Anda di halaman 1dari 25

Analisis Simplisia

Jamu
Kunyit dan Kapulaga
Kelompok 11
Anggota :
1. Nur Hanna Mardhiyyah (24030117130056)
2. Diah Ayu Safitri (24030117120037)
3. Fitroh Jani Analisa (24030118130079)
4. Siti Anita Rahmawati (24030117120037)
BACKGROUND OF CASES
Penduduk negara maju menggunakan
pengobatan tradisional dan obat-obat dari
bahan alami.

65%
30.000
dari 90%
Tanaman obat ada di
40.000 kawasan Asia.
Jenis tanaman obat
terdapat di Indonesia.
BACKGROUND OF CASES

Indo-Malaysia
Indonesia
Kesehatan
Australia
Afrika
Kunyit (Curcuma domestica Val) India

Kecantikan

Minyak Atsiri Fosfor Vitamin C


Kurkuminoid Kalium
Protein Besi
BACKGROUND OF CASES

Bahan Aromatik
Karminatif
Obat Batuk
Obat Mulut Berbau
Kesehatan
Kapulaga (Amomum cardamomum L.) Dll.

Minyak Atsiri Borneol


Sineol Protein gula
Terpineol Lemak
Rumusan
1. Bagaimana taksonomi dan komponen kimia dari kunyit
Masalah dan kapulaga?
2. Bagaimana cara pengujian mutu berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dari kunyit dan kapulaga?
3. Bagaimana aktivitas dari kandungan kimia kunyit?
Latar Pembahasan
Belakang

Presentasi Kesimpulan
1
Pembahasan
Jamu
Jamu adalah ramuan unik untuk pengobatan herbal di
Indonesia dan digunakan untuk mengobati apapun sesuai dengan
efektifitas tanaman yang dikenal secara turun-temurun.
Pengetahuan tentang jamu telah digunakan selama berabad-abad
di Indonesia dan masih digunakan sampai saat ini (Alona, 2003).
Nama “Jamu” merupakan istilah yang digunakan oleh
orang-orang jawa, untuk menyebutkan pengobatan herbal.
Pengobatan herbal merupakan pengobatan yang tidak
menggunakan bahan kimia sintetik yang additive. Jamu
merupakan istilah tradisional, karena jamu berasal dari tradisi
yang sangat tua di Jawa, serta masih eksis dalam waktu yang
sangat lama sebelum ilmu farmasi modern memasuki Indonesia.
Pada resep pembuatan jamu, beberapa formula berumur sangat
tua, dan saat ini masih digunakan dengan khasiat penyembuhan
penyakit dengan baik (Alona, 2003).
Simplisia
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum
mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 600℃ (Ditjen POM,
2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan
obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau
belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan, 2010).
Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral
(Melinda, 2014).
Kunyit
Salah satu penelitian oleh Ashraf dan Sultan (2017)
tentang skrining fitokimia yang dilakukan pada Curcuma
longa, mengungkapkan terdapat banyak sumber senyawa
polifenol, yaitu berupa beberapa jenis senyawa yang disebut
curcuminoid, terdiri dari curcumin sebagai senyawa utama
dan senyawa turunannya, yaitu demethoxycurcumin
(curcumin II) dan bis-demethoxycurcumin (curcumin III).
Dari hasil penelitian tersebut, persentase nilai kandungan
curcumin merupakan yang terbesar, yaitu sekitar 80%, untuk
dua senyawa turunannya, demethoxycurcumin dan bis-
demethoxycurcumin sekitar 12%. Selain itu, juga terdapat
kandungan karbohidrat (69,4%), protein (6,3%), lemak
(5,1%), mineral (3,5%), dan air (13,1%) (Ashraf dan Sultan,
2017)
Kunyit
Menurut SNI 7953:2014 mengenai kunyit lokal, berikut
syarat mutu kunyit. Untuk semua kelas mutu kunyit,
persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah:
- rimpang induk utuh atau rimpang cabang utuh;
- tampilan segar;
- bebas dari hama dan penyakit;
- bebas dari kelembaban pada permukaan rimpang
kecuali pengembunan;
- bebas dari aroma dan rasa asing; rimpang dipanen
setelah memenuhi kriteria panen sesuai karakteristik
varietas dan/atau lokasi tumbuh.
Kunyit
Persyaratan khusus :

Ketentuan bobot :
Kunyit
Ketentuan toleransi :

Metode Pengambilan :

Pengambilan contoh sesuai SNI 0428 dan CAC/GL 50-2004


Kunyit
Metode Pengujian
● Uji kadar kurkuminoid
Pengujian kadar kurkuminoid dilakukan sesuai dengan Farmakope Herbal
Indonesia Edisi I 2008.
● Uji organoleptik
Pengujian mutu pada persyaratan umum dilakukan secara visual dan
organoleptik. Pengujian organoleptik dalam ketentuan ini sesuai dengan
OECD 2005.
● Uji residu pestisida
Pengujian residu pestisida sesuai dengan pedoman pengujian residu
pestisida dalam hasil pertanian.
● Uji cemaran logam berat
Pengujian cemaran logam berat sesuai dengan SNI 2896 dan SNI 4866.
● Uji cemaran mikroba
Pengujian cemaran mikroba sesuai dengan BAM Chapter Salmonella dan
Chapter 4 Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria.
Kapulaga
Buah Kapulaga yang disuling mengandung minyak atsiri dengan
komposisi yaitu sineol, terpineol, borneol. Kadar sineol dalam buah lebih
kurang 12% (Sinaga, 2008). Biji kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri
yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta
kamfer. Disamping itu biji juga mengandung lemak, protein, kalsium
oksalat dan asam kersik. Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang
disebut Oleum Cardamomi yang digunakan sebagai stimulus dan pemberi
aroma.
Rimpang kapulaga mengandung minyak atsiri, juga mengandung
saponin, flavonoida dan polifenol (Sinaga, 2008). Komponen-komponen
dalam kapulaga termasuk dalam golongan fenol dan terpena (Santoso,
1988). Senyawa fenol aktif sebagai antibakteri dengan mekanisme
membentuk kompleks dengan protein sel sehingga menghambat kerja
enzim pada sel bakteri. Akibatnya struktur dinding sel akan mengalami
denaturasi protein. Diketahui pula bahwa pada umumnya dinding sel bakteri
Gram positif dan Gram negatif sebagian besar tersusun atas protein
(Guenther, 1987).
Kapulaga
Menurut SNI 01-3180-1992 mengenai kapulaga lokal, berikut syarat mutu
kapulaga yang dapat digunakan :
● Syarat umum

