Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah golongan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah dimana organ pankreas tidak
mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh ( Sunyoto Rg. Acp,
2009 ). Diabetes Melitus merupakan serangkaian gangguan metabolik
dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat yang ditandai
dengan hiperglikemia, aterosklerotik, dan penyakit vascular ( Price &
Anderson 2006 ). Dari penjelasan kedua pakar di atas maka peneliti
menyimpulkan Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang ditandai
dengan meningkatnya kadar gula darah sehingga menyebabkan berbagai
gangguan metabolic didalam tubuh.
Menurut Mahendra et al ( 2008 ), Di Dunia Diabetes Melitus
merupakan penyebab kematian kelima

dan penyebab utama kebutaan

akibat retinopati diabetic. Menurut Internasional Diabetes federation


tahun 2010 jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia semakin
bertambah yaitu 317 juta jiwa, dan akan di perkirakan akan mencapai 500
juta jiwa pada tahun 2030. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (
2013 ). Berdasarkan data pada laporan tersebut, pravalensi DM di daerah
perkotaan sebesar ( 3,3%) dan perdesaan ( 1,5%). Berdasarkan laporan
tersebut, pravalensi DM di sumatera Barat mengalami peningkatan dari
1,2%

(2007) menjadi 1,8% (2013) ( Riskesdas, 2013 ), laporan dari

Bidang Yangkes DKK Padang tahun 2011, dan di Kabupaten Tanah Datar
Diabetes Melitus merupakan penyakit no 3 penyebab kematian terbanyak.
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesahatan Kabupaten
Tanah Datar ( 2014 ), Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak
menular, no 3 terbanyak di Kabupaten Tanah Datar setelah Rematik,
Hipertensi. Jumlah penderita Diabetes Melitus tahun 2013 yaitu sebanyak
98 orang. Berdasarkan data tersebut kasus DM selama bulan Januari
Maret 2014 yaitu sebanyak 39 orang di wilayah kerja Puskesmas Batipuh
1 di Kabupaten Tanah Datar. Kasus DM terbanyak terdapat di kelurahan
Batipuah Ateh di Kabupaten Tanah Datar dengan jumlah 23 orang.
Berdasarkan data data diatas, pravalensi Diabetes Melitus terus
meningkat. Jika Hal ini tidak dapat ditanggulangi akan terus menimbulkan
berbagai dampak, dimana akan terus terjadi peningkatan jumlah penderita
DM dan kematian. Dampak yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Melitus yaitu penyakit ginjal diabetic, gangguan penglihatan, penyakit
jantung, kerusakan pada kulit, hipoglikemia dan ketoasidosis diabetik (
Dalimatha, 2004 ). Oleh karena itu diperlukan adanya penangganan yang
tepat baik secara farmakologis, non farmakologis.
Untuk mengatasi berbagai dampak tersebut, dari sudut ilmu
kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olah raga apabila dilakukan
sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada
umumnya. Selain itu telah lama pula olah raga digunakan sebagai bagian
pengobatan Diabetes Melitus namun tidak semua olah raga dianjurkan

bagi pengidap Diabetes Melitus, karena dapat menimbulkan hal hal yang
tidak diharapkan. Olahraga yang dilakukan adalah yang terukur, teratur,
terkendali dan berkeseimbangan. Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan
terutama pada penderita DM adalah senam kaki ( Akhtyo,2009).
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan
oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan
membantu melancarkan peredaran darah di bagian kaki ( Suriadi, 2004).
Menurut Setiawan ( 2010) Senam kaki diabet merupankan salah satu terapi
yang di berikan oleh seorang perawat. Senam

ini bertujuan untuk

melancarkan peredaran darah yang terganggu karena senam kaki diabetes


dapat membantu memperkuat otot otot kaki. Senam kaki diabet ini dapat
diberikan kepada seluruh penderita diabetes melitus dengan tipe 1 dan 2.
Namun sebaliknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes
meletus sebagai tindakan pencegahan dini. Merbaknya kecendrungan atau
hidup kembali ke pengobatan terapi alternatif semakin menambah
keingintahuan tentang khasiat pengobatan alternatif, salah satunya adalah
senam kaki ( Suriadi, 2004).
Senam kaki ini sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang
mengelami gangguan sirkulsi darah dan neuropathy di kaki, tetapi
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Gerakan
dalam senam kaki diabet seperti yang disampaikan dalam 3rd National
Diabetes Educators Training Champ tahun 2005 dapat membantu
memperbaki sirkulasi darah di kaki. Mengurangi keluhan dari neuropathy

sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan di kaki. Manfaat dari senam kaki
diabet yang lain adalah dapat memperkuat otot otot kecil, mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki, memingkatkan kekuatan otot betis dan
paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi, latihan seperti senam kaki
diabet dapat membuat otot otot di bagian yang bergerak berkontraksi (
Soegondo, et al. 2004 ).
Peneliti yang dilakukan oleh Suminarti ( 2004 ), mengenai
perubahan berat badan dan kadar gula darah pada kelompok senam diabet
Perseda cabang RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukan 57,1 % penderita yang melakukan senam diabetes
menunjukan terjadinya penurunan kadar gula darah, jika penderita yang
mengalami diabetes melitus diberikan latihan senam kaki. Penelitian oleh
Astuti ( 2008 ), tentang gambaran kadar glukosa darah diabetes melitus
yang mengikuti senam DM

di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil

penelitian tersebut, sebagian besar peserta senam DM yaitu sebanyak 26


orang (76,4%) sudah melakukan senam DM dengan baik dan sisanya
sebanyak 8 orang (23,5%) melakukan senam DM dengan kriteria cukup.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution ( 2010) dengan penelitian ini
berjudul Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah
Kaki Pada Klien Diabetes Melitus di RSUD Haji Adam Malik .
Menyimpulkan Bahwa senam kaki dapat membantu otot otot kecil kaki
pada klien Diabetes dengan neuropati. Instrument ini menggunakan
sphygmanometer dan stetoskop. Diketahui bahwa ada perbedaan sirkulasi

darah sebelun dan sesudah dilakukan senam kaki yang menunjukan bahwa
ada perbedaan peningkatan sirkulasi darah.
Penelitian Winingsih (2011) yang berjudul Pengaruh Senam Kaki
Diabetik Terhadap Penurunan Intensitas (neuropati) pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang. Hasil
penelitian sebelum diberi perlakuan senam kaki sebagian besar respeonden
mengalami intensitas nyeri (neuropati), sebanyak 15 (57.7%) dan sebagian
kecil intensitas nyeri berat sebanyak 8 (30.8%) dan setelah diberi
perlakuan senam kaki sebagian besar responden mengalami intensitas
nyeri ringan sebanyak 18 (69.2%) dan sebagian kecil intensitas berat
sebanyak 2 (7.7%). Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa ada
penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki
dengan nilai p=0.000 (p<0.05). Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian
diatas menunjukan bahwa kadar gula darah pada orang yang mengalami
diabetes melitus cenderung dapat dikontrol / diturunkan dengan
melakukan aktivitas.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
tanggal 29 maret 2014 di Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar
didapatkan data pasien Diabetes Melitus selama tahun 2013 yaitu 98
kasus. Sementara itu data yang didapatkan dari Puskesmas Batipuh 1
Kabupaten Tanah Datar selama bulan Januari Maret 2014 didapatkan 23
kunjungan kasus DM yang sebagian besar berasal dari kelurahan Batipuh
Ateh. Diantara penderita tersebut, peneliti mewawancari 3 orang pasien,

mereka mengatakan untuk mengobati DM mereka selalu pergi ke


Puskesmas Batipuah I sekali sebulan, disana mereka mendapatkan obat
antidiabetes oral, dan jika obat habis mereka datang kembali ke
puskesmas. Penanganan DM ada lima pilar (Edukasi) mengetahui tentang
pemantauan penyakit DM, 2 (Diet Nutrisi). Mereka juga mengatakan
belum mengetahui terapi alternatif senam kaki bisa menurunkan kadar
gula darah.
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan di atas maka peneliti
tertarik untuk mengetahui tentang Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Puasa Pada Klien

Diabetes militus Di

Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014.


B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada
Pengaruh Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Puasa Pada
Klien dengan Diabetes Melitus Di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah
Datar tahun 2014 .
C. Tujaun Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh
Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Puasa Pada Klien
dengan Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
tahun 2014 .
6

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kadar gula darah puasa sebelum
senam kaki pada klien diabetes melitus.
b. Diketahuinya distibusi frekuensi kadar gula darah puasa sesudah
senam kaki pada klien diabetes melitus.
c. Diketahuinya pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula
darah puasa pada klien diabetes melitus.
D.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka diharapkan penelitian
ini dapat bermanfaat untuk :
1.Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat di jadikan masukan ilmiah kepada pendidik
dan mahasiswa, serta menambah wawasan baru tentang penangganan 5
pilar terhadap kasus perubahan kadar gula darah dengan melakukan senam
kaki, serta teknik teknik senam kaki juga dapat diterapkan oleh dalam
pelaksanaa senam kaki oleh mahasiswa keperawatan suatu saat nanti.

2. Praktek Keperawatan
Memberikan sumber informasi dalam rangka meningkatkan upaya
pelayanan kesehatan masyarakat dan perawat komunitas khususnya pada
pasien penderita diabetes melitus, sehingga dapat mencegah terjadinya
peningkatan kadar glukosa darah.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan
dan perbandingan dalam pengembangan penelitian tentang senam kaki
dan diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
literatur dalam pengembangan riset oleh peneliti selanjutnya.
D.

Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Puasa Pada Klien Diabetes Melitus di
Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar tahun 2014. Peneliti tertarik
melakukan penelitian ini karena banyaknya penderita DM dan mereka
belem mengatahui bahwa senam kaki dapat menurunkan kadar gula darah.
Sasaran penelitian ini adalah semua klien yang menderita Diabetes Melitus
Di Kecamatan Batipuh. Penelitian ini pada bulan April Juni 2014.
Desain penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Pre and
Post Test Without Control dan teknik pengambilan sampel menggunakan
Nonprobality Sampling dengan metode Consecutive Sampling. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Glocho Check Digital dan
8

lembaran obsevasi terstruktur. Analisis uji data pada penelitian ini


menggunakan uji- test. Untuk melihat kemaknaan perhitungan stasistik
digunakan batasan kemaknaan 0,05. Sehingga jika p<0,05 maka secara
stasistik disebut bermakna dan jika P> 0,05 maka hasil hitungan tersebut
tidak bermakna.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes

Melitus merupakan Suatu golongan penyakit

kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah


sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin
sesuai kebutuhan tubuh ( Dr. Nurul Wahdah, 2011 ). Diabetes
Melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi
nilai normal ( hiperglikemia ) akibat tubuh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif ( Dr. Setiawan Dalimartha, 2002 ). Diabetes
Melitus adalah kelainan bersifat kronik yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
yang diikuti komplikasi mikrovaskuler ( pembuluh darah kecil )
dan makrivaskuler ( pembuluh darah besar ) (H. Rizki Joko
Sukmono, SH. 2009 ). Berdasarkan beberapa definisi tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa Diabetes Melitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa darah atau hiperglikemia.

10

b. Klasifikasi
Menurut Setiawan Dalimartha ( 2002), terdapat 3 tipe
Diabetes Melitus, yaitu :
1) DM tipe I
Diabetes Melitus tergantung insulin ( DMTI ) atau insulin
dependent Diabetes Melitus ( IDDM ).
2) DM tipe II
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin ( DMTTI ) atau non
insulin dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ).
3) DM tipe laen yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu seperti :
a. Penyakit pankreas
b. Penyakit hormonal
c. Obat obatan atau bahan kimia lain
d. Kelainan insulin
e. Sindrom genetik
Menurut WHO ( dalam Wijoyo, 2012) terdapat 3 tipe
Diabetes Melitus, yaitu:
a. Klasifikasi klinis
1) Tipe I : IDDM

11

Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langgerhans akibat


proses autoimun.
2)

Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi

insulin. Resistensi adalah turunnya kemampuan insulin untuk


merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa.
3)

Gangguan toleransi glukosa

4)

Diabetes kehamilan

b.Klasifikasi resiko statistik


1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa
c. Etiologi
Menurut Rizki Joko Sukmono ( 2009 ), penyebab Diabetes
Melitus adalah sebagai berikut :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan.

