Anda di halaman 1dari 18

BAB II LAPORAN KASUS

No. ID dan Nama Peserta :


/ dr. Nyoman Gede Prayudi
No. ID dan Nama Wahana:
/ RSUD Karangasem
Topik: Stroke Non Hemoragik
Tanggal (kasus) : 4 Mei 2015 (pkl.08.00 wita)
Nama Pasien : Bpk. IKP
No. RM :140581
Tanggal presentasi : 7 Mei 2015
Pendamping: dr. Made Supatriasih
Tempat presentasi: Ruang Komite Medik RSUD Karangasem
Obyek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Laki-laki, 59 tahun, petani, suku Bali, dikeluhkan anggota gerak kanan tiba-tiba lemas
dan susah digerakkan. Keluhan ini terjadi saat pasien istirahat. Setelah itu, pasien juga
dikeluhkan tidak bisa diajak berkomunikasi secara tiba-tiba. Pasien tidak pusing, tidak muntah,
dan tidak hilang kesadaran.
Pasien tidak mengeluh sesak, BAK dan BAB (+) normal. Pasien sering mengkonsumsi makanan
asin. Pasien merokok 6 batang sehari. Pasien memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi
sejak 3 tahun yang lalu, namun tidak berobat secara teratur. Setelah diberitahu bahwa pasien
darah tinggi, pasien langsung berhenti merokok. Bagi pasien ini merupakan serangan yang
pertama kali.
Tujuan: Mampu mendignosis stroke non hemoragik, melakukan rujukan yang tepat serta
memahami tatalaksana perawatan yang tepat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
bahasan:
Cara
membahas:

pustaka
Diskusi

Presentasi dan

E-mail

Pos

diskusi

Data Pasien: Nama: Bpk. IKP


Instalasi
IRD RSUD Karangasem
Data utama untuk bahan diskusi:

No.Registrasi:140581

BAB II LAPORAN KASUS


1. Gambaran klinis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarga, dikeluhkan tiba-tiba lemas dan anggota gerak
kanan susah digerakkan. Keluhan ini terjadi saat pasien istirahat. Sebelumnya sejak
2 hari yang lalu pasien sudah merasakan melai lemas pada tangan dan kaki kanan, dan
juga kesemutan. Riwayat jatuh atau trauma sebelumnya disangkal.
Selain itu, pasien juga dikeluhkan tidak nyambung saat berkomunikasi i secara
tiba-tiba sejak bangun pagi. Pasien tidak dikeluhkan merasa nyeri kepala sebelumnya,
tidak muntah, dan tidak hilang kesadaran.
Pasien tidak mengeluh sesak, BAK dan BAB (+) normal. Pasien sering
mengkonsumsi makanan asin. Pasien merokok 6 batang sehari. Pasien memiliki
riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak 3 tahun yang lalu, namun tidak berobat secara
teratur. Setelah diberitahu bahwa pasien darah tinggi, pasien langsung berhenti merokok.
Bagi pasien ini merupakan serangan yang pertama kali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, namun tidak terkontrol dengan baik. Riwayat
penyakit jantung, asma, kencing manis, dan alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan selama ini hanya berobat ke mantri, dan oleh mantri pasien
diberikan obat namun pasien tidak tahu nama obatnya. Setelah beberapa saat pasien
berhenti berobat karena dirasakan tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita keluhan
yang sama dengan pasien.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien dikatakan tidak memiliki pekerjaan. Dikatakan sebelum keluhan ini
muncul pasien merokok 6 batang per hari dan suka makan makanan asin.

BAB II LAPORAN KASUS

Pada pemeriksaan fisis ditemukan:


Pemeriksaan Khusus :
Kondisi Umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: E4VxM5 /Afasia Sensorik

Gizi

: Baik

Tinggi badan

: 160 cm

Berat badan

: 60 kg

Tekanan darah

: 150/90 mmHg

Nadi

: 56 kali/menit

Respirasi

: 18 kali/menit

Suhu aksila

: 36,4C

Pemeriksaan Umum
Mata

: Anemis -/-, ikterus -/-, RP +/+ isokor,

THT
Telinga

: Sekret -/-, hiperemis -/-

Hidung

: Sekret (-)

Tenggorokan

: Tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)

Lidah

: Papil atrofi (-)

Leher
Thorax

: JVP + 2 cmH2O, kelenjar tiroid normal, pembesaran KGB (-)


: Simetris (+), retraksi (-)

Cor
Inspeksi

: Tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi

: Iktus kordis teraba pada ICS V MCL S, kuat angkat (-)

Perkusi

: Batas atas jantung ICS II kiri


Batas kanan jantung PSL kanan
Batas kiri jantung MCL kiri ICS V

Auskultasi

: S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo
Inspeksi

: Simetris statis dan dinamis

BAB II LAPORAN KASUS


Palpasi

: Vocal fremitus N/N

Perkusi

: Sonor/sonor

Auskultasi

: Vesikuler +/+, Rhonchi -/-, Wheezing -/-

Abdomen :
Inspeksi

: Distensi (-), ascites (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Hepar/lien ttb, ginjal ttb balotement (-/-), nyeri ketok CVA (-/-),

Perkusi

: Timpani, ascites shifting dullness (-)

Status Neurologis
Kesadaran

: Compos mentis, Afasia Sensorik

GCS

: E4 Vx M5

Gerakan abnormal

: Tidak ada

a. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk

: - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)

2. Brudzinski I

: -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)

3. Brudzinski II

: -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)

4. Kernig

: -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135/tidak terdapat

tahanan sblm mencapai 135)


5. Laseque

-/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70 o/tidak timbul

tahanan sebelum mencapai 70o)


b. Nervus Kranialis
1. N-I (Olfaktorius)

: Tidak dapat dievaluasi

2. N-II (Optikus)
a. Visus

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b. Warna

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Funduskopi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

d. Lapang pandang

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)


5

BAB II LAPORAN KASUS


Gerakan bola mata

: Tidak dapat dievaluasi

a. Ptosis

:- /-

b. Pupil

: Isokor, bulat, 3mm / 3mm

e. Refleks Pupil
langsung

:+/+

tidak langsung

:+/+

4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik

Tidak dapat dievaluasi

b. Motorik

Tidak dapat dievaluasi

c. Refleks kornea

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

a. Sensorik (indra pengecap) :

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

5. N-VII (Fasialis)
b. Motorik
Angkat alis

Tidak dapat dievaluasi, terlihat simetris kanan dan

Tidak dapat dievaluasi

Menggembungkan pipi :

Tidak dapat dievaluasi

Menyeringai`

Tidak dapat dievaluasi

Sulkus Nasolabialis

Mendatar pada sisi kanan

Sudut Bibir

Sudut bibir kanan terletak lebih rendah.

Gerakan involunter

-/-

Nistagmus

Tidak ditemukan

Tes Romberg

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Tes Rinne

Tidak Dilakukan Pemeriksaan.

Tes Schwabach

Tidak Dilakukan Pemeriksaan.

Tes Weber

Tidak Dilakukan Pemeriksaan.

kiri
Menutup mata

6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan

b. Pendengaran

7. N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)

BAB II LAPORAN KASUS


a. Refleks menelan

Tidak dapat dievaluasi

b. Refleks batuk

Tidak dapat dievaluasi

c. Perasat lidah (1/3 anterior) :

Tidak Dilakukan Pemeriksaan.

d. Refleks muntah

Tidak Dilakukan Pemeriksaan.

e. Posisi uvula

Normal; Deviasi ( - )

f. Posisi arkus faring

Simetris

8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus :
b. Kekuatan M. Trapezius

Tidak dapat dievaluasi

Tidak dapat dievaluasi

9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah

:-

b. Atrofi lidah

:-

c. Ujung lidah saat istirahat : d. Ujung lidah saat dijulurkan: Tidak dapat dievaluasi
e. Fasikulasi

:-

c. Pemeriksaan Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Biceps

N/N

Triceps

N/N

Achiles

N/N

Patella

N/ N

Babinski

+/ -

Oppenheim

-/-

Chaddock

-/-

Gordon

-/-

Scaeffer

+/-

Hoffman-Trommer

-/-

b. Refleks Patologis

2. Kekuatan Otot

BAB II LAPORAN KASUS


Tidak dapat dievaluasi

Tidak dapat dievaluasi

Ekstremitas Superior Dextra


Tidak dapat dievaluasi

Ekstremitas Superior Sinistra


Tidak dapat dievaluasi

Ekstremitas Inferior Dextra

Ekstremitas Inferior Sinistra

3. Tonus Otot
a. Flaksid

: + /-

b. Spastik

: -/-

d. Sistem Ekstrapiramidal
1. Tremor

2. Chorea

3. Balismus

Tidak ditemukan saat dilakukan pemeriksaan


e. Sistem Koordinasi
1. Romberg Test

Tidak Dilakukan Pemeriksaan.

2. Tandem Walking

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

3. Finger to Finger Test

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

4. Finger to Nose Test

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

1. Atensi

Tidak dapat dievaluasi

2. Konsentrasi

Tidak dapat dievaluasi

3. Disorientasi

Tidak dapat dievaluasi

4. Kecerdasan

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

5. Bahasa

Tidak dapat dievaluasi

6. Memori

Tidak dapat dievaluasi

7. Agnosia

Tidak dapat dievaluasi

f. Fungsi Kortikal

g. Susunan Saraf Otonom


Inkontinensia

:-

BAB II LAPORAN KASUS


Hipersekresi keringat

:-

Skor Siriraj

={ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri

kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) } (3 x petanda ateroma) 12


= {(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0 ) + (0,1 x 70)}- (3 x 1) 12
= -8 Strok Non Hemoragik
Algoritma Gajah Mada :
Penurunan kesadaran (-), Nyeri Kepala (-), Refleks Babinski (+) = Stroke Non Hemoragik
2. Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap (04/05/2015)
Parameter

Nilai

Unit

Remarks

Nilai Normal

WBC

7,11

103/L

Normal

4,10-11,00

#Ne

4,68

103/L

Normal

2,50 -7.50

#Lym

1,43

103/L

Normal

1,00- 4,00

#Mo

1,55

103/L

Normal

0,10-1,20

#Eo

0,422

103/L

Normal

0,00 0,50

#Ba

0,064

103/L

Normal

0,00 0,10

RBC

4,38

103/L

Normal

4,50 5,90

HGB

13,8

g/dl

Normal

13,50 17,50

HCT

41

41,00 53,00

MCV

93,7

fl

Normal

80,00 97,00

MCH

31,5

pg

Normal

27,00 31,20

MCHC

33,7

g/dl

Normal

31,80 35,40

PLT

251

K/ul

Normal

150,00 440,00

Kimia Klinik dan Elektrolit (04/05/2015)


9

BAB II LAPORAN KASUS


Parameter

Nilai

Remarks

Nilai Normal

BUN

35

Normal

10,00 50,00

Creatinin

0,62

Normal

0,70 1,20

GDS

130

Normal

70 140

Na

138

Normal

133-145

4,4

Normal

3,48-5,50

Cl

107

Normal

96-109

Foto Thoraks (04/05/15)

Tampak kedua lapangan paru dalam batas normal


Sinus costophrenicus kanan-kiri lancip
Tampak corakan bronkovaskuler di kedua lapangan paru normal
CTR 52%

Kesimpulan : Paru dan Cor dalam batas normal


EKG (04/05/2015)
10

BAB II LAPORAN KASUS

Irama: Sinus
Rate: 56x/menit
Regularitas: Regular
Interval P-R: 0,12s
QRS kompleks: Q patologis (-)

Kesimpulan :

Sinus Bradikardi

CT Scan (06/05/2015)

11

BAB II LAPORAN KASUS

Tak tampak lesi hipo/hiperdens pada parenkim

Sulkus dan Gyri dalam batas normal

Sistem ventrikel dan sisterna tidak melebar

Tak tampak kalsifikasi abnormal

Kesimpulan: Saat ini tidak tampak lesi pada parenkim otak

Diagnosis Kerja

Stroke Non Hemoragik + Hipertensi

Terapi
MRS
IVFD NaCl 12tpm
O2 6 liter per menit (sungkup)
Citicoline 1x1000 mg (dalam NaCl 500 cc)
NGT 4x100 cc
Ranitidine 2x1 amp.

12

BAB II LAPORAN KASUS

Aspilet 320 mg lanjut 1x80mg po


Captopril 2x25 mg

6. Monitoring
-

Keluhan: nyeri, tanda peningkatan TIK

Tanda vital: tekanan darah, nadi, kecepatan nafas dan temperatur axilla.

7. KIE
- Mengurangi makan makanan asin untuk control tekanan darah.
Daftar Pustaka:
1. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2005. h.81-82
2. Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
3. Bronstein SC, Popovich JM, Stewart-Amidei C. Promoting Stroke Recovery. A ResearchBased Approach for Nurses. St.Louis, Mosby-Year Book, Inc., 1991:13-24.
4. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8 th Edition.
McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
5. Roger VL, Go AS, Lloyd-Jones DM, Benjamin EJ, Berry JD, Borden WB, et al. Heart
disease and stroke statistics--2012 update: a report from the American Heart Association.
Circulation. Jan 3 2012;125
6. Kasner SE, Grotta JC. Emergency identification and treatment of acute ischemic stroke.
Ann Emerg Med. Nov 1997;30(5):642-53
7. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Batu buli-buli (Vesikolithiasis)
2. Penatalaksanaan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

13

BAB II LAPORAN KASUS


1. Subyektif:
Pasien datang diantar keluarga, dikeluhkan tiba-tiba lemas dan anggota
gerak kanan susah digerakkan. Keluhan ini terjadi saat pasien istirahat.
Sebelumnya sejak 2 hari yang lalu pasien sudah merasakan melai lemas pada
tangan dan kaki kanan, dan juga kesemutan. Riwayat jatuh atau trauma
sebelumnya disangkal.
Selain itu, pasien juga dikeluhkan tidak nyambung saat berkomunikasi
i secara tiba-tiba sejak bangun pagi. Pasien tidak dikeluhkan merasa nyeri
kepala sebelumnya, tidak muntah, dan tidak hilang kesadaran.
Pasien tidak mengeluh sesak, BAK dan BAB (+) normal. Pasien sering
mengkonsumsi makanan asin. Pasien merokok 6 batang sehari. Pasien
memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi sejak 3 tahun yang lalu,
namun tidak berobat secara teratur. Setelah diberitahu bahwa pasien darah
tinggi, pasien langsung berhenti merokok. Bagi pasien ini merupakan
serangan yang pertama kali.

2. Obyektif:
Status Present
Kesadaran

: Compos mentis/Afasia Sensorik (GCS E4VxM5)

Tekanan darah

: 150/90 mmHg

Nadi

: 56 x/menit

Respirasi

:18 x/menit

Suhu aksila

: 36,4 oC

Status General
Mata

: Anemis -/-, ikterus -/-, RP +/+ isokor,

THT
Telinga

: Sekret -/-, hiperemis -/-

Hidung

: Sekret (-)

Tenggorokan

: Tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)

Lidah

: Papil atrofi (-)

Leher

: JVP + 2 cmH2O, kelenjar tiroid normal, pembesaran KGB (-)

14

BAB II LAPORAN KASUS


Thorax

: Simetris (+), retraksi (-)

Cor

: dbn

Pulmo

: dbn

Abdomen :
Inspeksi

: Distensi (-), ascites (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Hepar/lien ttb, ginjal ttb balotement (-/-), nyeri ketok


CVA (-/-)

Perkusi

: Timpani, ascites shifting dullness (-)

Genitalia Eksterna : Edema skrotal -/-

Ekstremitas

: Hangat

, edema (-).

Status Neurologis:
Lesi n. VII sinistra supranuclear + tonus flaksid pada ekstremitas kanan +
babinski sign (+) -> Kesan lateralisasi kanan
3. Assesment:
Stroke non hemoragik + Hipertensi
Diagnosis ditegakkan dengan mempertimbangkan faktor temuan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik penderita, dan pemeriksaan penunjang.
TEORI

KASUS

1. Gejala stroke tergantung dari topis otak yang 1. Pada pasien : Pasien mengalami
mengalami gangguan perederan darah. Pada kelumpuhan
topis

korteks

hemiparesis

dan

biasanya
lesi

nervus

cranialis kelemahan dan kesemutan pada


tubuh

otak biasanya akan bermanifestasi hemiparesis pemeriksaan


dimana

mendadak,

bermanifestasi dimana pada awalnya dirasakan

kontralateral. Berbeda bila topis pada batang separuh


alternan

secara

hemiparesis

kanan.

fisik

Pada

didapatkan

kontralateral status neurologis kesan lesi nervus

ekstremitas disertai dengan lesi nervus cranialis VII supranucear yang ditandai
15

BAB II LAPORAN KASUS


ipsilateral.

oleh sulcus nasolabialis kanan


yang mendatar dan sudut bibir
kanan yang lebih rendah.

2. Gejala stroke haruslah bersifat mendadak, 2. Pasien dikeluhkan lemah secara


dikarenakan supali oksigen ke parenkim otak mendadak, dimana
yang terputus secara tiba-tiba baik karena pasien

sebelumnya

sudah

merasakan

penyumbatan ataupun kebocoran pembuluh kelemahan dan kesemutan pada


darah otak.

ekstremitas

kanan.

