Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ANALISIS JURNAL EVIDENCE BASED NURSING

ROLE OF GUM CHEWING ON THE DURATION OF POSTOPERATIVE ILEUS


FOLLOWING ILEOSTOMY CLOSURE DONE FOR TYPOID ILEAL
PERFORATION: A PROSPECTIVE RANDOMIZED TRIAL

DISUSUN OLEH
1. Charnis Nurul Mauliddini
2. Afiani Muskhiah
3. Dwi Marlinawati
4. Katarina Windhi Anggita Sari
5. Rahmawati Dianpratama
6. Diana Nurlaila Sari
7. Saffanah Khoirun Nisa
8. Cindy Safitri Utami
9. Vidiah Cahyowati
10. Galih Adi Pratama
11. Dyah Inten Januarini Ida Ayu
12. Eni Yulianti

15796
15804
15812
15798
15806
15814
15863
15800
15808
15816
15802
15810

KELOMPOK 7
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh mengunyah permen karet terhadap postoperative ileus


(POI) pada pasien laparatomy?
2. Bagaimana pengaruh mengunyah permen karet terhadap lama hospitalisasi
pada pasien laparotomy?
3. Bagaimana hubungan bising usus (motilitas usus) terhadap sensasi lapar serta
kemampuan pasien untuk makan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap postoperative ileus
(POI) pada pasien laparatomy.
2. Mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap lama hospitalisasi
pada pasien laparotomy.
D. MANFAAT

BAB II
LITERATURE REVIEW
A. CHEWING GUM
Permen karet dipasaran banyak menggunakan bahan pemanis sukrosa. Bahan
pemanis sukrosa dipecah menjadi monosakarida oleh enzim glukosiltransferase.

Selain permen karet yang menggunakan sukrosa sebagai pemanis, terdapat juga
permen karet yang menggunakan xylitol sebagai pengganti sukrosa yang sifat
kariogennya lebih ringan dibandingkan dengan sukrosa. Xylitol memiliki derajat
kemanisan yang sama dengan sukrosa, yaitu gula biasa, namun dibandingkan dengan
sukrosa xylitol lebih sedikit kalorinya, yaitu sekitar 40 % (Yulianto 2003).
Mengunyah permen karet dapat mengaktivasi cephalic vagal reflex sama
halnya ketika makan sehingga menstimulasi motilitas gaster, duodenum dan rektum.
Mengunyah permen karet meningkatkan konsentrasi serum gastrin, neurotensi, dan
polipeptida pankreas dan memicu motilitas intestinal. Selain itu dengan mengunyah
permen karet pada postoperasi dapat meningkatkan rasa kenyamanan pasien (Hwang
et al. 2013).
Pasien yang mengunyah permen karet setelah pengalaman operasi kembali
lebih cepat dari fungsi usus dan lulus flatus secara signifikan lebih cepat daripada
mereka yang tidak mengunyah permen karet. Dibandingkan dengan pasien yang
(Nasopharyngeal Oxygen) NPO, pasien yang mengunyah permen karet setelah
operasi bising ususnya kembali lebih cepat dan memiliki buang air besar pertama
mereka secara signifikan (Parnaby, MacDonald, and Jenkins 2009).
Makan secara oral segera setelah operasi lebih mungkin untuk mengalami
muntah daripada mengunyah permen karet setelah operasi. Mengunyah permen karet
post operasi menyebabkan fungsi usus dapat kembali lebih cepat sehingga
mengurangi durasi pasien tinggal di rumah sakit setelah operasi.Keberhasilan
intervensi permen karet tergantung pada jenis operasi yang dilakukan. Permen karet
lebih berhasil dalam operasi laparoskopi dibandingkan operasi terbuka, dan memiliki
sedikit keuntungan setelah operasi yang mengosongkan isi perut.
B. ILEOSTOMY CLOSURE
Ileostomy adalah tindakan operasi yang melibatkan pemindahan usus
besar/kolon dan terkadang juga rectum. Bagian akhir dari usus halus(small
intestine)/ileum dipotong dan dibawa kepermukaan perut untuk membentuk sebuah
stoma. Ileostomy berasal dari kata ileum dan stoma, yangmana ileum adalah
bagian paling bawah dari usus halus(small intestine), sedangkan stoma adalah
membuka. Ileostomy dapat bersifat sementara maupun permanen(Longstreth 2015).
Ada 2 jenis ileostomy
a. an end ileostomy : colon dan rectum dihilangkan dan bagian akhir dari ileum
dibawa keperut(stoma)