12

3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh


autoimunitas yang disertai pembentukan sel sel antibodi dan
mengakibatkan kerusakan sel sel.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor.
d. Manifestasi Klinis
Menurut Dewani dan Maloedyn Sitanggangg ( 2006 ),
manifestasi klinis sebagai berikut :
1) Sering mengantuk
2) Gatal gatal, terutama di sekitar kemaluan
3) Pandangan mata kabur
4) Berat badan berlebihan
5) Buang air kecil terus menerus
6) Haus terus menerus, tidak seperti biasanya
7) Sering lapar
8) Sangat lemah atau cepat lelah
9) Peningkatan kadar gula dalam darah
e. Lima pilar penanganan Diabetes Melitus
Menurut Rizki Joko Sukmono ( 2009 )
1) Edukasi
Edukasi dalam penangan DM meliputi pemahaman pasien DM
Tentang :

13

a.

Penyakit DM

b.

Perlunyan pengendalian dan pemantauan penyakit DM

c.

Pengobatan secara farmakologisndan non farmakologis

d.

Tanda tanda hipoglikemia

e.

Perawatan kaki pada pasien diabetes dan pencegahan timbulnya


kaki diabetes

2.

Diet Nutrisi ( perencanaan makan )


Perencanaan makanan harus disesuaikan menurut kebiasaan
dan kebutuhan masing masing individu. Pada prinsipnya, pada
pasien DM diperlukan makanan yang seimbang.

3.

Aktivitas Fisik ( Olahraga )


Pasien DM disarankan untuk mengurangi aktivitas sedenter
atau kurang gerak dan bermalas-malasan, dan memperbanyak
olahraga. Hal ini selain dimaksudkan untuk menjaga kebugaran
tubuh, juga untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula dalam
darah.

4.

Obat obatan
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan
pengaturan diet dan aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat
penurunan gula darah.

14

5.

Monitor kadar gula darah


Pasien DM harus dipantau secara menyeluruh dan teratur.

Pemeriksaan pada dasarnya untuk memantau apakah dosis pengobatan


sudah cukup dan apakah target pengobatan yang berikan sudah
tercapai.
f. Komplikasi
Kompikasi menurut Setiawan dalimartha ( 2002 ) yaitu :
1) Nefropati Diabetik
Gejala yang timbul dari nefropati diabetik berupa :
a. Adanya protein dalam air kencing
b. Bengkak atau edema
c. Tekanan darah tinggi
d. Kegagalan fungsi ginjal menahun
2) Retinopati Diabetik
Kompikasi yang timbul pada mata, yakni terjadi perubahan dalam
penglihatan.
3) Neuropati Diabetik
Kerusakan pada saraf, yang timbulnya rasa nyeri tiba tiba
4) Kelainan Jantung

15

Diabetes melitus menyebabkan terganggunya kadar lemak darah (


dislipidemia ) dan merupakan salah satu faktor yang menimbulkan
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung.
5)

Kelainan Kulit
Penderita diabetes melitus harus berhati hati agat tidak mendapat
cedera kulit karena kelainan kulitnya mudah meluas dan sukar
sembuh.

6)

Hipoglikemia
Merupakan komplikasi akut dari penderita diabetes melitus kadar
gula darahnya sangat rendah kurang dari 50 mg/dl, gejala yang
timbul kadar gula darahnya rendah adalah keringat dingin pada
muka terutama di hidung, gemetar, lemas, rasa lapar, mual, tekanan
darah turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, serta
kesemutan di jari tangan dan bibir.

7)

Ketoasidosis Diabetik
Keadaan ini terjadi akibat tubuh sangat kekurngan insulin yang
sifatnya mendadak. Glukosa darah yang tinggi tidak dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya perubahan metabolik di dalam tubuh.

16

f. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Pada Diabetes

tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai

terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa


darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak terkontrol, dan
Diabetes tipe I tidak tergantung insulin, mengendalikan kadar
glukosa darah ( Purwanto, 2013 )
2) Non Farmakologi
Dalam menangani penyakit diabetes sama pentingnya dengan
komponen lain pada terapi diabetes yaitu :
1. Diet Mengatasi DM dengan berdiet pada hakikatnya
memiliki tujuan meningkatkan dan mempertahankan berat
badan ideal dengan menyediakan makanan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan zat zat gizi ( Brunner & Suddarth,
2002 )
2. Latihan fisik ( olahraga )Manfaat olah raga yang dilakukan
secara rutin atau teratur bagi penderita DM yaitu, menurunkan
kadar gula darah, mempelancarkan darah sehingga retensi
insulin berkurang kepekaan insulin bertambah, menurunkan
berat badan, mengurangi komplikasi yang berkaitan lemak
darah dan meningkat kadar High- density lipoproteins ( HDL )

17

sebagai faktor pelindung ( Protected ) dari kejadiaan penyakit


jantung koroner, ( Sutedjo, 2010 )
1) Pemantauan
Pemantauan dapat dilakukan dengan pemeriksan gkukosa
darah puasa dan 2 jam post prandial, pemeriksaan HbA1c setiap 3
bulan

dan

dilakukan

pemeriksaan

jasmani

lengkap,

albuminuriamikro, kolesterol total, HDL, dan pemeriksaan lain


yang diperlukan ( Hastuti, 2008 )
2) Terapi
Tujuan utama terapi alternatif senam kaki diabetes adalah
mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi terjadinya
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapetik pada setiap tipe diabetes
adalah tercapainya kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya
hipoglikemia dan gangguan serius pada aktifitas penderita (
Brunner & Suddarth, 2002 )
6. Glukosa Darah
a. Definisi
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan lalu disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka.Glukosa adalah bahan bakar yang
diubah menjadi energi ( Wahdah, 2011 ).Karbohidrat yang sudah
18

ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi


terutama dalam duodenum dan jejenum proksimal. Setelah
diabsorbsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara
waktu dan akhirnya akan akan kembali lagi ke kadar semula.
b. Macam Macam Test Glukosa Darah
Pemeriksaa glukosa darah dilakukan dengan beberapa tes
(Wiyakusuma,2004), yaitu :
1) Test kadar glukosa darah, Kadar glukosa darah yang diuji setiap
waktu, dan setiap hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
jika kadar glukosa sama atau di atas 200 mg/dl.
2) Tes glukosa darah puasa
Tes ini memerlukan puasa 12 sampai 14 jam sebelum darah
diambil untuk pemeriksaan. Puasa adalah keadaan tanpa suplai
makanan

(kalori)

selama

minimum

jam,

tetapi

tetap

diperbolehkan minum air putih.


