4.7. Grafik efek mean pada faktor B untuk kekuatan lekat ...
68
Gambar 4.8. Grafik efek mean pada faktor C untuk kekuatan lekat ...
68
Gambar 4.9. Grafik efek mean pada faktor D untuk kekuatan lekat ...
69
12
Gambar 4.10. Grafik efek SNR pada faktor A untuk kekerasan .........
75
Gambar 4.11. Grafik efek SNR pada faktor B untuk kekerasan .............
76
Gambar 4.12. Grafik efek SNR pada faktor C untuk kekerasan ..........
76
Gambar 4.13. Grafik efek SNR pada faktor D untuk kekerasan ......
77
79
Gambar 4.15. Grafik efek mean pada faktor B untuk kekerasan ....... 80
Gambar 4.16. Grafik efek mean pada faktor C untuk kekerasan ............... 80
Gambar 4.17. Grafik efek mean pada faktor D untuk kekerasan .......... 81
BAB I
PENDAHULUAN
1.1;
Latar Belakang
13
Rumusan Masalah
14
Batasan Masalah
Dalam proses ini dibutuhkan beberapa batasan-batasan untuk
b;
c;
1.4
15
double wire terhadap nilai daya lekat lapisan dan kekerasan lapisan pada baja
AISI 4140 S.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah derajat kekasaran permukaan substrat
hasil grinding 80 mesh dan 1000 mesh dalam parameter operasi sistem pelapisan
electric arc spray double wire dapat mempengaruhi kekuatan lekat lapisan,
kekerasan material hasil pelapisan. Semakin tinggi tingkat kekasaran permukaan
substrat hasil grinding akan meningkatkan daya lekat dan dapat meningkatkan
sifat mekanis material yang dilapisi (coating).
1.5;
1.6
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini
16
apakah hipotesa awal diterima atau ditolak. Analisa ini akan dilakukan
dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Selain untuk
menguji hipotesa menyangkut apakah suatu variabel mempunyai
pengaruh terhadap kekuatan lekat dan kekerasan pada proses
pelapisan thermal arc spray, Anova juga dilakukan untuk melihat
faktor-faktor manakah yang berpengaruh terhadap variabilitas nilai
kekuatan lekat dan kekerasan pada proses pelapisan thermal arc spray,
yaitu Anova untuk Signal Noise Ratio. Besarnya kontribusi rata-rata
nilai kekuatan lekat dan kekerasan pada proses pelapisan thermal arc
spray dapat dilihat pada persen kontribusi Anova
f; Melakukan eksperimen dan analisa kembali apabila diperlukan
Percobaan konfirmasi dilakukan sebagai upaya pembuktian dari hasil
eksperimen yang sudah dilakukan. Dengan eksperimen ini dapat
dibuktikan apakah penetapan kombinasi faktor dan level pada
eksperimen awal adalah akurat dan valid.
1.7
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, sistematika penulisan yang digunakan
17
Pada bab ini berisi tentang data-data yang diperoleh selama penelitian dan
pembahasan data-data yang telah diperoleh dengan pemasalahan yang telah
ditetapkan pada penelitian ini, serta hasil dari data-data yang telah dibahas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan yang merupakan hasil penelitian yang telah
tercapai dan berisi saran serta komentar atas hasil yang telah dicapai dalam
penelitian agar dapat ditindak lanjuti.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2. 1
Baja
18
Baja adalah salah satu jenis logam yang banyak digunakan pada dunia industri
permesinan dengan unsur karbon sebagai salah satu dasar campurannya. Di
samping itu baja juga mengandung unsur-unsur seperti sulfur (S), fosfor (P),
silikon (Si), mangan (Mn), dan sebagainya.
Perbedaan persentase karbon dalam campuran baja karbon menjadi salah satu
cara mengklasifikasikan baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1; Baja karbon rendah (low carbon steel).
Baja karbon rendah merupakan baja karbon yang tidak begitu keras karena
kadar karbonnya yaitu kurang dari 0,3% sehingga tidak cukup untuk
membentuk struktur martensite. Baja karbon rendah sering disebut juga
baja ringan (mild steel). Baja ini dapat produksi menjadi mur, baut, ulir
skrup dan lain-lain. Baja jenis karbon rendah mempunyai sifat tidak terlalu
keras, cukup kuat, ulet, mudah dibentuk dan ditempa, tetapi karena
kurangnya kadar karbon maka tidak dapat disepuh keras.
2; Baja karbon sedang (medium carbon steel).
Baja karbon sedang merupakan baja dengan kadar karbon 0,3-0,6% lebih
keras dibandingkan dengan baja karbon rendah. Baja ini dapat dikeraskan
dengan pengerjaan panas (heatreatment). Baja karbon sedang digunakan
untuk, poros engkol, roda gigi dan sebagainya.
3; Baja karbon tinggi (high carbon steel).
Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon 0,6-1,5% baja ini sangat
keras namun keuletannya rendah, biasanya digunakan untuk alat potong
seperti pahat, gergaji, kikir dan lain-lain.
2.1.1; Baja AISI 4140.
19
bahan poros (shaft) dan roda gigi (gear). Di Amerika biasanya diberikan
penandaan dengan empat angka sistem AISI, dua angka pertama adalah kelompok
unsur yang terkandung dalam baja, dan dua angka terakhir persentase kandungan
karbon di dalam baja tersebut. Sebagi contoh baja AISI 4140 menunjukan kadar
karbon sebesar 0,40%.
2.1.2; Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
20
Cr
Si
Mn
Ni
Fe
% wt
17,0
1,0
2,0
12,0
Balance
2.2;
permukaan material lain atau material yang sama (Prawara, 2005). Penerapan
pelapisan umumnya bertujuan untuk :
1; Melindungi dari lingkungan yang dapat menyebabkan korosi atau reaksi
deterioratif (merusak).
2; Meningkatkan penampilan permukaan.
3; Memperbaiki permukaan.
Ada banyak teknik pelapisan deposisi yang dapat digunakan sesuai
kebutuhan dan aplikasi. Teknik-teknik pelapisan ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
Salah satu teknik pelapisan yang telah diterima dengan baik di kalangan industri
adalah pelapisan berbasis thermal spray karena kemudahannya untuk
diaplikasikan pada pelapisan material dalam skala besar (Siregar dkk, 2011).
Teknik pelapisan ini berfungsi sebagai proteksi permukaan dan pengembangan
tingkat lanjut.
2.2.1; Proses Thermal Spray
Thermal arc spray adalah suatu proses dimana material dalam bentuk
serbuk atau kawat logam dan non-logam dideposisikan dalam kondisi cair atau
setengah cair pada suatu permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk
membentuk suatu lapisan spray (Prawara dan Afandi, 2006). Skema diagram dari
proses thermal spray secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.2. Bahan baku
(feedstock) yang digunakan dalam proses thermal spray umumnya berbentuk
serbuk atau kawat, tetapi ada beberapa aplikasi yang menggunakan batang
keramik. Serbuk diproduksi dalam berbagai ukuran partikel (mesh), biasanya
lebih halus dari 120 mesh (Air Resources Board, 2004). Material pelapis dapat
21
berupa logam murni, paduan logam, karbida, oksida, keramik dan logam keramik
(cermet). Material-material tersebut dapat disemprotkan sepanjang memiliki titik
leleh lebih rendah dari temperatur yang dihasilkan dalam sistem semprot dan sifatsifatnya tidak berubah ketika berada dalam kondisi cair.
Feedstock dalam proses thermal spray dilelehkan oleh temperatur tinggi
yang dihasilkan baik dari pembakaran bahan bakar atau dari busur listrik dalam
alat spray. Lelehan partikel didorong melalui nozzle oleh aliran gas bertekanan
tinggi di pistol semprot (spray gun) terhadap substrat.
Gambar 2.1. Proses thermal spray secara umum (Leong, 2000).
Kombinasi pola aliran, susunan tetesan yang tidak teratur menghasilkan
mekanisme saling mengunci dan membentuk ikatan antar partikel. Dalam thermal
spray, pembentukan lapisan biasanya disertai dengan pengotor dalam struktur
material. Pelapisan semprot biasanya terdiri dari empat elemen utama yaitu
rongga udara, inklusi oksida, partikel cair, dan partikel tidak cair. Susunan partikel
umum dan pengotor ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Susunan partikel dalam pelapisan thermal spray (Leong, 2000).
Ketebalan lapisan umumnya berkisar dari 25 sampai 11000 mikrometer
dan kekuatan ikatan dapat berkisar dari 5000 sampai 45000 psi (Air Resources
Board, 2004). Lapisan yang dibentuk dapat digunakan dalam berbagai industri
(seperti elektronik, otomotif, dan aerospace) untuk memberikan (Abkenar, 2007):
1; Ketahanan terhadap keausan, abrasi dan erosi.
2; Lapisan penghalang panas untuk melindungi struktur dan material.
3; Perlindungan terhadap korosi di lingkungan udara dan laut.
4; Perlindungan terhadap oksidasi suhu tinggi, erosi dan korosi.
5; Ketahanan listrik, konduktifitas listrik, atau pelindung elektromagnetik.
6; Restorasi dimensi permukaan yang aus.
7; Membangun struktur komposit dari logam dan keramik.
8; Perekat dasar untuk pertumbuhan tulang pada implan medis.
2.2.2 Sistem Electric Arc Spraying
Electric Arc spraying adalah proses yang memanfaatkan potensial listrik
untuk menghasilkan panas yang dapat melelehkan material logam pada pistol
semprot. Dua kawat logam digunakan sebagai elektroda untuk melengkapi
22
electric arc. Motor menggerakkan dua kawat bermuatan listrik (beda potensial 18
sampai 40 Volt) yang diumpankan melalui gun membentuk busur listrik yang
dapat mencairkan kawat.
Gambar 2.3. Electric arc spray gun (Air Resources Board, 2004).
Gambar 2.4. Electric arc spray equipment (Air Resources Board, 2004).
Pengontrol umpan digunakan untuk mengatur tingkat pengumpanan kawat
yang mempengaruhi tingkat ketebalan dan deposisi lapisan. Material cair
diatomisasi dan didorong oleh udara terkompresi. Kecepatan partikel terletak pada
kisaran 100 hingga 300 m/s dan temperatur di busur dapat mencapai 5000 C
(Gedzeviius, 2003). Peralatan electric arc spray memiliki tingkat produktivitas
tertinggi di antara proses thermal spray lainnya dan dapat mendeposisikan hingga
60 kg/jam (Air Resources Board, 2004). Partikel cair secara cepat dipadatkan dan
dideposisikan pada substrat dengan impak yang tinggi untuk membentuk lapisan.
Beberapa keuntungan penggunaan metode electric arc spraying bagi
industri adalah:
1; Desain peralatan yang sederhana, ringan dan portabel menjadikan alat ini
ideal untuk aplikasi pelapisan.
2; Biaya produksi kawat dan daya listrik rendah. Modal dari sistem electric arc
spraying lima kali dan biaya operasi sembilan kali lebih sedikit dibandingkan
dengan sistem plasma spraying.
3; Sistem ini memungkinkan dua material kawat yang berbeda disemprotkan
secara bersamaan untuk menghasilkan lapisan paduan.
23
4; Penggunaan gas yang tidak mudah terbakar atau udara kering sebagai gas
atomisasi membuat proses ini lebih aman dan hemat biaya.
5; Daerah pemanasan gas sangat kecil sehingga gas atomisasi memiliki
temperatur relatif rendah dan laju perpindahan panas ke substrat dapat
dikurangi. Menjaga temperatur substrat pada tingkat rendah dapat mencegah
terjadinya kerusakan dan distorsi serta perubahan pada permukaan substrat
secara metalurgi.
6; Material yang digunakan dalam proses mencair seluruhnya. Pencairan
menyeluruh terhadap partikel membuat sistem ini hemat energi. Hampir
semua sistem thermal spray yang menggunakan bahan baku serbuk
mengalami masalah dengan pencairan partikel tidak menyeluruh.
7; Beberapa eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
proses electric arc spraying memiliki tingkat lapisan tertinggi di antara semua
proses thermal spray lainnya. Efisiensi deposisi (rasio massa material pelapis
dengan material yang diumpankan) dari proses ini sebanding dan dalam
beberapa kasus lebih baik dari proses thermal spray lainnya.
Walaupun sistem electric arc spraying memiliki banyak keuntungan yang
menarik bagi industri, tetap saja ada kelemahannya juga. Kerugian utamanya
adalah rendahnya kualitas lapisan yang dihasilkan. Sistem electric arc spraying
biasanya ditandai dengan porositas tinggi dan kekuatan adhesi rendah. Selain itu,
kontrol terhadap ukuran partikel cair yang dihasilkan kurang. Ukuran tetesan cair
pada sebagian besar metode thermal spray ditentukan oleh ukuran partikel dalam
serbuk umpan, sedangkan dalam sistem electric arc spraying ditentukan oleh
parameter operasi. Ukuran partikel mempengaruhi perilaku dinamik dan termal
dalam proses penyemprotan, percikan serta penyebaran selama deposisi. Oleh
karena itu, kurangnya kontrol terhadap ukuran partikel mengurangi kemampuan
sistem electric arc spray untuk menghasilkan karakteristik lapisan yang sesuai
dengan kebutuhan industri. Sistem ini hanya menggunakan bahan baku dalam
bentuk kawat dan secara elektrik harus konduktif.