● Syarat khusus
Kapulaga
Penentuan kadar air
Prinsip
Penentuan banyaknya air dipisahkan dengan cara diestilasi dengan
bantuan suatu cairan organik yang tidak tercampur dengan air yang
dikumpulkan dalam sebuah tabung berukuran

Penentuan kadar minyak atsiri


Prinsip
Contoh dipotong-potong kecil , dimasukan kedalam labu didih .
Tambahkan air dan didihkan . selanjutnta labu didih di sambung
dengan alat destilasi uap
STUDI KASUS
Judul :
Aktivitas Gel Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Tujuan :
Untuk mengetahui aktivitas dari ekstrak kunyit dan gel dari ekstrak kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
Metode :
Metode soxhletasi menggunakan etanol 96 % sebagai pelarut, metode difusi agar dengan kertas cakram,
Prinsip :
Variasi konsentrasi ekstrak kunyit untuk mengetahui konsentrasi optimum dimana aktivitas bakteri
Staphylococcus aureus tinggi.
Pembahasan :
Melalui metode Soxhletasi menggunakan etanol 96 % diperoleh ekstrak kunyit yang selanjutnya akan diuji
aktivitasnya. Uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan variasi
konsentrasi 45%, 55%, 65% dan 75% dengan menggunakan kontrol positif gel clyndamycin, kontrol
negatif DMSO 5%. Pengujian variasi konsentrasi ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi minimum
yang dapat memberikan zona hambat yang optimum terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Berikut hasil yang diperoleh dari uji aktivitas ini;
STUDI KASUS
Judul :
Aktivitas Gel Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Tujuan :
Untuk mengetahui aktivitas dari ekstrak kunyit dan gel dari ekstrak kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
Metode :
Metode soxhletasi menggunakan etanol 96 % sebagai pelarut, metode difusi agar dengan kertas cakram,
Prinsip :
Variasi konsentrasi ekstrak kunyit untuk mengetahui konsentrasi optimum dimana aktivitas bakteri
Staphylococcus aureus tinggi.
Pembahasan :
Melalui metode Soxhletasi menggunakan etanol 96 % diperoleh ekstrak kunyit yang selanjutnya akan diuji
aktivitasnya. Uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan variasi
konsentrasi 45%, 55%, 65% dan 75% dengan menggunakan kontrol positif gel clyndamycin, kontrol
negatif DMSO 5%. Pengujian variasi konsentrasi ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi minimum
yang dapat memberikan zona hambat yang optimum terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Berikut hasil yang diperoleh dari uji aktivitas ini;
STUDI KASUS
Dari hasil uji aktivitas antibakteri yang memberikan aktivitas antibakteri yang optimum diberikan oleh
konsentrasi 45% dengan diameter zona hambat sebesar 12,5 mm. Kemudian ekstrak kunyit 45 % ini
digunakan sebagai formula pembuatan gel yang hasilnya akan dievaluasi dan diuji aktivitasnya,
memberikan hasil sebagai berikut;
STUDI KASUS
Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak rimpang kunyit memiliki sedikit selisih jika dibandingkan
dengan kontrol positif, ratarata dari sediaan gel ekstrak rimpang kunyit memiliki diameter zona hambat
sebesar 19 mm sedangkan hasil kontrol positif gel clyndamicin memiliki diameter zona hambat sebesar
27,6 mm sebagaimana tercantum pada Tabel 7. Perbedaan ini membuktikan bahwa sediaan gel ekstrak
rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri yang kuat untuk penghambatan terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus.

Kesimpulan :
1. Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dan gel ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus dengan memberikan respon hambatan yang kuat
terhadap bakteri tersebut.
2. Gel dari ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan bentuk
ekstraknya, yang ditunjukkan dari respon hambatan keduanya terhadap bakteri Staphylococcus.
Kesimpulan
1. Kunyit mengandung komponen kimia curcuminoid, terdiri dari curcumin
sebagai senyawa utama dan senyawa turunannya, yaitu demethoxycurcumin
(curcumin II) dan bis-demethoxycurcumin (curcumin III). Kapulaga
mengandung komponen kimia Buah Kapulaga yang disuling mengandung
minyak atsiri dengan komposisi yaitu sineol, terpineol, borneol lemak, protein,
kalsium oksalat dan asam kersik.
2. Pengujian standar mutu sebagai bahan jamu untuk kunyit berdarsarkan SNI
7953:2014 dan kapulaga berdasarkan SNI 01-3180-1992.
3. Hasil uji aktivitas kunyit menunjukan aktivitas antibakteri dan dalam bentuk gel
memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstraknya.
THANKS!
Do you have any questions?
nurhanna455@student.undip.ac.id
+6285 385 983 441

CREDITS: This presentation template was created by ​Slidesgo​,


including icons by Flaticon​, infographics & images by ​Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai