Anda di halaman 1dari 14

Syarat syarat konstuksi gudang

Pondasi adalah struktur bagian bawah suatu bangunan yang berhubungan dengan tanah
secara langsung. Pondasi merupakan bagian paling penting dalam mendirikan sebuah
bangunan. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh, pondasinya pun harus direncanakan
dan dikerjakan dengan hati-hati dan dengan perhitungan yang akurat.
Fungsi Pondasi
Pondasi berfungsi untuk memikul beban bangunan yang ada di atasnya dan kemudian
menyalurkan beban tersebut ke lapisan bawah atau tanah tempat bangunan berpijak. Jenisjenis tanah harus dipertimbangkan untuk mendesain sebuah pondasi. Pondasi yang kuat
memerlukan kondisi tanah yang baik. Apabila tanahnya kurang baik, pondasi yang dibuat
juga harus lebih kompleks dengan perhitungan yang sedemikian rupa agar bisa menahan
beban bangunan dengan kuat.
Syarat Pondasi Bangunan
1. Bentuk dan konstruksinya kokoh
Sebuah pondasi harus menunjukkan suatu bentuk dan kinstruksi yang kokoh agar bisa
menyangga beban berat sebuah bangunan di atasnya. Pondasi juga harus bisa mencegah
adanya pergesaran atau patah suatu konstruksi bangunan karena muatan tegak ke bawah.
2. Bahan tahan lama
Sebuah pondasi yang baik harus dibuat dengan bahan-bahan yang tahan lama dan tidak
mudah hancur. Ini bertujuan agar pondasinya tidak mengalami kerusakan mendahului
bangunannya. Gangguan unsur organik dan anorganik dalam tanah pun dapat dicegah
jika suatu pondasi terbuat dari bahan yang baik.
3. Dapat menahan tekanan air
Sebuah pondasi yang baik harus bisa menahan gangguan yang diakibatkan dari
lingkungan luar seperti pengaruh tekanan air yang mungkin terjadi.
4. Mampu menahan beban
Beban yang harus bisa ditahan pondasi yang baik antara lain beban horisontal atau beban
geser, beban hidup, yang dapat berupa beban bangunan sendiri atau beban orang yang
berada dalam bangunan, beban air hujan dan salju, gaya gempa, gaya angkat air, dan
momen dan torsi.

Jenis jenis pondasi bangunan baja


Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang tugasnya menyangga beban bangunan
di atasnya. Jenis-jenis pondasi ada bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.

Pondasi Telapak
Pondasi ini terbuat dari padas atau batuan keras. Pondasi telapak atau umpak sudah
digunakan sejak jaman dulu, dan orang-orang jaman dulu mendapatkan batuan padas itu dari
candi-candi yang telah runtuh. Sistem kerjanya menggunakan sistem tanam sehingga tidak
masuk ke dalam tanah, hanya untuk mengganjal saja.
Pondasi Tapak
Pondasi tapak menggunakan material utama beton untuk konstruksinya. Pondasi ini berfungsi
untuk menopang, sehingga sangat cocok digunakan untuk membuat bangunan yang
menjulang ke atas di tanah yang sempit. Biasanya pondasi ini dikombinasikan dengan
pondasi batu kali dalam pengaplikasiannya.
Pondasi Batu Kali
Bahan baku untuk pondasi ini adalah batu belah atau batu kali. biasanya pondasi ini dibangun
dengan kedalaman antara 60 sampai 80 meter. Kelebihan dari pondasi ini adalah lebih mudah
dalam pelaksanaan, lebih cepat, dan bahan baku mudah didapat serta harganya yang relatif
lebih murah.
Pondasi Cakar Ayam
Pondasi cakar ayam berbeda dengan pondasi tapak. Pondasi ini terdiri dari plat beton
bertulang tipis yang dipasang pada plat beton pada jarak 200 sampai 250 cm secara vertikal
dan disatukan secara monolit dengan didukung oleh buis-buis beton bertulang. Pondasi ini
bekerja dengan sistem komposit yang merupakan kerjasama tanah dan plat buis beton yang
terkurung dalam pondasi.
Pondasi Pelat Beton Lajur
Pondasi ini digunakan apabila luas penampangnya terlalu besar, sehingga dibagi dengan
memanjangkan lajur. Kelebihan pondasi ini lebih murah, galian tanahnya lebih sedikit, dan
lebih handal untuk bangunan bertingkat dibanding dengan pondasi batu kali.