24
dilapisi.
3; Partikel deposisi: partikel cair yang didepositkan dan diratakan pada substrat,
membentuk padatan yang membentuk lapisan pelapis.
Terlepas dari karakteristik umum tersebut, ada perbedaan besar antara
metode thermal spray, yaitu:
1; Jenis bahan baku (feedstock): material semprot berupa serbuk atau kawat.
2; Metode pemanasan: material semprot dapat dipanaskan dengan busur listrik
25
dihasilkan antara satu metode thermal spray dan lainnya bervariasi, sehingga
cocok untuk aplikasi yang berbeda, seperti pelapisan untuk perlindungan
korosi atau tahan terhadap keausan.
5; Perpindahan panas ke substrat: deposisi dan pemadatan partikel cair pada
substrat dapat memanaskan substrat (bahkan dapat menyebabkan pencairan
dan solidifikasi ulang lapisan substrat). Dalam beberapa aplikasi, perlakuan
panas pada substrat dapat merubah sifat mekanik. Sehingga dibutuhkan
pemilihan teknik semprot yang tepat untuk meminimalkan transfer panas ke
substrat.
a; Parameter Operasi
Parameter operasi yang dapat dikendalikan di sebagian besar sistem
electric arc spraying meliputi:
1; Material kawat umpan. Berbagai material dapat digunakan dalam industri
seperti aluminium, tembaga, stainless steel, timah, titanium, dan seng.
Masing-masing dari material tersebut atau kombinasi dua di antaranya dapat
digunakan untuk berbagai aplikasi. Dalam beberapa aplikasi, kawat
berintikan material non-konduktif digunakan seperti karbida, nitrida, atau
cermet yang dibungkus dengan lapisan konduktif.
2; Jenis gas atomisasi. Jenis gas atomisasi yang digunakan dalam aplikasi
industri yaitu udara kering, nitrogen, dan argon. Gas atomisasi melucuti
lelehan material dari ujung kawat sehingga membutuhkan gas yang tidak
mudah terbakar. Penggunaan campuran gas yang tidak mengandung oksigen
mengurangi kandungan oksida dalam lapisan.
3; Tekanan gas atomisasi. Tekanan gas atomisasi di bagian hulu menentukan
volume laju aliran dan kecepatan gas atomisasi. Kecepatan gas secara
langsung mempengaruhi kecepatan tetesan yang terlepas.
4; Tegangan kawat. Tegangan diterapkan mengontrol daya input busur, secara
tidak langsung mempengaruhi tingkat pemanasan dan pencaira n kawat.
5; Tingkat umpan kawat (sistem tipe 1). Parameter ini menentukan tingkat
masukkan material ke dalam proses, setara dengan tingkat material yang
meleleh. Dalam sistem tipe 1 memungkinkan pengendalian tingkat umpan
kawat dan tidak ada kendali terhadap arus busur. Arus busur berbanding lurus
dengan daya input, ditentukan berdasarkan tingkat pencairan dan pengaturan
26
27
28
29
proses pengelasan dan galvanisasi. Thermal spray memberikan ikatan yang lebih
baik antara pelapis dan substrat. Sifat-sifat dari lapisan tergantung pada jenis
material, proses thermal spray, parameter-parameter yang diterapkan dan
perlakuan setelah proses thermal spray.
2.2.5; Aplikasi Thermal Arc Spray Coating
Lapisan thermal arc spray dimanfaatkan untuk :
Proteksi, Maintenance, atau Rekondisi elemen-elemen mesin yang
mengalami keausan akibat karat, abrasi, erosi, gesekan, timbukan, ataupun
kombinasinya.
2.3;
Pengujian Kekerasan
Kekerasan (hardness) adalah salah satu sifat mekanik (mechanical
30
. Rumus untuk
31
Dimana,
HV
= Beban (kgf)
= diagonal (mm)
2.4
32
Gambar2.9.IkatanKimia(ChemicalBonding)
Sumber:Wahyudin.PuslitbangMetalurgiLIPI,1996
Pada jenis logam, adhesi yang baik antara lapisan logam dasar terjadi bila
atom-atom dari masing-masing tersebut berada dalam kotak yang baik. Atom
33
logam yang diendapkan harus menempati dan mengikuti kisi susunan atom logam
dasar (epitaxial growth) atau membentuk alloy dengan logam dasar melalui difusi.
Untuk mencapai kondisi tersebut, sebelumnya permukaan logam dasar disiapkan
bebas dari kotoran (kerak, oli, dan sebagainya). Proses pre-treatment ini
menjadi dominan dalam keberhasilan pelapisan dan sangat tergantung pada jenis
pengotor dan jenis logam dasar.
Pada saat pengendapan dasar atau pertumbuhan lapisan logam selalu tidak
terjadi kondisi setimbang (equillibrum). Hal ini disebabkan karena tidak cukup
waktu untuk berdifusi yang baik untuk menempati kisi. Kondisi atom dan kisi
yang terdistorsi ini dapat mempengaruhi sifat lapisan logam. Keadaan struktur
mikro, kristal dan sifat lapisan yang dimiliki tergantung dari kondisi eletrolit,
kondisi operasi serta struktur mikro dan sifat logam dasar.
Gambar2.10.IkatanPolaratauValensiSekunder
Sumber:Wahyudin.PuslitbangMetalurgiLIPI,1996
4;
5;
6;
7;
8;
34
9; Jarak semprot.
35
36
Dinamis, artinya untuk saat ini, suatu produk atau jasa bisa dikatakan
memiliki kualitas yang baik, namun dimasa yang akan datang mungkin
sudah dikatakan tidak berkualitas lagi.
2;
3;
Loyalitas, suatu produk atau jasa yang berkualitas akan selalu dapat
menjaga kesetiaan konsumen untuk selalu menggunakannya.
37
produk
akibat
adanya
gangguan
dari
faktor-faktor
yang
tidak
yang
ekonomis
38
Bagaimana
menggunakan
mengambil
suatu
keputusan
eksperimen
yang
optimum
terstruktur
dengan
dengan
tercontrol, untuk
39
dan kemudian
40
Pada eksperimen full faktorial ini, semua efek faktor utama dan efek
interaksi dapat diestimasi. Efek faktor utama adalah perubahan pada variabel
respon akibat perubahan level faktor yang diamati, sedangkan efek interaksi
adalah pengaruh tambahan yang terjadi akibat kombinasi dua atau lebih faktor
yang diamati.
