I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
No. Rekam Medis
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Alamat
Agama
Pendidikan Terakhir
Status Perkawinan
Pekerjaan
Tanggal Masuk
: Ny. SK Br G
: 00-64-59-24
: Perempuan
: 8 Desember 1989 (25 tahun)
: Tangerang
: Kristen
: SLTA
: Menikah
: Ibu Rumah Tangga
: 16 April 2015
ANAMNESIS
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Siloam pada tanggal 16 April 2015 dan
dilakukan autoanamnesis pada pukul 03.05.
a. Keluhan Utama
Mulas teratur sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit (15 April 2015
pukul 19.00) dan keluar air-air sejak 3 jam SMRS (16 April 2015 pukul
00.30).
e. Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia 15 tahun. Siklus haid teratur, durasi haid 5 hari, ganti
pembalut sebanyak 3x/hari. Keluhan nyeri saat menstruasi disangkal.
f. Riwayat Obstetri
G1P0A0 gravidarum 38 minggu.
HPHT
: 24 Juni 2014
TP
: 31 Maret 2015
ANC
: teratur setiap bulan ke bidan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
Pernapasan
Nadi
Suhu
B. Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
BMI
: 120/90
: 18 kali per menit
: 60 kali per menit
: 36oC
C. Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Axilla
Mammae
Simetri
: (+)
Perubahan kulit
: (-)
Massa
: (-)
Nipple discharge
: (-)
Sistem Kardiovaskular
Regularitas : Reguler
S1/S2
: (+)
Murmur
: (-)
Gallop
: (-)
Sistem Respirasi
Simetri
: (+)
Suara Nafas : vesikuler
Ronki
: (-)
Wheezing
: (-)
Abdomen
: supel
Ekstrimitas
Edema
Kulit
Genitalia
Vulva
: (-)
: dbn
: terdapat edema
D. Pemeriksaan Obstetri
Tinggi Fundus Uteri
Taksiran Berat Janin
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
Denyut Jantung Janin
Kontraksi Uterus
Lakmus
: 34 cm
: 3565 gram
: bokong
: punggung kiri
: kepala
: divergen
: 130-140 kali/menit
: 2-3 kali/10 menit; 30 detik
: (+)
E. Pemeriksaan Dalam
Dari pemeriksaan dalam, didapakan hasil portio tidak teraba, selaput
amnion
tidak utuh, pembukaan lengkap, effacement 100%, presentasi kepala,
caput +,
molase +, station +3
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb
: 13,95 g/dL
Hct
: 43.49%
RBC
: 4,77 x 106 /uL
WBC : 18,11 x 103/uL
Platelet : 194.20 x103/uL
MCV : 91.26 fL
MCH : 29.28 pg
MCHC : 32.08 g/dL
PT
: 9.80 seconds
APTT : 31.00 seconds
Pemeriksaan Kardiotokografi
Kesan
Baseline FHR
Akselerasi
Deselerasi
His
V.
Suspicious
130-140x/10 menit
(-)
(-)
3x/10 menit
Amp. 80-100 (kuat)
30 detik
RINGKASAN
Pasien, Ny. SK Br G, perempuan, G1P0A0, 25 tahun, datang ke Rumah
Sakit Umum Siloam dengan keluhan mulas sejak 8 jam SMRS dan keluar air-
air 3 jam SMRS. ANC teratur ke Bidan setiap bulan. Tanda-tanda vital dan
status generalis dalam batas normal. Dari inspeksi vulva didapatkan edema
vulva. Leopold I bokong, II punggung kiri, III kepala, IV divergen. DJJ 130140 kali/menit. Pada pemeriksaan dalam, selaput ketuban tidak utuh,
pembukaan lengkap, effacement 100%, presentasi kepala, station +3. Hasil
pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal.
VI.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
: (03.05)
G1P0A0 parturian 38 minggu kala II dengan pemanjangan kala 2 + JPKTH
Diagnosis
: (05.30)
P1A0 partus maturus post-ekstraksi vakum
Lahir bayi laki-laki dengan BBL 3330 gram, PBL 48 cm dan Skor Apgar 1 dan
5 menit 8 dan 10
VII.
PENGKAJIAN
Pemanjangan Kala 2
Atas dasar:
Anamnesis: Pembukaan sudah lengkap sejak 3 jam SMRS,
sudah dipimpin meneran sejak 3 jam SMRS namun partus tidak
maju.
Pemeriksaan Fisik: Pada inspeksi vulva terdapat edema vulva.
Pada pemeriksaan dalam, didapatkan pembukaan lengkap,
effacement 100% dengan presentasi kepala dan station +3
VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana Ekstraksi Vakum atas indikasi waktu
Pengisian Informed Consent untuk tindakan Ekstraksi Vakum oleh
IX.
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sananctionam : dubia ad bonam
X.
