Referat GA ET
Referat GA ET
Referat GA ET
PENDAHULUAN
atas.
Tujuan
dilakukannya
intubasi
endotrakeal
untuk
langsung
ke
trakea,
membersihkan
saluran
trakeobronkial.
granulasi
jaringan,
trachealstenosis,
tracheamalacia,
tracheoesophagial fistula.1
Pipa endotrakeal digunakan untuk menghantarkan gas anestesi
langsung ke trakea dan memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi. Pipa
Keterampilan pelaku intubasi seperti intubasi yang dilakukan oleh orang yang
belum berpengalaman sering menyebabkan trauma pada bibir sering terjadi di
sisi kanan bibir atas terjepit diantara bilah laringoskop dan gigi atas.
Keberhasilan
intubasi
pada
laringoskopi
pertama
juga
dikatakan
tentang
general
anastesi
dengan menggunakan
intubasi
endotrakeal.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor jaringan
Yang menentukan antara lain :
o Perbedaan tekanan parsial obat anastesi didalam sirkulasi
darah dan di dalam jaringan
o Kecepatan metabolisme obat
o Aliran darah dalam jaringan
o Tissue/Blood patition coefisien
Faktor obat anastesi
Tiap-tiap zat anastesi mempunyai potensi yang berbeda.
Untuk mengukur potensi obat anastesi inhalasi dikenal adanya
MAC (minimal alveolar concentration). MAC adalah konsentrasi
obat anastesi inhalasi minimal apada 1 atm yang dapat mencegah
gerakan otot skelet sebagai respon rangsang sakit supra maksimal
pada 50% pasien atau dapat diartikan sebagai konsentrasi obat
inhalasi dalam alveoli yang dapat mencegah respon terhadap insisi
pembedahan pada 50% individu. Makin rendah MAC makin tinggi
potensi obat anastesi tersebut.
4. Stadium Anastesi4,6
Kedalaman anastesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi
anastesi, agar tidak terlalu dalam sehingga membahayakan jiwa penderita,
tetapi cukup adekuat untuk melakukan operasi. Kedalaman anastesi dinilai
berdasar tanda klinik yang didapat. Guedel membagai kedalaman anastesi
menjadi 4 stadium dengan melihat pernafasan, gerkan bola mata, tanda
pada pupil, tonus otot.
a. Stadium 1
dan
selanjutnya
nafas
menjadi
teratur.
Stadium
ini
Untuk induksi
Sedasi
Cara pemberian
Diteteskan perinfus
a. Benzodiazepine
Sifat : hipnotik sedative, amnesia anterograd, atropine like
effect, pelemas otot ringan, cepat melewati barier plasenta.
Kontraindikasi : porfiria dan hamil.
Dosis : Diazepam : induksi 0,2 0,6 mg/kg IV, Midazolam :
induksi : 0,15 0,45 mg/kg IV.
b. Propofol
Merupakan salah satu anestetik intravena yang sangat penting.
Propofol dapat menghasilkan anestesi kecepatan yang sama
dengan pemberian barbiturat secara inutravena, dan waktu
pemulihan yang lebih cepat. Dosis : 2 2,5 mg/kg IV.
c. Ketamin
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general
anaesthetic. Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan
pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis,
tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi dan asma. Dosis
pemakaian ketamin untuk bolus 1- 2 mg/kgBB dan pada
pemberian IM 3 10 mg/kgBB.
10
d. Thiopentone Sodium
Merupakan bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan
dalam air menjadi larutan 2,5%atau 5%. Indikasi pemberian
thiopental adalah induksi anestesi umum, operasi singkat, sedasi
anestesi regional, dan untuk mengatasi kejang. Keuntungannya
:induksi mudah, cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas.
Dosis 5 mg/kg IV, hamil 3 mg/kg IV.