Metode ini cocok apabila faktor yang ingin diselidiki berjumlah sedikit.
Hal ini disebabkan karena apabila terdapat n faktor yang ingin diselidiki, maka
jumlah percobaan yang harus dilakukan adalah sebanyak 2n kombinasi (bila n
adalah faktor-faktor dengan 2 level).
B. Eksperimen faktorial sebagian
Desain eksperimen faktorial sebagian merupakan pengembangan desain
yang lebih efisien. Metode ini hanya menggunakan sebagian dari kondisi total
yang mungkin untuk memperkirakan efek utama dan beberapa efek interaksi. Jika
banyak faktor pada desain faktorial 2n makin besar, maka banyaknya percobaan
yang harus dilakukan makin bertambah besar pula. Desain ini banyak digunakan
dalam perancangan produk dan proses, serta untuk perbaikan proses (process
improvement), (Montgomery, 2001). Adapun desain resolusi dari desain
eksperimen yang diinginkan antara lain:
41
b;
c;
d;
e;
42
akan diteliti dengan tepat. Perumusan masalah harus spesifik dan jelas
batasanya dan juga secara teknis harus dapat dilaksanakan dalam
eksperimen.
2; Tujuan eksperimen, Tujuan yang diterapkan harus dapat menjawab
masalah yang telah dirumuskan.
3; Tentukan respon (karakteristik kualitas) yang akan diukur dan metode
pengukuran, Data respon yang didapatkan dari eksperimen harus
diukur dengan alat ukur dengan alat ukur yang valid dan dengan
pengukuran yang benar.
4; Identifiksi faktor-faktor yang berpengaruh, Pada tahap ini akan
diselidiki faktor mana saja yang akan di selidiki pengaruhnya. Dalam
5;
6;
7;
8;
9;
43
13;
14;
15;
2.8;
44
2.9;
Parameter Design
Pada perancangan parameter, ada dua jenis faktor yang mempengaruhi
45
proses yang ingin diketahui. Bila nilai faktor kendali tertentu diubah, maka
karakteristik mutu dapat pula berubah.
b; Faktor noise
Faktor noise adalah factor-faktor yang dalam lingkungannya sulit untuk
dikendalikan maupun tidak ekonomis / mahal untuk ditentukan, meskipun
faktor-faktor ini dapat menimbulkan variasi-variasi yang tidak diinginkan
dalam unjuk kerja proses atau produk.
2.10;
Orthogonal Array
Taguchi menggunakan orthogonal array tidak hanya untuk mengukur efek
dari sebuah faktor pada nilai rata-rata, tapi juga untuk mengurangi variasi dari
rata-rata. Dengan menggunakan orthogonal array kita dapat mengetahui
hubungan antar faktor. Disebut orthogonal array karena untuk setiap level dari
sebuah faktor, jumlah semua levelnya akan sama. Hal ini membuat eksperimen
dan efek dari sebuah faktor akan terpisah dengan efek dari faktor lain. Sehingga
kita dapat memilih faktor mana saja yang mempunyai efek paling besar dengan
mudah. Kelebihan menggunakan orthogonal array ini adalah dapat mengevaluasi
pengaruh berbagai faktor dengan menggunakan eksperimen dalam jumlah
eksperimen yang tidak terlalu banyak sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu
penelitian. Penggunaaan orthogonal array ini merupakan salah satu kelebihan
metode Taguchi jika dibandingkan dengan pmetode perancangan yang lainnya.
Pemilihan orthogonal array dilakukan sebelum melakukan eksperimen, dan
pemilihan orthogonal array yang tepat bergantung pada hal-hal berikut:
1; Jumlah faktor terkendali dengan interaksi antar faktor yang akan diamati
2; Jumlah tingkat perlakuan (level) dari masing-masing faktor
3; Keterbatasan biaya.
Selanjutnya hitung derajat kebebasan atau degree of freedom (dk atau dof)
untuk menentukan berapa banyak suatu percobaan harus dilakukan. Hasil
perhitungan derajat kebebasan menunjukkan jumlah baris minimal dalam memilih
orthogonal array.
46
(2.10)
Dengan :
L = Merupakan informasi yang berdasarkan pada penyusunan faktor latin
square. Penyusunan latin square adalah penyusunan square matriks dengan
pemisahan
faktor-faktor
yang
berpengaruh.
Sehingga
notasi
47
Contoh: L16(45)
4. 5n series orthogonal arrays, yaitu susunan matrik hasil eksperirnen yang hanya
dapat digunakan atau diterapkan pada eksperimen yang mempunyai n faktor
dan mempunyai 5 level.
Contoh: L25 (56)
5. Mixed series orthogonal arrays, yaitu susunan matrik hasil eksperirnen yang
hanya dapat digunakan atau diterapkan pada eksperimen yang mempunyai n
faktor dan pada level yang berbeda.
Contoh: L18(21 x 37), L32(21 x 49), L36(211 x 312), L36(23 x 313), L54(21 x 325)
Tabel 2.2. Matriks orthogonal umum
2 Level 3 Level 4 Level 5 Level Mixed Level
L4(23)
L9(34) L16(45) L25 (56) L18(21 x 37)
L8(27) L27(313)
L32(21 x 49)
11
40
L12(2 ) L81(3 )
L36(211 x 312)
L16(215)
L36(23 x 313)
31
L32(2 )
L54(21 x 325)
L64(263)
Tabel 2.3. Matriks orthogonal khusus 2 level
Jumlah Faktor Matriks orthogonal
2-4
L8
5-7
L27
Keterangan : L8(24)
(2.11)
L = Menjelaskan notasi L
8 = Menjelaskan jumlah baris
2 = Menjelaskan jumlah level
4 = Menjelaskan jumlah kolom
Dalam eksperimen, pengukuran yang dihasilkan dibuat level untuk faktorfaktor yang berpengaruh. Eksperimen yang menggunakan orthogonal arrays,
memberikan angka-angka yang dapat dibandingkan untuk masing-masing
faktornya disebut juga derajat kebebasan (degrees of freedom). Atau dengan kata
lain yang dimaksud dengan derajat kebebasan adalah angka atau nilai yang
48
(2.12)
2.11;
(2.13)
menghasilkan suatu produk yang seragam atau sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Seringkali dalam memproduksi timbul variansi dan produk yang
tidak diinginkan atau tidak memiliki fungsi sebagaimana mestinya yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Hal tersebut dinamakan noise faktor yang
dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu:
1; Eksternal noise, merupakan faktor lingkungan atau kondisi yang ada pada
saat perancangan maupun proses produksi yang mempengaruhi fungsi
ideal dari suatu produk
2; Internal noise, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan suatu produk
mengalami kerusakan selama penyimpanan atau perubahan karakteristik
komponen dan material produk
3; Variational noise, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan
produk yang dihasilkan satu sama Iainnya meskipun produk yang dibuat
memiliki spesifikasi yang sama.
Maksimasi ukuran performansi ini ditunjukkan dengan tingginya nilai signal
dan rendahnya noise,
49
SN stb 10 log
(2.14)
Dengan:
n = jumlah pengulangan eksperimen
y i = data pengamatan ke-i (i= 1, 2, 3,....,n)
2; Larger the better (ltb),
Memiliki karakter kualitas yang kontinu dan non negatif yang
mempunyai nilai dari 0 sampai - dimana nilai target yang diharapkan adalah
selain 0 atau dengan kata lain memiliki nilai sebesar mungkin. Sehingga
signal to noise ratio dapat dihitung dengan rumus :
1 n 1
2
n i 1 y i
SN ltb 10 log
(2.15)
Dengan:
n = jumlah pengulangan eksperimen
y i = data pengamatan ke-i (i= 1, 2, 3,....,n)
3; Nominal the best (ntb),
Memiliki karakter kualitas yang kontinu dan non negatif yang
mempunyai nilai dari 0 sampai dimana nilai target yang diharapkan adalah
selain 0 dan merupakan bilangan yang terbatas. Sehingga signal to noise ratio
dapat dihitung dengan rumus :
2
2
SN ntb 10 log10
(2.16)
Dengan:
1 n
Yi
n i 1 ;
1 n
(Yi ) 2
n i 1
50
2.12;
statistik dari Inggris. Analisis variansi adalah suatu metode yang membagi
variansi menjadi sumber variansi yang dapat diidentifikasikan dan merupakan
pengumpulan derajat kebebasan dalam eksperimen. Data-data yang diambil, baik
data kondisi sebenarnya maupun data hasil eksperimen dalam robust design dapat
dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:
1; Variabel,
yaitu
data
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
selama
y
a
(2.17)
Menghitung
rata-rata
total
seluruh
eksperimen
(overall
y
n
(2.18)
51
i1
i1
i2
i2
ij
Effect
1
y0
(2.19)
Level 1
...
...
...
Level 2
...
...
...
Level Y
...
...
...
Different
...
...
...
Rank
...
...
...
............
Sumber: Belavendram,1995
Langkah4;
Langkah5;
(2.20)
Langkah6;
(2.21)
kolom
orthogonal
52
(2.23)
Langkah8;
Langkah9;
(2.24)
SS
(2.25)
(2.26)
(2.27)
Keterangan: V= derajat bebas dari error
Langkah11;
(2.28)
Langkah12;
Fdist ( F, v, v
(error pooled )
(2.29)
Langkah13;
Langkah14;
BAB III
METODE PENELITIAN
53
54
Identifikasi Masalah
Penelitian dilakukan di PT. Mulya Bangun Sentosa di daerah Tigaraksa-
55
1; Latar belakang dan perumusan masalah, latar belakang dalam penelitian ini
adalah adanya kebutuhan setting variasi yang optimal dari faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses Thermal arc spray double wire. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses thermal arc spray antara lain Tekanan, Jarak,
Kekasaran permukaan baja sebelum dilapisi dan Arus. Oleh karena itu
diperlukan adanya penelitian tentang setting variasi faktor-faktor tersebut
sehingga dapat diketahui besaran optimum kekuatan lekat dan kekerasan hasil
pelapisan thermal arc spray double wire khususnya pada baja AISI 4140.
Perumusan masalah yaitu bagaimana menentukan setting level optimal faktor
faktor yang berpengaruh pada proses thermal arc spray
sehingga
56
Perencanaan Eksperimen
Tahap
perencanaan
eksperimen
dimulai
dengan
mengidentifikasi
57
diselidiki
pengaruhnya
terhadap
respon.
Faktor-faktor
kendali
58
4; Identifikasi faktor noise, faktor noise merupakan faktor yang baik secara
teknis maupun ekonomi sulit dikontrol. Level dari faktor-faktor noise ini dapat
berubah-ubah dari suatu unit ke unit lainnya, dari suatu lingkungan ke
lingkungan bahkan dari waktu ke waktu.
Adapun faktor-faktor noise yang akan diteliti adalah nilai kekuatan lekat dan
kekerasan pelapisan dari stainless steel hasil thermal arc spray, dimana nilai
yang dicari dari faktor noise ini adalah larger the better atau semakin besar
nilainya semakin baik. Larger the better memiliki karakteristik kualitas yang
kontinu dan non negatif yang mempunyai nilai 0 sampai ~ dimana nilai target
yang diharapkan adalah selain 0 atau dengan kata lain mempunyai nilai
sebesar mungkin.
5; Penentuan setting level faktor, setelah faktor-faktor terkendali diidentifikasi,
kemudian menetapkan level-level dari masing-masing faktor terkendali.
Penetapan level ini didasarkan studi putaka, literatur penelitian sebelumnya
serta berdasarkan kondisi di perusahaan.
1; Adapun setting level faktor yang dilakukan pada eksperimen awal adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Setting level faktor
Faktor
A. Tekanan (bar)
B. Jarak (mm)
C. Arus (A)
D. Kekasaran permukaan hasil
grinding (Ra)
Level
1
6
200
100
2
8
300
150
Grinding 80 mesh
6; Penentuan orthogonal array, Pada penelitian ini ada 4 faktor kendali yang
masing-masing mempunyai 2 level. Untuk menentukan penggunaan matriks
orthogonal yang nantinya akan dipakai dalam percobaan maka perlu dihitung
derajat bebas tiap faktor, sesuai dengan persamaan (2.16) yaitu:
Vf = 4 x (3-1) = 8
59
Karena VOA > VF maka derajat bebas matriks orthogonal yang sesuai harus
lebih besar atau sama dengan 8. Maka matriks orthogonal yang sesuai dalam
penelitian ini adalah L8 (24).
Tabel 3.2. Matriks orthogonal L8 (24) dari faktor kendali
60
Faktor
No.
Kendali
Faktor Noise
(Nilai Kekuatan Lekat dan
kekerasan )
A B C D
1
2
3
4
5
6
7
8
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
yi
1
2
2
1
1
2
2
1
Benda kerja,
Benda kerja dari baja AISI 4140 yang akan dilapisi dengan kawat Stainless
steel 730 dengan proses Thermal arc spray double wire. Pada tiap eksperimen
menggunakan baja dengan panjang 20 mm dan berdiameter 30 mm sehingga
total material uji yang digunakan untuk eksperimen berdasarkan matriks
orthogonal pada metode taguchi adalah 8 sampel atau 8 kali eksperimen.