b. a loop ileostomy : bagian dari usus halus dijadikan stoma tetapi kolon dan rectum
tidak dihilangkan.
Closure of a loop ileostomy(ileostomy closure) adalah tindakan pembedahan
untuk menggabungkan kembali stoma dengan usus halus(ileum). Tindakan ini tidak
sesulit tindakan sebelumnya(ketika pembuatan stoma). Pembedahan ini membutuhkan
waktu sekitar 30-60menit (Singn 2010).
Resiko spesifik pada pembedahan:
a. Perdarahan saat operasi: akan dimonitor oleh perawat, nadi dan tekanan darah
b. Infeksi luka : diobservasi dan diberikan antibiotik
c. Adhesions(jaringan parut): pada beberapa orang jaringan parut berkomplikasi
menjadi obstruksi pada usus besar(bowel)
d. An ileus : usus besar sementara waktu tidak bekerja karena tindakan operasi.
Waktu dibutuhkan untuk bowel beristirahat dan itu akan bekerja kembali.
C. POSTOPERATIVE ILEUS
Ileus pasca operasi (POI) adalah suatu pola motilitas abnormal gastrointestinal
yang paling sering terjadi setelah di lakukannya operasi abdominal. Karakteristik
utamanya meliputi campuran mual dan muntah, kembung, ketidakmampuan untuk
mentoleransi diet oral selama 24 jam terakhir, tidak adanya flatus, dan distensi
abdomen . POI telah dapat memperlambat pemulihan pasien, serta meningkatkan
morbiditas pasca operasi sehingga memperpanjang pasien untuk tinggal dirumah
sakit, yang meningkatkan terjadinya komplikasi lain, seperti infeksi-kesehatan terkait
dan vena thromboembolism. Pengobatan yang mendukung untuk kondisi ini adalah
pemasangan nasopharyngeal oxygen (NPO), dekompresi lambung melalui selang
nasogastrik, IV cairan dan elektrolit, memanajemen nyeri yang meminimalkan opioid,
melakukan monitoring, dan hanya menunggu ileus hingga membaik.
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini
bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,
tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi dengan baik diatur oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory dari
sistim enteric motor neuron. Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan dimodulasi
oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik parasimpatik, neurotransmiter

(adrenergik, kolinergik, serotonergik,dopaminergik, hormon intestinal, keseimbangan


elektrolit dan sebagainya.
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.
Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus paralitik
pasca operasi bergantung pada lamanya operasi/narkosis, seringnya manipulasi usus
dan lamanya usus berkontak dengan udara luar. Pencemaran peritoneum oleh asam
lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan paralisis usus.
Kelainan retroperitoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai
fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula
kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah, empiema, dan
infark miokard dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektrolit terutama
hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia atau hipermagnesemia memberikan
gejala paralisis usus.
Pencegahan Ileus
Upaya untuk mencegah ileus paralitik mengandalkan teori makan palsu.
Proses fisiologis di balik teori ini adalah bahwa dengan mengunyah daat merangsang
saraf vagus, dengan menaikan peristaltik dan melepaskan hormone normal pada GI
tract. Upaya pencegahan ileus sebelumnya mengandalkan teori makan palsu yang
berfokus pada mendorong asupan oral segera setelah operasi. Meskipun efektivitas
pemberian awal bervariasi, banyak pasien tidak mampu mentolerir pengunyahan
setelah operasi abdominal. Mengunyah permen karet telah diusulkan sebagai suatu upaya
dan biaya yang efektif sehingga mudah dalam menerapkan intervensi untuk mengurangi
timbulnya ileus pasca operasi setelah operasi abdomen.

BAB III
KASUS DAN METODE PENCARIAN JURNAL
A. KASUS
Delapan belas jam yang lalu Ny. R (34 tahun) telah melakukan operasi penutupan
ileostomy. Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 70 x/menit pernapasan 16 x/menit,
glukosa darah puasa 85 mg/dL. Ny. R belum mendapatkan makanan melalui oral. Ny.
R mengeluhkan perutnya kembung dan kadang nyeri karena terjadi kram perut.
Sebelumnya Ny R melaporkan dia merasa mual dan pernah muntah ringan. Keluarga

