1. KLASIFIKASI KAVITAS
A. Klasifikasikavitasmenurut G.V Black:
KelasI
:kavitaspadasemua pit danfisuragigi, terutamapada premolar dan molar
KelasII
:kavitaspadapermukaanaproksimalgigi posterior yaitupermukaanhalus/lesi mesial
danatau distal biasanyaberada di bawahtitikkontak yang sulitdibersihkan.
Dapatdigolongkansebagaikavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-oklusal) dan MOD (mesiooklusal-distal)
KelasIII
:kavitaspadapermukaanaproksimalgigi-gigidepanjugaterjadi di
bawahtitikkontak, bentuknyabulatdankecil.
KelasIV
:kavitassamadengankelas 3 tetapimeluassampaipadasudutinsisal
KelasV
:kavitaspadabagian 1/3 gingival permukaanbukalatau lingual,
lesilebihdominantimbuldipermukaan yang menghadapkebibir/pipidaripadalidah.
Selainmengenai email, jugadapatmengenaisementum.
KelasVI
:terjadipadaujunggigi posterior danujung edge insisal incisive.
Biasanyapembentukan yang tidaksempurnapadaujungtonjol/edge
insisalrentanterhadapkaries.
B. Klasifikasikariesmenurut G.J Mount dan W.R Hume:
1. Site
Site1 :kariesterletakpada pit dan fissure
Site2 :kariesterletak di area kontakgigi (proksimal), baik anterior maupun posterior
Site 3 :kariesterletak di daerahservikal, termasuk enamel/permukaanakar yang terbuka
2. Size (ukuran)
Jikakavitasberkembangdarilesibercakputihmenjadikavitasberlanjutsehinggamenghancurkanm
ahkotagigi.Mahkotatersebutdiklasifikasikanmenjadi :
Size 0 :lesidini
Size 1 :kavitas minimal, melibatkan dentin namunbelumterjadi. Kavitasygmasih minim
dapatdilakukanperawatanremineralisasi
Size 2 :ukurankavitassedang, dmnmasihterdapatstrukturgigi yang
cukupuntukdapatmenyanggarestorasi yang akanditempatkan
Size 3 :kavitasygberukuranlebihbesar, shgpreparasikavitas di perluas agar
restorasidigunakanuntukmelindungistrukturgigi yang tersisadariretak/patah
Size 4 :sudahterjadikehilangansebagianbesarstrukturgigiseperti cups/sudutinsisal.
C. KlasifikasikariesmenurutSturdevants:
a. Rate
Acute (rampant) caries
:kerusakanbebrapagigisecaracepatdanbiasanyamelibatkanpermukaangigiyangbi
asanyabebas karies. Terutamadijumpaipadagigisusu
Chronic (slow/arrested) caries :suatukeadaanyangkontrassekalidengankaries
rampan, istilah ini menggambarkanlesikariesyangtidakberkembang
b. Location
Primary caries :kariesyangterjadipadalokasijaringanyangmasihsehat
belumpernahmengalamikariessebelumnya.
dan
Secondarycaries
: kariesyangrekuren,
kariesyangtimbulpadalokasiyangtelahmemilikiriwayatkariessebelumnya,
di
akar
yangterkena.
Caries of pit & fissure
Backward caries
Residual caries
c. Extent
Incipient caries :timbulnyaareadekalsifikasi di
bawahplakgigiyangmiripdenganpermukaankapuryanglicin.
Cavitatedcaries :merupakanlesi yang telahberkembangketahaplanjutan
2. BAHAN RESTORASI
A. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A.1. Amalgam
A.1.1 KEUNTUNGAN
Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat
dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga
amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada
beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan
kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang
saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan
dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan
tambal resin komposit.
A.1.2 KEKURANGAN
Non isolasi
Non estetis
Kurang konservatif (pengambilan yang lebih banyak selama preparasi struktur gigi)
Melemahkan struktur gigi (kecuali terikat)
Teknik yang lebih sensitif jika berikatan
Preparasi gigi lebih sulit
Kebocoran tepi awal
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,
sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis
sangat diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi
sehingga tampak membayang kehitaman
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah
penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama
dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat
digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.