Birokrasi

Hendri
Mahdi
Pelaku Usaha Pengadaan Barang/Jasa BlogSaya:"www.duniakontraktor.com"
Email:"hendri@duniakontraktor.com"
Jadikan Teman | Kirim Pesan
0inShare

Tata Cara Pengadaan Barang Metode


Pengadaan Langsung (PL)
OPINI | 13 March 2013 | 10:50 Dibaca: 15945

Komentar: 0

Pengadaan barang metode pengadaan langsung atau pengadaan langsung barang adalah
pengadaan barang langsung kepada Penyedia Barang / pedagang, tanpa melalui pelelangan.
(Pasal 1 angka 32 Perpres 70/2012)
Tata cara pengadaan langsung sebagai berikut:

1. Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan. (pasal 16 ayat
(3) Perpres 70/2013)
2. Pengadaan langsung dilakukan dengan metode prakualifikasi, tetapi metode prakualifikasi
tidak berlaku untuk pengadaan langsung barang. (Pasal 56 ayat (4a) Perpres 70/2012).
3. Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar, bukan
berdasarkan harga ketetapan gubernur/bupati. (Pasal 39 ayat (2) Perpres 70/2012)
4. Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh
juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara pembelian / pembayaran langsung kepada
Penyedia / pedagang. (Pasal 57 ayat (5) huruf a Perpres 70/2012)
Tanda bukti transaksi / perjanjian menggunakan bukti pembelian. (Pasal 55 ayat (2) Perpres
70/2012)
Note:

Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. (Pasal 39


ayat (2) Perpres 70/2012)

PPK tidak perlu menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk pengadaan
langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
yang menggunakan bukti pembelian (Pasal 66 ayat (1) Perpres 70/2012.
-

5. Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara pembelian / pembayaran langsung kepada
Penyedia / pedagang. (Pasal 57 ayat (5) huruf a Perpres 70/2012)
Tanda bukti transaksi / perjanjian menggunakan kuitansi. (Pasal 55 ayat (3) Perpres 70/2012)
Note:

Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. (Pasal 39


ayat (2) Perpres 70/2012)
-

6. Untuk pengadaan langsung barang yang menggunakan bukti pembelian dan kuitansi (yang
nilainya sampai dengan Rp50.000.000,-), pejabat pengadaan dapat memerintahkan

seseorang untuk melakukan proses pengadaan langsung untuk barang yang harganya sudah
pasti dan tidak bisa dinegosiasi sekurang-kurangnya meliputi:
(a) Memesan barang sesuai dengan kebutuhan atau mendatangi langsung ke penyedia barang;
(b) Melakukan transaksi;
(c) Menerima barang;
(d) Melakukan pembayaran;
(e) Menerima bukti pembelian atau kuitansi;
(f) Melaporkan kepada Pejabat Pengadaan;
(BAB II Bagian B Angka 12 Huruf c Perka LKPP 14/2012)
Note:

Jika harganya belum pasti, proses pengadaan langsung harus dilakukan sendiri oleh
pejabat pengadaan. (pasal 16 ayat (3) Perpres 70/2013)
-

7. Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara permintaan penawaran yang disertai
dengan klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga kepada Penyedia barang / pedagang. (Pasal
57 ayat (5) huruf b Perpres 70/2012)
Tanda bukti transaksi / perjanjian menggunakan SPK. (Pasal 55 ayat (4) Perpres 70/2012)
Penyedia Barang yang mengikuti Pengadaan Barang melalui Pengadaan Langsung diundang
oleh ULP/Pejabat Pengadaan. (Pasal 76 Perpres 54/2010)
Note:

Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. (Pasal 39


ayat (2) Perpres 70/2012)
-

Berikut ini tata cara pelaksanaan pengadaan langsung untuk barang yang nilainya
sampai dengan Rp200.000.000,- :
a). PPK menyusun spesifikasi teknis dan gambar sesuai dengan hasil pengkajian ulang
spesifikasi teknis dan gambar brosur, termasuk perubahan yang telah disetujui oleh PA/KPA.
(BAB II Bagian A Angka 3 Huruf a Perka LKPP 14/2012)
-

b). PPK menetapkan Hargaa Perkiraan Sendiri (HPS) paling lama 28 (dua puluh delapan) hari
kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran; (Pasal 66 Perpres 70/2012 & BAB II
Bagian A Angka 3 Huruf a Perka LKPP 14/2012)

HPS dikalkulasikan secara


dipertanggungjawabkan.