mengatakan Ny. R belum kentut sampai hari ini. Ners. Y melakukan pengkajian suara
bising usus ternyata belum terdengar adanya bising usus
B. METODE PENELITIAN
1. Membuat PICO
P
: Pasien post operasi ileostomy closure
I
: Mengunyah permen karet
C
:O
: motilitas usus
2. Pertanyaan klinis: Apakah mengunyah permen karet pada pasien post operasi
ileostomy closure berpengaruh terhadap peristaltik usus?
3. Mencari literatur di lib.ugm.ac.id pilih access e-journal masuk dengan akun ugm
pilih ebsco host kemudian klik EBSCOhost Research Database-Academic Search,
Business Source lalu tanda centang select/deselect all klik continue.
4. Mencari dengan kata kunci ileostomy closure AND chewing gum AND bowel
motility dalam rentang waktu publikasi jurnal 2011-2015 dengan pilihan jurnal
full text
5. Ditemukan 94 jurnal yang berkaitan dengan kata kunci kemudian memilih jurnal
tersebut menjadi jurnal utama.
6. Menganalisis jurnal- jurnal tersebut.
7. Menarik kesimpulan.

BAB IV
ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN

A.

INDENTITAS JURNAL
Judul
: Role of Gum Chewing on the Duration of Postoperative Ileus
Following
Pengarang
Publikasi

Ileostomy

Closure

Done

for

Typhoid

Ileal

Perforation: A Prospective Randomized Trial


: Sanjay Marwah, Sham Singla, Pradeep Tinna
: The Saudi Journal of Gastroenterol Vol. 18 Issue 2, p111-117.,
Maret 2012

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2006 hingga Desember 2009 di


Postgraduate Institute of Medical Science, Rohtak, India dengan jumlah partisipan
sebanyak 100 pasien. Subyek penelitian merupakan pasien yang sedang menjalani

relaparatomy untuk menutup stoma sementar yang dibuat sebelumnya karena adanya
thypoid perforation peritonitis. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, masing- masing sebanyak 50 orang secara acak. Data
antara kelompok intervensi dan kontrol dibandingkan berdasarkan perbaikan motilitas
gastrointestinal yang diketahui dengan kejadian mual/ muntah, munculnya bising usus,
flatus, defekasi dan rasa lapar.
B. PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP
POSTOPERATIVE ILEUS (POI) PADA PASIEN LAPAROTOMY.
Postoperative Ileus (POI) merupakan hambatan sementara

motilitas

gastrointestinal normal setelah dilakukan pembedahan abdomen, biasanya berlangsung


3-5 hari. Jika POI berlangsung lebih lama maka dapat menjadikan postoperative
paralytic ileus. Tanda- tanda gastrointesinal mengalami POI seperti kembung dan kram
pada abdomen.
Subyek penelitian pada jurnal utama dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing- masing sebanyak 50 pasien yang
menjalani relaparotomy untuk penutupan stoma yang dibuat sementara karena diagnosa
adanya typhoid perforation. Kelompok intervensi, mengunyah permen karet tiga kali
sehari masing- masing 1 jam dimulai 6 jam setelah operasi hingga flatus pertama.
Sedangkan kelompok kontrol tetap tidak diberikan makanan secara oral selama
postoperatif hingga flatus pertama.
Tabel 1. Postoperative Monitoring

Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil monitor postoperasi diperoleh


kasus mual/ muntah lebih sering terjadi pada kelompok kontrol dibandingkan dengan
kelompok intervensi p= 0,02 (14 kasus : 25 kasus). Sedangkan untuk munculnya

bising usus lebih awal kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol p= 0,040.
Hal yang sama ditunjukan dengan kejadian flatus, defekasi serta rasa lapar yang lebih
awal dialami oleh kelompok intervensi.
POI biasa terjadi setelah pembedahan abdomen dan merupakan salah satu
faktor penghambat hospital discharge. Komplikasi potensial dari memanjangnya
waktu POI meliputi peningkatan nyeri postoperatif, mual dan muntah, komplikasi
pulmo, kamanya waktu penyembuhan luka, tertundanya intake oral dan mobilisasi,
hospitalisasi menjadi lama, dan bertambahnya biaya perawatan. Untuk mengurangi
beban akibat POI maka dapat dilakukan antara lain pemberian makan setelah
postoperative, mobilisasi, dan menyunyah permen karet atau sham feeding (ketika
makanan dibau atau dikunyah tetapi tidak ditelan). Sham feeding merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan motilitas bowel. Salah satu
bentuk dari sham feeding adalah mengunyah permen karet. Mengunyah permen karet
bekerja dengan menstimulasi motilitas intestinal melalui reflex cephalic vagal dan
meningkatkan produksi hormon gastrointestinal yang dihubungkan dengan motilitas
bowel sehingga dapat mengurangi POI (Yeh 2009 ; Marwah, Singla, and Tinna
2012).
Semua pasien dalam kelompok intervensi dapat mentoleransi dengan baik
dalam mengunyah permen karet. Dua belas pasien tetap melanjutkan mengunyah
permen karet meskipun telah diminta berhenti setelah terjadi flatus, karena pasien
merasakan segar dan merangsang selera makan. Penelitian tahun 2006 menyebutkan
mengunyah permen karet dapat menjaga mulut pasien dalam keadaan lembab setelah
pembedahan(Quah et al. 2006). Mengunyah permen karet selain merangsang
pelepasan hormon gastrointestinal juga merangsang sekresi saliva, enzim pankreas,
gastrin dan neurotensin (Li et al. 2013).
Dalam jurnal Multimodal interventions (chewing gum, early oral hydration
and early mobilisation) on the intestinal motility following abdominal gynaecologic
surgery menunjukan interval waktu terdengarnya bising usus normal, terjadinya ketut
dan defekasi lebih pendek kelompok intervensi (dengan intervensi multimodal)
dibanding dengan kelompok kontrol (Terzioglu et al. 2013). Pemilihan permen karet
sangat perlu diperhatikan, seperti tekstur permen karet dan juga menyediakan
berbagai pilihan rasa serta kandungan glukosa dalam permen karet (Andersson et al.
2015).