7. Senam Kaki
a. Definisi
Senam kaki adalah latihan senam kaki dapat dilakukan dengan
posisi berdiri, duduk dan tidur dengan cara menggerakan kaki dan
sendi sendi kaki misanya berdiri dengan tumit diangkat,
menggakat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan
menekuk, meluruskan mengangakat, memutar keluar atau kedalam
dan mencengkram pada jari jari kaki ( Lumenta, 2006 ).

19

Latihan

fisik

merupakan

salah

satu

prinsip

dalam

pelaksanaan penyakit DM. Kegiatan fisik sehari hari dan latihan


fisik teratur ( 3 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit )
merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes. Latihan fisik
yang dimaksud adalah aerobic, semam, joging, berjalan terus
menerus dan berlangsung dalam cukup waktu yang lama (
Darmilatha, 2007 ).
b. Tujuan
Tujuan

setelah

melakukan

senam

kaki

ini

adalah

memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga


nutrisi lancar terdistribusi kejaringan tersebut ( Tara, 2003 )
c. Manfaat Senam Kaki Diabetes
1. Jantung
Otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung bertambah
besar, sehingga denyutan kuat dan daya tampung besar. Kedua hal
ini akan meningkatkan efisiensi jantung. Dengan efisiensi kerja
yang tinggi, jantung tidak perlu berdenyut terlalu sering.
2. Pembuluh Darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah, karena
berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kontraktilitas otot
dinding pembuluh darah yang tinggi akan mempelancar jalanya
darah dan mencegah timpulnya hipertensi.

20

3. Paru Paru
Elastisitas

paru

paru

akan

bertambah,

sehingga

kemampuan berkembang kempis juga akan bertambah.


4. Otot
Kekuatan, kelentukan dan daya tahan otot akan bertambah.
Hal ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot
meningkatnya sistem penyediaan energi di otot.
5. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh
penderita DM dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaliknya
diberikan sejak pasien didiagnosa menderita DM sebagai tindakan
pencegahan dini. Senam kaki ini juga kontraindikasi pada klien
yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti nyeri dada.
Keadaan ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan senam kaki dan
keaadaan umum perlu kaji apakah layak melakukan kegiatan
senam. ( Perkini, 2002 )
d. Patofisiologi Senam Kaki Dapat Menurunkan Tekanan Darah
Dengan senam kaki terjadi pergerakan tungkai yang
mengakibatkan menegangnya otot-otot tungkai dan menekan vena
disekitar otot tersebut. Hal ini akan mendorong darah kejantung
dan tekanan vena akan menurun, mekanisme ini akan membantu

21

melancarkan peredaran darah bagian kaki, memperbaiki sirkulasi


darah bagian kaki, memperbaiki otot-otot kecil, mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot-otot
betis dan paha, dan mengatasi keterbatasan gerak sendi dan serta
menurunkan kadar gula darah, ( Brunnert dan Suddart, 2002 )
e. Prosedur Melakukan Senam Kaki
Peralatan yang perlu digunakan adalah kursi dan handuk (
Toselli, 2008 ).
1) Duduk secara benar di atas kursi dengan meletakan kaki di
lantai.

2) Dengan meletakan tumit di lantai, jari jari kedua belah


belah kaki diluruskan ke atas lalu dibemgkokan kembali ke
bawah sebanyak 10 kali.

22

3) Dengan meletakan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas,


kemudian jari- jari kaki diletakan di lantai dengan tumit kaki
diangkat ke atas. Cara ini di ulang sebanyak 10 kali.

4) Tumit kaki di letakan di lantai. Bagian depan kaki diangkat


diangkat ke atas dan buat putaran 360 dengan pergerakan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5) Jari jari kaki diletakan di lantai.Tumit diangkat dan buat


putaran 360 dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

6) Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut. Buat putaran


360 dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.
23

7) Lutut diluruskan lalu dibengkokan kembali ke bawah sebanyak


10 kali. Ulangi langkah ini untuk kaki yang sebelahnya.

8) Letakan handuk di lantai, tarik mendekat dengan mengerutkan


jari kaki sebanyak 10 kali.

24

B. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka berisi tentang
konsep konsep teori yang behubungan dengan penelitian yang
dilaksanakan. Kerangka teori pada penelitian mengacu pada teori Potter
&Perry 2005, Price & Wilson, 2006, Hidayat, 2008yang dijabarkan pada
skema dibawah ini :

Farmakologi
Diet
Diabetes
Melitus

Non
Farmakologi

Latihan
Fisik (Olah
Raga

Pemantauan

Terapi
alternatif
senam kaki

Skema 1. 1 : Kerangka Teori ( Hidayat, 2008, Potter & Perry, 2005,


Price & Wilson 2006 )

25

C. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep penelitian adalah suatu hubungan antara kaitan
konsep satu dengan konsep lainnya ( Setiadi,, 2013 ). Berdasarkan hal
diatas peneliti ingin meneliti Pengaruh Senam Kaki Terhadap Perubahan
Kadar Gula Darah Puasa Pada Klien Diabetes Melitus Di Kelurahan
Batipuh kecamatan Tanah Datar Tahun 2014 . Variabel dependennya
adalah kadar gula darah puasa pada klien Diabetes Melitus, dan variabel
independennya adalah senam kaki .
Pre- test

Kadar gula darah


puasa

Intervensi

Melakukan
Gerakan
Senam Kaki

Post-test
Kadar gula
darah puasa

Skema 2.2 : Kerangka Konsep


D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha

: Ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah

puasa pada klien diabetes melitus di kelurahan batipuh kabupaten tanah


datar 2014.