Semua sample tersebut mempunyai kondisi awal dan dimensi yang sama
untuk menghindari penyimpangan pada hasil eksperimen.
Fungsi:
61
Gambar 3.2. Sample baja 4140 sebelum di Coating thermal arc spray
b; Amplas
Digunakan untuk menghaluskan permukaan atau pemberian profil kekasaran
permukaan sebelum proses thermal arc spray sesuai grit yang yang sudah
ditentukan yaitu grit 80 dan grit 1000. Dan dilanjut proses Grinding.
(a)
(b)
a; Thiner sak/aseton
Untuk membersihkan permukaan dari sisa air atau pelumas hasil proses
grinding, Permukaan benda kerja yang telah dibersihkan tidak boleh disentuh
62
dengan tangan kosong atau perkakas apa pun karena dapat mengotori
permukaan
b; Masking
Proses ini bertujuan untuk melindungi bagian yang tidak dilakukan
pelapisan. Biasanya menggunakan seal-tape atau bahan lainnya yang
dapat melindungi bagian yang tidak dilakukan pelapisan.
c; Kawat PMET 730 ( Stainless steel )
Kawat PMET 885 (95Ni5Al), merupakan material yang digunakan sebagai
pengikat antara pelapis dan substrat. Diameter kawat tersebut yaitu 1,6
mm.Kawat PMET 730 (stainless steel 316), merupakan material yang
digunakan sebagai pelapis pada material substrat. Diameter kawat tersebut
yaitu 1,6 mm.
63
Gambar 3.5 Mesin electric arc spray model AT-400 produksi Thermach Inc
Sumber : Work shop PT.Mulya Bangun Sentosa Platingl. 2013
3.4.2
kekerasan untuk mengetahui nilai kekerasan stainless steel hasil thermal arc
spray, pengujian kekerasan
piramida dengan sudut 136 oleh gaya tekan secara statis ke permukaan logam
yang akan diuji dimana permukaan tersebut harus rata dan bersih. Dalam
pengujian ini beban yang digunakan sebesar 10 kg.
Langkah-langkah dalam melakukan pengujian kekerasan yaitu:
1; Menyiapkan spesimen untuk uji kekerasan.
2; Permukaan
3;
4;
5;
6;
7;
8;
64
diagonal dilakukan pada kedua diagonal yang terbentuk dan diambil nilai
rata-ratanya. Untuk mendapatkan nilai kekerasan vickers, lihat pada tabel
sesuai dengan nilai panjang diagonal rata-rata dan beban yang digunakan.
9; Pengujian dilakukan sebanyak lima kali pada setiap spesimen uji kemudian
diambil nilai rata-ratanya.
65
Gambar3.7.ProsesPengeleman
d; Setelah terhubung menjadi satu antara kedua material, melanjutkan dengan
penjepitan spesimen agar lebih presisi dan bahan adhesive menempel
merata pada kedua permukaan spesimen,(proses pengeringan adhesive
setelah pengeleman selama 16 jam pada suhu 40c).
Gambar3.8.Penjepitansampeluntukmemastikanpelekatanepoxy
Secaramerata.
e; Sampel di pasang dengan poros ulir berukuran M10x1.5. Kemudian
disambungkanpadatoppartdanbottompartyangsebelumnyasudahsudah
terpasangdigrippencekamsampel.
66
Gambar3.9.SebelumdiujiKekuatanLekat.
f; Memasukkandatasampelyangakandiujikedalamsoftwarealatujidengan
HeadCrossSpeedyangdigunakanberkecepatan30mm/min
g; Mencatatnilaimaximumloadpadasaatkeduabagiansampelterpisah.
Gambar3.10.SetelahdiujiKekuatanLekat.
Sumber : Laboratorium Fisika LIPI. 2013
3.5
telah sesuai dengan spesifikasi atau tidak. Proses eksperimen pelapisan seperti
pada tahapan proses thermal arc spray yang telah dijelaskan pada subbab 2.2.7.
Eksperimen ini dilakukan sesuai dengan matriks orthogonal dan level faktor yang
telah ditentukan terlebih dahulu. Pelaksanaan eksperimen I ini dengan
menggunakan setting level faktor terkecil dan terbesar dalam proses thermal arc
spray . Fungsi dari eksperimen I ini adalah untuk melihat secara visual permukaan
aluminium hasil thermal arc spray sesuai dengan standar perusahaan atau tidak.
Adapun setting level faktor yang dilakukan pada eksperimen awal sebagai berikut:
Tabel 3.4. Setting level faktor
Faktor
A. Tekanan (bar)
B. Jarak (mm)
C. Arus (A)
Level
1
6
200
100
2
8
300
150
67
Grinding 80 mesh
Faktor Kendali
Jarak
(mm)
Arus
(mm)
Mesh
(Ra)
200
100
80
200
150
1000
300
100
1000
300
150
80
200
100
80
200
150
1000
300
100
1000
300
150
80
3.6
Setting
level
Optimal,
Optimasi
dilakukan
dengan
68
Pada bagian ini dijelaskan hasil perhitungan metode Taguchi mulai dari
identifikasi masalah dalam perusahaan sebelum diterapkannya metode Taguchi,
penentuan setting level optimal sampai pada saat setting optimal diterapkan dalam
eksperimen konfirmasi sehingga dapat terlihat jelas sejauh mana keefektifan dari
pembahasan masalah tersebut dan manfaat diterapkannya metode Taguchi.
3.8
69
Gambar 4.1. Sample baja AISI 4140 setelah proses Thermal arc spray
Setelah eksperimen terlaksana maka dilanjutkan dengan pengujian
kekuatan lekat lapisan stainless steel PMET 730, pengujian kekuatan lekat lapisan
stainless steel 730 thermal arc spray double wire pada baja AISI 4140
menggunakan bonding tester. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Metalurgi
Fisika LIPI kawasan Puspitek Serpong Tangerang pada tanggal 10 Oktober 2013.
