Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Industri batik yang makin berkembang


Semenjak pemerintah mencanangkan Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober
2009, euforia batik di masyarakat makin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari semua
lapisan masyarakat yang memakai batik.
Hal ini mengakibatkan industri batik nasional meningkat akibat semakin banyaknya
permintaan terhadap batik, terutama setelah dinobatkannya batik menjadi warisan
dunia oleh UNESCO.
Industri batik di Kota Pekalongan, penghasil batik terbesar di Indonesia meningkat
menjadi 90,10% dari total industri di Pekalongan. Kota Pekalongan mempunyai 502
unit usaha batik yang tersebar di 16 sentra batik
(sumber: Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan)

Tingkat pencemaran sungai yang tinggi


Tapi, dibalik itu semua ternyata meningkatnya produksi batik di Pekalongan
khususnya, mengakibatkan pencemaran air sungai. Air sungai di Kota Pekalongan
berwarna kehitaman akibat limbah batik yang langsung dibuang ke kali tanpa diolah
terlebih dahulu.
(masih perlu dicari data pencemaran aktualnya)

IPAL yang kurang memadai


Kapasitas IPAL di Kelurahan Jenggot hanya 400 meter kubik dengan limbah sebesar
2000 meter kubik dari 48 unit usaha batik.
Kapasitas di Kelurahan Kauman hanya 130 meter kubik dengan limbah sebanyak 200
meter kubik dari 28 unit usaha batik.
Kelurahan Pasirsari dengan 79 unit usaha batik TIDAK MEMILIKI IPAL.
(Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan)
Kenapa? Pengadaan IPAL mahal dan rumit IPAL industri kapasitas 5000 meter kubik
= 45 juta.

Pekalongan merupakan salah satu penghasil singkong


Contoh, desa Rowocacing Desa Rowocacing yang hasil singkongnya selalu berlimpah
setiap tahunnya dengan luas kebun singkong 25% dari luas daerah desa Rowocacing
(10 Ha). Desa tersebut mampu menghasilkan singkong sebesar 100 ton dalam setiap
panen. (Sumber: Kementrian Kehutanan Pekalongan)

Tujuan:
1. Mengurangi tingkat pencemaran air
Dengan pemanfaatan kulit singkong sebagai absorben zat warna limbah industri,
diharapkan dapat menjadi alat yang bisa mengurangi tingginya tingkat pencemaran air di
kelurahan Pasirsari yang disebabkan karena ketidaktersediaannya IPAL di kelurahan itu.
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat
Pemahaman masyarakat disini lebih ditekankan kepada pemahaman tentang
pentingnya suatu sistem pengolahan air limbah pada suatu daerah khususnya daerah industri,
pemahaman tentang pembuatan dari pengolahan limbah itu sendiri, serta pemahaman tentang
pentingnya suatu lingkungan yang sehat dan bersih dari limbah.
3. Meningkatkan kemandirian masyarakat
Jadi, melalui pkm ini pada akhirnya nanti masyarakat diharapkan dapat
membuat dan mengontrol sistem pengolahan air limbah di daerahnya secara berkala
dan mandiri.

Anda mungkin juga menyukai