TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
2.1.1 Anatomi Jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kirakira 250-300 gram (Sherwood, 2001).
kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh
(Sloane, 2003).
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu endokardium, miokardium dan
epikardium.Endokardium, merupakan bagian dalam dari atrium dan ventrikel.
Endokarium homolog dengantunika intima pada pembuluh darah. Endokardium
terdiri dari endotelium dan lapisan subendokardial.Endotelium pada endokardium
merupakan epitel selapis pipih dimana terdapat tight/occluding junction dan gap
junction. Lapisan subendokardial terdiri dari jaringan ikat longgar. Di lapisans
ubendokardial terdapat vena, saraf, dan sel purkinje (Sherwood, 2001).
Miokardium, terdiri dari otot polos. Miokardium pada ventrikel kiri lebih
tebal dibandingkan pada ventrikel kanan. Sel otot yang khusus pada atrium dapat
menghasilkan atriopeptin, ANF ( Atrial Natriuretic Factor ), kardiodilatin dan
kardionatrin yang berfungsi untuk mempertahankankeseimbangan cairan dan
elektrolit. Miokardium terdiri dari 2 jenis serat otot yaitu serat konduksi dan serat
kontraksi (Sloane, 2003).
Serat konduksi pada jantung merupakan modifikasi dari serat otot jantung
dan menghasilkanimpuls. Serat konduksi terdiri dari 2 nodus di dinding atrium
yaitu nodus SA dan AV, bundle of His dan serat purkinje. Serat purkinje
merupakan percabangan dari nodus AV dan terletak disubendokardial. Sel
purkinje
mengandung
sitoplasma
yang
besar,
sedikit
miofibril,
kaya
lurik
karena
memiliki
striae.Sarkoplasmanya
mengandung
banyak
mengandung mitokondria yang besar. Ikatan antara dua seratotot adalah melalui
fascia adherens, macula adherens (desmosom), dan gap junctions (Davey, 2006).
Epikardium terdiri dari 3 lapisan yaitu perikardium viseral, lapisan
subepikardial dan perikardium parietal. Perikardium viseral terdiri dari
mesothelium (epitel selapis pipih). Lapisansubepikardial terdiri dari jaringan ikat
longgar dengan pembuluh darah koroner, saraf serta ganglia.Perikardium parietal
terdiri dari mesotelium dan jaringan ikat (Sherwood, 2001).
(septum inter
jantung,
sedangkan
relaksasi
timbul
satelah
repolarisasi
otot
jantung.Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan
distol. Karena aliran darah masuk secara kontinu dari system vena ke dalam
atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik
tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah
mengalir mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastole
ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel perlaha-lahan meningkat bahkan sebelum
atrium berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan
membentuk potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi
atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke
dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium. Peningkatan
tekanna ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dengan peningkatan
tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh
kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi
daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka (Irnizarifka, 2011).
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini,
kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel
pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir(end diastilic
volume,EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama sikluus ini tidak ada lagi
darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian, volume diastolik akhir
adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung ventrikel selama siklus ini.
Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan sistem penghantar
khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simultan, terjadi kontraksi atrium.
Pada saat pengaktifan ventrikel terjadi, kontraksi atrium telah selesai. Ketika
kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium.
Perbedaan yang terbalik ini mendorong katup AV ini menutup (Sherwood, 2001).
Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV telah
tertutup,tekanan ventrikel harus terus meningkat sebelum tekanan tersebut dapat
melebihi tekanan aorta. Dengan demikian, terdapat periode waktu singkat antara
penutupan katup AV dan pembukakan katup aorta pada saat ventrikel menjadi
bilik tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk atau
keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai kontraksi
ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang konstan).
Karena tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik ventrikel
tetap dan panjang serat-serat otot juga tetap. Selama periode kontraksi ventrikel
isovolumetrik, tekanan ventrikel terus meningkat karena volume tetap (Corwin,
2009).
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, kautp aorta dipaksa
membuka dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat ketiak
darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada darah
mengalir pembuluh-pembuluh yang lebih kecil. Volume ventrikel berkurangs
secara drastis sewaktu darah dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel
mencakup periode kontraksi isovolumetrik dan fase ejeksi (penyemprotan)
ventrikel.
Ventrikel
tidak
mengosongkan
diri
secara
sempurna
selam
penyemprotan. Dallam keadaan normal hanya sekitar separuh dari jumlah darah
yang terkandung di dalam ventrikell pada akhir diastol dipompa keluar selama
sistol. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi
usai disebut volume sistolik akhir (end sistolik volume,ESV), yang jumlah
besarnya sekitar 65 ml. Ini adalah jumlah darah paling sedikit yang terdapat di
dalam ventrikel selama siklus ini (Corwin, 2009).
Jumlah darah yang dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap
kontraksi dikenal sebagai volume /isi sekuncup (stroke volume,SV); SV setara
dengan volume diastolik akhir dikurangi volume sistolik akhir; dengan kata lain
perbedaan antara volume darah di ventrikel sebelum kontraksi dan setelah
kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama kontraksi. Ketika
ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan ventrikel turun dibawah
tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan
gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta yang dikenal sebagai takik dikrotik
(dikrotik notch). Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini
karena katup aorta telah tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan
ventrikel masih lebih tinggi dari daripada tekanan atrium. Dengan demikian
semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang disebut relaksasi
ventrikel isovolumetrik. Panjang serat otot dan volume bilik tidak berubah. Tidak
ada darah yang masuk atau keluar seiring dengan relaksasi ventrikel dan tekanan
terus turun. Ketika tekanan ventrikel turun dibawah tekanan atrium, katup AV
membuka dan pengisian ventrikel terjadi kembali. Diastol ventrikel mencakup
periode ralaksasi isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel (Kasron, 2011).
Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan,
sehingga atrium berada dalam diastol sepanjang sistol ventrikel. Darah terus
mengalir dari vena pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yeng masuk ini
terkumpul dalam atrium, tekanan atrium terus meningkat. Ketika katup AV
terbuka pada akhir sisitl ventrikel, darah yang terkumpul di atrium selama sistol
ventrikel dengan cepat mengalir ke ventrikel. Dengn demikian, mula-mula
pengisian ventrikel berlangsung cepat karena peningkatan tekanan atrium akibat
penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian ventrikel melambat karena
darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel, dan tekanan atrium
mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini, darah terus mengalir dari
vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan melalui katup AV yang terbuka ke
dalam ventrikel kiri. Selama diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian
10
membran tidak akan mengalami depolarisasi jadi tidak mengirim potensial aksi.
Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, anestesi infiltrasi, blokade saraf,
anestesi epidural, anestesi intratekal dan anestesi regional IV. Lidokain dapat
menurunkan iritabilitas jantung sehingga digunakan sebagai antiaritmia (Utomo,
2009).
b. Bupivakain
Bupivakain termasuk golongan anestesi lokal onset lambat, durasi
panjang, dan potensi yang tinggi. Blokade sensoriknya lebih dominan
dibandingkan dengan blokade motoriknya (Utomo, 2009).
c. Suksinilkolin
Suksinilkolin
merupakan
satu-satunya
depolarizing
neuromuscular-
blocking yang digunakan secara klinis. Suksinilkolin mempunyai onset yang cepat
(30-60 detik) dan durasi efek yang singkat (3-5 menit) sehingga menjadi obat
yang sangat berguna sebagai pelemah otot untuk memfasilitasi laringoskopi dan
intubasi endotrakhea (Tyaswiningsih, 2007).
d. Propofol
Propofol merupakan salah satu obat anestesi intra vena yang sering
digunakan. Propofol mempunyai onset yang sangat cepat (30 detik) dan waktu
pemulihan yang cepat. Kelebihan lain dari propofol yaitu penderita terlihat lebih
segar pada periode pasca bedah dan tidak mengakibatkan muntah pascaoperasi.
Propofol merupakan obat anestesi intra vena yang akan mencapai kadar puncak
dalam 0,5 sampai 1 detik (Tyaswiningsih, 2007).
11
e. Atrakurium
Atrakurium
merupakan
intermediate-acting
nondepolarizing
neuromuscular-blocking drug dengan onset 3-5 menit, durasi efek 20-35 menit,
dan tidak mempunyai efek akumulasi setelah pemberian secara infus. Atrakurium
dan intermediate-acting nondepolarizing neuromuscular-blocking drug yang lain
sangat berguna terutama bila diperlukan pemasangan intubasi endotrakhea atau
operasi singkat. Atrakurium dapat digunakan sebelum pemberian Suksinilkoli
untuk mencegah fasikulasi yang disebabkan oleh Suksinilkolin (Tyaswiningsih,
2007).
Denyut
jantung
relatif
stabil
terhadap
pengaruh
propofol.
(Tyaswiningsih, 2007).
Suksinilkolin merupakan depolarizing muscle relaxant yang mempunyai
efek pada semua resepter kolinergik, baik itu simpatis maupun parasimpatis
sehingga efek pada sistem kardiovaskuler sangat kompleks. Pada dosis rendah,
12
nondepolarizing muscle
relaxant. Efek pada kardiovaskuler jarang terjadi kecuali bila digunakan dalam
dosis yang besar(>0,5mg/kg), maka akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi
histamin dalam plasma sehingga terjadi penurunan resistensi vaskuler
(Tyaswiningsih, 2007).
Terjadinya peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung yang
merupakan efek dari terjadinya respon stres dihambat oleh efek dari obat anestesi
yang menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Walaupun masih
nampak sedikit peningkatan dari tekanan darah sistolik dan frekuensi denyut
jantung, namun peningkatan tersebut tidak bermakna. Salah satu kriteria dari obat
anestesi yang ideal yaitu tercapainya fungsi kardiovaskuler, dipenuhi oleh
kombinasi dari obat Propofol, Suksinilkolin, dan Atrakurium (Tyaswiningsih,
2007).
Berdasarkan hasil penelitian Veronika Wardani Tyaswiningsih tahun (2007)
didapat Induksi anestesi umum dengan Suksinilkolin, Propofol, dan Atrakurium
pada pasien yang menjalani operasi sectio caesaria akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah sistolik, peningkatan tekanan darah diastolik, dan
peningkatan frekuensi denyut jantung yang secara statistik tidak bermakna.
2.4 Resiko Anestesi Pada Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler akan memberikan beberapa
masalah jika dilakukan anastesi. Fungsi jantung yang tergantung pada obat-obatan
adrenoceptor blocker, digoksin, atau calcium channel blocker. Ditambah lagi
dengan kecemasan dan pelepasan katekolamin pada saat operasi, serta depresi
kardiovaskuler akibat pemberian obat-obatan anestesi baik lokal maupun umum.
Permasalahan itu terjadi selama pasien dalam anestesi (Dobson, 1994).
Pasien dengan penyakit jantung iskemik mempunyai resiko lebih besar bila
pasien dianestesi dan dioperasi. Arteri koroner yang menyempit membutuhkan
tekanan perfusi yang lebih besar daripada normal supaya darah bisa mencapai
miokardium. Setiap hipotensi berbahaya begitu juga hipertensi, karena dapat
13