Anda di halaman 1dari 9

2

AgroinovasI

Biosecurity Budidaya Peternakan Ayam


Wabah penyakit pada usaha peternakan dapat menimbulkan kerugian yang
signifikan. Untuk meminimalisasi kerugian tersebut, perlu dilakukan metoda
pencegahan, termasuk praktek pengendalian penyakit yang disebabkan oleh
organisme patogen dan vektornya. Cara-cara melakukan kontrol tersebut secara
konprehensif disebut biosecurity. Biosecurity tidak harus identik dengan biaya
yang besar, namun dapat dilakukan dengan murah tetapi tetap memenuhi syarat
biosecurity.
Biosecurity berasal dari kata bio artinya hidup dan security artinya pengamanan.
Jadi biosecurity adalah sebagai suatu tindakan atau program yang dirancang untuk
mengurangi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh organisme dari satu lokasi
ke lokasi lainnya. Biosecurity praktis berhubungan dengan prosedur desinfeksi dan
sanitasi bahkan eradikasi atau mengurangi agen patogen sampai pada tingkat tidak
infeksius. Untuk suatu peternakan skala menengah, tindakan pencegahan seperti
vaksinasi dan monitoring secara serologi juga membantu menjamin kesehatan ternak.
Menjadi suatu kesulitan dan mahal untuk membersihkan, melakukan sanitasi dan
desinfeksi terhadap suatu fasilitas peternakan apabila sudah terkontaminasi oleh
patogen.
Ada tiga perlakuan utama dalam biosecurity yaitu isolasi, kontrol lalu lintas
dan sanitasi. Kontrol lalu lintas dan sanitasi merupakan metoda yang efektif
untuk mengendalikan manajemen resiko suatu penyakit pada satu flok. Bila dua
komponen tersebut diabaikan, maka dengan melakukan sanitasi akan sangat
membantu prinsip biosecurity tersebut. Sanitasi adalah pembersihan dan desinfeksi
semua peralatan dan bahan yang masuk maupun yang ada di peternakan, termasuk
kebersihan petugas kandangnya. Semua komponen tersebut sangat krusial untuk
mengeliminasi keberadaan agen penyakit. Pemilik peternakan harus mengontrol
beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit antara lain :
pembuangan bangkai ayam, ayam sakit, kontak dengan objek terkontaminasi
seperti pakaian, sepatu, pakan dan lain-lain. Dalam tulisan ini akan diulas tentang
biosecurity secara luas dan implementasinya di peternakan ayam ras maupun ayam
kampung yang dipelihara dengan biosekuriti sederhana. Biosecurity di peternakan
ayam menjadi penting, karena pemeliharaan ayam umumnya masal dan agribisnis
yang melibatkan banyak komponen, selain itu banyak penyakit ayam yang bersifat
contangious (cepat menular) dengan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) yang tinggi.
Bagaimana penyakit dapat menyebar dari satu peternakan ayam ke peternakan
lainnya?
Agen penyakit dapat menyebar ke suatu peternakan dengan berbagai cara yaitu:
Tertular dari ayam yang sakit.
Tertular dari ayam yang sehat, namun baru sembuh dari sakit, sehingga bertindak
Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

sebagai karier.
Sepatu atau pakaian dari tamu atau pegawai/petugas kandang yang berpindah
dari kandang/flok ke kandang/flok yang lain. Misalnya berbagai penyakit virus dan
bakteri (Salmonella, Campylobacter).
Terbawa masuk dari DOC yang datang (transmisi vertikal) atau dari ayam di
luar flok/kandang (transmisi horisontal).
Tertular melalui muntahan, debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure)
pada peralatan dan sarana lain seperti alat angkut truk, kandang ayam, tempat telur
dll.
Tertular melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen
penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome
dan virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, S. enteritidis, dan Mycoplasma
serta Aspergillus.
Terbawa dari bangkai ayam mati yang dibuang sembarangan.
Terbawa oleh air yang terkontaminasi oleh agen penyakit (Salmonella, Escherichia
coli dan fungi Aspergillus).
Tertular dari kumbang, lalat, caplak, tungau dan serangga lainnya, rodensia
(tikus), maupun hewan liar dan burung-burung liar. Burung liar merupakan
reservoar bagi penyakit ND, IB, Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella spp.
Kumbang merupakan reservoar sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek,
Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan
berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat
menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus
cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi vektor pembawa spirokhetosis.
Tungau Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan gangguan produksi ayam dan
kegatalan bagi karyawan, sedangkan Culicoides (agas atau mrutu) dapat menjadi
vektor Leucocytozoonosis yang cukup merugikan.
Dari pakan, tempat pakan dan kemasan pakan yang telah terkontaminasi.
Kontaminasi bahan baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen
seperti Salmonella spp atau IBD/Gumboro dan paramyxovirus, Egg Drop Syndrom,
Aflatoksin dapat menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit ini.
Terbawa oleh udara seperti virus vilogenik ND, ILT.
Tertular melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin. Vaksin unggas
terkontaminasi yang dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang
tidak bebas patogen spesifik (non-SPF) dapat mengandung patogen antara lain
adenovirus, reovirus, atau agen lain yang bertanggung jawab terhadap anemia
dan retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat ditularkan di antara ternak akibat
peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian vaksin atau petugas yang
terkontaminasi.
Untuk mengetahui seberapa jauh tindakan biosecurity di dalam suatu peternakan
yang diperlukan akan dipertimbangkan secara ekonomi, rasional dan resiko. Ayam
Badan Litbang Pertanian

Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

AgroinovasI

yang baru masuk merupakan resiko besar terhadap biosecurity karena statusnya
yang belum diketahui. Kemungkinan ayam-ayam baru tersebut sudah terinfeksi
atau peka terhadap infeksi yang sebenarnya ayam sudah terinfeksi, namun terlihat
normal. Manajemen all in all out (ayam masuk pada umur yang sama dan dipanen
dalam waktu yang sama) sudah umum diterapkan pada suatu peternakan. Cara
lain adalah menyediakan kandang karantina pada suatu lokasi yang terisolir pada
ayam yang baru masuk yang terpisah dengan ayam yang sudah ada. Karantina
dilakukan sekurang-kurangnya dilakukan selama 2 minggu dan sebaiknya adalah
4 minggu. Perhatikan ayam-ayam tersebut apabila ada tanda-tanda sakit. Menguji
darah ayam-ayam tersebut terhadap beberapa penyakit infeksius akan lebih baik.
Sebaiknya menggunakan bahan-bahan angkut dari plastik dan hindarkan dari
kayu. Bahan dari kayu akan sulit untuk dibersihkan dan merupakan media yang
baik untuk menularkan penyakit sampai jarak yang jauh. Agar dihindarkan DOC
baru dari kotoran, debu, dan bulu-bulu dari flok terdahulu.
Beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian secara cepat, namun ada
juga penyakit yang menyebabkan penularan lebih lama. Virus-virus penyebab
gangguan pernafasan cenderung lemah di luar tubuh inang, meskipun dapat
menempuh perjalanan sekitar 5 mil di udara bila kondisinya memuaskan. Tabel 1
menggambarkan lamanya agen penyakit dapat bertahan di luar tubuh unggas.
Tabel 1. Lama hidup agen penyebab penyakit di luar induk semang (host)
Agen Penyakit

Nama penyakit

Lama hidup di luar tubuh unggas

Virus avibirna

Infectious bursal diseases


(gumboro)

Beberapa bulan

Eimeria spp

Koksidiosis

Beberapa bulan

Virus duck plaque

Duck plaque

Beberapa hari

Pasteurella multocida

Kolera ayam

Beberapa minggu

Haemophillus gallinarum

Coryza (Snot)

Beberapa jam-hari

Virus herpes ongkogenik

Marek

Beberapa bulan-tahun

Virus paramyxo

ND (tetelo)

Beberapa hari-minggu

Mycoplasma gallisepticum, M.
synoviae

Mikoplasma

Beberapa jam-hari

Salmonella spp

Salmonellosis

Beberapa bulan

Histomonas

Histomoniasis

Beberapa bulan

Aspergillus fumigatus

Aspergillosis

Beberapa bulan

Mycobacterium avium

Avian tubercullosis

Beberapa tahun

Sumber : Jeffrey (1997)

Bagaimana penyakit dapat masuk ke suatu fasilitas peternakan?