HPS ditetapkan berdasarkan harga barang yang dikeluarkan oleh pabrikan / distributor
tunggal atau informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi
terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

HPS telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), keuntungan dan biaya
overhead (OH). Keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar bagi Penyedia
maksimal 15% (lima belas perseratus) dari total biaya tidak termasuk PPN;

HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan Pajak
Penghasilan (PPh) Penyedia.

Berdasarkan ketentuan diatas, untuk pengadaan barang, tata cara perhitungan HPS
dapat dirumuskan sbb:

keahlian

dan

berdasarkan

data

yang dapat

Harga Perhitungan Sendiri (HPS) = Harga pada tingkat distributor + 15% Keuntungan dan
OH + 10%% PPN
c). Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan dan harga,
antara lain melalui media elektronik dan/atau non-elektronik; (BAB II Bagian B Angka 12
Huruf c Perka LKPP 14/2012)
d). Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari 2 (dua) sumber
informasi yang berbeda; (BAB II Bagian B Angka 12 Huruf c Perka LKPP 14/2012)
e). Pejabat Pengadaan mengundang calon Penyedia yang diyakini mampu untuk
menyampaikan penawaran administrasi, teknis, dan harga; (BAB II Bagian B Angka 12
Huruf c Perka LKPP 14/2012)
Note:

Calon penyedia yang diundang adalah penyedia yang telah disurvei (baik melalui
media elektronik dan/atau non-elektronik) yang harga penjualannya paling rendah
berdasarkan spesifikasi teknis yang telah ditentukan, dan diyakini mampu.

Penyedia yang diyakini mampu adalah penyedia yang memenuhi syarat berdasarkan
Pasal 19 Perpres 70/2012.

f). Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-dokumen lain
yang menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan; (BAB II Bagian B Angka 12 Huruf c
Perka LKPP 14/2012)
g). Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran administrasi, teknis, dan harga secara
langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan; (BAB II Bagian B Angka 12
Huruf c Perka LKPP 14/2012)
h). Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan mengevaluasi administrasi dan teknis
dengan sistem gugur, melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk mendapatkan
Penyedia dengan harga yang wajar serta dapat dipertanggungjawabkan; (BAB II Bagian B
Angka 12 Huruf c Perka LKPP 14/2012)
Note:

Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. (Pasal 39


ayat (2) Perpres 70/2012)
-

i). Jika harga penawarannya terlalu tinggi, dilakukan negosiasi harga. Negosiasi harga
dilakukan berdasarkan HPS; (BAB II Bagian B Angka 12 Huruf c Perka LKPP 14/2012)
Keterangan:
Fungsi HPS bukan sebagai dasar pembelian, tapi sebagai batas tertinggi yang boleh dibeli
oleh pemerintah jika harga yang berlaku dipasar terlampau tinggi.
j). Dalam hal negosiasi harga tidak menghasilkan kesepakatan, Pengadaan Langsung
dinyatakan gagal dan dilakukan Pengadaan Langsung ulang dengan mengundang Penyedia
lain; (BAB II Bagian B Angka 12 Huruf c Perka LKPP 14/2012)
k). Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung. (BAB II Bagian B
Angka 12 Huruf c Perka LKPP 14/2012)
Demikianlah Tata Cara Pengadaan Barang Metode Pengadaan Langsung (PL) yang perlu
dipahami oleh Pengguna Anggaran (Kepala Dinas), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Pejabat Pengadaan dan Penyedia barang.

