Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak terjadi pada masa neonatus.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir
disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia.
WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini
terjadi di negara-negara berkembang.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Kasus terbanyak terjadi pada anak
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
Pneumonia termasuk masalah yang mengancam keselamatan jiwa, karena sistem
pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu, perawat maupun tim kesehatan lain harus
mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang ada pada anak (bayi) yang menderita
pnuemonia.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada
anak dengan pneumonia
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu memahami konsep medis tentang pneumonia.
Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada anak dengan pneumonia.
Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan pada anak dengan
pneumonia.

BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi

Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak
(Suriani, 2006).
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang menginvasi jaringan paru (DEPKES. 2006).
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme
dan kadang non infeksi. Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru
yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
B. Etiologi
1. Virus pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi pada
usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.
2. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim
terjadi pada anak normal.
3. Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda
4. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan,
parainfluenzae, influenzae dan adenovirus
5. Aspirasi makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
C. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi :
a. Pneumonia lobaris, yaitu radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus
paru-paru
b. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia), yaitu radang pada paru-paru yang mengenai
satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate
c. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis), yaitu radang pada dinding alveoli (interstitium)
dan peribronkhial dan jaringan interlobular
D. Cara penularan
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak atau
orang dewasa sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran
pernafasan mereka. Bisa juga tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang yang sedang
sakit. Penular biasanya lebih sering dari orang serumah, teman sepermainan, atau teman di
sekolah. Faktor risiko penularan makin besar ketika bayi atau balita menderita kekurangan gizi
dan tidak mendapatkan ASI. Disamping itu tidak mendapatkan imunisasi, kurang vitamin A,
bayi terpapar asap rokok, asap dapur dan polusi lingkungan juga meningkatkan faktor risiko
menderita pneumonia.
E. Patofisiologi

Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus
dan epitel bersilia di saluran nafas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun
sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi
maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak
tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat
virus pada saluran nafas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian
bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan
virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran nafas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada
keadaan normal berkolonisasi di saluran nafas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis
dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks )
dapat

terjadi

melalui

penyebaran

hematogen

baik

dari

sumber

terlokalisir

atau

bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan


respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis.
F. Manifestasi klinis
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi)
2. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif
3. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal
4. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung, kadang-kadang
terdapat nasal discharge (ingus)
5. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing
6. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung

7. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen


8. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis
9. Malaise, gelisah, cepat lelah
10. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
11. Pemeriksaan laboratorium : lekositosis
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial). Dapat juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
3. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui kondisi paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
5. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
H. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi sebagai
berikut :
1. Otitis media akut (OMA) yaitu sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba
eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan
hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi
2. Efusi pleura
3. Emfisema
4. Meningitis
5. Abses otak
6. Endokarditis
I. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia harus diberikan terapi secepatnya, maka :
1. Penicillin G : untuk infeksi pneumonia staphylococcus
2. Amantadine, rimantadine : untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma
4. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
5. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia
6. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup
J. Konsep tumbuh kembang pada anak
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu PERTUMBUHAN dan PERKEMBANGAN.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran baik besar, jumlah, atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek

perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk pula perubahan
pada aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisis sedangkan proses perkembangan
berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual dan emosional organ atau individu.
Secara garis besar tumbuh kembang dibedakan kedalam 3 jenis yaitu:
1. Tumbuh kembang fisis
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuaran besar dan fungsi organisme atau
individu. Perubahan fungsi ini bervariasi dari fungsi tingkat molekular yang sederhana
seperti aktivasi enzim terhadap diferensiasi sel, sampai kepada psoses metabolisme yang
kompleks dan perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan remaja.
2. Tumbuh kembang intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan
kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti berbicara,
bermain, berhitung atau membaca.
3. Tumbuh kembang emosional
Proses tumbuh kembang emosional bergantung kepada kemampuan bayi untuk membentuk
ikatan batin, kemampuan untuk bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk
menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan kemampuan untuk rangsangan agresif.
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa prenatal mulai masa embrio
(mulai konsepsi sampai 8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir), serta masa
pascanatal mulai dari masa neonates (0-28 hari), masa bayi (29 hari 1 tahun), masa anak
(1-2 tahun), masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas masa sekolah (6-12 tahun) dan
masa remaja (12-18 tahun).
Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi sebagai
faktor yang saling bekaitan, yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok
yaitu :
1. Faktor genetic : Faktor genetik ini merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun yang
termasuk dalam faktor genetik diantaranya adalah faktor bawaan yang normal atau
patoloigik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