Penyakit dapat masuk ke suatu peternakan berasal dari salah satu dari empat
cara, yaitu :
1. Ditularkan/dibawa oleh orang termasuk pegawai, petugas servis, sopir truk,
petugas vaksinasi, dokter hewan , dll.
Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

2. Kemungkinan terbawa melalui unggas yang baru (DOC, ayam pulet, pejantan,
dll).

3. Kemungkinan berasal kontaminan terdahulu akibat pembersihan peralatan


kurang bersih.

4. Kemungkinan terbawa oleh vektor seperti tikus, unggas liar, serangga, angin
atau air.
Cara-cara melakukan tindakan biosecurity di suatu peternakan dilakukan
berdasarkan SOP dan tingkat biosecuritynya.
Tingkatan Biosecurity
Dalam suatu usaha peternakan ayam, tingkatan biosecurity dapat dibagi menjadi
2 tingkat yaitu biosecurity level 1 dan level 2. Biosecurity level 1 adalah biosecurity
berbasis harian yang mencegah agar tidak terjadi penularan penyakit dari luar atau
mencegah masuknya agen penyakit ke dalam peternakan ayam tersebut. Dalam hal
ini diterapkan SOP yang rutin dikerjakan yang menjadi tindakan minimal biosecurity.
Sedangkan biosecurity level 2 merupakan resiko tinggi biosecurity yaitu apabila sudah
terjadi wabah yang endemik dalam suatu flok.
Prosedur biosecurity level 1 adalah :
1. Pastikan bahwa semua pegawai/karyawan peternakan sudah mempunyai
kepedulian tentang pentingnya biosecurity dan sudah menerima pelatihan/
training praktis tentang pentingnya biosecurity.
2. Kurangi dan batasi akses masuk terhadap orang, hewan, binatang liar dan
vektor lainnya termasuk rodensia. Dapat dibuat peringatan di pintu masuk
misalnya Biosecurity Area. Yang tidak berkentingan dilarang masuk. Untuk
membersihkan peternakan dari vektor penyakit di antaranya adalah unggas
liar, ektoprasit dan serangga lainnya. Agen patogen dapat ditularkan melalui
muntahan atau feses, bulu dan debu, dapat juga terbawa angin, air atau pakan.
Agar prosedur biosecurity menjadi efektif, maka harus dilakukan kontrol terhadap
tikus dan unggas liar. Tikus biasanya makan pakan yang terkontaminasi dan
dapat menyebarkan penyakit, selain dapat juga merusak telur, DOC, unggas dan
peralatan. Unggas liar dapat dihindari dengan menutup semua ventilasi dengan
kawat kasa. Agar dilakukan kontrol tikus dan serangga secara rutin.
3. Dipastikan disediakan/dibangun pembatas atau pagar sehingga zona biosecurity
menjadi jelas. Sebaiknya dipisahkan antara area produksi dan pasca panen/
pengeluaran ayam. Perlu ada peta skematis yang menggambarkan tempat
produksi, pemeliharaan, dan pembuangan, dengan akses jalan yang berbeda.
Agar dipastikan bahwa skema tersebut selalu diperbarui. Agar diusahakan
drainase dari area pengeluaran tidak melewati area produksi dan dipastikan
drainase tersebut lancar/tidak mampet (tergenang di suatu tempat tertentu).
4. Pintu masuk utama untuk area produksi agar dilengkapi dengan jalan yang
memudahkan kendaraan untuk masuk jika diperlukan dan selalu dalam keadaan
terkunci.
Badan Litbang Pertanian

Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

AgroinovasI

5. Dipastikan ada tempat parkir, sehingga kendaraan yang keluar masuk selalu
terkontrol dan disediakan sepatu bot dan pakaian tersendiri untuk memasuki
area produksi. Agar selalu disediakan disinfektan untuk semua pekerja yang
masuk area produksi mencelupkan sepatunya ke dalamnya. Desinfektan tersebut
agar diganti setiap hari. Adanya tempat cuci tangan (hand sanitizer) akan lebih
baik.
6. Agar disediakan tempat pembuangan ayam mati. Apabila ada tempat
pembakaran bangkai (incenerator), maka pastikan memperhatikan kesehatan
lingkungan.
7. Agar di peternakan dipelihara satu jenis unggas saja, apabila dipelihara unggas
lain, maka agar dipisahkan dan mempunyani akses tersendiri, termasuk para
pekerjanya yang terpisah.
8. Tamu/orang luar yang masuk harus mengisi buku tamu dan meninggalkan kartu
identitas apabila diperlukan.
9. Persyaratan spesifik lainnya adalah (a) pada waktu mengeluarkan unggas, maka
mulailah dengan yang berumur muda terdahulu dan secara sekuensial ke umur
yang lebih tua atau dilakukan ayam muda bersama-sama, kemudian ayam
yang lebih tua bersama-sama. (b) Truk yang mengangkut DOC harus selalu
didesinfeksi setiap hari termasuk sopir dan keneknya. (c) Truk yang membawa
litter agar didesinfeksi apabila mengangkut dari area produksi satu ke area
produksi lainnya. (d) Agar disediakan cacatan keluar masuknya kendaraan
yang mengangkut pakan, litter maupun DOC dll. Agar pergerakan petugas
pengantar dapat diketahui ke mana saja tempat-tempat yang dikunjungi dengan
cara dicatat.
10. Setiap tamu atau orang yang masuk peternakan harus cuci tangan dan
mencelupkan kaki/sepatu pada desinfekstan yang telah disediakan. Tempat
untuk desinfeksi tangan dan kaki harus disediakan di area depan lokasi
peternakan sebelum memasuki bangunan kandang.
11. Agar dipastikan bahwa air yang digunakan adalah air bersih. Air bersih dapat
diperoleh dari proses khlorinasi. Apabila menggunakan khlorin, maka tidak
boleh lebih dari 1 2 ppm dan ditunggu setelah 2 jam dilakukan klorinasi.
Biosecurity level 2 diimplementasikan apabila ada wabah penyakit atau terjadi
kasus penyakit yang menjadi endemik. Masing-masing penyakit akan mempunyai
SOP tersendiri.
Tindakan Sanitasi
Tindakan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam
rantai perpindahan penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik,
bersih secara kimiawi (tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan) dan
bersih secara mikrobiologis. Kontaminasi agen patogen dapat terjadi pada semua
Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

