Anda di halaman 1dari 54

Kelompok 1

PRAKTIKUM PRESKRIPSI

Perjanjian
Pendirian Apotek

STANDAR DAN PERSYARATAN


APOTEK RAKYAT
Peraturan menteri kesehatan tentang apotek rakyat
Pasal 3 (4) : tatacara memperoleh izin apotek rakyat sebagaimana terlampir
dalam lampiran peraturan ini

Tentang Apotek Rakyat


Peraturan menteri kesehatan
Nomer : 284/Menkes/Per/III/2007
Tanggal

: 8 Maret 2007

v. Tata cara memperoleh izin


Terdapat 8 tahap yaitu :

Tata cara pemberian ijin apotek sesuai dengan Kepmenkes


RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 terdapat dalam Gambar 1.

Mekanisme
Pengadaan dan
Pemesanan Obat

Pengadaan obat
Pengadaan obat adalah proses penyediaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan, rumah
sakit, atau apotek yang diperoleh dari pemasok eksternal (manufaktur, distributor, atau PBF)
Meliputi beberapa hal seperti: perencanaan pengadaan, pemesanan dan penerimaan obat di apotek,
rumah sakit, atau pelayanan kesehatan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam


perencanaan pengadaan :
Keadaan keuangan (cash flow)
Kecepatan penjualan obat
fast moving
slow moving
dead moving
Pola penyakit yang berkembang
Pola peresepan dari dokter di sekitar apotek

SIKLUS PENGADAAN OBAT


Cek
keuangan

Memilih
metode
pengadaan

Memilih
suplier obat

Buat kwitansi
pembayaran

Penerimaan
dan
pengecekan

Monitor
status
pemesanan

Tulis surat
pesanan

Catat obat yg
masuk &
keluar

Mereview
obat scr
teratur

Cek buku
defecta

Faktor yang diperhatikan dalam


penentuan suplier/ PBF
1.

Cari PBF yang mempunyai izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat
dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.

Kualitas obat terjamin

3.

Dapat dikembalikan jika obat rusak atau kadaluarsa

4.

Ada potongan harga

5.

Waktu pengiriman cepat

6.

Dapat dibayar dengan kredit

SURAT PEMESANAN (SP)


SP untuk Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras dibuat rangkap 2, dimana 1 untuk PBF dan
1 untuk arsip apotek.
SP untuk Obat Psikotropika dibuat min. 4 rangkap
1 SP dapat digunakan untuk pemesanan lebih dari 1 macam obat.
SP untuk Obat Narkotika dibuat rangkap 4, dimana3 untuk PBF ( Kimia Farma sebagai PBF tunggal) dan
1 untuk arsip apoteker. 1 SP hanya dapat digunakan untuk pemesanan 1 macam obat jenis Narkotika.

PENERIMAAN OBAT
Barang datang diterima oleh bagian penerimaan
barang
Cek keabsahan faktur
Cocokkan SP dengan faktur
Cocokkan faktur dengan barang (nama & jumlah)
Cek kondisi fisik barang (cek juga No.Batch, ED)
Lakukan pencatatan di kartu stok

Pengadaan yang obat Efeketif


Benar obat dan benar jumlah
Pengeluaran dana seminimal mungkin
Berdasarkan standar yang telah diketahui
Dikirim sesuai jadwal
Sumber pengadaan yang terpercaya
Membuat jadwal pengadaan obat
Mencapai target yang ditetapkan

CONTOH SURAT PESANAN OBAT

CONTOH SURAT PESANAN OBAT


NARKOTIKA

CONTOH SURAT PESANAN OBAT


PSIKOTROPIKA

CONTOH KARTU STOK

Mekanisme pelaporan
obat, terutama narkotika
dan psikotropika
PADA PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 3 TAHUN
2015, TETANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, DAN PELAPORAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI

PASAL 45
(1
)

Industri Farmasi
memproduksi Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi
wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan

(2
)

PBF
penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi dalam bentuk obat jadi
wajib membuat,
menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi setiap bulan
Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai

(3
)

Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat


wajib membuat,
menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi
Direktur Jenderal dengan tembusan
Kepala Badan.

(4
)

Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah


wajib membuat,
menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
atau Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala
Balai setempat.

(5
)

Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) sampai dengan ayat (4) paling sedikit
terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran dan persediaan awal dan akhir.

(6
)

Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,


Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan
dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat

(7
)

Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit terdiri


atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.