A. 2 KOMPOSIT
Estetik
Pembuangan jaringan struktur gigi yang konservatif
Preparasi gigi kurang kompleks
Isolator, memiliki konduktivitas termal yang rendah
Digunakan hampir secara luas
Terikat ke struktur gigi, menghasilkan retensi yang baik, kebocoran mikro yang rendah,
pewarnaan interfasial yang minimal, dan meningkatkan struktur gigi yang tersisa
Memperbaiki
A.2.2 KERUGIAN
Memiliki pembentukan celah, biasanya terjadi pada permukaan akar sebagau hasil dari
kekuatan polimerisasi shrinkage dari bahan komposit yang lebih hebat dari kekuatan
ikatan awal dari bahan ke dentin
Lebih sulit, memakan waktu dan lebih mahal dibanding restorasi amalgam karena:
Perawatan membutuhkan beberapa tahap
Insersi lebih sulit
Menentukan kontak proksimal, kontur aksial, embrasure dan kontak oklusal lebih
sulit
Prosedur finishing dan polishing lebih sulit
Tekniknya lebih sensitif karena daerah operasi harus diisolasi dengan baik dan
penempatan etsa, primer dan adesif pada struktur gigi (enamel dan dentin) sangat
bergantung pada teknik yang tepat
Menunjukkan keausan oklusal yang lebih hebat pada daerah tekanan oklusal yang
berat ata ketika semua kontak oklusal gigi pada bahan komposit
Memiliki linear coefficient of thermal expansion yang lebih tinggi, yang menghasilkan
potensi perkolasi tepi jika teknik bonding tidak adekuat.
A.3 GIC
35. e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung
mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor
maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak
disekeliling orthondontic brackets.
36. f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan
perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.
37. g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat
digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan
mahota yang parah.
38. h. Restorasi gigi susu.
39. Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah
terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
40. i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam
hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat
B. JENIS
Ada 2 macam restorasi gigi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung artinya bahan tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang sudah
dibersihkan dalam satu kunjungan. Termasuk di dalamnya adalah amalgam,
ionomer kaca, resin ionomer, dan resin komposit. Secara tidak langsung artinya
diperlukan dua atau lebih kunjungan. Pada kunjungan pertama, dokter gigi akan
mempersiapkan gigi yang akan direstorasi dan membuat cetakan gigi yang
akan direstorasi. Pada kunjungan berikutnya, restorasi yang sudah jadi akan
direkatkan pada lubang yang sudah disiapkan
a. langsung
amalgam, komposit, gic
b. tidak langsung
Dalam beberapa kasus, untuk mendapatkan hasil restorasi gigi yang terbaik, digunakan
bahan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium. Bahan restorasi seperti ini memerlukan 2
atau lebih kunjungan, bentuknya bisa berupa crown (mahkota tiruan), jembatan, inlay atau
onlay. Crown meliputi seluruh permukaan gigi yang tampak di rongga mulut, sedangkan inlay
bentuknya lebih kecil dan melekat mengikuti bentuk gigi. Onlay mirip dengan inlay, tapi lebih
besar, meliputi sebagian atau seluruh permukaan kunyah gigi. Sedangkan yang di maksud
dengan jembatan di sini adalah restorasi yang menggantikan satu atau lebih gigi yang sudah
hilang, serta meliputi gigi-gigi di sebelahnya yang digunakan sebagai penyangga. Gambar di
samping menjelaskan pengertian jembatan. Restorasi terdiri dari 3 unit, yaitu 2 unit crown di
kedua ujung untuk meliputi gigi penyanggah dan unit yang ditengah menggantikan gigi yang
sudah hilang.
Harga yang harus dibayar untuk restorasi jenis ini umumnya lebih mahal,
disebabkan jumlah dan lama kunjungan yang diperlukan serta biaya tambahan untuk
mengerjakan restorasi di laboratorium gigi.
