Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK PENGGUNAAN DETERGEN

Posted on 25 Desember 2011 by punyanyavika


Standar
MAKALAH IPA SD 3
DAMPAK PENGGUNAAN DETERGEN SEBAGAI PEMBERSIH PAKAIAN
DALAM KEHIDUPAN

Dosen Pengajar :
Drs. Radiansyah, M.Pd
Oleh:
Kelompok 10 KELAS 3A
Novika Dyah Pratiwi

A1E310013

Riza Azhari

A1E310217

Siti Rukayah

A1E310223

Merdeka Putri Irnanda


Akhmad Riyadi

A1E310249
A1E310264

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam
keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.
Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh
karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau
efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masingmasing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang
bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan seharihari. Namun, pada makalah ini hanya akan dibahas tentang alat pembersih
pakaian yaitu detergen.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah
tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang
tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang
berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen
misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang
hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di
sekitar sungai tersebut. Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari
lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar limbah Detergen kategori
keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan
kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain
itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan
dari bahan-bahan kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan seharihari.
BAB II
DAMPAK PENGGUNAAN DETERGEN PEMBERSIH PAKAIAN DALAM
KEHIDUPAN
1.

Pengertian Detergen

Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang


digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Yaitu senyawa kimia bernama alkyl benzene
sulfonat (ABS) yang direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH).
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme.
Air sadah merupakan air yang mengandung garam kalsium dan magnesium
yang larut dari batuan yang dialiri air. Kesadahan dibedakan menjadi dua
jenis yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan
sementara disebabkan garam kalsium hidrogen karbonat (CaHCO3) yang
larut dalam air. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan pendidihan dan

menghasilkan zat padat putih tak larut yaitu kalsium karbonat (CaCO3) atau
kerak air. Kesadahan tetap disebabkan garam kalsium dan magnesium yang
larut dalam air. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pendidihan
tetapi dengan distilasi. Nah, untuk menghindari hal tersebut, saat ini dipakai
detergen sebagai pengganti sabun. Detergen mengandung zat aktif
permukaan yang serupa dengan sabun, misalnya natrium benzensulfonat
(Na-ABS). Garam kalsium atau magnesium yang larut dalam air sadah jika
bereaksi dengan Na-ABS tetap larut dalam air dan tidak mengendap.
Molekul sabun terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang
bersifat hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik. Bagian hidrofilik adalah
bagian yang menyukai air atau bersifat polar. Adapun bagian hidrofobik
adalah bagian yang tidak suka air atau bersifat nonpolar. Kotoran yang
bersifat polar biasanya larut dalam air, sehingga kotoran jenis ini tidak perlu
dibersihkan dengan menggunakan sabun. Kotoran yang bersifat nonpolar,
seperti minyak atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan
menggunakan air. Oleh karena itu, diperlukan detergen sebagai
pembersihnya. Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar mudah larut
dalam minyak atau lemak dari bahan cucian. Ketika kamu menggosok atau
memeras pakaian membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran
lepas yang dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya berada
di luar lapisan sehingga butiran itu larut di air.
Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan masyarakat.
Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat
umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat diandalkan.
Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang
lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan seharihari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.
2.Bahan-bahan Detergen
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
1)

Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang


mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).
Surfaktan ialah molekul organik dengan bagian lifofilik dan bagian polar,
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan
membentuk bagian penting dari semua detergen komersial.
2)

Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan


dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini
ditambahkan untuk menyingkirkan ion kalsium dan magnesium (kesadahan)
dari air pencuci. Pembangun dapat melakukan hal ini lewat pengkelatan
(pembentukan kompleks) atau lewat pertukaran ion-ion ini dengan natrium.
Pembangun juga meningkatkan pH untuk membantu emulsifikasi minyak dan
bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang paling lazim ialah natrium
tripolifosfat (5Na+ P3O105-), tetapi karena limbah fosfat dapat mencemari
lingkungan, jumlah yang digunakan dibatasi oleh peraturan; baru-baru ini,
natrium sitrat, natrium karbonat, dan natrium silikat mulai menggantikan
natrium tripolifosfat sebagai pembangun.
3)