(8) Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan


pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(9) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
dan ayat (6) dapat menggunakan sistem pelaporan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi secara elektronik.
(10)Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
dan ayat (6) disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
(11)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi diatur oleh Direktur Jenderal.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/Menkes/Per/I/1978 tentang
Penyimpanan Narkotika;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang
Peredaran Psikotropika; dan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 912/Menkes/Per/VIII/1997
tentang Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pelaporan narkotika dan


psikotropika di Apotek
Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropikadilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu
setelah data telah terinput data tersebut di import.Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk
bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan).pasword
dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id
Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukansetiap bulan.Laporan penggunaan obat narkotika di lakukan
melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data
tersebut di import (paling lamasebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya).Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes
setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)

PELAYANAN RESEP
TERHADAP
PSIKOTROPIKA DAN
NARKOTIKA

Apotekhanya boleh melayani resep narkotika dan


psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat
oleh Apotek itusendiri yang belum diambil sama sekali
atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
pembelian obat narkotika dan psikotropika tanpa resep
atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya
dan diberi garis merah di bawah obat narkotik.

UU No.35 Tahun 2009 Pasal 43


(1) Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:
a. apotek;
b. rumah sakit;
c. pusat kesehatan masyarakat;
d. balai pengobatan; dan
e. dokter.
(2) Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. apotek lainnya;
d. balai pengobatan;
e. dokter; dan
f. pasien.
(3) Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan
balai pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika
kepada pasien berdasarkan resep dokter.

Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang


Narkotika, Pasal 7 Ayat 2
Apotek dilarang melayani salinan resep yang
mengandung narkotika. Untuk resep narkotika
yang baru dilayani sebagian, apotek boleh
membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang
menyimpan resep asli.
Salinan resep dari resep narkotika dengan
tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah
tulisan iter pada resep yang mengandung

Mekanisme Penanganan
Pada Obat Expired dan
Pemusnahan Narkotika
Psikotropika

OBAT KADALUARSA

PEMUSNAHAN OBAT

NARKOTIKA/PSIKOTROP
IKA

Pp no 72 tahun 1998

Permenkes no 3 tahun 2015

Obat kadaluarsa adalah kondisi obat bila konsentrasinya


sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya.
Tanggal kadaluarsa adalah tanggal yang dipilih oleh pabrik
yang memproduksi obat untuk menjamin potensi yang
penuh dan keamanan dari obat sebelum tanggal
kadaluarsa tersebut.
Obat yang sudah melewati masa kadaluarsa dapat
membahayakan karena berkurangnya stabilitas obat
tersebut dan mengakibatkan efek toksik.

Tanda Obat kadaluarsa :


Padat : dapat berupa sediaan tablet, kapsul, pil dan serbuk. Umumnya mengalami
perubahan berupa perubahan warna, bau, rasa dan konsistensinya. Tablet dan kapsul
mudah menyerap air dari udara sehingga menjadi meleleh, lengket dan rusak.
Kemasan mungkin menjadi menggelembung. Tablet berubah ukuran, ketebalannya
dan terdapat bintik-bintik. Masing-masing tablet dalam kemasan ukurannya tidak
sama dan tulisan pada tablet dapat memudar. Kapsul berubah ukuran dan
panjangnya, mengalami keretakan dan warna kapsul memudar. Obat puyer akan
menggumpal jika telah mengalami reaksi kimia.
Semisolid : dapat berupa sediaan salep, krim, pasta, dan jeli. Umumnya mengalami
perubahan karena dipengaruhi oleh panas. Salep dan krim berubah konsistensinya
dan dapat menjadi terpisah-pisah, bau dan viskositasnya berubah, melembut,
kehilangan komponen airnya, tidak homogen lagi, penyebaran ukuran dan bentuk
partikel tidak merata serta pH nya berubah.
Cair : dapat berupa sediaan eliksir, sirup, emulsi dan suspensi oral. Umumnya
dipengaruhi oleh panas. Perubahannya dalam hal warna, konsistensi, ph, kelarutan,
dan viskositas, Bentuk sediaan cair menjadi tidak homogen. Beberapa obat, seperti
obat suntik dan tetes mata atau telinga, cepat rusak bila terkena sinar. Terdapat
partikel-partikel kecil yang mengambang pada obat cair namun hal ini normal pada
suspensi. Bau dan rasa obat berubah menjadi tajam seperti bleach, acid, gasoline,
punguent. Tanda kadaluarsa obat cair diantaranya: Menjadi keruh atau timbul

Kondisi Yang Mempercepat Kadaluarsa Obat :


1.