Penelitian mengenai mengunyah permen karet postoperasi laparotomi di ejurnal di Indonesia masih sangat sedikit. Dalam penelitian efektivitas mengunyah
permen karet terhadap motilitas saluran cerna pada ibu post seksio sesarea dengan
anestesi spinal di RSUD Koja didapatkan hasil bahwa dengan mengunyah permen karet
dapat meningkatkan motilitas usus saluran cerna, permen karet sendiri dinilai mudah
ditoleransi, aman dan murah. Hasil penelitian dalam jurnal tersebut menunjukkan
bahwa perbedaan rata-rata frekuensi bising usus diantara kedua kelompok setelah
mengunyah permen karet (p=0,00, x 0,05). Meskipun pada

kelompok perlakuan

maupun kelompok kontrol tidak ditemukan kejadian mual/muntah dan kembung setelah
intervensi, namun pada kelompok perlakuan kejadian mual/muntah lebih cepat hilang
satu jam. Mengunyah permen karet juga memberi efek flatus lebih cepat (13,5%)
dibanding dengan yang tidak mengunyah permen karet (Nainggolan 2006).
C. PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP LAMA
HOSPITALISASI PADA PASIEN LAPAROTOMY
Paralytic ileus karena pembedahan abdominal dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal

sehingga

mengakibatkan

tertundanya

epitelisasi,

dehisensi,

berkurangnya vena balik dan trombosis. Oleh karena itu, paralytic ileus dapat
menyebabkan bertambah lama waktu hospitalisasi.(Terzioglu et al. 2013).
Pasien dapat meninggalkan rumah sakit ketika fungsi saluran cerna sudah
normal yaitu feses sudah keluar, mulai dapat intake makanan oral secara biasa dan tidak
ada komplikasi. Lama hospitalisasi kelompok intervensi lebih pendek (rata- rata
8.302.91 hari) daripada kelompok kasus (rata- rata 9.604.18 hari). Akan tetapi hasil
tersebut tidak terlalu signifikan karena p=0,059 (Marwah, Singla, and Tinna 2012).
Bising usus, flatus dan defekasi pertama postoperasi dihubungkan dengan
durasi hospitalisasi. Pada penelitian dalam jurnal Multimodal interventions (chewing
gum, early oral hydration and early mobilisation) on the intestinal motility following
abdominal gynaecologic surgery membagi subyek penelitian menjadi 8 kelompok.
Kelompok pertama diberikan intervensi multimodal (mengunyah permen karet, hidrasi
oral lebih awal dan mobilisasi dini) dan kelompok empat hanya diberikan mengunyah
permen karet. Kelompok pertama lebih awal terdengar bising usus, flatus dan
defekasinya dibanding kelompok- kelompok lain. Mobilisasi, hidrasi awal dan stimulasi
aktivitas intestinal dengan mengunyah permen karet dapat memperpendek durasi
hospitalisasi pasien postoperasi. Berdasarkan penelitian Terzigoglu et al, pasien yang

memiliki kebiasaan BAB teratur pada preoperatif bising usus dan aktivitasnya lebih
cepat (awal) terdengar. ( Terzioglu et al. 2013).
Berdasarkan jurnal effects of chewing gum against postoperative ileus after
pancreaticoduodenectomy- a randomized controlled trial menunjukkan bahwa durasi
hospitalisasi pasien yang mengunyah permen karet saat postoperasi juga tidak
menunjukkan hasil yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Hal tersebut
mungkin berhubungan karena kurangnya jumlah partisipan, perbedaan jenis
pembedahan, kemampuan pasien untuk melakukan koping baik fisik dan mentalnya
bukan hanya masalah yang berkaitan dengan POI. Jenis pembedahan merupakan risiko
utama terjadinya komplikasi postoperatif yang mungkin dapat memperlama pasien
dihospitalisasi (Andersson et al. 2015).