Zeolit

Zeolit (natrium aluminosilikat) digunakan sebagai penukar ion, terutama


untuk ion kalsium.
4) Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan Detergen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh
Sodium sulfat.
5) Bahan antiredeposisi (antiedeposition agent)
Bahan antiredeposisi ialah senyawa yang ditambahkan ke detergen pakaian
untuk mencegah pengendapan kembali kotoran pada pakaian. Contoh yang
paling lazim ialah selulosa eter atau ester.
6) Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci Detergen. Additives ditambahkan
lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium
klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
3.

Jenis-Jenis Detergen

Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergen
sebagai bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya Detergen adalah senyawa
organik, yang memiliki dua kutub dan bersifat non-polar karakteristik. Ada
tiga jenis Detergen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Anionic dan
permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada
non-polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai
muatan ion tetap, hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang

lemah elektropositif dan elektronegatif yang disebabkan oleh kekuatan


menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergen yang berbeda yaitu fosfat Detergen dan
surfaktan Detergen. Pada umumnya Detergen yang mengandung fosfat akan
terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan adalah jenis Detergen yang
sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah Detergen
surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying Detergen. Disisi lain fosfat
detergen adalah Detergen yang membantu menghentikan kotoran dalam air.
Zat yang terkandung didalam detergen juga digunakan dalam formulasi
dalam pestisida. Degradasi alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat
menyebabkan pembentukan alkylphenols (terutama nonylphenols) yang
bertindak sebagai endokrin pengganggu jika limbah detergen bercampur
dengan air limbah lain di saluran air.
Berdasarkan bentuk fisiknya, Detergen dibedakan atas:
1. Detergen Cair, secara umum Detergen cair hampir sama dengan
Detergen bubuk. Yang membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia
setahu saya Detergen cair ini belum dikomersilkan, biasanya
digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin cuci yang
kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.
2. Detergen krim, bentuk Detergen krim dengan sabun colek hampir
sama tetapi kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.
3. Detergen bubuk, jenis Detergen bubuk ini yang beredar dimasyarakat
atau dipakai sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan
butirannya, Detergen bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Detergen bubuk berongga dan Detergen bubuk padat. Perbedaan
bentuk butiran kedua kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan
proses pembuatannya.
4.

Bahaya Detergen

Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen dalam memenuhi kebutuhan


sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada Detergen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan
dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban
alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas
permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya
mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1

% LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Surfaktan kationik
bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan nonionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk
chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya
bagi kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh
industri Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS
mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah
digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk
Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air
dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya,
efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa
dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan
salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi
dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan
pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,
sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan
algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang
terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan
air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan
sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen
telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite
dan citrate sebagai builder dalam Detergen.
Detergen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya
merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang
diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna,
dan bahan pewangi. Generasi awal Detergen pertama kali muncul dan mulai
diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan
bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS)
sebagai penghasil busa.(Wikipedia, 2009).
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah
tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang
tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang
berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen
misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang
hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di
sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah
detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut

ABS. Jenis Detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan
pencuci pakaian adalah Detergen anti noda. Detergen jenis ini mengandung
ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan Detergen
tergolong keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang
tercemar limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan
mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang
menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti
lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap
lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini
menjadikan sisa limbah Detergen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah
tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas
lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang
penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan Detergen dan memperkenalkan
senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika
kita lihat di berbagai label produk Detergen yang kita pakai dengan nama
LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh
para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa
dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk
mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga
adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng
gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan
memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar
air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang
secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara
meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem
akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai
contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak
langsung rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui
saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu
banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat
besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu
tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan
gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci
baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang
mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.

Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian


menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan
bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan
terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan
menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis
vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang
paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen
yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit
bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel
virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada
suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker
(karsinogenik). Proses penguraian Detergen akan menghasilkan sisa
benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa
klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat
mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya
kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman
pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa Detergen itu memang
mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita.
Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan
perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga
lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari
mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Detergen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di
beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan
Detergen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang
terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah
Detergent bercampur dengan air?Detergent memiliki efek beracun dalam air.
Semua Detergent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi
ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan
kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi
Detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun
sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan Detergen pun
tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi
kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.
Detergen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan
kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan,
dengan konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat
dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi
biota air. Fosfat dalam Detergen dapat memicu ganggang air tawar bunga

untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang


membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk
mempertahankan hidupnya.
Dalam sebuah literatur disebutkan, ada fakta yang menarik seputar air di
bumi ini. Jumlah total air di bumi saat ini relatif sama dengan jumlah total air
tercipta. Yaitu 70 persen permukaan bumi kita adalah air. Komposisinya
adalah 67 persen terdiri dari air asin dan tiga persen air tawar. Prosentasi air
tawar itu terdiri dari es, air tanah, air permukaan, dan uap air. Jumlah airnya
saat ini memang sama akan tetapi yang berubah bentuknya. Tidak semua air
tawar tersebut dapat di pakai, penyebabnya adalah pencemaran lingkungan
yang dibuat oleh manusia sendiri seperti limbah dari pemakaian detergen.
5.

Pencegahan Bahaya Detergen

Kesadaran masyarakat pengguna Detergen mesin akan dampak dibalik


manfaat Detergen mesin cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat
dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan
Detergen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan
melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen
tetap perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan
konsumen sendiri. Sebaiknya konsumen memilih Detergen yang pada
kemasannya mencantumkan penandaan nama dagang, isi / netto, nama
bahan aktif, nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi,
kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara
penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen
untuk memilih produk yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan
ramah lingkungan. Informasi mengenai produk ramah lingkungan dapat
dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah lingkungan.
Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih lengkap
mengenai produknya.
Kemampuan Detergen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang
menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan
bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain,
karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak
diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan Detergen,
sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat modern.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia
aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai
(biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable
sangat rendah, sehingga Detergen ini dikategorikan sebagai nonbiodegradable. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat
terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam

sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada


biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik lebih baik,
meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus
alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh
mikroorganisme.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan
Detergen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa Detergen
bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen
dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh berisiko karena
Detergen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit
pengguna bersifat sensitif, maka takaran Detergen yang menggunakan
istilah genggam tersebut akan langsung memberikan reaksi pada kulit
berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam
bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang sangat
tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen
untuk menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena
slogan-slogan pada iklan produk Detergen baik di media elektronik maupun
media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci
lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti Detergen
menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu
keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab
kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut.
Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan
dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen
menggunakan takaran khusus untuk Detergen dan produsen menyediakan
alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang
hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak
organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria,
dan lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka
zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati
karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain
detergen dan polutan lainnya yang mencemari air dapat
memusnahkan seluruh organisme yang hidup di dalamnya.Besar tidaknya
pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup lain
tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi
polutan, semakin besar pengaruhnya.
Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak
dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan
detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang
suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak
suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak.Jika
dalam pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka

bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau
minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke
pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling
tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak
atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi
dan tetap berada dalam larutan.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan
sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa
jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur
dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang
ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena
itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh
mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan
oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
1. rusaknya keindahan lingkungan perairan;
2. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
3. merugikan kesehatan manusia.
Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke
perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu
pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen
yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adit (2010). Bahan Kimia Berbahaya dalam Kehidupan Sehari-Hari.
From http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-kimia/bahan-kimiaberbahaya-dalam-kehdupan-sehari-hari/, 16 Oktober 2011.
Arif (2011). Kimia. From http://k2oke.multiply.com/journal/item/43/Kimia, 23
Oktober 2011.
Ayah, Benny (2007). Softening Pelunakan pada Air Sadah.
From http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/27/softening-pelunakan-padaair-sadah, 23 Oktober 2007.
Berpacu Menyelamatkan Air Bersih, Banjarmasin Post, 23 Maret 2011. Hal
26.
Biasa, manusia (2010). Daya Kerja Detergen. From http://funnymytho.blogspot.com/2010/12/daya-kerja-Detergen.html, 23 Oktober 2011.