Kelembaban
Tempat yang lembab akan mempercepat masa kadaluarsa obat karena akan
mempengaruhi stabilitas obat kemudian dapat menyebabkan penurunan
kandungan, hal ini yang mempercepat kadaluarsa.

2.

Suhu
Suhu penyimpanan obat bermacam-macam, pada umumnya obat banyak
disimpan pada suhu kamar. Penyimpanan obat di kulkas. Tidak dianjurkan jika
tidak terdapat petunjuk. Obat-obat minyak seperti minyak ikan, sebaiknya jangan
disimpan di tempat yang terlalu dingin. Insulin (Obat untuk penderita diabetes)
merupakan contoh obat yang akan rusak jika ditempatkan pada ruangan dengan
suhu panas.

3.

Cahaya
Obat sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar
matahari ataupun lampu secara langsung. Misalnya : Vaksin bila terkena sinar
matahari langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak. Untuk

Cara Penanganan Obat yang sudah kadaluarsa


Jangan pernah membuang obat-obat kadaluarsa ke bersama-sama dengan sampah apalagi di
lingkungan. Karena tanpa disadari sebenarnya hal ini dapat mempermudah pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk mengambil dan menyalahgunakan obat-obatan tersebut.
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat
menganjurkan pada masyarakat untuk mengembalikan obat-obatan yang sudah tidak terpakai
kembali ke pabriknya melalui pemerintah negara masing-masing. Sayangnya program ini belum
berjalan baik di Indonesia.
Alternative yang lain sebagai masyarakat yang sering mempunyai obat yang sudah kadaluarsa di
rumah yaitu :
1.Membuangnya dengan mencampurnya dengan bahan lain yang menjijikkan atau tidak menarik
orang lain untuk menyentuhnya, seperti kotoran hewan piaraan, sisa makanan basi, ampas kopi
atau susu, dll. Keluarkan obat dari wadah aslinya, tempatkan semua obat yang sudah tidak
terpakai di satu tempat berisi bahan campuran yang lain lalu aduk jadi satu. Ini dapat mencegah
penyalahgunaan obat. Setelah tercampur semua, masukkan ke dalam kantong plastik, ikat rapat
dan buang ke tempat sampah.
2. Di buang ke toilet, rendam dulu obat dalam bentuk padat (tablet, kaplet, kapsul) dalam wadah
yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah obat hancur maka obat dapat diguyur di toilet. Untuk obat
dalam bentuk cairan bisa langsung dibuang dalam toilet. Beberapa obat dapat mencemari
lingkungan jika bercampur dengan air atau tanah, oleh karena itu pastikan anda membaca

Pemusnahan narkotika dan


psikotropika
PERMENKES NO 3 tahun 2015 tentang Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman,baik sintesis maupun
semisintesis,yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan
kesadaran,hilangnya
rasa
mengurangi
sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan,yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana yang terlampir dalam UndangUndang ini.

PERMENKES NO 3 tahun 2015 tentang Narkotika


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman,baik sintesis maupun
semisintesis,yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan
kesadaran,hilangnya
rasa
mengurangi
sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan,yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana yang terlampir dalam UndangUndang ini.

Cara pemusnahan Narkotika dan


Psikotropika
Sediaan padat yang mengandung narkotika dan
psikotropika
dilakukan dengan cara mengeluarkan
isinya
kemudian
melarutkan
dalam
air
dan
kemasannya dibakar.
Sediaan yang mengandung narkotika dan psikotropika
dalam bentuk cair isinya dikeluarkan dari botol
kemasannya dihancurkan dan sisa hasil pemusnahan
tersebut seluruhnya dimasukkan pada sebuah lubang
dan ditimbun dengan tanah.
www.pom.go.id

Pihak- pihak yang melakukan pemusnahan obat dan


pemusnahan narkotika psikotropika

Dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF,


Instalasi
Farmasi Pemerintah, Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi
Klinik,
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan, Dokter atau Toko Obat.
PERMENKES NO 3 tahun 2015

Tahapan pemusnahan
PERMENKES No 3 tahun 2015

Berita acara pemusnahan

Anda mungkin juga menyukai