D. Bagaimana hubungan suara usus (motilitas usus) terhadap sensasi lapar serta
kemampuan pasien untuk makan.

BAB V
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Perawat dapat menjelaskan kepada klien bagaimana pengaruh mengunyah permen
karet untuk mengurangi efek samping POI setelah dilakukan laparotomy.
2. Perawat mengedukasi klien untuk mengunyah permen karet dan intervensi lain
(disesuai status kesehatan dan kemampuan pasien) untuk mencegah komplikasi POI
dan melakukan monitor terhadap kondisi pasien khususnya yang berhubungan dengan
motilitas gastrointestinal.
3. Perawat dapat mengkaji kondisi kesehatan klien sebelum dan setelah diberikan
permen karet untuk dikunyah.
4. Perawat berkolaborasi dengan dokter serta melibatkan klien agar dapat memilih
permen karet yang sesua untuk klien mulai dari memperhatikan textur, warna dan
kandungan glukosa yang ada dalam permen karet
5. Perawat sebaiknya mengetahui kandungan apa saja yang ada dalam permen karet dan
efek samping yang menguntungkan dan merugikan sebelum menganjurkan
melakukan terapi chewing gum tersebut.

BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Andersson, Thomas, Kristofer Bjers, Kristin Falk, and Monika Fagevik Olsn. 2015.
Effects of chewing gum against postoperative ileus after pancreaticoduodenectomy a randomized controlled trial. BMC Research Notes 8 (1): 15. doi:10.1186/s13104015-0996-0.
Li, Shan, Yanqiong Liu, Qiliu Peng, Li Xie, Jian Wang, and Xue Qin. 2013. Chewing gum
reduces postoperative ileus following abdominal surgery: A meta-analysis of 17
randomized controlled trials. Journal of Gastroenterology & Hepatology 28 (7):
112232. doi:10.1111/jgh.12206.
Longstreth, George. 2015. Ileostomy: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Accessed May
24. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007378.htm.
Marwah, Sanjay, Sham Singla, and Pradeep Tinna. 2012. Role of Gum Chewing on the
Duration of Postoperative Ileus Following Ileostomy Closure Done for Typhoid Ileal
Perforation: A Prospective Randomized Trial. Saudi Journal of Gastroenterology 18
(2): 11117. doi:10.4103/1319-3767.93812.
Nainggolan, Annita. 2006. Efektivitas mengunyah permen karet terhadap motilitas saluran
cerna pada ibu post seksio sesarea dengan anestesi spinal di RSUD Koja.
http://core.ac.uk/download/pdf/12123626.pdf.
Parnaby, Craig N., Alisdair J. MacDonald, and John T. Jenkins. 2009. Sham Feed or Sham?
A Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials Assessing the Effect of Gum
Chewing on Gut Function after Elective Colorectal Surgery. International Journal of
Colorectal Disease 24 (5): 58592. doi:10.1007/s00384-009-0661-y.
Quah, H. M., A. Samad, A. J. Neathey, D. J. Hay, and A. Maw. 2006. Does gum chewing
reduce postoperative ileus following open colectomy for left-sided colon and rectal

cancer? -- a prospective randomized controlled trial. Colorectal Disease 8 (1): 64


70. doi:10.1111/j.1463-1318.2005.00884.x.
Singn, Sanjay. 2010. Closure of Loop Ileostomy. EIDO Healtcare Ltd.
http://www.mogodaysurgery.com.au/wp-content/uploads/2011/02/CR05-Closure-ofLoop-Ileostomy.pdf.
Terzioglu, Fusun, Sevgi imsek, Kubra Karaca, Nilay Sariince, Pinar Altunsoy, and Mehmet
Coskun Salman. 2013. Multimodal interventions (chewing gum, early oral hydration
and early mobilisation) on the intestinal motility following abdominal gynaecologic
surgery. Journal of Clinical Nursing 22 (13/14): 191725. doi:10.1111/jocn.12172.
Yulianto. 2003. Gula permen karet menjaga kesehatan gigi.

Anda mungkin juga menyukai