2. Faktor lingkungan : Berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh


kembang anak lazim digolongkan menjadi lingkungan biopsikosial, yang diadalamnya
tercakup komponen biologis (fisis), psikologis, ekonomi, sosial, politik dan budaya.
3. Faktor perilaku : Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang anak.
Perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa dalam masa kehidupan
selanjutnya. Belajar sebagai aspek utama aktualisasi, merupakan proses pendidikan yang
dapat mengubah dan membentuk perilaku anak. Dorongan kuat untuk perubahan perilaku
dapat diartikan positif atau negative, bergantung kepada apakah sifat dorongan tersebut
merupakan pengalaman yang baik, menyenangkan, menggembirakan atau sebaliknya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat pengaruh berbagai faktor
lingkungan akan mempunyai dampak luas terhadap sosialisasi dan disiplin anak.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa
Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
Sering terjadi pada bayidan anak
Banyak < 3 tahun
Kematian terbanyak bayi < 2 bulan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak napas
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,kemudian
mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada
anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensi abdomen dan kaku kuduk. Timbul
batuk, sesak, nafsu makan menurun. Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah
sesak nafas, cyanosis ataubatuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran
kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam
(seizure).
c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas. Predileksi penyakit


saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14
hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta
kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar
3. Pemeriksaan Fisik
a. Data Fokus
Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral,
distensi abdomen. Batuk non produktif sampai produktif, dana nyeri dada
Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkinan membesar
Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit
Auskultasi : Ronkhi halus, Ronkhi basah, Tachicardia
b. Body System
Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/
nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,

ronchii pada lapang paru


Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah
menurun
Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
Sistem genitourinaria
Subyektif : Obyektif : produksi urine menurun/normal
Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan
otot aksesoris pernafasan
Sistem Integumen
Subyektif : Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan

Data dasar pengkajian pasien :


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
d.
e.
f.

g.
h.
4.

5.

6.

(malnutrisi)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
Sputum : Merah muda,berkarat
Bunyi nafas menurun
Warna : Pucat/sianosis bibir dan kuku
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal : AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 8 hari
Faktor Psikososial/Perkembangan
Usia, tingkat perkembangan
Toleransi/kemampuan memahami tindakan
Koping
Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
Pengetahuan Keluarga, Psikososial
Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia
Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan
Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya
Koping keluarga
Tingkat kecemasan
Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
Hb : menurun/normal

Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar

karbon darah meningkat/normal


Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
B. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit
8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi
C. Intervensi
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret
Rencana tindakan :
a. Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan
bunyi nafas abnormal
b. Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 6 jam
c. Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lendir
d. Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas
e. Beri minum yang cukup, terutama air hangat
f. Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas
g. Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler
alveolus.
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan
oksigenasi jaringan secara adekuat
Rencana Tindakan :
a. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam
b. Beri posisi fowler/semi fowler
c. Beri therapy oksigen sesuai program
d. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan
e. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea
Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal
Rencana Tindakan :
a. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta
hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk
b. Monitor keseimbangan cairan, membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital
c. Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program

d. Lakukan oral hygiene


4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi
Rencana Tindakan :
a. Kaji toleransi fisik pasien
b. Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari
c. Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan
energi banyak agar sesuai aktifitas dengan kondisinya
d. Beri O2 sesuai program
e. Beri pemenuhan kebutuhan energi
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada
Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk
efektif dan suhu normal
Rencana Tindakan :
a. Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres hangat
b. Kelola pemberian antipiretik dan analgesik serta antibiotic sesuai program
c. Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang
e. Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk
f. Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
b. Beri kompres hangat
c. Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic
d. Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan tetesan infuse
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari
rumah sakit
Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus
diambil bila infeksi terjadi lagi
Rencana Tindakan :
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anak dengan bronchopneumonia
b. Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumahseperti keseimbangan
diit, istirahat dan aktivitas yang sesuai
c. Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR
kembali normal
d. Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program
e. Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit
f. Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh
g. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif
8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Tujuan : Kecemasan teratasi
Rencana Tindakan :
a. Kaji tingkat kecemasan anak
b. Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya

c. Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat
anaknya
d. Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan tujuan, manfaat,
bagaimana dia merasakannya
e. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif
D. Implemaentasi dan evaluasi
1. Prinsip Implementasi
Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan
fisioterapi dada setiap 4 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau

pengisapan, beri O2 sesuai program


Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put
Monitor suhu tubuh
Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien
Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS
Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan

bronchopneumonia
2. Evaluasi
Hasil evaluasi yang ingin dicapai :
Jalan nafas efektif, fungsi pernafasan baik
Analisa gas darah normal

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia
http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA ANAK

Oleh : Kelompok 7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

SUHARIT MAXUM 1103 MK 293


MARYANI
MAHNIM
DEDI TURMUZI
SUNARDI
IRWANDINO
TIKA RABAWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
LOMBOK TIMUR - NTB
2013/2014

Anda mungkin juga menyukai