Pemasangan sampel harus presisi
Faktor
A. Tekanan (bar)
B. Jarak (mm)
C. Arus (A)
D. Kekasaran permukaan
substrat hasil grinding (Ra)
1
6
200
100
2
8
300
150
Grinding 80 mesh
Nilai Kekuatan
lekat (mpa)
yi
70
1
2
3
4
5
6
7
8
Tekanan
(bar)
6
6
6
6
8
8
8
8
Jarak
(mm)
200
200
300
300
200
200
300
300
Arus
(A)
100
150
100
150
100
150
100
150
Grinding
(mesh)
80
1000
1000
80
80
1000
1000
80
13,52
10,82
6,69
1,30
8,51
0,99
7,16
10,41
13,52
12,39
6,69
1,30
10,62
0,99
11,88
8,41
13,52
11,60
6,69
1,30
9,56
0,99
9,52
9,41
Nilai Kekuatan
lekat (mpa)
Faktor Kendali
Tekanan
(bar)
6
6
6
6
8
8
8
8
Jarak
(mm)
200
200
300
300
200
200
300
300
Arus
(A)
100
150
100
150
100
150
100
150
Grinding
(Mesh)
80
1000
1000
80
80
1000
1000
80
12,53
9,83
5,7
0,31
7,53
0
6,17
9,42
12,53
11,4
5,7
0,31
9,63
0
10,89
7,42
yi
12,53
10,61
5,7
0,31
8,58
0
8,53
8,42
71
SNR 10 log10
1
1
10 log
/ 2
2
2
12.53 12.53
21,959
Perhitungan SNR untuk eksperimen yang lain sama seperti contoh
perhitungan eksperimen nomor 1 di atas, Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat dalam tabel 4.4. berikut :
Tabel 4.4. Signal to Noise Ratio (SNR) Kekuatan Lekat
Eksperimen
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6..
7.
8.
yi
SNR
12,53
10,61
5,7
0,31
8,58
0
8,53
8,42
21,959
20,447
15,1174
-10,1727
18,4741
0
17,6069
18,322
72
Level 1
Level 2
Difference
Ranking
Optimum
B
15,22
10,2184
5,0016
2
B1
C
18,2893
7,149
11,1403
1
C1
D
12,1456
13,2928
1,1472
4
D2
Contoh perhitungan :
Perhitungan faktor A level 1:
Effect
y
0
1
(21,959 20,447 15,1147 10,1727) 11,837
4
73
sehingga adanya rongga udara yang terjebak pada hasil pelapisan (porositas) yang
dapat mengurangi kekuatan ikat lapisan, sedangkan semakin tinggi peningkatan
tekanan semprot akan mengakibatkan impak yang tinggi dan menyebabkan
kerapatan lapisan, semakin tinggi kerapatan partikel semakin kuat ikatan lapisan.
74
11,1403 dari level 1 dan 2. Semakin tinggi arus yang diberikan untuk melelehkan
kawat, semakin rendah daya lekatnya. Karena, dengan meningkatnya arus yang
diberikan, kadar oksida yang diberikan akan meningkat. Hal ini dapat mengurangi
kekuatan lekat lapisan pada substrat.
75
Rata - rata yi
Faktor Kendali
No.
Tekanan
(bar)
6
6
6
6
8
8
8
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Jarak
(mm)
200
200
300
300
200
200
300
300
Arus
(A)
100
150
100
150
100
150
100
150
Grinding
(Ra)
80
1000
1000
80
80
1000
1000
80
12,53
9,83
5,7
0,31
7,53
0
6,17
9,42
12,53
11,4
5,7
0,31
9,63
0
10,89
7,42
yi
12,53
10,61
5,7
0,31
8,58
0
8,53
8,42
C
8,835
4,835
4
1
C1
D
7,46
6,21
1,25
3
D1
y
0
1
(12,53 10,61 5,7 0,31) 7,2875
4
76
77
78
6,835
b. Menghitung total sum of squares sesuai dengan rumus (2.20) sebagai berikut:
ST y 2
12,532+10,612+5,72+0,312+8,582+02+8,532+8,422
= 519,4328
79
c. Menghitung sum of squares due to the mean sesuai dengan rumus (2.21)
sebagai berikut:
2
Sm n y = 8 x (6,835)2 = 373,7378
d. Menghitung sum of squares due to factors sesuai dengan rumus (2.22) sebagai
berikut:
2
2
2
Ss ni1 i1 ni 2 i 2 ...... nij ij Sm
SS
v
SS A
v
1,6381
= 1 = 1,6381
80
V
V (st )
V
1,6381
V (st ) = 19,8679 = 0,08244
SS (v V ( st ))
100
SS ( Error )
1,6381 (1 16,1883)
100
99,3397
= -12,5123
j. Menghitung percent confidence sesuai dengan rumus (2.29) sebagai berikut :
% Confidence = ( 1 Fdist ( F, v, v(error pooled) )) x 100
Untuk mencari nilai P sesuai dengan rumus (2.28) sebagai berikut :
% Confidence = ( 1 0,785536 ) x 100 = 21,45
Tabel 4.8. Analysis of variance untuk mean kekuatan lekat
Source
SS
%
Confidence
1,6381
1,6381
0,082449
-12,5123
21,45
9,5922
9,5922
0,482798
-7,05291
48,19
32
32
1,610635
8,327026
73,97
0,157289
-11,4918
29,20
3,125
3,125
Error
99,3397
19,86794
122,73
ST
145,695
16,18833
100
Error Pooled
99,3397
19,86794
81
82
Tekanan Jarak
Arus Grinding
(bar)
(mm)
(A)
(Mesh)
1
6
200
100
80
2
6
200
150
1000
3
6
300
100
1000
4
6
300
150
80
5
8
200
100
80
6
8
200
150
1000
7
8
300
100
1000
8
8
300
150
80
Sampel tanpa pelapisan SS 316 Thermal arc spray
4.3
Nilai Kekerasan
(VHN)
1
322
325
357
346
342
346
351
357
313
325
330
357
354
348
351
348
348
313
yi
323,5
327,5
357
350
345
348,5
349,5
352,5
313
SNR 10 log10
10 log
/ 2
2
2
325
322
50,1972
83
Nilai kekerasan
1
2
322
325
357
346
342
346
351
357
325
330
357
354
348
351
348
348
yi
SNR
323,5
327,5
357
350
345
348,5
349,5
352,5
50,1972
50,3034
51,0533
50,8796
50,7553
50,8433
50,8687
50,9410
B
50,5248
50,9356
0,4108
1
B2
C
50,7186
50,7418
0,0232
4
C2
D
50,6932
50,7671
0,0739
3
D2
84
Contoh perhitungan :
Perhitungan faktor A level 1:
Effect
y
0
1
(50,1972 50,3034 51,0533 50,8796 50,6083
4
85
peningkatan
jarak
semprot.
Pendinginan
cepat
dalam
lapisan,
86
87
A
339,5
348,875
9,375
2
A2
B
336,125
352,25
16,125
1
B2
C
343,5
344,625
1,125
4
C2
D
342,75
345,625
2,875
3
D2
Contoh perhitungan :
Perhitungan faktor A level 1:
Effect
y
0
1
(323,5 327,5 357 350) 339,5
4
88
89
meningkat. Hal ini disebabkan terjadinya pendinginan cepat antar partikel menuju
substrat dengan adanya peningkatan jarak semprot. Pendinginan cepat dalam
lapisan, mengakibatkan peningkatan kekerasan lapisan.
90
Dari gambar 4.17 didapat grafik efek Mean untuk kekasaran permukaan
substrat hasil grinding. Faktor kendali kekasaran permukaan memberikan
kontribusi positif difference 2,875 dari level 1 dan 2. Berdasarkan grafik dapat
disimpulkan bahwa lapisan permukaan dapat meningkatkan kekerasan raw
material, kekasaran permukaan dapat mengakibatkan nilai kekerasan menurun.
Hal ini disebabkan oleh semakin kasar raw material maka semakin besar nilai
porositasnya, sehingga dapat menurunkan nilai kekerasannya.
4.3.3
344,1875
b. Menghitung total sum of squares sesuai dengan rumus (2.20) sebagai berikut:
ST y 2
323,52+327,52+3572+3502+3452+348,52+349,52+352,52
= 948741,25
c. Menghitung sum of squares due to the mean sesuai dengan rumus (2.21)
sebagai berikut:
2
Sm n y = 8 x (344,1875)2 = 947720,2813
d. Menghitung sum of squares due to factors sesuai dengan rumus (2.22) sebagai
berikut:
2
2
2
Ss ni1 i1 ni 2 i 2 ...... nij ij Sm
91
SS
v
SS A
v
175,7812
1
=
= 175,7812
V
V (st )
V
175,7812
V (error ) = 198,8688 = 0,883905
SS (v V (error ))
100
SS ( Error )
92
175,7821 (1 196,8688)
100
994,3439
= -2,32189
j. Menghitung percent confidence sesuai dengan rumus (2.29) sebagai berikut :
% Confidence = ( 1 Fdist ( F, v, v(error pooled) )) x 100
Untuk mencari nilai P sesuai dengan rumus (2.28) sebagai berikut :
% Confidence = ( 1 0,390299 ) x 100 = 60,97
Tabel 4.15. Analysis of variance untuk mean kekerasan
Source
A
B
C
D
Error
ST
Error Pooled
SS
175,7812
520,0312
-685,7188
16,5312
994,3439
1020,9687
994,3439
V
1
1
1
1
5
9
5
175,7812
520,0312
-685,719
16,5312
198,8688
113,441
198,8688
F
0,883905
2,614946
-3,4481
0,083126
%
Confidence
-2,32189
60,97
32,29893
83,32
-88,9619
-18,3375
21,53
93
masing faktor tersebut dapat dilihat dari grafik efek SNR atau pada tabel 4.5,
dimana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan lekat lapian stainless
steel PMET 730 sebagai berikut: Faktor A (tekanan) adalah A1 sebesar 6
bar,faktor B (jarak) adalah B1 sebesar 200 mm faktor C (arus) adalah C1 sebesar
100 A dan untuk faktor D (Kekasaran permukaam) adalah D2 grit 1000 mesh.
Diantara faktor yang lain, faktor C1 yang berpengaruh signifikan.
dari grafik efek SNR atau pada tabel 5,4 dimana faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kekerasan lapian stainless steel PMET 730 sebagai berikut:
Faktor A (tekanan) adalah A2 sebesar 8 bar,faktor B (jarak) adalah B2 sebesar 300
mm faktor C (arus) adalah C2 sebesar 150 A dan untuk faktor D (Kekasaran
permukaan subtrat hasil grinding) adalah D2 grit 1000 mesh. Diantara faktor yang
lain, faktor B2 yang berpengaruh signifikan.
4.4.2
faktor tersebut dapat dilihat dari grafik efek mean atau pada tabel 4.7 yang
memberikan hasil sama seperti pada perhitungan SNR, dimana faktor-faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kekuatan lekat lapisan stainless steel
PMET 730 sebagai berikut: Faktor A (tekanan) adalah A1 sebesar 6 bar, faktor B
(jarak) adalah B1 200 mm, faktor C (arus) adalah C1 sebesar 100 A dan untuk
faktor D (kekasaran permukaan substrat hasil grinding) adalah D1 grit 80 mesh.
94
Dari grafik efek mean atau pada tabel 5.6 yang memberikan hasil sama
seperti pada perhitungan SNR, dimana faktor-faktor yang berpengaruh kekerasan
pada lapisan stainless steel PMET 730 sebagai berikut: Faktor A (tekanan) adalah
A2 sebesar 8 bar, faktor B (jarak) adalah B2 300 mm, faktor C (arus) adalah C2
sebesar 150 A dan untuk faktor D (kekasaran permukaan) adalah D2 grit 1000
mesh.
4.4.3
faktor
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1; Pada penelitian ini, faktor kendali yang memiliki kontribusi dominan yang
mengacu pada grafik perhitungan SNR dan Mean terhadap daya lekat
lapisan SS 316 sesuai setting kombinasi orthogonal array L8 (24) ialah
faktor kendali dari arus level 1 (100 A). Semakin tinggi arus yang
diberikan, semakin tinggi pula oksida yang diberikan pada proses
pelapisan yang mengakibatkan kekuatan ikat pelapis dan substrat
berkurang.
2; Sedangkan pada kekerasan lapisan SS 316, faktor kendali yang memiliki
kontribusi dominan yang mengacu pada grafik perhitungan SNR dan
95
Mean ialah faktor kendali dari jarak semprot lapisan level 2 (300 mm)
sesuai setting kombinasi orthogonal array L8 (24). Dengan meningkatnya
jarak penyemprotan, kekerasan lapisan meningkat. Hal ini disebabkan
terjadinya pendinginan cepat antar partikel menuju substrat dengan adanya
peningkatan
jarak
semprot.
Pendinginan
cepat
dalam
lapisan,
5.2. Saran
Saran yang disampaikan untuk pengembangan dan penelitian lebih lanjut
sebagai berikut:
1; Penelitian ini menggunakan setting orthogonal array dengan tingkatan
low atau dengan jumlah eksperimen yang paling sedikit pada design
eksperimen Taguchi. Sehingga untuk hasil yang lebih optimal masih
dimungkinkan dengan cara menambah jumlah eksperimen dan menambah
faktor-faktor kendali yang berkaitan dengan eksperimen.
2; Pada penelitian ini, selain faktor kendali laju tekanan semprot, arus, jarak
semprot, dan kekasaran permukaan hasil grinding pada proses thermal arc
spray. Perlu adanya penambahan faktor kendali yang dikontrol antara lain,
shot blasting, ketebelan lapisan, Kecepatan semprot yang berkemungkinan
faktor dominan
96
97