Diklat Jauh Wirausaha (2011). Detergen.


From http://www.diklatjauh.com/2011/03/Detergen.html, 16 Oktober 2011.
Dwi, Bardiana (2011). Macam-Macam Detergen.
From http://kimiadahsyat.blogspot.com/2011/02/macam-macamdetergen.html, 16 Oktober 2011.
Hart Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Made in China (2011). China Caustik Soda 99 96 Flakes Sodium Hydroxide
NaOH. From http://www.made-in-china.com/showroom/gzhanglian/productdetailOeFEqLdGrxhb/China-Caustic-Soda-99-96-Flakes-Sodium-HydroxideNaOH-.html, 23 Oktober 2011.
Maswan, Fadjar (2011). Bahan Kimia dalam Rumah Tangga.
From http://www.scribd.com/doc/51696399/06-Bab-5-bahan-kimia-dalamrumah-tangga. 22 Oktober 2011.
Matsjeh, Sabirin., dkk. 1996. Kimia Organik 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Raudatul, Jannah (2011). Tempat Aneh di Dunia.
From http://jannahraudatul.wordpress.com/2011/03/07/tempat-%E2%80%93tempat-aneh-di-dunia, 23 Oktober 2011.

Sabun dan juga deterjen terbuat dari bahan kimia yang tentunya tidak
semua bahan kimia tersebut dapat terurai di lingkungan sehingga
bila limbah dari penggunaan sabun maupun deterjen tersebut tidak
ditangani secara serius bisa berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan
sekitar kita.

Sebagai penambah wawasan kita tentang lingkungan dan


kesehatan, dampak dari adanya limbah bahan kimia sabun dan deterjen
perlu untuk dipelajari agar suatu saat nanti kita pun akan lebih mengerti dan
peka terhadap kelestarian lingkungan maupun menjaga kesehatan.
Dampak Limbah Bahan Kimia Sabun dan Deterjen bagi Lingkungan dan
Kesehatan
Dampak Limbah Bahan Kimia Sabun dan Deterjen bagi Lingkungan
Air limbah dari sabun dan deterjen dapat menimbulkan dampak
pencemaran, apalagi bila bahan yang dipakainya bukan terbuat dari bahan
alami dan ramah lingkungan, suatu misal adalah penggunaan bahan kimia
ABS di dalam deterjen. ABS akan sangat sulit terurai oleh mikro bakteri,
dampak-nya bila limbah tersebut menyebar di air dan sungai dapat
membunuh organisme yang ada di dalamnya seperti ikan, fitoplankton,
zooplankton / protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain.

Bahan kimia deterjen yang menggunakan fosfat dan nitrogen dapat


menyebabkan alga dan tumbuhan air menjadi lebih subur, dampak-nya
dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (perairan menjadi subur). Alga
yang tumbuh lebih pesat mampu penghambatan pertumbuhan dan
menyebabkan degradasi fungsi pada berbagai organ tubuh dari organisme
yang hidup di dalamnya.
Sedangkan, busa yang dihasilkan dari sabun dan deterjen di permukaan air
juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan
organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Dampak Limbah Bahan Kimia Sabun dan Deterjen bagi Kesehatan
Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani
dengan baik pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehata. Bila
sabun dan deterjen tidak cocok dengan kulit kita akan dapat menyebabkan
iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang
bersentuhan langsung dengan produk. Untuk produk deterjen yang memiliki
derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi / terluka, penggunaan
produk deterjen maupun sabun yang mengandung bahan kimia untuk
penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi
kulit semakin parah.
Bahan kimia dari soda ash dalam sabun memang sangat bagus
membersihkan kotoran di kulit tubuh namun jika digunakan di wajah, minyak
alami wajah pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying
residu di permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut
muncul ke permukaan lebih cepat.
Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah

dari golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa


nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat
menyebabkan kanker.

Anda mungkin juga menyukai