PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduaduanya yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan atau cacat fungsional
yang dirasakan oleh pasien. Lensa yang terletak dibelakang manik mata bersifat
membiaskan dan memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik
kuningnya, bila lensa menjadi keruh atau cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik
kuning dengan baik sehingga penglihatan akan menjadi kabur, dalam keadaan ini
kekeruhan pada pada lensa yang relatif kecil tidak banyak mengganggu penglihatan,
akan tetapi bila tingkat kekeruhannya tebal maka akan mengganggu penglihatan.
Katarak bisa disebabkan oleh usia, komplikasi penyakit mata, pasca-operasi, trauma,
herediter, infeksi intrauterin dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus.1,2
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera
pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat
sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul
akut, subakut, atau pun gejala sisa dari trauma mata. Katarak traumatik dapat
disebabkan oleh trauma okuli perforans atau non perforans. Cahaya infra merah,
sengatan listrik, dan radiasi ionisasi adalah penyebab lain katarak traumatik yang
jarang terjadi. Katarak yang disebabkan oleh trauma tumpul biasanya membentuk
opasitas aksial posterior yang berbentuk stellate atau rosette yang mungkin stabil atau
progresif, sedangkan trauma okuli perforans dengan gangguan kapsul lensa dapat
menyebabkan perubahan kortikal yang dapat tetap bersifat lokal jika lukanya kecil
atau dapat berkembang dengan cepat menjadi total cortical opacifaction.3
Di Amerika Serikat diperkirakan terjadi 2,5 juta trauma mata setiap
tahunnya.Kurang lebih 4-5% dari pasien-pasien matayang membutuhkan perawatan
komperhensif merupakan keadaan sekunder akibat trauma mata.Trauma merupakan
penyebab tertinggi untuk buta monokular pada orang kelompok usia di bawah 45
tahun. Setiap tahunnya di perkirakan 50.000 orang tidak dapat membaca koran
sebagai akibat trauma mata. Dilihat dari jenis kelamin perbandingan tejadian ka tarak
traumatik laki-laki dan perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study
melaporkan rata- rata usia penderita katarak traumatik adalah 28 tahun dari 648 kasus
yang berhubungan dengan trauma mata.3
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus katarak traumatik et causa trauma
oculi perforans yang ditemukan di poliklinik bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Malalayang.
BAB II
LAPORAN KASUS
oftalmologis lainnya
Pasien ini didiagnosis dengan Katarak Traumatik OD. Pada pasien ini
diberikan terapi berupa Cravit tetes mata 6 x 1 tetes mata kanan, Timol 0,5% tetes
mata 2 x 1 tetes mata kanan, Natacen tetes mata 6 x 1 tetes mata kanan, lyteers tetes
mata 6 x 1 tetes mata kanan, ciprofloxacin 2 x 750mg, itrakonazole 2 x 1, Glaucon 2
x 1, Aspar K 2 x 1, Metilprednisolon 5 x 8mg, Gentamicin zalf mata 0-0-1. Ekstraksi
lensa direncanakan setelah tanda-tanda peradangan menurun.
BAB III
PEMBAHASAN
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul pada bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing, karena lubang pada kapsul menyebabkan aqueus humour dan terkadang
korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.4 Berikut adalah beberapa penyebab
katarak traumatik :
1.
Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata
dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan
dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang munculnya katarak
dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa tahun. Bila ditemukan katarak
unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya riwayat trauma
sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang cukup sulit
untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat
ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya tersebut.
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun
posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula
dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.5
2. Luka perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh :
gelas yang pecah) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak
memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu
luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan terbentuk. Hal ini
terbatas
mengakibatkan
kecil.
terbentuknya
Trauma
katarak
tembus
dengan
besar
cepat
pada
lensa
disertai
akan
dengan
Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara
Elschnig.5
3. Radiasi sinar
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan
gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang pendek
(tidak terlihat) ini dapat menyebabkan luka bakar kornea superfisial yang
dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini ditandai dengan
snow blindness dan welder flash.
Sinar infra merah yang berkepanjagan (prolong), juga dapat menjadi
penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan
pekerja baja. Namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya
mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat mengakibatkan
katarak.
Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada
pasien-pasien yang mendapat radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun
resiko terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar X.5
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah
kekeruhan berbentuk roset (rosette cataract), biasanya pada daerah aksial
yang melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul
dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak
traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan).5
4. Kimia
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p.172-3,199,200-13
2. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B,
Dilomo C.R, et all. (2004). Optometric clinical practice guideline care of the
adult patient with cataract. American optometric association: U.S.A
3. Graham R, et al. Cataract Traumatic. Inhttp://www.emedicine.medscape.com
4. Shock J, et al. Lensa. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 2000. Widya
Medika: Jakarta. Hal: 175-182
5. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract Section 11. San
Fransisco. 2007
6. Lacmanovic V, et al. Surgical Treatment, Clinical Outcome, and Complication
of Traumatic Cataract: Retrospective Study.