2. Anestetik inhalasi
a. N2O
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat daripada udara. N2O
biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi dalam
baja, tekanan penguapan pada suhu kamar 50 atmosfir. N2O
mempunyai efek analgesic yang baik, dengan inhalasi 20% N2O
dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum
untuk mendapatkan efek analgesic maksimum 35% .gas ini
sering digunakan pada partus yaitu diberikan 100% N2O pada
waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa
mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi
untuk mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O
digunakan secara intermiten untuk mendapatkan analgesic pada
saat proses persalinan dan Pencabutan gigi. H2O digunakan secara
umum untuk anestetik umum, dalam kombinasi dengan zat lain
11
b. Halotan
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak
mudah terbakar dan tidak mudah meledak meskipun dicampur
dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak, tembaga, baja,
magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic. Karet larut dalam
halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga
pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang disebut fluotec.
Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang
ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit
untuk induksi sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4
volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.
c. Isofluran
Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.
Secara kimiawi mirip dengan efluran, tetapi secara farmakologi
berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar obat
dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan
nafas dan batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik stadium
induksi dapat dilalui dengan lancer dan sedikit eksitasi bila
diberikan bersama N2O dan O2. isofluran merelaksasi otot
sehingga baik untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil
sebab isofluran tidak menyebabkan sensiitisasi jantung terhadap
ketokolamin. Peningkatan frekuensi nadi dan takikardiadihilangkan
dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis kecil narkotik
(8-10 mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau
hipertemia diatasi terlebih dulu. Penurunan volume semenit dapat
diatasi dengan mengatur dosis. Pada anestesi yang dalam dengan
isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemberian
enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak pada kadar
labih dari 1,1 MAC (minimal Alveolar Concentration) dan
meningkatkan tekanan intracranial.
d. Sevofluran
12
asetilkolin)
dan
obat
pelumpuh
otot
nondepolarisasi
bertahan
cukup
lama
menyebabkan
terjadinya
karena
menghambat
kerja
pseudokolinesterase
13
oleh
pseudokolinesterase
menjadi
kecil
dari
dosis
yang
dinjeksikan
yang
seperti
hipotermia
atau
rendanya
level
dengan
nondepolarisasi
pemberian
dan
asidosis.
obat
Tidak
pelumpuh
otot
menunjukkan
obat
pelumpuh
otot
nondepolarisasi
Pankuronium
Sifat
Fisikokimia
Indikasi
Pankuronium digunakan sebagai intubasi endotrakeal
dan relaksan otot pada anestesi umum untuk prosedur
pembedahan dan untuk memudahkan ventilasi terkontrol.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa : Dengan cara injeksi intravena, dosis awal
untuk intubasi 50-100 mcg/kg bb, dilanjutkan 10-20 mcg/kg bb
sesuai dengan kebutuhan/saat diperlukan.
15
menaikkan
konsentrasi
katekolamine
atau
efek
simpatomimetika.
Bentuk Sediaan : Injeksi 2 mg/ml
bekerja
dengan
menghambat
16
muskarinik
sehingga
menyebabkan
hipersalivasi,
Induksi
Pemberian anastesi dimulai dengan Merupakan tindakan untuk
membuat
pasien
dari
sadar
menjadi
tidak
sadar,
sehingga
a. Persiapan induksi
STATICS
:
17
18
19
dosis
20-50
mg/kg
dilanjutkan
dosis
rumatan
0,3-1
mg/kg/menit.
c. Induksi intramuskular
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan
secara intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5
menit pasien tidur.
d. Induksi inhalasi
1. N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen
monoksida).
Berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak
terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian harus
disertai O2 minimal 25%. Bersifat anastetik lemah, analgesinya
kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri
menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan
sendirian, tapi dikombinasi dengan salah satu cairan anastetik
lain seperti halotan.
2. Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan
anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan
analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar faring laring.
Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya
tonus simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer,
depresi vasomotor, depresi miokard, dan inhibisi refleks
baroreseptor. Merupakan analgesi lemah, anestesi kuat. Halotan
menghambat pelepasan insulin sehingga mininggikan kadar gula
darah.