Bahan yang digunakan untuk restorasi ini selain logam adalah porselen, logam berlapis
porselen, alloy emas dan alloy logam lainnya.Berikut ini merupakan ulasan tetntang bahanbahan tersebut :
PORSELEN
Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah lapisan porselan
sangat tipis yang ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya digunakan untuk
memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat baik secara
estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna gigi. Pemasangan restorasi
porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau bila terbentur. Kekuatannya
tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat
pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis gigi antagonisnya bila permukaannya
kasar.
LOGAM BERLAPIS PORSELEN
Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya dengan
kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau
jembatan.
Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi jenis
ini. Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin di
awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis
logam yang digunakan dalam restorasi.
C. ALLOY EMAS
Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan untuk crown,
inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar sehingga sulit pecah
maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin struktur gigi
yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan tidak pernah memunculkan
reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus karena tidak seperti warna gigi.
ALLOY LOGAM
Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown, jembatan atau rangka gigi
palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah atau terkikis. Beberapa
orang menunjukkan reaksi alergi terhadap bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap
panas dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik seperti warna gigi
CROWN, INLAY ATAU ONLAY DARI KOMPOSIT
Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan yang digunakan
sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya dibanding porselen
adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan. Selain itu restorasi ini mudah pecah dan
berubah warna.
Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
bahan restorasi plastis dan non plastis atau rigid.
Yang termasuk dalam kelompok bahan plastis :
Amalgam
Sampai saat ini amalgam merupakan bahan tambalan yang paling banyak dikembangkan dan
diuji dibandingkan bahan tambalan lain. Bahan ini awat, mudah digunakan, tidak mudah
pecah dan relaitf murah. Karena itulah amalgam hingga saat ini masih digunakan.
Amalgam merupakan campulan beberapa logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga dan
beberapa logam lainnya. Banyak orang mencurigai amalgam sebagai bahan tambalan yang
berbahaya karena kandungan air raksanya. Sesungguhnya, air raksa dalam amalgam terikat
dalam ikatan yang stabil dengan logam lainnya sehingga aman untuk dipakai.
Hal ini diperkuat oleh pengakuan Perstauan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, bahwa amalgam adalah bahan tambalan yang aman dan baik.
Di tingkat duniapun, bahan ini direkomendasikan oleh WHO. Di Amerika, Food and Drug
Administration (FDA) juga merekomendasikannya.
Amalgam sangat bermanfaat untuk merestorasi gigi geraham karena kemampuannya
menahan beban kunyah yang besar. Amalgam mudah ditambalkan ke lubang yang sulit
dikeringkan, seperti lubang di bawah tepi gusi. Selain itu, jarang muncul reaksi alergi
terhadap bahan amalgam.
Segi buruk amalgam adalah warnanya yang keperakan sehingga secara estetik tidak menarik,
apalagi kalau digunakan di gigi depan. Kadangkala juga muncul sedikit rasa sensitif terhadap
panas atau dingin setelah gigi ditambal amalgam. Selain 2 keburukan di atas, untuk
menambalkan amalgam, dokter gigi harus mengambil struktur gigi lebih banyak dibandingkan
untuk bahan tambalan lainnya.
composite
Tambalan komposit merupakan campuran bahan kuarsa dengan resin yang menghasilkan
tambalan yang berwarna seperti gigi, bahkan dapat meniru warna transparan email. Ada
salah kaprah yang berkembang di masyarakat, bahwa tambalan komposit adalah tambalan
LASER. Yang benar adalah sinar halogen yang berwarna biru digunakan untuk membantu
proses pengerasan komposit. Tambalan komposit yang kecil ataud sedang dapat bertahan
terhadap tekanan kunyah. Perlekatan tambalan komposit pada dinding lubang gigi sangat
baik. Selain itu tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk menambalkan komposit
pada lubang gigi.
Tambalan komposit relatif berharga lebih mahal dibanding bahan amalgam, bergantung pada
besar-kecilnya tambalan serta tingkat kesulitan dalam melakukan penambalan. Diperlukan
waktu yang lebih lama untuk menambalkan komposit dibanding menambalkan amalgam.
Untuk dapat menambalkan komposit, lubang harus bersih dan kering. Karena itu sulit untuk
menambal lubang yang berada di bawah tepi gusi. Selain itu tambalan komposit akan akan
berubah warna sejalan dengan waktu.
Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti amalgam, komposit dan GIC
merupakan bahan restorasi yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi.
C. SYARAT BAHAN RESTORASI
pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada dinding aktivitas. Karies
tidak boleh ditinggalkan di dalam kavitas. Sebab jika teradi kebocoran, bakteri yang
tinggal di dalam kavitas akan aktif dan dapat menimbukan gejala sakit dinding
kavitas.
6. Merapikan dan menghaluskan tepi dan dinding karies
Tindakan yang dilakukanu n t u k m e m b e n t u k d i n d i n g e n a m e l m a r g i n y a n g h a l u s
d a n r a t a u n t u k mendapatkan kontak marginal serta adaptasi tumpatan yang
baik.Dindingkavitas dibuat lurus dan rata. Tepi cavosurface dibuat bevel atau sudut 90 0. Untuk
meratakan dinding kavitas dapat digunakan bur putaran rendah ataudikombinasi dengan
hand cutting instrumen yang tajam contoh pada tumpatan amalgam, dinding kavitas
yang agak kasar dapat menambah retensi. Pada tumpatan tuang sebaiknya dinding kavitas
dibuat halus.
7. membersihkan kavitas
Tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas, yang bertujuan untuk membersihkan
kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat. U n t u k pembersihan
yang lebih efektif dianjurkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti H2O2 3%
SUMBER 2
A.AMALGAM
Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa
dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut:
1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi
dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar).
Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email. ( Baum, 1994. Hlm
335-348 )
2. Kavitas klas I harus cukup lebar sehingga mencakup semua kerusakan atau harus
sesempit mungkin, namun tetap memungkinkan dimasukkannya plugger kecil
(pemampat) untuk menempatkan amalgam ke dalam preparasi. ( Baum, 1994. Hlm
335-348 )
3. Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari lengkungan atau garisgaris lurus. Bila ada sudut pada ragangan, dapat ditumpulkan dengan menggunakan
bur. (Baum, 1994. Hlm 335-348 )
4. Pinggiran mesial dan distal dibuat sejajar dengan linggir tepi, transversal dan oblik.
( Baum, 1994. Hlm 335-348 )
5. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura.
Linggir email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan
linggir melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak
dimasukkan pada preparasi. (gambar 1.3) ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )
6. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing
keluar dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 1.1) ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )
7. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena
kebanyakan tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang
lain, dasar kamar pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi
tangkai bur membagi dua sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan.
( Baum, 1994. Hlm 335-348 )
8. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding
dalamnya sejajar dengan permukaan luar gigi. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 )
4 Preparsi Kelas IV
Restorasi komposit kelas IV telah memberikan suatu terobosan pengobatan konservatif untuk
memperbaiki retakan , cacat, atau trauma pada gigi anterior, dan suatu mahkota porselen
adalah pilihan perawatan. Terdapat 3 macam desain preparasi gigi klas IV, yaitu desain
conventional, beveled conventional, dan modified. Desain conventional preparasi gigi kelas IV
merupakan desain yang paling sederhana dibanding dengan yang lainnya, kecuali pada
daerah-daerah yang memiliki margin pada permukaan akarnya. Desain beveled conventional
preparasi gigi biasanya diindikasikan terutama untuk restorasi Kelas IV, sedangkan desain
modified preparasi gigi diindikasikan untuk Kelas IV sebagian kecil. Jika sejumlah besar
struktur gigi yang hilang, groove retention form dapat diindikasikan bahkan ketika preparasi
pada sekeliling pinggiran email. Juga, untuk memberikan retensi tambahan di daerah yang
mendapat tekanan tinggi, bevel enamel dapat dilebarkan untuk menyediakan permukaan
yang lebih luas untuk mengetsa, agar menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara komposit
dan gigi. Terakhir, untuk memberikan resistance form yang sesuai, dinding perlu dipreparasi
sedemikian rupa untuk menahan kekuatan oklusal. Hal ini sering membutuhkan preparasi
pada dinding proksimal dan lingual yang membentuk sudut 90 derajat cavosurface, yang
telah dibevel, dan dasar gingiva dipreparasi tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi. Bentuk
petak ini dapat memberikan resistensi yang lebih besar terhadap restorasi dan gigi yang
mengalami retakan dari kekuatan mengunyah.
4. SYARAT DAN PROSEDUR RESTORASI
A. AMALGAM
B. KOMPOSIT
Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit13
Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan
lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah
yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode tepat
digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas
atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam
Pembersihan Gigi
Apabila terdapat kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerah
kerja, maka dibersihkan terlebih dahulu.
Tahap preparasi13
a. Membuat outline form pada oklusal gigi mengikuti bentuk pit dan fissure
dengan memperhatikan bentuk resistensi, retensi, konvenien, dan
extention for prevention.
b. Preparasi menggunakan kontra angle high speed dengan bur bulat
sedalam 2-3 mm.
c. Membentuk dinding tegak lurus dengan dasar kavitas menggunakan bur
fissure silindris.
Ulaskan bahan etsa (asam phospat 37%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan
pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel
sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).
Pengulasan dilakukan selama 20-30 detik dan jangan sampai mengenai gingival.
Lalu dilakukan irigasi dengan air sebanyak 20 cc dan kavitas dikeringkan.
Setelah dikeringkan, permukaan gigi yang dietsa akan tampak berwarna putih.
Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada
permukaan yang telah di etsa . Ditunggu 10 detik sambil di semprot udara
ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan
penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh dunia dan
perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun pembuatan, jumlah kemasan
dan sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan, bahan adhesif dibagi mulai dari
generasi I sampai pada generasi VII.
Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an yang tanpa
melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai berikatan dengan
smear layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan sangat lemah (2 MPa6MPa) dan smear layer yang ada dapat menyebabkan celah yang dapat terlihat dengan
pewarnaan pada tepi restorasi.
Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai diperkenalkan pengetsaan
pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang dibuat untuk dapat mempenetrasi ke
dalam tubulus dentin dengan demikian diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif
tersebut menjadi lebih baik. Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin
12MPa15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi
bahan adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga
kegagalan tersebut.
Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai bahan yang dapat
mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan pengetsaan maupun yang
telah mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan dengan substrat dentin, membentuk
lapisan hybrid. Fusayama dan Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi
resin akan memberikan kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk
lapisan pada permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai
dengan sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik daripada sistem adhesif
sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik pemakaian yang sensitif dan memerlukan
keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada enamel dan dentin. Cara
pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan bahan dan beberapa
langkah-langkah yang harus dilakukan.
Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini bahan primer dan
bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada generasi ini juga mulai
diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai. Generasi VI mulai berkembang
pada akhir tahun 1990-an awal tahun 2000, pada generasi ini mulai dikenal pemakaian
self etching yang merupakan suatu terobosan baru pada sistem adhesif.
Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan karena pada
generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan primer yang
dikombinasikan dalam satu kemasan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga dikenal sebagai
generasi all in one adhesif, dikatakan demikian karena pada generasi VII ini bahan
etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan saja, sehingga
waktu pemakaian bahan adhesif generasi VII ini menjadi lebih singkat.
Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif dibagi menjadi
tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada sistem tiga botol, bahan
adhesif terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah yakni etsa, primer dan bonding.
Sistem ini diperkenalkan pertama kali tahun 1990-an. Sistem ini menghasilkan
kekuatan ikatan yang baik dan efektif. Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya
kemasan yang ada di meja unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem
ini yang terdiri dari tiga botol dan tidak praktis.
Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari dua botol bahan
yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang merupakan gabungan
antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in merupakan bahan adhesif yang paling
banyak digunakan di praktek dokter gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan
waktu pemakaiannya lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat.
Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdiri satu botol
yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem ini merupakan sistem
bahan adhesif yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem ini adalah waktu pemakaian
yang lebih cepat dan mudah pengaplikasiannya dibandingkan dengan sistem bahan
adhesif lainnya. Namun, kekurangan sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan
lebih rendah.