Penerimaan Barang
Pengertian Penerimaan Barang adalah Menerima fisik barang dari pabrik,
prinsipal atau distributor yang disesuaikan dengan dokumen pemesanan dan
pengiriman dan dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan penanganan
barangnya
Didalam aktifitas penerimaan barang ini terdapat 3 point penting yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan lainnya:
1. Fisik barang yang diterima
2. Dokumentasi
3. Cara penangananbarang
1. Fisik Barang Yang Diterima
Aadalah bentuk fisik barang yang harus dapat dirasa, diraba atau dilihat
langsung. Penerimaan yang bukan berupa fisik barang dapat menyebabkan
perbedaan proses dan hasil yang akan dicapai. Pada umumnya hasilnya adalah
negatif. Jika ada penerimaan tanpa harus menangani fisik barangnya, maka perlu
dilakukan proses tambahan untuk memastikan keabsahan proses tsb.

Prinsip penerimaan barang adalah menerima FISIK BARANG secara


langsung. Bukan hanya DOKUMENnya saja.

Secara fisik, barang dapat dilihat, diraba atau dirasa dan dapat
dibandingkan dengan dokumen pengantaran.

Pengecekan acak atau keseluruhan kondisi isi kemasan

Tanggal Kadaluarsa barang, nomor batch

Kuantitas barang VS dokumen

2.Dokumentasi
Dokumen pemesanan; barang diterima berdasarkan adanya dokumen yang
mendasari berapa barang yang harus diterima, jenis barangnya apa dan untuk
memastikan bahwa barang yang diterima adalah sama dengan barang yang
dikirimkan.

Dokumen adalah pendamping barang yang secara fisik dapat dibaca dan
dicocokan dengan barang yang dikirimkan.

Dokumen yang diperlukan minimal dokumen pengiriman (DN (Delivery


Note), DO (Delivery Order), Packing List atau Surat Jalan).

Akan lebih baik jika dokumen Pemesanan (PO-Purchase Order) dilampirkan


juga.

3.Cara Penanganan Barang


Persyaratan penanganan; kondisi khusus yang harus disiapkan pada saat barang
tsb diterima. Apakah perlu ditangani pada suhu/temperatur khusus atau perlu
dilakukan penanganan khusus dikarenakan faktor beratnya, tingkat kesulitannya
atau masalah lainnya.

Tangani barang sesuai dengan siklus hidupnya


o Suhu
o Kadaluarsa
o Maksimal tumpukan

Gunakan peralatan yang sesuai


o Pallet
o Drum
o Forklit

Pahami aturan keselamatannya


o Kimia
o Racun
o Meledak

Secara umum dapat dinyatakan bahwa penerimaan barang merupakan aktifitas


operasional gudang yang sangat penting karena merupakan awal dari
penanganan barang.
Logika umum mengatakan bahwa penerimaan barang yang baik saja masih
memungkinkan terjadinya kerusakan/kesalahan barang didalam gudang, terlebih
jika pada saat penerimaan barang ditangani dengan cara yang tidak benar,
dijamin kerusakan/kesalahan tsb pasti terjadi.
Tahapan Penerimaan Barang:
1. Masuk gudang.
2. Parkir dan antri.
3. Bongkar muat di loading dock.
4. Penyusunan barang bongkaran.
5. Pengecekan barang vs dokumen.
6. Pemasukan data kedalam system (GRN).
7. Legitimasi dokumen.
8. Keluar gudang.

