Anda di halaman 1dari 8

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI pH PADA SINTESIS Fe3O4 DARI PASIR BESI

DENGAN METODE KOPRESIPITASI

Oleh : Darmawan Prasetia, Prof. Dr. Darminto, M.Sc Malik Anjelh Baqiya, M.Si
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Email : darmawan_prasetia@gmail.com

Abstrak
Proses sintesis Fe3O4 dari pasir besi Lumajang telah dilakukan dengan metode
kopresipitasi. Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari efek dari variasi lama pengadukan
dan variasi pH pada pembuatan Fe3O4 untuk menjelaskan distribusi partikel Fe3O4 serta
pengaruhnya pada ukuran partikel Fe3O4 yang terbentuk. Kajian awal dari analisis difraksi
sinar-X didapat Fe3O4 yang terbentuk adalah fasa tunggal. Selanjutnya, melalui analisis
menggunakan software rietica diperoleh ukuran partikel Fe3O4 terkecil ~10,9 nm. Semakin lama
pengadukan, maka ukuran partikel akan cenderung mengecil, sedangkan pada variasi pH
ukuran partikel berbanding terbalik dengan nilai pH.
Kata kunci: Pasir besi, Fe3O4, kopresipitasi, variasi pH.
I.

PENDAHULUAN
Magnetite
merupakan
mineral
ferrimagnetik dengan rumus kimia Fe3O4
satu dari beberapa besi oksida dan anggota
dari grup spinel. Nama kimia magnetite
menurut IUPAC adalah besi (II, III) oksida
dan nama kimia secara umum adalah ferit
oksida (ferrous-ferric oxide). Rumus kimia
magnetit sering ditulis dalam bentuk
FeO..Fe2O3 dimana satu bagian adalah
wustite (FeO) dan bagian lainnya adalah
hematit (Fe2O3). Bahan Magnetik Fe3O4
telah luas dipelajari selama beberapa tahun
dengan
tujuan
menyelidiki
sifat
magnetiknya yang menarik dan beberapa
aplikasi yang potensial, khususnya untuk
aplikasi yang potensial, sebagai bahan
magnetik cerdas. Partikel nano Fe3O4
biasanya didapat dengan beberapa metode
sintesis kimia, seperti kopresipitasi, reverse
micelle method, sintesis microwaveplasma,
teknik sol gel, freeze drying, ultrasound
irradiaton, metode hidrotermal, teknik
pirolisis laser, dan lain lain (Aiguo et al.
2008 ). Karena itu, pada sebagian besar

metode, ukuran dari produk sintesis berada


dibawah 30 nm dan distribusi ukurannya
hanya dapat dikontrol sampai beberapa
besaran.
Dalam hal ini, material Fe diperoleh
dari pasir besi di kabupaten Lumajang.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,
karakter pasir besi di kabupaten Lumajang
mempunyai kadar Ferum (Fe) yang sangat
tinggi, yaitu sekitar 40-50 persen.
Mengandung berbagai bahan pengotor
seperti Titanium (Ti), Vanadium (V), Nikel
(Ni), dan Cobalt (Co). Oleh karena itu,
perlu adanya terobosan teknologi yang
canggih dan tepat untuk mengolahnya.
Salah satu cara meningkatkan daya guna
pasir besi adalah memisahkan bahan
pengotor dari Fe. untuk membersihkan pasir
besi dari bahan pengotor tersebut diperlukan
alat pemisah magnet berbentuk roda yang
disebut Magnetik Separator. Alat ini secara
otomatis akan memisahkan bahan yang
bersifat magnet yakni Fe dan bahan
pengotor yang tidak bersifat magnet. Bahan
yang bersifat magnet dimurnikan lagi,

sehingga menghasilkan Fe3O4 dan TiO2


(Titanium Dioksida). Dari Fe3O4 itulah yang
nantinya diolah menjadi besi baja.
Untuk mengetahui lebih lanjut proses
pembentukan partikel Fe3O4 beserta sifatsifatnya, maka dilakukan penelitian
sehingga diharapkan mampu memecah
persoalan yang ada. Biasanya, persoalan
pada pembuatan partikel Fe3O4 terletak pada
ukuran, kehomogenan (distribusi partikel
yang terbentuk) serta morfologinya. Pada
penelitian
ini,
diharapkan
mampu
memecahkan persoalan terkait tentang
pengaruh pH serta variasi waktu
pengadukan terhadap persoalan-persoalan
tersebut. Pengadukan dilakukan pada
kondisi ruang dan berhubungan langsung
dengan udara bebas. Pada saat pengadukan
terjadi gaya sentrifugal, gaya ini yang
menyebabkan
atom-atom
terdistribusi
secara homogen. Atom-atom titanium
adalah jenis atom yang reaktif terhadap
oksigen, sehingga pada saat pengadukan
atom-atom titanium mengikat oksigen
menjadi molekul oksida. Terbentuknya
molekul oksida ini merupakan awal
terjadinya nukleasi. Kehomogenan larutan
menyebabkan nukleasi terjadi di seluruh
titik secara merata. Sehingga terbentuklah
ukuran partikel yang hampir seragam.
Lamanya
pengadukan
menyebabkan
partikel-partikel logam oksida yang
terbentuk berikatan kembali dengan oksigen
ataupun kehilangan oksigen. Apabila logam
oksida berikatan dengan oksigen maka
oksida tersebut akan bermuatan negatif dan
sebaliknya akan bermuatan positif. Antara
oksida yang bermuatan positif dan negatif
akan saling tarik menarik dan pada akhirnya
bergabung menjadi partikel oksida yang
lebih besar. Keadaan ini tidak sepenuhnya
homogen,
tergantung
dari
lamanya
pengadukan.
Penelitian ini menggunakan proses
kopresipitasi dalam pembuatan partikel
Fe3O4. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan
efisiensi
waktu
serta
ketersediaan
alat
yang
mendukung
penelitian ini. Dari sudut pandang inilah,

bila dibandingkan dengan proses lain yang


ada, maka proses kopresipitasi menjadi
pilihan dalam penelitian ini. Sementara itu,
ketersediaan alat seperti magnetic stirer
serta beberapa bahan kimia lain seperti
NH4OH serta HCl yang dibutuhkan telah
tersedia dan siap dipakai.
II.

METODOLOGI PENELITIAN

Partikel nano Fe3O4 disintesis dengan


metode kopresipitasi. Pasir besi yang telah
diekstrak dilarutkan dalam HCl pada suhu
~ 70 C dan diaduk sekitar 20 menit dalam
magnetic stirrer. Larutan ini ditambahkan
dengan variasi volume NH4OH sambil di
aduk dengan pengaduk magnetik dan
dipanaskan dengan magnetik stirrer pada
suhu ~ 70 C dengan variasi waktu
pengadukan yang bervariasi. Hasil reaksi
yang dihasilkan kemudian diendapkan
kemudian dicuci berulang-ulang dengan
aquades sampai bersih dari pengotornya
(pH larutan=7) kemudian disaring. Magnet
permanen ditempatkan dibawah gelas
dengan tujuan bisa menarik Fe3O4 supaya
mengendap lebih cepat dibandingkan Fe2O3.
Kemudian bahan material hasil endapan ini
dikeringkan dengan cara melarutkannya
kembali
pada
aquades,
kemudian
menyaringnya dengan kertas saring. Fe3O4
dibiarkan mengendap hingga mengering
dengan sendirinya. Berikut ini adalah skema
sintesis bahan :

III ANALISA DATA PEMBAHASAN


Analisa Data XRD
Analisa data XRD yang telah
dilakukan memberikan hasil serupa pada
proses pembuatan Fe3O4 yang telah
dilakukan sebelumnya (sholihah, 2010).
Setelah dilakukan search match pada
sampel-sampel yang ada, maka hal ini
menunjukkan proses kopresipitasi telah
berhasil dilakukan eksperimen. Hal ini
ditunjukkan dengan munculnya peak-peak
yang sesuai dengan model Fe3O4. Dari
pengamatan yang dilakukan, maka dapat
dipastikan sampel-sampel yang dibuat dapat
dikategorikan sebagai sampel dengan satu
fasa.

Puncak-puncak yang ditandai dengan


simbol x adalah puncak puncak yang
dikenal dengan baik yang dimiliki oleh
kristal Fe3O4 (sholihah, 2010).
Analisa Data XRD dengan Rietica
Analisa yang dilakukan dengan
menggunakan software rietica memberikan

beberapa parameter yang nantinya dapat


digunakan dalam perhitungan ukuran
kristal.
Berdasarkan
hasil
perhitungan,
diperoleh ukuran-ukuran dari kristal Fe3O4
yang divariasikan dengan pH serta lama
pengadukan. Pada variasi lama pengadukan,
dilakukan variasi lama pengadukan
berturut-turut 1 jam, 3 jam, 6 jam, 10 jam,
dan 15 jam. Variasi lama pengadukan ini
adalah murni untuk melihat perubahan serta
efek dari perbedaan yang dilakukan.
Dengan mengontrol pH yang diupayakan
bernilai sama pada pH pengendapannya.
Selebihnya semua perlakuan disamakan
sesuai dengan metodologi yang telah dibuat.
Pada variasi pH, lama pengadukan dibuat
tetap 1 jam, kemudian pH pengendapan
dikontrol berturut-turut dengan nilai pH
8,29; 9,3; 9,8; 10; 10,6. Seperti perlakuan
pada variasi lama pengadukan, semua
proses dijalankan sesuai dengan metodologi
percobaan.

Dengan
menggunakan
rietica,
diperoleh ukuran kristal seperti pada Tabel
4.1. Hasil ini memberikan ralat/ eror yang
mungkin terjadi pada saat pengukuran
melalui rietica. Pada sampel 1 jam dan 3
jam terlihat seolah-olah kristal yang
divariasikan dengan lama pengadukan 3 jam
lebih kecil, akan tetapi pendekatan yang
mungkin untuk kasus ini adalah disebabkan
oleh kristal Fe3O4 yang terbentuk belum
mengalami efek yang berati dari lama
pengadukan yang dilakukan. Tinjauan

selanjutnya untuk sampel yang divariasikan


selama 6 jam dan 10 jam menunjukkan efek
dari lama pengadukan sudah dapat terlihat.
Akibatnya, penurunan ukuran kristalpun
dapat terlihat secara konkret. Pada sampel
10 terjadi perbesaran pada ukuran kristal,
hal ini dapat dijelaskan dikarenakan
perlakuan pengadukan selama 15 jam
membuat NH4OH menguap. Melalui
pengamatan pada saat sintesis bahan,
NH4OH yang semula bervolume 100 mL
menjadi ~70 mL. Hal ini terlihat sangat
jelas, sehingga tidak ada penyebab lain yang
membuat kristal Fe3O4 dapat bertambah
besar.
Pada variasi pH, ukuran kristal dengan
pH 9,8; 10; 10,6 terlihat berturut-turut
mengalami penurunan kristal. Hal ini
menunjukkan
bahwa,
semakin
bertambahnya nilai pH maka kristal Fe3O4
akan semakin mengecil. Untuk kasus pH
8,29 dan pH 9,3 didapat ukuran kristal yang
terlalu jauh berbeda dan tidak sesuai dengan
yang seharusnya terjadi, seperti pada kristal
dengan pH 9,8; 10; 10,6. Hal ini cukup
mengherankan, meskipun eror yang
mungkin dari alat uji serta eror dari yang
lain sangat mungkin terjadi. Namun
beberapa hal yang mungkin dalam kasus ini,
dengan melihat kondisi real yang ada pada
saat pengujian adalah perbedaan alat uji
yang digunakan. Sampel dengan pH 9,8; 10;
10,6
diuji
dengan
menggunakan
difraktometer sinar-X yang terdapat di ITS
sedangkan sampel dengan pH 8,29 dan pH
9,3
diuji
dengan
menggunakan
difraktometer sinar-X yang terdapat di
Universitas
Negeri
Malang
dengan
spesifikasi yang cukup berbeda. Selain itu,
hal-hal yang tidak diinginkan (yang
membuat adanya perbedaan faktor X yang
tersembunyi) saat dilakukan sintesis adalah
beberapa kejadian seperti perubahan kertas
saring yang digunakan, dan perbedaan HCL
(HCl lama dan baru). Hal-hal inilah yang
menjadi variable baru yang membuat
sampel pH 8,29 dan sampel 9,3 tidak dapat
dibandingkan.