20
e. Induksi perektal
Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau
-
midazolam.
Rumatan Anestesi (Maintainance)
Seperti pada induksi, pada fase pemeliharaan juga dapat dipakai
obat inhalasi atau intravena. Obat intravena bisa diberikan secara
intermitten atau continuous drip. Kadang-kadang dipakai gabungan obat
inhalasi dan intravena agar dosis masing-masing obat dapat diperkecil.
Untuk operasi-operasi tertentu diperlukan anastesi umum sampai
tingkat kedalamannya mencapai trias anastesi, pada penderita yang tingkat
analgesinya tidak cukup dan tidak mendapat pelemas otot, maka bila
mendapat rangsang nyeri dapat timbul :4,6
a. Gerakan lengan atau kaki
b. Penderita akan bersuara, suara tidak timbul pada pasien yang memakai
pipa endotrakeal
c. Adanya lakrimasi
d. Pernafasan
tidak
teratur,
menahan
nafas,
stridor
laryngeal,
broncospasme
e.
22
Pemulihan anastesi4,6
Pada akhir operasi, maka anastesi diakhiri dengan menghentikan
pemberian obat anastesi, pada anastesi inhalasi bersamaan dengan
penghentian obat anastesi aliran oksigenasi dinaikkan, hal ini disebut
oksigenasi. Dengan oksigenasi maka oksigen akan mengisi tempat yang
seblumnya ditempati oleh obat anastesi inhalasi di alveoli yang
berangsur-angsur keluar mengikuti udara ekspirasi. Dengan demikian
23
penderita
yang
mendapat
anastesi
intravena,
maka
sedangkan
bagi
penderita
yang
menggunakan
pipa
24
26
2. Definisi1,5
Menurut Hendrickson (2002), intubasi adalah memasukkan suatu
lubang atau pipa melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan
nafas bagian atas atau trakhea. Pada intinya, Intubasi Endotrakhea adalah
tindakan memasukkan pipa endotrakha ke dalam trakhea sehingga jalan
nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan
Perlengkapan jalan nafas
sudah diperkenalkan
sejak
yang
abad
ditempatkan
ke-19 ketika
ke dalam
trakea
dipergunakan
untuk
tetap
bebas serta
lambung
(pada
keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk).
4. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
5. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
6. Mengatasi obstruksi laring akut.
27
in
the
air position.
Kesalahan
yang umum
28
dan
30
stylet
dapat dicabut.
Ventilasi
atau oksigenasi
Balon pipa
dikembangkan
1. Dada mengembang
2. Terdapat embun di ET
31
Pipa
yang berbatas
32
Diameter (mm)
Prematur
Neonatus
1-6 bulan
-1 tahun
1-4 tahun
4-6 tahun
6-8 tahun
8-10 tahun
10-12 tahun
12-14 tahun
Dewasa
2,0-2,5
2,5-3,5
3,0-4,0
3,0-3,5
4,0-4,5
4,5-,50
5,0-5,5*
5,5-6,0*
6,0-6,5*
6,5-7,0
6,5-8,5
wanita
Dewasa pria
7,5-10
10.
Skala French
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28-30
28-30
Jarak Sampai
Bibir
10 cm
11cm
11 cm
12 cm
13 cm
14 cm
15-16 cm
16-17 cm
17-18 cm
18-22 cm
20-24 cm
*Tersedia
dengan atau
tanpa cuff
32-34
20-24 cm
Tabel 2. Panduan Ukuran Pipa Endotrakea
33
Prediksi
Mengetahui kondisi pasien dengan resiko anatomi jalan nafas
sulit, antara lain : pasien dengan malampati 3-4, sindrom
kongenital , kelainan jaringan lunak termasuk obesitas, bentuk gigi,
pergerakan sendi temporomadibular, jarak tyromental.
-
Preparasi
Algoritma untuk penatalaksanaan jalan nafas sulit :
34
35
2.3
Ekstubasi9
Ekstubasi adalah mengeluarkan pipa endotrakheal setelah dilakukkan
intubasi
1. Tujuan Ekstubasi
2.
36
2. Hipoksia (-)
3. Hiperkarbia (-)
4. Kelainan asam basa (-)
5. Gangguan sirkulasi (TD turun, perdarahan) (-)
6. Pasien sadar penuh
7. Mampu bernafas bila diperintah
8. Kekuatan otot sudah pulih
9. Tidak ada distensi lambung
3. Kriteria Ekstubasi
Ekstubasi yang berhasil bila
1. Vital capacity 10 15 ml/kg BB
2. Tekanan inspirasi diatas 20 cm H2O
3. PaO2 diatas 80 mm Hg
4. Kardiovaskuler dan metabolic stabil
5. Tidak ada efek sisa dari obat pelemas otot
6. reflek jalan napas sudah kembali dan penderita sudah sadar penuh
4.
Pelaksanaan Ekstubasi7,9
Sebelum ekstubasi dilakukan terlebih dahulu membersihkan rongga
mulut efek obat pelemas otot sudah tidak ada, dan ventilasi sudah
adequate. Melakukan pembersihan mulut sebaiknya dengan kateter
yang steril. Walaupun diperlukan untuk membersihkan trachea atau
faring dari sekret sebelum ekstubasi, hendaknya tidak dilakukan secara
terus menerus bila terjadi batuk dan sianosis. Sebelum dan sesudah
melakukan pengisapan, sebaiknya diberikan oksigen. Apabila plester
dilepas, balon sudah dikempiskan, lalu dilakukan ekstubasi dan
selanjutnya diberikan oksigen dengan sungkup muka. Pipa endotrakheal
jangan dicabut apabila sedang melakukan pengisapan karena kateter
pengisap bisa menimbulkan lecet pita suara, perdarahan, atau spasme
laring.
Sesudah dilakukan ektubasi, pasien hendaknya diberikan oksigen
dengan sungkup muka bila perlu rongga mulut dilakukan pembersihan
kembali. Sebelum dan sesudah ektubasi untuk menghindari spasme
laring., ekstubasi dilakukan pada stadium anestesi yang dalam atau
dimana reflek jalan sudah positif.
37
kebanyakan
disebabkan
oleh
balon
pada
pipa
38
2.
39
BAB III
KESIMPULAN
Tindakan pembedahan terutama yang memerlukan anestesi umum
diperlukan teknik intubasi endotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah suatu tehnik
memasukkan suatu alat berupa pipa ke dalam saluran pernafasan bagian atas.
Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal untuk mempertahankan jalan nafas agar
tetap bebas, mengendalikan oksigenasi dan ventilasi,
mencegah terjadinya
aspirasi lambung pada keadaan tidak sadar, tidak ada reflex batuk ataupun kondisi
lambung penuh, sarana gas anestesi menuju langsung ke trakea, membersihkan
saluran trakeobronkial.
Komplikasi akibat intubasi endotrakeal antara lain nyeri tenggorok, suara
serak, paralisa pita suara, edem laring, laring granuloma dan ulser, glottis dan
subglotis granulasi jaringan, trachealstenosis, tracheamalacia, tracheoesophagial
fistula.
Pipa endotrakeal digunakan untuk menghantarkan gas anestesi langsung
ke trakea dan memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi. Pipa endotrakeal terbuat dari
plastik Polyvinyl Chlorida yang merupakan cetakan dari bentukan jalan nafas.
40
Bahan dari ETT harus bersifat radioopaq untuk mengetahui posisi ujung distal ke
karina dan transparan agar dapat dilihat sekresi atau aliran udara yang dibuktikan
oleh adanya pengembungan uap air pada lumen pipa selama ekshalasi.Pipa
Murphy memiliki lubang (Murphy eye) untuk menurunkan resiko oklusi bagian
bawah pipa yang berbatas langsung dengan carina atau trakea.
41
DAFTAR PUSTAKA
1.
42