Proses penerimaan barang

Penerimaan Barang adalah Menerima fisik barang dari pabrik, prinsipal atau distributor
yang disesuaikan dengan dokumen pemesanan dan pengiriman dan dalam kondisi yang
sesuai dengan persyaratan penanganan barangnya
Aktifitas penerimaan barang ini terdapat 3 point penting:
1.Fisik barang yang diterima
2.Dokumentasi
3.Cara penangananbarang
1. Fisik Barang Yang Diterima
Adalah bentuk fisik barang yang harus dapat dirasa, diraba atau dilihat langsung. Penerimaan
yang bukan berupa fisik barang dapat menyebabkan perbedaan proses dan hasil yang akan
dicapai. Pada umumnya hasilnya adalah negatif. Jika ada penerimaan tanpa harus menangani
fisik barangnya, maka perlu dilakukan proses tambahan untuk memastikan keabsahan proses
tsb.
Prinsip penerimaan barang adalah menerima FISIK BARANG secara langsung. Bukan
hanya DOKUMENnya saja.
Secara fisik, barang dapat dilihat, diraba atau dirasa dan dapat dibandingkan dengan
dokumen pengantaran.
Pengecekan acak atau keseluruhan kondisi isi kemasan
Tanggal Kadaluarsa barang, nomor batch
Kuantitas barang VS dokumen
2.Dokumentasi
Dokumen pemesanan; barang diterima berdasarkan adanya dokumen yang mendasari berapa
barang yang harus diterima, jenis barangnya apa dan untuk memastikan bahwa barang yang
diterima adalah sama dengan barang yang dikirimkan.
Dokumen adalah pendamping barang yang secara fisik dapat dibaca dan dicocokan dengan
barang yang dikirimkan.
Dokumen yang diperlukan minimal dokumen pengiriman (DN (Delivery Note), DO
(Delivery Order), Packing List atau Surat Jalan).
Akan lebih baik jika dokumen Pemesanan (PO-Purchase Order) dilampirkan juga.
3.Cara Penanganan Barang
Persyaratan penanganan; kondisi khusus yang harus disiapkan pada saat barang tsb diterima.
Apakah perlu ditangani pada suhu/temperatur khusus atau perlu dilakukan penanganan
khusus dikarenakan faktor beratnya, tingkat kesulitannya atau masalah lainnya.
Tangani barang sesuai dengan siklus hidupnya
o Suhu
o Kadaluarsa
o Maksimal tumpukan
Gunakan peralatan yang sesuai
o Pallet
o Drum
o Forklit
Pahami aturan keselamatannya
o Kimia
o Racun
o Meledak

Secara umum dapat dinyatakan bahwa penerimaan barang merupakan aktifitas operasional
gudang yang sangat penting karena merupakan awal dari penanganan barang.
Logika umum mengatakan bahwa penerimaan barang yang baik saja masih memungkinkan
terjadinya kerusakan/kesalahan barang didalam gudang, terlebih jika pada saat penerimaan
barang ditangani dengan cara yang tidak benar, dijamin kerusakan/kesalahan tsb pasti terjadi.
Tahapan Penerimaan Barang:
1. Masuk gudang.
2. Parkir dan antri.
3. Bongkar muat di loading dock.
4. Penyusunan barang bongkaran.
5. Pengecekan barang vs dokumen.
6. Pemasukan data kedalam system (GRN).
7. Legitimasi dokumen.
8. Keluar gudang.
Penerimaan barang merupakan segala awal arus barang yang bergerak di gudang. Penerimaan
barang dari pemasok atau rekanan memang kelihatan mudah, namun bila hal ini tidak
memiliki sistem yang mengatur, maka bisa dipastikan akan mengganggu produktifitas.
Berikut contoh Flow chart Receiving :
Penerimaan barang merupakan segala awal arus barang yang bergerak di gudang.
Penerimaan barang dari pemasok atau rekanan memang kelihatan mudah, namun bila hal ini
tidak memiliki sistem yang mengatur, maka bisa dipastikan akan mengganggu produktifitas.
Berikut adalah hal-hal penting dalam penerimaan barang :
1. Bukti pesanan barang dari Gudang (untuk memastikan pesanan barang dalam spesifikasi
tepat)
2. Bukti Tanda Barang diterima (untuk penagihan)
3. Cek Bukti Pemesanan dengan Fisik Barang
4. Cek Expired Date dan Kondisi Barang
5. Memasukkan Barang ke Penyimpanan
Berikut contoh Flow chart Receiving :

Bukti Pemesanan (Purchase Order)


Ketika satu pihak memesan sejumlah barang ke pemasok, maka dia akan mengirimkan PO ke
pemasok. Barang sesuai jumlah PO ini nantinya akan dibawa ke Gudang tempat yang
disiapkan oleh si pemesan. Tim Gudang tentunya tidak selalu tahu jenis barang apa yang
dipesan, oleh sebab itu tim Gudang perlu memastikan kesesuaian PO dengan fisik barang
yang ada. Setelah PO diperiksa dan sesuai dengan seluruh item yang dibawa, maka
selanjutnya dibuat Bukti Tanda terima Barang.

Bukti Tanda Terima Barang


Bukti Tanda Terima Barang serta Faktur akan berhubungan dengan penagihan uang. Bukti
Tanda Terima barang akan dijadikan dasar oleh pihak supplier untuk menagih ke pemesan
barang. Pentingnya untuk membuat Bukti Tanda Terima Barang ini asli dan ada tanda-tanda
yang dilampirkan, semisal PO atau surat lain yang menjamin keaslian dokumen ini.
Operasional

Aktifitas operasional adalah bongkar barang, cek expired, cek kesesuaian pesanan serta
memasukkan barang ke penyimpanan. Aktifitas operasional ini merupakan salah satu critical
point, mengapa? Berikut beebrapa alasan versi saya :
1. Bongkar muat barang yang dilakukan oleh kuli bongkar rawan membuat rusak barang atau
resiko kehilangan barang karena dicuri.
2. Cek kesesuaian barang dengan PO dan Expired date barang dilakukan oleh staff
penerimaan barang yang biasanya memiliki sejumlah alasan untuk tidak melakukan aktifitas
ini dengan sejumlah alasan seperti : supaya cepat, sudah kenal dengan pemasok, disiplin
melakukan sistem, dll. Intinya di poin 1 dan 2 kritis dikarenakan Faktor Sumber Daya
Manusia.
Penerimaan Barang di gudang rawan permainan dengan pihak supplier. Staff penerimaan
tanpa diketahui oleh pemesan dapat melakukan deal-deal khusus yang merugikan pemesan
dan menguntungkan pemasok. Jadi kontrol yang ketat terhadap personil penerimaan cukup
penting, hal seperti melakukan rotasi pekerjaan rutin serta bekerja dalam jumlah kecil serta
pembatasan wewenang adalah hal-hal praktis yang bisa dilakukan.
Bukti Pemesanan (Purchase Order)
Ketika satu pihak memesan sejumlah barang ke pemasok, maka dia akan mengirimkan PO ke
pemasok. Barang sesuai jumlah PO ini nantinya akan dibawa ke Gudang tempat yang
disiapkan oleh si pemesan. Tim Gudang tentunya tidak selalu tahu jenis barang apa yang
dipesan, oleh sebab itu tim Gudang perlu memastikan kesesuaian PO dengan fisik barang
yang ada. Setelah PO diperiksa dan sesuai dengan seluruh item yang dibawa, maka
selanjutnya dibuat Bukti Tanda terima Barang.
Bukti Tanda Terima Barang
Bukti Tanda Terima Barang serta Faktur akan berhubungan dengan penagihan uang. Bukti
Tanda Terima barang akan dijadikan dasar oleh pihak supplier untuk menagih ke pemesan
barang. Pentingnya untuk membuat Bukti Tanda Terima Barang ini asli dan ada tanda-tanda
yang dilampirkan, semisal PO atau surat lain yang menjamin keaslian dokumen ini.
Operasional
Aktifitas operasional adalah bongkar barang, cek expired, cek kesesuaian pesanan serta
memasukkan barang ke penyimpanan. Aktifitas operasional ini merupakan salah satu critical
point, mengapa? Berikut beberapa alasan versi saya :
1. Bongkar muat barang yang dilakukan oleh kuli bongkar rawan membuat rusak barang atau

resiko kehilangan barang karena dicuri.


2. Cek kesesuaian barang dengan PO dan Expired date barang dilakukan oleh staff
penerimaan barang yang biasanya memiliki sejumlah alasan untuk tidak melakukan aktifitas
ini dengan sejumlah alasan seperti : supaya cepat, sudah kenal dengan pemasok, disiplin
melakukan sistem, dll. Intinya di poin 1 dan 2 kritis dikarenakan Faktor Sumber Daya
Manusia.
Penerimaan Barang di gudang rawan permainan dengan pihak supplier. Staff penerimaan
tanpa diketahui oleh pemesan dapat melakukan deal-deal khusus yang merugikan pemesan
dan menguntungkan pemasok. Jadi kontrol yang ketat terhadap personil penerimaan cukup
penting, hal seperti melakukan rotasi pekerjaan rutin serta bekerja dalam jumlah kecil serta
pembatasan wewenang adalah hal-hal praktis yang bisa dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai