Anda di halaman 1dari 12

Aktivitas Anti Jamur Dari Ekstrak Jahe pada

Candida Albican : Penelitian secara In-vitro


ABSTRAKSI
Produk turunan tumbuhan telah digunakan untuk keperluan medis pada beberapa abad
terdahulu. Pada tradisi pengobatan di India atau Ayurveda, Zingiber officinale dan beberapa
macam herba telah digunakan untuk pengobatan. Penggunaan dari tanaman tradisional telah
dilakukan suatu investigasi tentang komponen bioaktifnya, yang mempunyai hasil untuk
mendeteksi beberapa angka signifikan pada efek terapi. Tujuan dari penelitian ini : Sebuah
penelitian yang dilakukan untuk menilai efek dari ekstrak etanol tanaman jahe pada Candida
albicans secara in vitro. Shunti choorna (bubuk jahe) didapatkan dari sumber komersial
(S.N.Pandit aand sons, Mysore). Aktivitas anti jamur pada agen dites pada berbagi pengenceran
dengan rentang 1g, 2g, 4g pada shunti choorna pada 99.9% etanol. Pasta jahe pada suhu
ruangan menunjukkan zona inhibisi lebih baik dari etanol sendiri, namun etanol pada ekstrak
jahe dingin menunjukkan zona inhibisi maksimal selama 24 jam. Penelitian ini menunjukkan
bahwa bubuk ekstrak jahe mempunya aktivitas inhibisi terhadap Candida albicans. Hasil yang
diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun etanol sendiri mempunyai aktivitas anti
jamur, ekstrak etanol pada jahe dapat bersinergi.
PENGENALAN
Tanaman obat telah ditemukan dan digunakan pada bidang farmasi, nutraseutikal,
kosmetik dan suplemen makanan. Derivat produk tanaman telah digunakan untuk keperluan
medis pada beberapa abad yang lalu. Pada pengobatan tradisional India atau Ayurveda, Zingiber
officinale dan beberapa herba lain telah digunakan sebagai obat.
Dengan kecenderungan peningkatan resistensi antibiotic pada mikroorganisme, tanaman
tradisional telah diamati untuk nilai kesehatan dari segi kandungan antibakteria. Penggunaan dari
tanaman tradisional telah dilakukan suatu investigasi tentang komponen bioaktifnya, yang
mempunyai hasil untuk mendeteksi beberapa angka signifikan pada efek terapi. Pada tahun 1998,
WHO memperkirakan 80% masyarakat yang hidup pada negara berkembang telah menggunakan
obat tradisional.

Jahe telah digunakan sebagai obat dari masa Vedic dan dinamakan maha-aushadhi yang
mempunyai arti obat besar. Jahe banyak tersedia, secara umum dapat diterima dan relative murah
serta dapat ditoleransi dengan baik oleh masyarakat. Jahe telah terdaftar pada dokumen
Generally Recognised as Safe (GRAS) pada US FDA. Jahe (Zingiber officinale) yang termasuk
dalam family Zingiberaceae.
Pada beberapa decade silam, di seluruh dunia terjadi peningkatan pada insiden infeksi
jamur yang telah diobservasi. Penggunaan klinis yang utama dari anti jamur mempunyai
berbagai macam kekurangan terutama pada hal toksisitas, efikasi dan harga serta frekuensi
penggunaan telah menyebabkan munculnya resistensi pada strain. Tantangan untuk
mengembangkan strategi yang efektif untuk terapi pada candidiasis dan beberapa penyakit jamur,
dengan mempertimbangkan kesempatan infeksi jamur pada manusia, pasien yang positif virus
immunodeficiency dan pada orang lain yang mempunyai kompromi system imun
(immunocompromised) karena kemoterapi kanker dan indeskriminasi penggunaan dari
antibiotic.
Candida adalah sejenis parasit normal (yang tidak merugikan) pada rongga mulut. Namun
seseorang dengan immunocompromised, mempunyai manifestasi infeksi awal candidiasis .
beberapa juta orang menggunakan obat tradisional untuk menjaga kesehatan yang utama.
Keamanan dan efek samping yang kecil dari banyak ekstrak herbal juga menjadi pertimbangan
mereka bersumber dari farmasetik yang baru. Baru-baru ini, banyak ekstrak tanaman yang
menunjukkan nilai terapi dengan penggunaan oral. Tanaman Zingiberaceous mempunyai
karakteristik dari rimpangnya yang berumbi dan tidak berumbi yang mempunyai aroma kuat dan
memiliki khasiat obat.
Karena adanya perkembangan resistensi pada jamur yang terkenal pathogen dan
munculnya resistensi jamur pathogen secara intrinsik pada antibiotic yang beredar, penting untuk
agen novel anti jamur untuk mengidentifikasi dan mengembangkan. Pada akhir, penelitian ini
dilakukan untuk menilai efek dari kandungan etanol pada ekstrak jahe pada candida albican
secara in vitro.

METODE DAN BAHAN


Agen Anti-jamur
Shunti Choorna (bubuk jahe) diperoleh dari sumber komersial (S.N.Pandit and sons, Mysore).
Agen ini dilarutkan dalam etanol 99.9%. aktivitas anti-jamur dari agen di tes pada beberapa
rentang pengenceran- 1g, 2g, 4g Shunti chornaa pada etanol 99.9%.
Preparasi Ekstrak Jahe
1g, 2g dan 4g Shunti Choorna ditambahkan pada etanol 99.9%. tabung disimpan pada kulkas (48oC) dan tak terganggu selama 4 jam. Konsentrasi obat disiapkan segera ketika akan dilakukan
pengujian terhadap strain standar pada beberapa waktu.
Isolasi
Strain standar yang digunakan pada penelitian ini adalah Candida albicans (ATCC 66027).
Mereka tumbuh pada agar dekstrosa Saboraud (SDA) (Hi Medic Laboratories Pvt. Ltd; Mumbai,
India) semalam pada suhu 37oC selama 24 jam dan 48 jam.
Media yang Digunakan pada Penelitian
Agar Dekstrosa Saboroud (SDA) (Hi Medic Laboratories Pvt. Ltd; Mumbai, India) digunakan
pada penelitian ini.
Preparasi Inoculum
3-5 koloni dari strain standart Candida albican (ATCC 66027) disuspensikan pada 2ml saline
normal yang steril dan tervortex. Turbiditas dari suspense yang homogen disesuaikan menjadi
0.5 Me standart Farlan. Penyeka steril dimasukkan dalam suspensi dan masuk dalam piringan
kering Agar dekstrosa Saboraud untuk mendapat kultur.

METODE
Metode Difusi Disc
Kertas filter disc steril berukuran 6mm dibeli dan disterilisasi. Kertas tersebut ditempatkan dan
diinokulasi pada piringan SDA kering, 10l dari ekstraksi ditempatkan pada disk. Piringan
tersebut diinkubasi pada suhu 37oC. zona inhibisi tercatat disekitar disk pada 24 hingga 48 jam.

Kontrol positif yang digunakan pada penelitian adalah etanol 99.9%.

data dianalisis

menggunakan ANOVA, level signifikan diset pada 0.05.


HASIL
Penelitian telah selesai dengan mengevaluasi efikasi anti-jamur terhadap Candida albicans
(ATCC 66027). Seperti yang terlihat pada graph.1 , 1g pasta jahe etanolik pada temperature
yang dingin menunjukkan inhibisi maksimum pada 24 jam. Semua nilai menurun pada 48 jam.
(Fig. 1).

