Dalam Surat Edaran tersebut juga diatur secara khusus tarif alat bantu
kesehatan diluar INA-CBG's yaitu untuk protesa gigi maksimal Rp. 1.000.000
untuk yang penuh dan Rp. 500.000 untuk yang sebagian.
Dalam Lampiran II Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 diatur
standar tarif kesehatan di fasilitas kesehatan lanjutan (rumah sakit)
berdasarkan INA-CBG's yang untuk gigi dan mulut ternyata hanya muncul
beberapa item saja, yaitu Gigi (Q 5 12 0) sebesar Rp. 457.779, Prosedur
pada Gigi (U 3 16 0) sebesar Rp. 624.211, Operasi Bibir Sumbing dan LangitLangit Mulut (U 2 14 0) sebesar Rp. 1.298.560, Prosedur Besar pada Telingga,
Hidung, Mulut dan Tenggorokan (U 2 21 0) Rp. 860.157, Prosedur Sedang
pada Telingga, Hidung, Mulut dan Tenggorokan (U 2 22 0) Rp. 1.659.805,
Prosedur Besar pada Mulut dan Lidah (U 2 31 0) Rp. 563.772, serta Prosedur
Kecil pada Mulut dan Lidah (U 2 32 0) Rp. 697.728.
Merujuk pada berbagai aturan yang diuraikan di atas jelaslah bahwa jasa
untuk dokter gigi dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional ini bukanlah Rp.
2.000 per-bulan per-peserta tetapi lebih kecil dari itu.
Pembayaran kapitasi tentu meliputi obat, alat, bahan, serta jasa medis untuk
semua aktifitas baik umum, gigi, maupun kebidanan, sehingga yang Rp.
6.000 atau Rp. 10.000 akan dibagi-bagi sesuai alokasi.
Untuk memastikan dokter serta pegawai Puskesmas / Klinik mendapat
bagian dari dana JKN, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 Pasal 12
Ayat (4) mengamanatkan bahwa besar jasa pelayanan kesehatan adalah
60% dari total penerimaan kapitasi JKN.
Sementara itu Rp. 2.000 tenyata adalah pembayaran bagi dokter gigi yang
praktek diluar fasilitas kesehatan itupun sudah termasuk bahan dan alat
habis pakai. Sedangkan Bagi dokter gigi yang bekerja di rumah sakit dengan
pola tarif INA-CBG's besaran jasa diatur dengan mekanisme jasa medis.
Bagi dokter gigi yang praktek mandiri provider BPJS perhitungan
penerimaannya sederhana yaitu Rp. 2.000 X jumlah peserta, misal peserta
5.000 orang maka akan mendapat Rp. 10.000.000. Bagi dokter gigi
Puskesmas, klinik, dan rumah sakit besar jasanya mengunakan mekanisme
jasa medis yang besarnya sangat tergantung dari pengaturan internal yang
dibuat. *Dentamedia No 1 Vol 18 Jan-Mar 2014. Naskah: BPJS Kesehatan,
Kemkes, Kosterman Usri. Foto: Suara.com
tetapi IMB merupakan syarat pengurusan UKL/UPL dan pada IMB harus
tertulis peruntukan bangunan memang untuk klinik.
Izin Edar Peralatan Medis
Pasal 11 Ayat (3) Permenkes Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik
menyebutkan "Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Masalahkan penjual bahkan importir alat ternyata
banyak yang tidak memilikinya.
Apoteker
Walaupun di Klinik Gigi, obat hanya kadang-kadang diberikan dan itupun
terbatas pada golongan tertentu saja tetapi Pasal 24 Ayat (3) Permenkes
Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik mewajibkan Klinik Gigi memiliki
tenaga Apoteker. Masalahnya gaji Apoteker telah ditetapkan oleh Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI)
yang cukup memberatkan pemilik klinik.
*Dentamedia No 3 Vol 17 Jul-Sep 2013. Naskah: Kosterman Usri. Foto:
Bisnissolo