titik dalam proses produksi. Oleh karenanya sanitasi harus diterapkan pada semua
proses produksi ternak termasuk penanganan pasca panen. Sanitasi di lingkungan
peternakan dapat dilakukan pada kandang, hewan, pekerja dan sarana-prasarana.
1. Sanitasi kandang dilakukan untuk mensucihamakan kandang termasuk
peralatan di dalamnya. Tindakan sanitasi yang dapat dikerjakan adalah :
a. Pembersihan dan penyemprotan kandang dilakukan sebelum hewan masuk
dengan menggunakan desinfektan yang telah direkomendasikan dan ramah
lingkungan. Hal ini dilakukan untuk membersihkan kandang dari kuman
penyakit.
b. Pembersihan peralatan kandang, seperti tempat pakan dan tempat minum.
c. Pembersihan lantai kandang dilakukan secara rutin 2-3 hari sekali.
d. Pembuangan kotoran ternak sebaiknya dibuatkan tempat pembuangan sendiri
yang agak jauh dari lokasi kandang.
2. Sanitasi hewan dilakukan dengan penyemprotan ketika hewan masuk dalam
lingkungan peternakan beserta sarana pengangkutnya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi penyebaran bibit penyakit yang berasal dari hewan atau
mikroorganisme selama pengangkutan.
3. Sanitasi pekerja dilakukan kepada setiap pekerja yang ada di kandang,
dimaksudkan agar mobilitas pekerja dari kandang satu dengan kandang lainnya
tetap terjaga dalam kondisi bebas penyakit sehingga penyebaran agen penyakit
bisa terhindarkan.
4. Sanitasi sarana-prasarana ini dilakukan untuk menjaga dan mengantisipasi
penyebaran agen penyakit di lingkungan peternakan yang disebabkan oleh
penggunaan sarana dan prasarana secara bergantian di masing-masing
kandang.
Penggunaan sanitiser perlu memperhatikan target/jenis mikroba yang akan
dibunuh sehingga tindakan sanitasi dapat berjalan secara efektif. Tabel 2 memaparkan
target mikroba yang disanitasi dan senyawa (sanitiser) yang direkomendasikan.
Tabel 2. Target mikroba, jenis air, jenis peralatan dan senyawa yang
direkomendasikan untuk digunakan
Tujuan
1. Jenis Mikroba
Spora bakteri
Bakteriophage
Coliform
Salmonella
Bakteri gram (-)
Sel Vegetatif gram (+)
Virus
2. Kondisi Air
Air sadah
Air dengan kadar besi tinggi
Water treatment (penanganan air)
Badan Litbang Pertanian

Senyawa yang direkomendasikan


Khlorin
Hipokhlorit, Iodophore
Hipokhlorit, Iodophore
Khlorin
Quat, Iodophore
Quat, Iodophore, Anion-asam
Anionik-asam, hipokhlorit, Iodophore
Iodophore
Hipokhlorit
Iodophore, Quat
Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

AgroinovasI

3. Ruang/Peralatan
Peralatan aluminium
Udara berkabut
Sanitasi tangan
Peralatan pada saat akan digunakan
Peralatan akan disimpan
Dinding

Khlorin, iodophore,
Quat Iodophore Iodophore,
Khlorin
Quat
Quat, khlorin
Khlorin, quat

Pengendalian Penyakit dan Biosecurity pada Ayam Kampung


Hal lain yang perlu diperhatikan, bahwa biosecurity tidak harus memerlukan
biaya mahal. Pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan dengan melakukan
biosecurity dengan membuat pagar yang sederhana, yang terpenting bahwa
ayam kampung tidak berkeliaran, sehingga juga dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat. Tindakan cuci tangan setelah menangani hewan adalah merupakan
tindakan biosecurity praktis yang dianjurkan untuk menghindari penyakit Avian
Influenza.
Pengendalian penyakit pada ayam diupayakan untuk mengurangi hubungan
antara penyebab penyakit sampai pada tingkat di mana hanya sedikit hewan yang
sakit atau tidak ada lagi hewan yang sakit, karena jumlah penyebab penyakit telah
dikurangi atau dimatikan. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengendalikan
penyakit antara lain :
1. Menjaga kesehatan ayam dengan melakukan vaksinasi rutin.
2. Memperhatikan komposisi bahan pakan (baik dan seimbang).
3. Mengoptimalkan pemakaian limbah pertanian yang ada.
4. Memperhatikan sumber air bersih yang digunakan.
Prinsip-prinsip dasar yang perlu dilakukan berkaitan dengan program
kesehatan ternak antara lain adalah mencegah munculnya bibit penyakit. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya agen penyakit adalah
melakukan sanitasi yang benar dan teratur, ternak yang baru datang agar dipisahkan
(dikarantina), menjaga lingkungan yang baik dan bila perlu ternak yang sakit agar
dikeluarkan. Cara berikutnya adalah menjaga agar ketahanan tubuh ternak tetap
baik dengan cara menjaga pakan yang baik, cukup dan seimbang. Dapat dilakukan
vaksinasi yang teratur, dilakukan seleksi secara baik.
Tindakan yang perlu dilakukan apabila ternak yang sakit, selain dipisahkan
kandangnya, maka segera dilakukan pengamatan secara seksama tingkah laku,
tanda-tanda/gejala-gejala fisik, nafsu makannya dan sebagainya. Dapat diberikan
pengobatan sementara dan produksinya harus selalu dicatat. Diagnosa secara fisik
juga dapat dilakukan apabila dapat dilihat. Secara visual dapat dibedakan antara
ternak yang sehat dengan yang sakit. Pada Tabel 3 dipaparkan perbedaan secara
fisik antara ternak yang sehat dengan yang sakit.

Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

Tabel 3. Gambaran visual perbedaan ternak sehat dan sakit


Ternak Sehat
Ternak aktif, lincah, mata jernih,
bulu halus, bersih dll
Nafsu makan normal
Pertumbuhan/pertambahan berat
badan baik
Dari lubang alami (hidung,
mulut, anus) tidak mengeluarkan
cairan abnormal

Ternak Sakit
Ternak kurang aktif/lincah, mata sayu/
pucat, bulu kusam dan berdiri dll
Kurang nafsu makan, sedikit/cenderung
tidak mau makan
Pertumbuhan kurang baik atau tidak
normal
Keluar leleran atau lendir yang tidak
normal dari lubang-lubang alami (seperti
hidung, telinga dll) misalnya pilek, diare/
mencret dll

Kesimpulan
Tindakan biosecurity didasari pada tiga perlakuan utama, isolasi, kontrol lalu
lintas dan sanitasi. Isolasi merupakan tindakan pencegahan penularan dari ternak
yang baru masuk. Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan
yang disebabkan oleh manusia, peralatan dan alat angkut. Sanitasi adalah tindakan
penting yang tidak bisa dihindari dengan menggunakan sanitiser yang disesuaikan
dengan target mikroba/penyakit agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Pengamatan yang seksama terhadap ternak yang diduga sakit perlu dilakukan
untuk mencegah penyebaran agen penyakit. Gejala-gejala yang secara visual dapat
diketahui perlu dipelajari dan dicarikan solusi pengobatannya.
Pada prinsipnya biosecurity adalah suatu tindakan pencegahan yang baik agar
penularan penyakit tidak terjadi, sehingga dapat dicapai produksi yang tinggi dan
terhindar dari kerugian ekonomi yang besar. Tindakan biosecurity dapat membantu
pemilik peternakan dan lingkungan sekitarnya dapat melakukan usaha peternakan
secara aman dan nyaman. Biosecurity bukanlah merupakan sesuatu yang mahal,
karena tindakan ini merupakan tindakan pencegahan. Pencegahan selalu lebih baik
dan murah daripada mengobati atau melakukan eradikasi. Sebaliknya, biosecurity
yang tidak dilakukan dengan baik akan menimbulkan kerugian yang lebih besar
apabila terjadi wabah penyakit.
Biosecurity tidak harus mahal, namun disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang
telah ditetapkan. Biosecurity terhadap ayam kampung pada prinsipnya adalah
terpisah dari rumah dan diberi pagar pembatas, untuk menghindari penularan
Avian Influenza dari unggas ke manusia.
Dr. drh. Sri Muharsini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Jalan Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151
Email : criansci@indo.net.id/niniek_122@yahoo.com
Badan Litbang Pertanian

Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

10 AgroinovasI

Contoh kandang ayam sederhana dengan pemagaran Pagar dibuat lebih tinggi agar ayam-ayam dewasa
dan terpisah dari rumah.
tidak bisa terbang keluar.

Kandang ayam dengan pagar di sekelilingnya. Contoh biosecurity


sederhana. Untuk ayam kampung. Kandang dibangun terpisah
dengan bangunan rumah.

Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

Anda mungkin juga menyukai