Fig. 1: Mean inhibition zone of candida albicans at 1g


concentration and at 24 and 48 hrs

2g pasta jahe pada suhu ruangan menunjukkan zona inhibisi lebih baik dari etanol saja,
namun ekstrak jahe etanolik menunjukkan zona inhibisi maksimum pada 24 jam (Fig. 2)

Fig. 2: Mean inhibition zone of candida albicans at


2g concentration and at 24 and 48 hrs

Pada konsentrasi 4g terlihat bahwa ekstrak jahe etanolik menunjukkan zona inhibisi
maksimal 23 mm pada 24 jam pada temperature yang dingin (Fig. 3)

Fig. 3: Mean inhibition zone of candida albicans at 4g


concentration and at 24 and 48 hrs

Terdapat perbedaan statistic yang signifikan pada zona inhibisi pada 24 jam dan 48 jam
(table 1). Terdapat suatu bukti pada penelitian, pada 24 jam, konsentrasi 2g lebih efektif daripada
1g pada penghambatan pertumbuhan organisme.
Aktivitas anti-jamur dari ekstrak jahe etanolik telah dinyatakan ada pada ekstrak yang dingin
daripada ekstrak yang berada pada suhu ruangan. Metode preparasi dingin yang dievaluasi
terhadap temperature ruangan ditemukan bahwa lebih efektif pada ekstraksi bahan aktif dari
Shunti choorna.
DISKUSI
Berbagai macam efek terapi dari jahe telah ditemukan yaitu aktivitas anti emetic, anti
ulcer, anti platelet, antipiuretik, anti inflamasi dan aktivitas anti oksidan. Aktivitas anti jamur dan
anti bakteri dari jahe dipengaruhi oleh gingerol dan shagelol yaitu turunan dari ektrak jahe
etanolik.
Kebanyakan dari penelitian yang melakukan tes nilai medis dari tanaman telah selesai
dengan mengambil ekstrak methanol dan etanol dari sumber yang sama. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari jahe mempunyai fungsi anti jamur. Namun, beberapa
penelitian mempertimbangakan dan melekatkan aktivitas antijamur pada etanol. Jadi pada
penelitian ini, ethanol digunakan sebagai kontrol positif. Hal ini telah terselesaikan untuk
mengecek efek etanol yang dapat mengacaukan. Ini terlihat ketika kontrol positif (etanol)
digunakan pada penelitian memproduksi ukuran zona inhibisi yang spesifik dari Candida
albicans.

Pada penelitian ini, ekstrak jahe efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albican
(ATCC 66027). Kontrol positif (ethanol) memproduksi zona inhibisi yang signifikan dengan
Candida albican. Zona inhibit diukur dari perbedaan konsentrasi dari ekstrak yaitu sebanyak
1g,2g, dan 4g pada suhu ruangan dan suhu yang dingin (4-8oC). zona inhibisi dievaluasi pada 24
dan 48 jam.
Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak etanolik dari bubuk jahe telah
terbukti mempunyai aktivitas inhibisi terhadap Candida albicans. Hasil yang dapat berkaitan
dengan penelitian yang lain yang menunjukkan bahwa jahe mempunyai aktivitas antibakteri.
Metode preparasi pada suhu dingin yang dievaluasi terhadap suhu ruangan didapatkan hasil lebih
efektif untuk ekstraksi dari bahan aktif shunti chorna.
Hasil penelitian berkaitan dengan penelitian sebelumnya yang menyarankan bahwa agen
anti jamur yang berbeda ada pada ekstrak jahe. Pada rimpang jahe terdapat beberapa komponen
yang mempunyai efek anti bakteri dan anti jamur. Gingerol dan shagelol diidentifikasi sebagai
agen yang lebih aktif. Park et al menunjukkan bahwa ekstrak mentah dari jahe

dapat

menghambat pertumbuhan bacteria oral in vitro yang dibenarkan pada hasil penelitian ini.
Pengujian ini menunjukkan bahwa zona inhibisi menurun pada 48 jam dibandingkan 24 jam. Itu
merupakan perbedaan yang signifikan pada zona inhibisi 24 jam terlepas dari konsentrasi. Ini
dapat dijelaskan bahwa faktanya, Candida albican berada pada log fase selama 48 jam. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pembacaan 24 jam lebih bagus daripada 48 jam.
Penelitian ini menunjukkan bahwa etanol sendiri mempunyai aktivitas anti jamur
terhadap Candida albicans. Namun, terjadi peningkatan zona inhibisi ketika ekstrak etanol dari
jahe digunakan dibandingkan dengan etanol saja dan peningkatan tersebut terjadi secara
signifikan. Itu merupakan indikasi yang jelas bahwa jahe sendiri memiliki aktivitas anti jamur.

KESIMPULAN
Spectrum luas dari ekstrak jahe telah didokumentasikan sebelumnya. Penelitian ini
mengevaluasi dari aktivitas anti jamur dari etanol apakah baik seperti ekstrak etanol jahe. Dari
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa meskipun etanol sendiri mempunyai aktivitas anti
jamur, namun ektrak etanol dari jahe mempunyai aktivitas yang dapat bersinergi. Sejak jahe
tersedia secara mudah dan mempunyai toleransi yang baik, jahe dapat dikelompokkan menjadi

pengobatan terapi anti jamur secara topical. Namun, penelitian tentang preparasi oral,keamanan
dan keefektivan harga telah ada.
ANALISA
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian Eksperimental dimana dalam hal ini peneliti
akan menguji kandungan etanol pada ekstrak jahe sebagai anti jamur. Sebagai pengontrol atau
variable kontrol dalam penelitian ini adalah Etanol, yang telah diketahui mempunyai aktivitas
anti jamur, sedangkan kelompok uji yang mendapat perlakuan atau interferensi adalah ekstrak
jahe (Shunti choorna) dalam beberapa perbedaan konsentrasi yaitu 1g, 2g dan 4g.
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai True Eksperimental tepatnya menggunakan metode
Factorial Design, dimana peneliti akan membandingkan efek dari etanol dan etanol yang berasal
dari ekstrak jahe dari segi aktivitas anti jamur. Pada penelitian ini digunakan perbandingan
kelompok uji mendapat perlakuan yaitu :
- adanya perbedaan konsentrasi dari ekstrak jahe, yaitu 1g, 2g dan 4g
- adanya perbedaan suhu yaitu suhu ruangan dan suhu 4-8oC
- adanya perbedaan waktu inkubasi antara 24 jam dan 48 jam

a.Kelompok Uji 1 (1g Ekstrak Jahe)


Etanol (Kontrol)

Diinkubasi 24
jam

1 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu Ruangan

1 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu 4-8oC

1 g Ekstrak Jahe

Etanol (Kontrol)

Diinkubasi 48
jam

1 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu Ruangan

1 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu 4-8oC

a.Kelompok Uji 2 (2g Ekstrak Jahe)

Etanol (Kontrol)

Diinkubasi 24
jam

2g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu Ruangan

2 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu 4-8oC

2 g Ekstrak Jahe

Etanol (Kontrol)

Diinkubasi 48
jam

2 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu Ruangan

2 g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu 4-8oC

a.Kelompok Uji 3 (4g Ekstrak Jahe)

Etanol (Kontrol)

Diinkubasi 24
jam

4g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu Ruangan

4g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu 4-8oC

4g Ekstrak Jahe

Etanol (Kontrol)

Diinkubasi 48
jam

4g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu Ruangan

4g ekstrak Jahe
dalam SDA pada
suhu 4-8oC

METODOLOGI DAN PENELITIAN


Analisis Jurnal Internasional
Antifungal Activity of Ginger Extract on
Candida Albicans:
An In-vitro Study

Oleh :
Aditya Pradnya Paramitha
(201210410311109)
Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

Anda mungkin juga menyukai