26

Ho

: Tidak pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah

puasa pada klien diabetes melitus di kelurahan batipuh kabupaten tanah


datar 2014.
E. Definisi Operasional
Variabel
Dependen
kadar gula
darah
puasa

Independe
n
Senam
kaki

Definisi
Operasional
Jumlah
kandungan
glukosa dalam
plasma darah
setelah puasa

Alat Ukur

Cara Ukur

a.Glucho
Check
Digital
b.Lembaran
observasi

Observasi

Senam kaki
adalah latihan
senam kaki
dapat
dilakukan
dengan posisi
berdiri, duduk
dan tidur
dengan cara
menggerakka
n kaki dan
menurunkan
kaki,

Kursi dan
handuk

Pemberian
intervensi

Skala
Ukur
Rasio

Hasil Ukur

Nominal

Dilakukan

a. Normal
bila GDP
70110mg/dl
b.Pra DM,
bila GDP
111125mg/dl
c. DM,
bila
126mg/dl

Tabel 2.1 : Definisi Operrasional

27

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan
rancangan Pre and Post Test Without Control yaitu penelitian ini
dilakukan dengan cara satu kelompok tanpa pembanding, kemudian
membandingkan sebelun dan sesudah intervensi ( Dharma, 2011 ).
Pada penelitian ini, Sebelum dilakukan senam kaki ( Pre test ),
kadar gula darah pasien diukur, Kemudian dilakukan senam kaki selama
15 menit 2 kali seminggu sebelum makan. Setelah itu diukur kembali (
Post test ) kadar gula darah puasa pada kelompok tersebut. Kemudian
bandingan antara kadar gula darah pre test dan post test pasien yang
melakukan senam kaki. Skema penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pre test

Perlakuan

R1

Post test
R2

Skema 3.3 Desain Penelitian


B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Sampel pasien Diabetes Melitus yang berada di Kecamatan

28

Batipuh.Jumlah pasien diabetes melitus selama tiga bulan terakhir yaitu 42


orang dengan rata-rata pasien dalam satu bulan yaitu 15 orang
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2005), untuk populasi yang kurang dari 10.000
maka digunakan rumus dengan deviasi 5%, yaitu :

1 + ( 2 )

15
1 + 15(5%)2

15
1 + 15(0,0025)

= 14
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (5%)
Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus adalah 14.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling yaitu
cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel yang
memenuhi kriteria penelitian (Hidayat, 2012).

29

Untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian, maka


ditetapkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dalam penelitian ini :
a. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi (Kriteria yang layak diteliti) adalah karakteristik
umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau
yang akan diteliti (Setiadi, 2013). Kriteria Inklusi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Bersedia sebagai responden.
2) Dapat berkomunikasi dengan baik.
3) Dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai.
4) Terdiagnosa sebagai penderita Diabetes
5) Tidak sedang menjalani terapi lain atau sejenisnya.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien menolak menjadi responden
2) Pasien tidak memiliki kadar gula darah puasa 126 mg/dl
3) Pasien sedang mengkonsumsi obat-obat anti hiperglikemi
4) Pasien yang mendapat obat yang sama.
5) Pasien sedang menggunakan terapi komplementer lain selain
senam kaki
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian:

30

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batipuh Kabupaten tanah


datar Tahun 2014. Karena di Kabupaten Tanah Datar banyak penyakit
Diabetes Melitus dari pada Kabupaten yang lain.
b.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juli
2014. Pengumpulan data dilakukan data pada bulan April sampai bulan
juli tahun 2014.
D. Alat Pengumpulan Data
Menurut Notoatmodjo ( 2005 ), Instrumen penelitian adalah alat alat
yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Alat pengumpulan data
penelitian ini menggunakan ini lembar observasi dengan instrumen
observasinya Glueho Check Digital. Lembar observasi adalah cara
pengumpulan

data

dengan

mengadakan

melakukan

pengamatan

secaralangsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau


hal hal yang akan diteliti ( Hidayat, 2012 ), dan lembar observasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur, dimana peneliti
secara cermat mendefinisikan apa yang akan di observasi melalui suatu
perencanaan yang matang, peneliti tidak hanya mengobservasi fakta
fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan
penelitian yang sudah disusun secara matang sesuai pengelompokannya,
pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal hal yang sudah ditetapkan (

31

Nursalam, 2011 ). Lembaran observasi berisi data demografi responden


yang meliputi:
2.

Nomor Responden

3.

Data demografi : Nama Inisial, Jenis Kelamin

4.

Skala nyeri post test : skala nyeri, kategori nyeri, dan rata rata
nyeri

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Validitas adalah ketetapan pengukuran suatu instrument yang
merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam
suatu pengukuran. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu
pengukuran sehingga dapat menunjukan apakah pengukuran menghasilkan
data yang konsisten dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam
penelitian tetepi memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang
terlibat dalam penelitian. Penelitian ini tidak menggunakan uji vadilitas
dan reliabilitas instrument karena penelitian ini adalah eksperimen.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Langkah langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan administrasi
Lulus pada mata kuliah Riset Keperawatan dan Biostatistik.
2. Persiapan penelitian

32

Memberikan surat izin pengambilan data awal dari Fakultas Kesehatan


dan Mipa kepada Kantor Kesatuan Bangsa, dan Politik Kabupaten
Tanah Datar dan memberikan surat izin tersebut kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Tanah Datar, Kepala Puskesmas Batipuh I dan
Kepala

Lurah

Kelurahan

Batipuh.

Selanjutnya

melakukan

pengambilan data awal untuk mengetahui populasi dan sampel


penelitian serta menemui responden dan memaparkan tentang
penelitian, tujuan, langkah-langkah penelitian dan penandatanganan
informed consent
3. Penelitian
Setelah mendapatkan surat pengantar dari bagian BAU Fakultas
Kesehatan & MIPA UMSB, peneliti memberikan surat tersebut ke
kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Tanah Datar
dan dilanjutkan ke Kepala kelurahan Batipuh.
a. Melakukan pengambilan responden sampel / responden yaitu
dengan jumlah 14 orang
b. Menjelaskan tentang penelitian, tujuan, manfaat dan langkahlangkah penelitian serta penandatanganan Informed consent
c. Pada tanggal 11-27 Agustus 2014 Sebelum melakukan pre-test dan
post-test, peneliti menganjurkan responden untuk puasa dari 11 malam
sampai jam 07.00 WIB.
d. Melakukan pengukuran gula darah puasa pre-test

33

e. Melakukan senam kaki


f. Melakukan pengukuran kadar gula darah puasa post-test
G. Rencana Analisa Data
1.

Teknik Pengolahan Data


Analisa data pada penelitian ini menggunakan program
komputer melalui tahap-tahap berikut :
1. Cara Pengolahan Data
a. Memeriksa Data (Editing)
Kegiatan untuk Melakukan pengecekkan terhadap lembar
observasi
b. Memberi Kode (Coding)
Melakukan pengkodean terhadap data yang sudah diedit,
sebagai usaha menyederhanakan data, yaitu untuk kategori jenis
kelamin, dengan memberi tanda angka 1 untuk yang berjenis
kelamin laki-laki dan angka 2 untuk berjenis kelamin
perempuan. Untuk

kategori umur, angka 1 untuk katergori

pendidikan, angka 1 untuk SD, angka 2 untuk SMP, angka 3


untuk SMA, angka 4 untuk perguruan tinggi. Sedangkan untuk
kategori riwayat DM untuk angka 1 tipe 1, angka 2 untuk tipe 2.
c. Mengelompokkan Data (Tabulating)

34

Tabulasi yaitu mengelompokkan data ke dalam suatu tabel


tertentu menurut sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan
penelitian.
d. Proses (Processing)
Memproses data yang dilakukan dengan cara meng-entry data
dari hasi observasi menggunakan perangkat komputer
e. Membersihkan Data (Cleaning)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry/dikumpul, kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada
saat kita meng-entry data ke computer
1. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis
univariat dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran setiap variabel yang diteliti. Bentuk penyajian data
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan
analisis terhadap tampilan data tersebut untuk mengetahui sebaran
dari masing-masing variabel.
b. Analisis Bivariat.
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
perbedaan yang bermakna antara 2 kelompok data (komparatif) yaitu

35

variabel dependen (kadar gula darah puasa) dan variabel independen


(senam kaki).
Berdasarkan uji normalitas data (test of normality Shapiro-Wilk)
didapatkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga penelitian ini
menggunakan uji hipotesis Wilcoxon, karena skala pengukuran variabel
pada penelitian ini adalah komparatif numerik distribusi tidak normal dan
mempunyai

2 kelompok data

yang berpasangan.

Penelitian ini

menggunakan derajat kemanaan 95%. Dinyatakan bermakna jika value


0,05 dan tidak bermakna jika value 0,05.
H. Etika Penelitian
Setelah mendapatkan izin dari kepala kantor Kasutuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Tanah Datar, peneliti meminta izin kepada Puskemas
Batipuh Kabupaten Tanah Datar dan kepada kepala Lurah Kelurahan
Batipuh. Sebelum melakukan intervensi, peneliti menyampaikan tujuan
dan manfaat penelitian serta kerahasian data yang diberikan oleh
responden. Responden berhak menerima atau menolak untuk menjadi
responden, maka peneliti meminta responden penelitian tidak ada paksaan.
Bila calon responden menyetujui menjadi responden, maka peneliti
meminta responden untuk menandatangani lebar persetujuan yang telah
disediakan. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan
penelitian dengan etika penelitian yang meliputi :

36

1. Lembaran Persetujuan ( Informed Consent )


Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada
responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian dan mendapat
persetujuan dari responden. Pada penelitian ini tidak ada responden yang
memenuhi kriteria penelitian yang menolak menjadi responden
2. Tanpa Nama (Anomity)
Tidak mencantumkan nama responden dalam lembar observasi yang
digunakan, tetapi menukarnya dengan inisial nama responden, termasuk
dalam penyajian hasil penelitian.
3. Kerahasian (Confidentiality)
Kerahasian informasi tersebut dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
riset. (Hidayat, 2012)

37

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh senam
kaki terhadap perubahan kadar gula darah puasa pada klien diabetes melitus di
Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014 yang dilakukan sejak
bulan maret sampai agustus tahun 2014. Responden dalam penelitian ini
berjumlah sebanyak 14 orang responden.
Hasil penelitian akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu analisis univariat
yang menggambarkan distribusi frekuensi kadar gula darah sebelu senam kaki di
Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014, sedangkan analisis
bivariat menggambarkan pengaruh senam kaki terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus di Kelurah Batipuh Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2014.
A.

Gambaran Umum Demografi Responden


1.

Umur
Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden Berdasarkan Umur di


Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014. (N.14)
No
Umur
1 Dewasa ( 22-65 tahun)
2 Lansia (65 tahun)
Total

f
3
11

%
22
78

14

100

38

Pada tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 14 orang responden, lebih
sebagian besar (78%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun
2014.(N.14)
No
1
2

Karakteristik

6
8

43
57

14

100

Laki-Laki
Perempuan
Total

Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 14 orang responden,
sebagian besar (57%) berjenis kelamin perempuan.
3. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014.(N. 14)
No
1
2
3
4

Karakteristik
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Total

f
11
2
1
0

%
78
15
7
0

14

100

Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahawa dari 14 orang responden,
pada umumnya (78,6) responden dengan riwayat pendidikan SD.

39

B. Hasil Penelitian
1.

Analisa Univariat
Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Puasa Sebelum (Pre-Tes) Dilakukan


Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2014.
No

Kadar gula darah

1
2
3

Normal
Pra DM
DM
Total

0
0
14

0
0
100

21

100

Dari tabel diatas didapatkan nilai median dari 14 responden dari (100 %)
responden mengalami kadar gula darahnya meningkat dengan kategori
Diabetes Melitus sebelum dilakukan senam kaki
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi Kadar Gula Darah Puasa Sesudah (Post-Tes) Dilakukan
Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2014.
No
1
2
3

Kadar gula darah


Normal
Pra DM
DM
Total

0
0
14

0
0
100

21

100

40

Dari tabel diatas didapatkan nilai median dari 14 responden dari


(100 %) responden mengalami kadar gula darahnya meningkat dengan
kategori Diabetes Melitus sebelum dilakukan senam kaki
2.

Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh senam kaki

terhadap perubahan kadar gula darah puasa pada klien dengan Diabetes
Melitus. Sebelum melakukan analisa data bivariat, peneliti terlebih dahulu
melakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk dan didapatkan
data berdistribusi tidak normal kemudian peneliti menggunakan uji non
parametrik yaitu wilcoxon untuk melihat 2 variabel berpasangan (prepost).
Tabel 4.7
Pengaruh Senam Kaki Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada
Pasien Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2014.
GDP
Post Test

N
14

Median
191.50

Tabel 4.7 menunjukan

Min-Max
127-254

p-value
0.001

nilai median pengaruh senam kaki terhadap

perubahan kadar gula darah puasa dengan klien Diabetes Melitus sebelum dan
sesudah diberikan senam kaki adalah 191.50 dengan nilai terndah 127 dan nilai
tertinggi 254. Berdasrakan hasil uji statistik nonparametrik (Wilcoson) di dapatkan
p-value = 0.001 (p<0.05), berarti ada pengaruh yang signifikan antara pemberian
senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah puasa pada klien dengan
Diabetes Melitus.
41

BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang pembahasan yang meliputi
intepretasi dan diskusi hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam bab
sebelumnya dan penjelasan tentang keterbatasan penelitian.
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil
1.

Analisa Univariat
a. Kadar Gula Darah Puasa Pada Klien dengan Diabetes Melitus
sebelum Diberikan Rebusan Daun Senam Kaki.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai median
kadar gula darah puasa terhadap 14 responden sebelun dilakukan
senam kaki adalah 193.00 mg/dl dan nilai terendah 129 dan niali
tertinggi adalah 255 yang berarti semua responden mengalami
Diabetes Melitus. Pada Penelitian ini peneliti melakukan senam kaki
kepada responden yang tidak mengkonsumsi obat farmakologi
maupun obat herbal lainnya.
Menurut Wahdah (2011) seseorang dikatakan Diabetes melitus jika
kadar gula darah pasien 126 mg/dl. Pemeriksaan kadar gula darah
tersebut dapat dilakukan dengan puasa sedikitnya 8 jam. Menurut
(price & Anderson 2006) Diabetes Melitus merupakan serangkaian
gangguan metabolik yang ditandai dengan defisiensi insulin maupun

42

relatif atau resistensi insulin ataupun keduanya. Diabetes Melitus


ditandai dengan hiperglikemia pada saat puasa dan setelah makan,
aterosklerotik dan penyakit mikroangiopati pembuluh darah dan
neuropati. Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang di
tandai dengan hiperglikemi karena menurunnya sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya sehingga menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati
(Yuliana Elin dalam Nurarif & Kusuma, 2013).
Hasil

penelitian

ini

sejalan

dengan

penelitian

Ayu

Prameswhari Preyitro (2012) tentang senam kaki diabetes terhadap


kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe 2 di poliklinik
penyakit dalam di RSUD Arifin Achmad Pekabaru, dimana hasil
penelitian menunjukan rata-rata kadar gula darah puasa sebelum
dilakukan senam kaki adalah 255.60 mg/dl. Rata-rata kadar gula darah
puasa penelitian Ayu lebih tinggi dari penelitian ini. Perbedaan hasil
penelitian di atas dengan peneliti lakukan, adalah desain penelitian,
waktu, dan tempat penelitian. Penelitian Sigit Priyanto (2012) tentang
pengaruh senam kaki terhadap sensivitas kaki dan kadar gula darah
puasa pada lansia penderita diabetes melitus di Mangelang, dimana
hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar glukosa darah sebelum
dilakukan senam kaki adalah 271.94 mg/dl. Rata-rata kadar gula darah
pada penelitian Sigit jauh lebih tinggi dari penelitian yang penelitian

43

dilakukan, hali ini terjadi karena Sigit melakukan sensivitas kaki


sedangkan penelitian melakukan gula darah puasa.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar
responden berpendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak (78,6%),
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan
seseorang dalam menerapkan prilaku hidup sehat, terutama mencegah
kejadian Diabetes Melitus oleh Riyadi (2004), semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan seseorang
dalam menjaga pola hidupnya agar tetap sehat. Selain itu, tingginya
kejadian hiperglikemia pada responden yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah menunjukan bahwa kurangnya pengatahuan
tentang penyakit menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol.
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa lebih dari
sebagian responden berumur 45 tahun. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sunjaya (2009) yang menjelaskan bahwa peningkatan
resiko diabetes sesuia dengan umur, khususnya pada usia lebih dari
40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan

intolenrasi

glukosa.

Adanya

proses

penuaan

menyebabkan kurangnya kemampuan sel prankeas dalam


memproduksi insulin.
Berdasarkan

hasil

penelitian

diperoleh

data

bahwa

frekuensi penderita DM berdasarkan jenis kelamin adalah

44

perempuan (57,2%) dan laki-laki (42,8%) hal ini diperkuat oleh


Taylor (2005) yang menjelaskan kejadian DM lebih tinggi wanita
dari pada pria, karena hal ini disebabkan oleh penurunan hormon
estrogen akibat menopause. Estrogen pada dasarnya berfungsi
untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan
penyimpanan lemak, serta progesteron yang berfungsi untuk
menormalkan kadar gula darah .
Menurut asumsi peneliti, ketika seseorang menderita Diabetes
Melitus penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula darah sehingga menyebabkan berbagai gangguan metabolik
dan pancreas orang tersebut tidak dapat menghasilkan cukup
insulin atau tidak memanfaatkan insulin sesuai semestinya untuk
menyerap gula yang diperoleh dari makanan. Hal ini lah yang
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi akibat dari timbunan
gula dari makanan yang tidak dapat diserap dengan baik. Rata-rata
kadar gula darah puasa pasien sebelum dilakkukan senam kaki
adalah 193.00 mg/dl. Tingginya kadar gula darah pada pasien
diabetes dapat menyebabkan berbagai gangguan metabolik tubuh,
sehingga hal ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan
efisien.
b. Kadar Gula Darah Puasa Pada Klien dengan Diabetes Melitus
setelah Dilakukan Senam Kaki

45

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai median


kadar gula darah puasa terhadap 14 responden sebelun sesudah senam
kaki adalah 191.50 mg/dl dan nilai terendah 127 dan niali tertinggi
adalah 254. Hal ini berarti terdapat penurunan kadar gula darah pada
penderita DM setelah dilakukan senam kaki.
Menurut Taylor (2005), untuk menurunkan kadar gula darah
pada pasien Diabetes dapat dilakukan melaluin terapi farmakologis,
non

farmakologis

dan

terapi

komplementer.

Wijoyo

(2012)

memaparkan, salah satu pengobatan alternatif yang dapat menurunkan


kadar gula darah adalah dengan menggunakan pengobatan alternatif
khususnya senam kaki. Hal ini melakukan aktivitas atau melakukan
senam kaki secara teratur dan baik dapat menyebabkan menurunkan
kadar gula darah.Karena melakukan Senam Kaki memperlancar
peredaran darah dikaki.
Hasil penelitian Ayu Prameswhari Preyitro (2012) yang
menggatakan bahwa senam kaki mampu menurunkan kadar gula
darah penderita Diabetes Melitus. Dari penelitian didapatkan rata-rata
kadar gula darah puasa responden setelah melakukan senam kaki
adalah 253.97 mg/dl. Perbedaan penelitian Ayu dengan penelitian ini
adalah desain penelituan, waktu, dan tempat penelitian. Dilihat hasil
penelitian, rata-rata kadar gula darah puasa penelitian Ayu lebih tinggi
dari penelitian yang dilakukan peneliti, hal ini disebabkan karena ratarata pre-test penelitian Ayu juga lebih tinggi dari penelitian peneliti.
46

Penelitian Sigit Priyanto (2012) tentang pengaruh senam kaki


terhadap sensivitas kaki dan kadar gula darah puasa pada lansia
penderita

diabetes melitus di Mangelang, dimana hasil penelitian

didapatkan rata-rata kadar glukosa darah sesudah dilakukan senam


kaki adalah 243.23 mg/dl. Perbedaan desain penelitian, tempat dan
subjek penelitian. Dilihat dari hasil penelitian, rata-rata posttest
penelitian Sigit ini lebih tinggi dari penelitian yang peneliti lakukan,
hal ini disebabkan karena Sigit melakukan pengukuran gula darah post
prandial.
Menurut asumsi penelitian terhadap penurunan kadar gula
darah puasa pada penderita DM setelah dilakukan senam kaki secara
benar dan teratur. Penurunan kadar gula darah ini terjadi karena senam
kaki karena aktivitas mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
gangguan ekstremitas dimana aktivitas fisik yang rendah, salah
satunya tidak teratur berolahraga berisiko untuk terjadinya gangguan
gerak.
Hal ini diperkuat oleh Sutanto (2013) yang mengatakn bahwa,
gaya hidup yang tidak sehat seperti waktu tidur yang banyak atau
sedikit, merupakan salah satu resiko terjadinya kelainan toleransi
glukosa. Penelitian tersebut menyimpulkan orang yang waktu tidurnya
berlebihan atau kurang beresiko hingga 2 kali lebih tinggi dari pada
orang yang mendapatkan tidur normal setiap malam.

47

4. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini membahas tentang pengaruh
senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah puasa pada klien dengan
Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun
2014. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah responden 14 orang
didapatkan nilai median Pretest-posttest 2.00 dengan nilai minimum 1 dan
nilai maksimum 4 data uji hasil statistik diperoleh siggnifikasi p=0.001
(p<0.05) yang berarti bahwa pengaruh senam kaki terhadap perubahan
kadar gula darah puasa pada klien dengan Diabetes Melitus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sigit (2012) tentang
pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah puasa pada pasien
Diabetes Melitus, Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kadar gula
darah pasien sebelum diberikan intervensi adalah 255.60 mg/dl dan setelah
intervensi 253.97 mg/dl dengan p value 0.000. Dilihat dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sigit yaitu menunjukan bahwa dengan melakukan
senam kaki berpengaruh terhadap kadar gula darah puasa pada pasien
Diabetes Melitus.
Penelitian Setyadi (2012) tentang pengaruh senam kaki terhadap
penurunan kadar gula darah puasa pada penderita Diabetes Melitus Di
Puskesmas Pauh Padang, dimana dari hasil penelitian didapatkan nilai
48

median sebelum melakukan senam kaki adalah 198.00 mg/dl dan setelah
melakukan senam kaki adalah 191.50 dengan p value 0.001. Hasil
penelitian ini serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan yang berarti
bahwa senam kaki berpengaruh terhadap kadar gula darah pasien Diabetes
Melitus.
Menurut asumsi peneliti, dengan melakukan senam kaki dengan
benar dan teratur berpengaruh terhadap perubahan kadar gula darah puasa
pada pasien Diabetes Melitus. Hal ini disebabkan oleh kurang lancarnya
peredarah darah dikaki, dengan aktivitas fisik khususnya senam kaki akan
membantu meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehinggan akan
membantu menstimuli syaraf-syaraf kaki.
B.

Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat berbagai
kelemahan dan kekurangan, walaupun peneliti berupaya semaksimal
mungkin dengan berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini
menjadi sempurna. Peneliti menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini
adalah dalam waktu intervensi penelitian ini hanya seminggu sehingga
peneliti tidak bisa melihat seberapa lama waktu yang dibutuhkan agar
pasien diabetes bisa mencapai kadar gula darah normal setelah melakukan
senam kaki.

49

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh senam kaki terhadap
perubahan kadar gula darah puasa pada klien dengan Diabetes Melitus di
Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014, maka dapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan senam kaki (pre-test), rata-rata kadar gula darah puasa
responden adalah 193.00 mg/dl.
2. Setelah dilakukan senam kaki (post-test), rata-rata kadar gula darah puasa
responden adalah 191.50 mg/dl
3. Ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah puasa
pada klien dengan Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2014 dengan signifikasi p value = 0.001 (p<0.05).

B.

SARAN
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Institusi Pendidikan Keperawatan

50

Diharapkan bagi institusi pendidikan agar dapat menjadi sumber


informasi dan menambah ilmu pengetahuan tentang terapi komplementer
khususnya senam kaki untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
Diabetes Melitus.
2. Praktek Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi masukan pengetahuan terhadap
perkembangan dunia pendidikan ilmu keperawatan. Peningkatan kadar
gula darah puasa pada penderita Diabetes Melitus, maka senam kaki dapat
digunakan sebagai tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan agar dapat melakukan perbandingan antara keefektifan
senam kaki dengan obat antidiabetes dalam menurunkan kadar gula darah
piasa pada penderita Diabetes Melitus.

51

52

Anda mungkin juga menyukai