Keluhan-

keluhan ini tidak diawali oleh


cedera ataupun trauma

3. Pada stroke non hemoragik, biasanya ditemui 3.

Pasien

memiliki

riwayat

faktor resiko yang mentertai. Riwayat diabetes tekanan darah tinggi sejak 3 tahun
militus,

hipertensi,

dan

gangguan

jantung yang lalu. Pasien sempat berobat

merupakan tanda atheroma yang khas pada untuk


pasien stroke hemoragik

beberapa

berhenti

saat,

karena

merasakan

namun

pasien

keluhan

saat

tidak
tidak

mengkonsumsi obat.

4. Pada orang yang dominan menggunakan


tangan kanan, lesi korteks pada area broca
ataupun wernicke kiri dapat bermanifestasi
afasia pada pasien, dimana afasia sensorik,
afasia motorik, ataupun afasia global dapat
dialamai pasien. Afasia sensorik merupakan
manifestasi dari lesi area Wernicke bila pasien
masih

bisa

berbicara

tapi

tidak

mampu

menangkap perintah, Afasia motorik merupakan

4. Pasien dikeluhkan tiba-tiba


tidak bisa diajak berkomunikasi,
namun

masih

bisa

berbicara

sendiri seperti orang mengigau.


Hal

ini

menunjukkan

bahwa

pasien mengalami afasia sensorik


yang merupakan tanda lesi dari
area wernicke.

manifestasi dari lesi area broca bila pasien tidak


mampu berbicara tapi masih bisa menjalankan
perintah. Sedangkan afasia global bila pasien

16

BAB II LAPORAN KASUS


sama

sekali

tidak

dapat

berbicara

dan

menjalalankan perintah.
5. Pada stroke hemoragik baik ICH maupun
SAH dapat menimbulkan manifestasi klinis
iritasi rangsangan meningeal (+). Bila pada
pasien dengan tanda stroke tidak dijumpai kaku

5. Pada pemeriksaan fisik pasien


idak dijumpai adanya tanda iritasi
selaput meningeal.

kuduk dan tanda iritsi meningeal, maka diagnosa


lebih ke arah stroke non hemoragik.
6. Refleks patologis merupakan salah satu tanda
dari lesi upper motor neuron, dimana refleks ini
merupakan manifestasi dari lesi pada traktus
piramidalis. Refleks babinski atau variannya
akan

positif

bila

ada

lesi

pada

6.

Dari

pemeriksaan

reflek

patologis, reflek babinski daan


schaffer (+)

traktus

piramidalis.
7. Pada situasi tertentu dimana pemeriksaan
penunjang seperti CT-Scan ataupun MRI tidak
bisa dilakukan, maka untuk membedakan stroke
on hemoragik dengan stroke hemoragik bisa
menggunakan siri raj score. Dimana komponen
dari siri raj score ini adalah derajat kesadaran,
muntah, nyeri kepala, tekanan darah diastolik,

7. Pasien dikatakan tidak pernah


mengeluh nyeri kepala, muntah,
maunpun

penurunan

sebelumnya.

kesadaran

Sedangkan

pasien

emiliki riwayat atheroma (dalam


hal ini hipertensi). Skor siri raj: -8

dan tanda-tanda atheroma (kelainan pembuluh


darah) . Bila skor lebih atau sama dengan satu
maka diagnosis mengarah ke stroke hemoragik,
sedangkan bila kurang atau sama dengan -1
maka diagnosis lebih mengarah ke stroke non
hemoragik.
8. Pada kasus stroke non hemoragik hiperakut
(0-6 jam), CT Scan terlihat normal pada >50% 8. Dari pemeriksaan CT Scan pada
kasus. Gambaran CT Scan yang khas pada non pasien ini, tidak didapatkan

17

BAB II LAPORAN KASUS


hemoragik adalah hipodensitas. Pada infark akut gambaran lesi hipodens ataupun
(6-24 jam) gambaran-gambaran tersebut dapat hiperdens. Hal ini dapat dijelaskan
terlihat makin jelas.

karena

onset

yang

hiperakut,

ataupun pembuluh darah yang


mengalami penyumbatan relatif
kecil.

KIE:
Mengurangi makan makanan asin untuk mengontrol tekanan darah serta
merubah gaya hidup menjadi tidak merokok dan diet makanan rendah

garam.
Melakukan kontrol rutin an fisioterapi untuk mempercepat pemulihan
dan menghindari terjadinya atrofi.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit
dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai Peningkatan TIK yang
menyebabkan Herniasi Batang Otak

Amlapura,7 Mei 2015


Peserta

dr. Putu Yudhi Nusartha Diputra

Pendamping

dr. Made Supatriasih

18

BAB II LAPORAN KASUS

19

Anda mungkin juga menyukai