LAPORAN PERSALINAN
Nama Pasien
Usia
Tgl Persalinan
SpOG
Tindakan
Lama Tindakan
Diagnosa Pra Tindakan
: Ny. SK Br G
: 25 tahun
: 16 April 2015
: dr. Dyana Safitri Velies, SpOG
: Ekstraksi Vakum
: 5 menit
: G1P0A0 parturian 38 minggu kala 2 dengan
8 dan 10
Uraian:
Ekstraksi vakum dimulai pada pukul 05.25
Cup vakum dipasang pada flexion point
Tekanan vakum diturunkan -60 kPa sampai terbentuk caput
Ibu dipimpin meneran setiap ada his
Dilakukan tarikan setiap ibu meneran
Dilakukan episiotomi mediolateralis
Pada pukul 05.30 lahir bayi laki-laki dengan ekstraksi vakum, berat
badan 3330 gram, panjang badan 48 cm, Skor APGAR 1 menit dan 5
menit 8 dan 10
Pukul 05.30 disuntikkan oksitosin 10IU intra muskular, kontraksi baik
XI.
KONSUL
Tidak dilakukan konsul ke departemen lain
XII.
FOLLOW UP
16 April 2015
S
O
TD: 120/70
RR: 20x/menit
Nadi: 84x/menit
Suhu: 36.40C
Skala Nyeri: 2/1
Kontraksi Uterus: Baik
TFU: 2 jari di bawah pusat
Lokia: Rubra (Normal)
Jahitan perineum: Baik
Vulva: Tidak edema
A
menit 8 dan 10
R/ Tatalaksana:
17 April 2015
S
O
ASI : (+/+)
P1A0 partus maturus post-ekstraksi vakum
Lahir bayi laki-laki dengan BBL 3330 gram, PBL 48 cm dan Skor Apgar 1 dan 5
menit 8 dan 10
R/ Tatalaksana:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Persalinan
Klasifikasi Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi:
Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang,
presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan
seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
Tenaga atau Kekuatan (power): his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding
perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum
plasenta.
Jalan Lintas (passage): ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk
membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang.
Kejiwaan (psyche): persiapa fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan integritas emosional.4
Tanda In-Partu3
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
Tahap Persalinan
Tahap Persalinan meliputi 4 tahapan:4,5
Kala I: dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase:
Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2
jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maksimal
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4
menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kendali
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedangkan pada
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
10
vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya
pendarahan.
11
12
dan Laros melaporkan bahwa rata-rata lama persalinan kala I dan kala II adalah
sekitar 9 jam pada nulipara tanpa analgesia regional, dan bahwa batas atas persentil
95 adalah 18,5 jam. Waktu yang serupa untuk ibu multipara adalaha sekitar 6 jam
dengan persentil 95 adalah 13,5 jam. Mereka mendefinisikan awitan persalinan
sebagai waktu saat ibu mengalami kontraksi teratur yang nyeri setiap 3 sampai 5
menit menyebabkan pembukaan serviks.
Setelah pembukaan lengkap, sebagian besar ibu tidak dapat menahan keinginan
untuk mengejan atau mendorong setiap kali uterus berkontraksi. Biasanya,
mereka menarik napas dalam, menutup glotisnya, dan melakukan kontraksi otot
abdomen secara berulang dengan kuat untuk menimbulkan peningkatan tekanan
intraabdomen sepanjang kontraksi. Kombinasi gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi
uterus dan otot abdomen akan mendorong janin ke bawah.
13
14
15
Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan
amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dna janin. Pneumonia pada
janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi
serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan
bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama
16
kembar kedua.
Pembentukan Fistula6
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang
berlebihan. Karena gangguan sirkulas, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas
Sepsis puerperalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan
42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala: nyeri
pelvis, demam, 38.50C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan
vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan
penurunan ukuran uterus.18
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinnya pada kasus partus
lama dan partus tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.6
berumur <20 tahun dan <35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.13
Paritas
18
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian
maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian
maternal.5
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding
rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan
letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca
persalinan.20
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang, Jawa Barat yang dilakukan oleh
Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study
menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih
persalinan buruk.22
Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek <150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan
terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan,
tinggi badan <150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi
19
badan Ibu <145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar
kepala janin.6,20
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu
terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu ebrsalin.
Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan
meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul
sempit jarang terjadi pada wanota tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari
seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan
panggul sempit memiliki tinggi badan <145 cm sebesar 40%, tinggi badan
teratur.22
b) Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu
terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan
ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage), besarnya janin
(passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang
sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor
nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang
panggul.9
c) Lingkungan
Keadaan Sosial Ekonomi
Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukkan tingkat
kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan
kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan
20
mempengaruhi
tinggi
rendahnya
kematian
maternal.
21
Pencegahan
Pencegahan Primer6
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tidak maju dapat
dilakukan dengan:
Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
reproduksi pra-nikah
Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang
sudah berkeluarga
Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi
Antenatal care yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil
primigravida
Menganjukan untuk melakukan senam hamil
Peningkatan pelayanan medik gawat darurat
Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang
melahirkan di rumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi,
sehingga harus dirujuk ke fasilitas yang lebih baik
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu:
Diagnosis dini partus tak maju meliputi
Pemeriksaan abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen
sebagai berikut:
22
Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelvis karena kepala tidak
dapat turun
Kontrkasi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinannya maka kontraksi dapat
berhenti karena kelelahan uterus)
Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
Cincin Band/Bandles ring: cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat
dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah
ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak
terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah
tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit
kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi.
Pemeriksaan vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut:
Bau busuk dari drainase mekonium
Cairan amniotik sudah keluar
Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapat mengandung
darah
Pemeriksaan vagina: edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan),
vagina
panas
dan
mengering
akrena
dehidrasi,
prolaps.
Pencatatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf
menunjukkan:
Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
Kala II yang lama
23
Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 per menit, bau busuk
dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal
120-160 per menit)
Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat
Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya
komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur
uterus dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio sesarea,
ekstraksi cunam atau vakum oleh sebab itu harus dirujuk ke rumah
sakit.
Pencegahan tersier
o Pencegahan tersier dilakukan dengan mecegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat dan kematian, yaitu:
Rehidrasikan pasien untuk mepertahankan volume plasma
normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan
natrium laktata 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
Pemberian antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan
perawatan intensif setelah melahirkan.
24
Untuk penggunaan Ekstrasi Vakum, syarat-syarat yang harus dipenuhi juga sama
dengan syarat penggunaan forsep. Penggunaan ekstraksi vakum harus dihentikan
apabila cup dari vakum nya copot dari kepala bayi lebih dari 3 kali.25
Bila dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi vakum, penggunaan forsep
mengakibatkan lebih banyak trauma maternal dan perdarahan.26 Akan tetapi, pada
penggunaan vakum dilaporkan terjadi peningkatan dari jaundice neonatal. Macleod
dkk27 menemukan tingkat episiotomi yang lebih rendah dengan Ekstraksi Vakum bila
dibandingkan dengan forsep. Bofill dkk28 menemukan bahwa terdapat lebih banyak
laserasi tingkat tiga dan empat pada penggunaan forsep. Untuk perdarahan retina
yang biasanya terjadi karena penggunaan Ekstraksi Vakum tidak perlu dikhawatirkan
karena tidak ada efek jangka panjangnya.29 Data data tentang kelainan neurologis
pada bayi yang dilahirkan dengan Ekstraksi Vakum menunjukkan bahwa skor IQ dan
perkembangan dari bayi-bayi yang lahir dengan Ekstraksi Vakum tidak berbeda
dengan rata-rata nasional.30
25
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
26
27
Medika; 2002.
18. WHO. Modul Sepsis Puerperalis. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran;
2002.
19. Rochjati P. Strategi Pendekatan Risiko Untuk Ibu Hamil Oleh Ibu-Ibu PKK
Dengan Menggunakan Skor Prakiraan di Kabupaten Sidoarjo. Airlangga
University Press; 1990.
20. Rochjati P. Skrining Atenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe MotherhoodLab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya;
2003.
21. Sarumpaet S. Komplikasi Persalinan dan Analisis Upaya Penanggulangan di
Propinsi Sumatera Utara. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu
Kesehatan Masyarakat. FKM USU Medan; 2001.
22. Kolbinsky M. Kesehatan Wanita. Sebuah Perspektif Global, Universitas
Gajah Mada; 1997.
23. Royston E. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta: Binarupa Aksara.
1994.
24. Darmstadt GL, Yakoob MY, Haws RA, Menezes EV, Soomro T, Bhutta ZA.
Reducing stillbirths: interventions during labour. BMC Pregnancy Childbirth
2009;9(Suppl.1):S6.
25. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom
KD. Implantation, embryogenesis and placental development. Williams
Obstetrics. 24th ed. New York: McGraw-Hill; 2014.
26. Vacca A, Grant A, Wyatt G, et al. Portsmouth operative delivery trial: A
comparison of vacuum extraction and forceps delivery. Br J Obstet Gynaecol
90:1007,1983.
27. Macleod M, Strachan B, Bahl R, et al. A prospective cohort study of maternal
and neonatal morbidity in relation to use of episiotomy at operative vaginal
delivery. BJOG 115(13):1688, 2008
28. Bofill JA, Rust OA, Schorr SJ, et al. A randomized prospective trial of the
obstetric forceps versus the M-cup. Am J Obstet Gynecol 174:354, 1996b
29. Johanson RB, Menon BK. Vacuum extraction forceps for assisted vaginal
delivery. Cochrane Database Syst Rev 2:CD000224, 2000b
30. Johanson RB, Heycock E, Carter J, et al. Maternal and child health after
assisted vaginal delivery: Fiver-year follow up of a randomised controlled
28
29