Dosen Pengajar :
Drs. Radiansyah, M.Pd
Oleh:
Kelompok 10 KELAS 3A
Novika Dyah Pratiwi
A1E310013
Riza Azhari
A1E310217
Siti Rukayah
A1E310223
A1E310249
A1E310264
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam
keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.
Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh
karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau
efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masingmasing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang
bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan seharihari. Namun, pada makalah ini hanya akan dibahas tentang alat pembersih
pakaian yaitu detergen.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah
tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang
tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang
berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen
misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang
hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di
sekitar sungai tersebut. Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari
lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar limbah Detergen kategori
keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan
kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain
itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang ditimbulkan
dari bahan-bahan kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan seharihari.
BAB II
DAMPAK PENGGUNAAN DETERGEN PEMBERSIH PAKAIAN DALAM
KEHIDUPAN
1.
Pengertian Detergen
menghasilkan zat padat putih tak larut yaitu kalsium karbonat (CaCO3) atau
kerak air. Kesadahan tetap disebabkan garam kalsium dan magnesium yang
larut dalam air. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pendidihan
tetapi dengan distilasi. Nah, untuk menghindari hal tersebut, saat ini dipakai
detergen sebagai pengganti sabun. Detergen mengandung zat aktif
permukaan yang serupa dengan sabun, misalnya natrium benzensulfonat
(Na-ABS). Garam kalsium atau magnesium yang larut dalam air sadah jika
bereaksi dengan Na-ABS tetap larut dalam air dan tidak mengendap.
Molekul sabun terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang
bersifat hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik. Bagian hidrofilik adalah
bagian yang menyukai air atau bersifat polar. Adapun bagian hidrofobik
adalah bagian yang tidak suka air atau bersifat nonpolar. Kotoran yang
bersifat polar biasanya larut dalam air, sehingga kotoran jenis ini tidak perlu
dibersihkan dengan menggunakan sabun. Kotoran yang bersifat nonpolar,
seperti minyak atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan
menggunakan air. Oleh karena itu, diperlukan detergen sebagai
pembersihnya. Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar mudah larut
dalam minyak atau lemak dari bahan cucian. Ketika kamu menggosok atau
memeras pakaian membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran
lepas yang dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya berada
di luar lapisan sehingga butiran itu larut di air.
Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan masyarakat.
Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta tempat
umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat diandalkan.
Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang
lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan seharihari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.
2.Bahan-bahan Detergen
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
1)
Surfaktan
Builder
Zeolit
Jenis-Jenis Detergen
Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergen
sebagai bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya Detergen adalah senyawa
organik, yang memiliki dua kutub dan bersifat non-polar karakteristik. Ada
tiga jenis Detergen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Anionic dan
permanen kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada
non-polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai
muatan ion tetap, hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang
Bahaya Detergen
% LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Surfaktan kationik
bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan nonionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk
chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya
bagi kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh
industri Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS
mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah
digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk
Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air
dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya,
efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa
dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan
salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi
dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan
pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,
sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan
algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang
terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan
air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan
sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen
telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite
dan citrate sebagai builder dalam Detergen.
Detergen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya
merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang
diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna,
dan bahan pewangi. Generasi awal Detergen pertama kali muncul dan mulai
diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan
bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS)
sebagai penghasil busa.(Wikipedia, 2009).
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah
tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang
tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang
berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen
misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang
hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di
sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah
detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut
ABS. Jenis Detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan
pencuci pakaian adalah Detergen anti noda. Detergen jenis ini mengandung
ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan Detergen
tergolong keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang
tercemar limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan
mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang
menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti
lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap
lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini
menjadikan sisa limbah Detergen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah
tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas
lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang
penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan Detergen dan memperkenalkan
senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika
kita lihat di berbagai label produk Detergen yang kita pakai dengan nama
LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh
para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa
dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk
mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga
adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng
gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan
memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar
air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang
secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara
meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem
akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai
contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak
langsung rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui
saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu
banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat
besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu
tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan
gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci
baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang
mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau
minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke
pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling
tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak
atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi
dan tetap berada dalam larutan.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan
sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa
jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur
dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang
ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena
itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh
mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan
oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
1. rusaknya keindahan lingkungan perairan;
2. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
3. merugikan kesehatan manusia.
Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke
perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu
pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen
yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adit (2010). Bahan Kimia Berbahaya dalam Kehidupan Sehari-Hari.
From http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-kimia/bahan-kimiaberbahaya-dalam-kehdupan-sehari-hari/, 16 Oktober 2011.
Arif (2011). Kimia. From http://k2oke.multiply.com/journal/item/43/Kimia, 23
Oktober 2011.
Ayah, Benny (2007). Softening Pelunakan pada Air Sadah.
From http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/27/softening-pelunakan-padaair-sadah, 23 Oktober 2007.
Berpacu Menyelamatkan Air Bersih, Banjarmasin Post, 23 Maret 2011. Hal
26.
Biasa, manusia (2010). Daya Kerja Detergen. From http://funnymytho.blogspot.com/2010/12/daya-kerja-Detergen.html, 23 Oktober 2011.
Sabun dan juga deterjen terbuat dari bahan kimia yang tentunya tidak
semua bahan kimia tersebut dapat terurai di lingkungan sehingga
bila limbah dari penggunaan sabun maupun deterjen tersebut tidak
ditangani secara serius bisa berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan
sekitar kita.