Analisa Data XRD dengan MAUD


Analisa data XRD dengan MAUD
dilakukan pada 3 sampel terahir yaitu
sampel dengan pH 9,8; 10; 10,6. Pengujian
pada MAUD dilakukan pada tiga sampel
terakhir dikarenakan perbedaan alat uji
difraktometer sinar-X yang dilakukan.
MAUD adalah software yang bekerja
dengan memasukkan instrument.mdb awal
yang telah di setting sesuai dengan alatnya
(difraktometer sinar-X), sehingga eror yang
besar dapat dihindari. Sampel yang bisa
dilakukan perhitungan dengan MAUD
adalah tiga sampel trahir, karena dilakukan
menggunakan difraktometer sinar-X yang
terdapat di ITS yang telah diketahui
instrumentnya. Sedangkan sampel lainnya
tidak dapat diuji melauli MAUD karena
instrument.mdb yang dibutuhkan pada
software MAUD tidak ada. Analisa dengan
MAUD memberikan data yang cukup
berbeda dengan hasil melalui rietica.

elakkan. Pada pengukuran kristal dengan


menggunakan MAUD metode 2, dilakukan
dengan cara me-refine semua parameter
yang ada. Berbeda dengan MAUD metode 1
yang tidak me-refine parameter B dengan
maksud menyamakan proses pe-refine-an
dengan metode rietica yang juga tidak merefine
parameter
B
agar
dapat
dibandingkan. Akan tetapi, satu hal yang
pasti dengan melakukan dua perhitungan ini
adalah perhitungan dengan MAUD
menunjukkan dan menegaskan bahwa,
semakin tinggi pH pengendapan maka
ukuran kristal akan mengecil atau dengan
kata lain, nilai pH pengendapan berbanding
terbalik dengan ukuran kristal sedangkan
faktor dari lama pengadukan adalah
semakin lama pengadukan dilakukan, maka
ukuran kristal juga akan mengecil.
Distribusi ukuran yang didapat dengan
menggunakan MAUD metode 1 diperoleh
seperti pada Gambar 4.3 4.5.

Tabel 4.2 Ukuran Kristal dengan MAUD


metode 1
Sampel

Ukuran Kristal

Sampel pH 9,8

139,9nm

Sampel pH 10

123,7nm

Sampel pH 10,6

114,8nm
Gambar 4.3 Distribusi Kristal Sampel
Fe3O4pH 9,8

Tabel 4.3 Ukuran Kristal dengan MAUD


metode 2
Sampel
Ukuran Kristal
Sampel pH 9,8
100,04 nm
Sampel pH 10
57,7 nm
Sampel pH 10,6
29,1 nm
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa
ukuran kristal dengan menggunakan
software MAUD cukup jauh berbeda,
sekalipun itu mungkin karena parameterparameter yang di-refine begitu banyak,
sehingga eror yang besarpun tidak ter-

Gambar 4.4 Distribusi Kristal Sampel


Fe3O4pH 10

Gambar 4.5 Distribusi Kristal Sampel


Fe3O4pH 10,6
Distribusi ini menunjukkan bahwa,
sampel dengan pH 10,6 memiliki distribusi
kristal
yang
lebih
monodisphere
(berjangkauan pendek) sedangkan pH 10
lebih (berjangkauan panjang). Bila ukuran
kristal pada suatu sampel beragam maka
disebut polidisphere dan sebaliknya disebut
monodisphere. Penyempitan distribusi
ukuran mengindikasikan keseragaman
ukuran
yang
semakin
tinggi
(monodisperse). Hal ini karena penurunan
ukuran kristal akan mereduksi distribusi
ukuran kristal Fe3O4 (Machida, 2011).
Keragaman ukuran kristal ini dipengaruhi
oleh laju nukleasi pada sampel yang akan
terbentuk.
Temperatur
yang
tinggi
menyebabkan atom-atom memiliki energi
yang cukup besar sehingga mudah bergerak,
tidak ada pengaturan antar atom.
Semakin tinggi temperatur yang
diberikan menyebabkan semakin cepatnya
gerakan atom. Dengan adanya penurunan
temperatur
(pada
saat
diendapkan)
mengakibatkan energi atom menjadi rendah,
sulit bergerak dan mulai mengatur
kedudukan relatif terhadap atom yang lain,
sehingga mulai terbentuk kisi. Keadaan ini
terjadi di tempat yang memiliki temperatur
rendah (pada saat diendapkan) di mana
sekelompok
atom
menyusun
diri
membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan
menjadi pusat dari proses kristalin.
Bersamaan dengan menurunnya temperatur
semakin banyak atom yang bergabung pada

inti yang sudah ada atau membentuk inti


kristal yang baru. Setiap inti kristal akan
tumbuh dengan menarik atom-atom yang
ada disekitarnya atau dari inti yang tidak
sempat tumbuh.
Pertumbuhan
kristal
ini
terus
berlangsung dari bagian yang bertemperatur
rendah menuju bagian yang bertemperatur
tinggi. Pertumbuhannya tidak bergerak
lurus saja, namun membentuk cabangcabang. Antara cabang yang satu dengan
yang lainnya akan berhubungan sehingga
membentuk garis-garis batas yang disebut
sebagai batas butir kristal (Henyk, 2010).
Hasil dari MAUD metode 2
memberikan data yang lebih dekat dengan
rietica, hal ini dikarenakan pada saat proses
refine data terhitung dan terukur lebih
cocok bila dibandingkan dengan MAUD
metode 1. Dengan nilai sig = 1,511, nilai
Rw (%) = 28.222454, Rwnb (%, no bkg) =
34.216835, nilai Rb (%) = 22.584738, nilai
Rexp (%) = 18.674812 untuk sampel pH
9,8. Untuk sampel pH 10 diperoleh nilai
sig= 1.4810752, nilai Rw (%) = 27.771431,
Rwnb (%, no bkg) = 32.800766, Rb (%) =
22.773088, Rexp (%) = 18.750858 dan
untuk sampel dengan pH 10,6 diperoleh
nilai sig= 1.5714622, Rw (%) = 29.857927,
Rwnb (%, no bkg) = 33.654026, Rb (%) =
24.277586, Rexp (%) = 19.000093.
Perbandingan variasi waktu pengadukan
Fe3O4 dan TiO2
Perbandingan dapat dilakukan antara
sampel Fe3O4 yang divariasikan lama
pengadukannya
dengan
penelitian
sebelumnya
tentang
variasi
waktu
pengadukan terhadap partikel titania (TiO2),
berikut perbadingan data yang diperoleh:

Tabel 4.4 Ukuran kristal Fe3O4 variasi


waktu pengadukan

Variasi
Waktu
Pengadukan

1000oC

1000oC

1000oC

4jam

7 jam

8 jam

Parameter

Anatase

Rutile

Rutile

Rutile

Ukuran
Kristal
(nm)

23,89

185,49

180,83

226,03

(1,39)

(1,11)

(9,73)

(11,56)

Tabel 4.5 Ukuran kristal titania (TiO2),


variasi waktu pengadukan
(Henyk, 2010)
Sampel

Ukuran Kristal

Sampel 1 jam

47,54,016

Sampel 3 jam

54,23,18

Sampel 6 jam

52,43,05

Sampel 10 jam

23,641,49

Sampel 15 jam

25,981,65

Efek dari lama pengadukan terlihat


sangat berpengaruh pada dua sampel diatas
(Fe3O4 dan TiO2). Pada sampel Fe3O4
variasi lama pengadukan memberikan efek
semakin lama pengadukan dilakukan, maka
partikel Fe3O4 cenderung memberikan
ukuran kristal Fe3O4 yang lebih kecil. Pada
sampel 15 jam, ukuran kristal sedikit
membesar disebabkan oleh perubahan
volume saat pemanasan dan pemutaran
NH4OH dengan larutan hasil reaksi
berkurang secara drastis. Pengurangan

volume ini mengakibatkan campuran


larutan lebih kental dari biasanya, karena
beberapa aspek yang mungkin terjadi pada
saat pembentukan Fe3O4 ini. Pengurangan
volume yang semula ~100 mL menjadi
hanya 70 mL inilah yang membuat ukuran
kristal Fe3O4 menjadi lebih besar. Pada
titania (TiO2) waktu pengadukan tidak
hanya berpengaruh pada besar kecilnya
partikel yang terbentuk, akan tetapi juga
berefek pada pembentukan fasa anatase dan
rutile.
Perbandingan variasi pH Fe3O4 (bahan
dasar alam) dengan Fe3O4 (bahan dasar
FeCl2)
Perbandingan
dengan
penelitian
sebelumnya (Fe3O4 dengan bahan dasar
FeCl2), diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 4.6 Ukuran kristal Fe3O4 pada


sampel yang disintesis pada suhu 70C
dengan variasi pH pengendapan 7,37; 8,07;
9,12; 10,37 dan 10,55 (Machida, 2011).
Data penelitian ini, menunjukkan
bahwa semakin tinggi pH pengendapan,
maka ukuran kristal Fe3O4 akan semakin
kecil. Dengan penelitian yang telah
dilakukan (bahan dasar alam dan bahan
dasar FeCl2 ), dengan membedakan bahan
dasar telah memperkuat fakta yang ada
tersebut.

Perkiraan Ukuran Kristal Melalui TEM


Perkiraan
ukuran
kristal
bila
dibandingkan
dengan
penelitian
sebelumnya, dapat diperkirakan dengan
melihat gambar TEM Fe3O4 dibawah ini.

Gambar 4.7 Hasil TEM Fe3O4 (Darminto


dkk, 2009)
Hasil TEM menunjukkan partikelpartikel Fe3O4 yang terkandung pada
sampel yang pada penelitian sebelumnya
telah dibuat. Ukuran partikel ini bermacammacam seperti yang terlihat pada gamba
4.7. Bila dibandingkan dengan hasil rietica
dan maud, yang diperoleh ukuran kristal
terkecil yaitu 10,9 nm dan 29nm maka
dengan melihat hasil TEM ini dengan
perkiraan ukuran Fe3O4 berkisar antara 1020 nm maka dapat dikatakan perhitungan
menggunakan MAUD dan rietica sesuai
dengan hasil TEM. Sehingga permodelan
dengan menggunakan software itu terbukti
bisa dipercaya dan akurat untuk menghitung
ukuran kristal Fe3O4. Akan tetapi,
perhitungan ukuran kristal melalui rietica
lebih cocok daripada penggunaan MAUD
bila dibandingkan dengan hasil TEM seperti
gambar diatas.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
kesimpulan bahwa partikel dihasilkan dari
sintesis dengan metode kopresipitasi
menghasilkan partikel Fe3O4 dengan ukuran
nano.
Sedangkan
efek
dari
lama

pengadukan
adalah
semakin
lama
pengadukan,
maka
ukuran
partikel
cenderung mengecil, sebaliknya ukuran
partikel berbanding terbalik dengan nilai
pH-nya. Dengan pengolahan rietica,
diperoleh ukuran partikel terkecil Fe3O4
adalah ~10,9 nm. Sedangkan melalui
software MAUD diperoleh ~29 nm.
Sedangkan distribusi ukuran yang terjadi
menunjukkan variasi ukuran kristal yang
terbentuk.
V DAFTAR PUSTAKA
Aiguo, Yan. 2008.Solvothermal synthesis
and characterization of size-controlled
Fe3O4 nanoparticles.Journal Alloys
and Compound 458 : 487 491.
Nurul Cholishoh, Machida. 2011. Sintesis
Partikel Nano Fe3o4 Dari FeCl2.4H2O
dengan Metode Kopresipitasi dalam
pH Bervariasi.Laporan Tugas Akhir
Jurusan Fisika. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Sholihah, Kurnia Lia. 2010.Sintesis dan
Karakterisasi partikel nano Fe3O4
bahan komersial. Laporan Tugas
Akhir Jurusan Fisika. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Widaryanti,
Henyk
Nur.2010.

Pembentukan nanopartikel TiO2


Fasa Anatase dan Rutile dengan
Metode Bervariasi. Laporan Tugas
Akhir
Jurusan
Fisika.
Institut
Teknologi
Sepuluh
Nopember
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai