1. Sudahkah kompor dimatikan? Kompor minyak tanah dan gas harus di rawat dengan baik,
sehinnga api bisa menyala dengan baik. Untuk kompor minyak tanah, pastikan sumbu kompor
masih panjang. Untuk kompor gas pastikan tidak ada kebocoran di selang atau sistem yang
lain. Kalau perlu dipasang gas detector.
2. Lampu penerangan dengan bahan bakar minyak sebaiknya dimatikan sebelum tidur.
3. Apabila menggunakan nyamuk bakar, pastikan ditaruh di tempat yang aman. Jauh dari
benda-benda yang mudah terbakar.
4. Pastikan bahwa instalasi listrik di rumah anda aman. Ketahuilah berapa besar daya yang
bisa dipakai di rumah, dengan melihat circuit breaker di meteran rumah. Apabila tertulis 10A,
secara sederhana berarti daya yang bisa dipakai adalah sebesar 10 x 220 = 2200 Watt. Dan
perhatikan pula pembagian beban dan jebes kabel yang dipakai.
5. Pembebanan yang berlebihan pada satu stop kontak akan menyebabkan kabel panas dan
akan bisa memicu kebakaran. Ini biasanya dilakukan dengan penumpukan beberapa stop
kontak atau T pada satu titik sumber listrik.
6. Pastikan stop kontak dan steker (kontak tusuk) dalam keadaan baik. Sehingga waktu steker
dimasukkan dalam stop kontak, terjadi sambungan yang stabil (tidak bergerak-gerak, orang
Jawa bilang oglak-aglik). Karena ini akan menimbulkan percikan api yang dapat memicu
kebakaran.
7. Pergunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai, jangan dibesarkan.
8. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus segera diperbaiki. Karena bisa
menyebabkan hubungan pendek.
9. Jangan sekali-kali mencantol listrik, karena anda tidak memiliki sistem pengaman yang
sesuai. Dan PLN biasanya sudah memperhitungkan distribusi beban listrik, apabila ada beban
berlebihan akan mengganggu jaringan listrik yang ada.
Penanggulangan
1. Pasang detektor asap di langit-langit rumah, di luar kamar tidur dan disetiap lantai untuk
rumah betingkat. Alat ini perlu di test setiap bulan untuk memastikan selalu dalam kondisi baik.
2. Sediakan alat pemadam kebakaran di rumah anda. Apabila anda bisa membelinya,
siapkanlah selimut pemadam (fire blanket) untuk di dapur dan kamar tidur. Juga pemadam
kebakaran, untuk rumah pakailah pemadam kebakaran jenis bubuk (powder).
3. Apabila anda tidak mau membeli peralatan di atas, persiapkanlah pemadam kebakaran dari
ledeng rumah. Siapkan selang yang cukup panjang, dan quick connection. Pasang beberapa
qucik connection di keran rumah anda, terutama apabila rumah anda cukup luas. Sehingga ada
beberapa titik untuk bisa memasang selang anda dengan cepat.
4. Juga sebagai pengganti fire blanket, sediakan karung goni (karung beras yang terbuat dari
serat manila hennep). Basahi karung goni sebelum dipakai untuk memadamkan api.
5. Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat. Pasang nomor penting dekat
telephone, atau program telephone untuk nomor-nomor penting. Ingat bahwa mereka tidak
akan datang dalam waktu singkat, kemungkinan api telah berkobar lebih besar.
Penyelamatan diri
Kasus seperti yang saya uraikan di blog sebelum ini tidak perlu terjadi apabila penghuni rumah
sudah melakukan pengenalan dan pengecekan rumah dengan seksama.
1. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan keluarga, dengan menentukan sedikitnya
dua jalur keluar dari setiap kamar. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah
teralis rumah akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri di rumah
bersama dengan keluarga.
2. Persiapkan lampu senter di dekat tempat tidur.
3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat
bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung
dengan kain yang dibasahi.
4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan
bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus
melalui jendela.
5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini
hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran
api.
Lingkungan yang aman
Banyak kebakaran sudah terlambat untuk dipadamkan karena linkungan sekitar terlalu padat.
Jalan terlalu sempit untuk dilalui mobil pemadam kebakaran dan sumber air sulit didapatkan.
Untuk menciptakan lingkungan yang aman, berarti juga lingkungan harus mempersiapkan diri
jika terjadi kebakaran. Lingkungan sekitar perlu dirapikan sehingga apabila ada kondisi darurat
dengan mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran, ketahui lokasi pemadam kebakaran
terdekat dan apabila ada hydrant disekitar perlu dicheck apakah masih berfungsi. Lingkungan
yang aman bisa terwujud apabila warga sekitar memiliki kesadaran akan keselamatan.
PENGERTIAN
Bekerja di sebuah laboratorium ataupun di perusahaan perusahaan industri jelas tak bisa
lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran.
Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium ataupun diperusahaan membuat dan
menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu difahami pula bagaimana proses
terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara
penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran.
Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta
adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal.Api
terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu
dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur
penyebab kebakaran.
jinak dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis
api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api
yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api
tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara
yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
1.
Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti :
masak, las, dll.
2.
Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti
3.
Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif
seperti : peti.
4.
Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda,
memaku, dll.
5.
Tetrahidral Api
gambar disamping.
B.
Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada ,sehngga tanpa oksigen api tidak dapat
terjadi pada keadaan normal ,dimana jumlah prosentase oksigen diudara adalah 21% merupakan
jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api . Dan jumlah minimal prosentase oksigen di
udara yang masih dapat
mbantu dalam proses terjadinya api adalah 15%.
3. Source Of Igition ( sumber nyala )
a. Pengertian Sumber Nyala dan Sumber Panas
Sumber panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas
- Sumber Nyala ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat
temperatur tertentu dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api / kebakaran.
b. Terjadinya sumber nyala
Ada
beberapa
faktor
penyebab
terjadinya
sumber
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
/
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Nuklir
C.
nyala,
antaa
/
peristiwa
/
peristiwa
/
peristiwa
peristiwa
lain
:
Alam
Kimia
Listrik
Mekanik
1.
Kebakaran Klas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran
kayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2.
Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry
powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3.
Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya
yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4.
Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium,
dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
D.
RESIKO
MATERIAL
ALAT PEMADAM
Class A
Class B
Class C
Class D
Uranium, magnesium
dan titanium
Dari
keempat jenis
kebakaran
tersebut yang
jarang ditemui
adalah kelas
D, biasanya
untuk kelas A,
B dan C alat
pemadamnya
dapat
digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
Factor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor
teknis.
Faktor Manusia
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang
pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda Dilarang Merokok.
Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti
sekering dengan kawat.
Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan
yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal
yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang
berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor,
pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau
gas elpiji didekat kompor
Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila
kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan
instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan
atau kebocoran.
Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang
disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
Kebakaran disengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
Tabel Penyebab Kebakaran
Alam
Kemajuan Teknologi
Matahari
Listrik
Perkembangan Penduduk
Ulah manusia :
Gempa bumi
Petir
Gunug merapi
Biologis
Kimia
sengaja
tidak sengaja
awam ( ketidakpahaman )
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini :
Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha usaha
faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara melanggar
peraturan yang berlaku.
Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama
bangunan tinggi.
Faktor Fisik
Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
a.
b.
E.
1.
2.
3.
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi
antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus
dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing masing tahapan
terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga
mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur angsur menurun sampai saat bahan yang
terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua
tahapan, yaitu :
a.
Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Tahap tersebut dapat dilihat pada kurva suhu api di bawah ini.
Klasifikasi Pertumbuhan
Waktu Pertumbuhan /
Growth Time
( detik )
> 300
150 300
80 150
bel
Ta
Laju
< 80
F.
Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam macam akibat , antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
1.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain
karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat
pemadam api tersebut masingmasing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
I.
Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan
daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah logam stearate serta bahan-bahan tambahan
(additives tambahan).
Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau peralatan
elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak.
Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu pernafasan.
Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api :
Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel tepung kimia
c.
air.
Mempunyai daya mengembang uap yang tinggi.
(menghasilkan panas).
Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 C sampai 100
C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air
tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).
d.
Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas
permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut
maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan
yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe
1.
kebakaran
tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas
A.
Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan
larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
2.
Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa
dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa
mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant
(AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
J.
3.
4.
5.
6.
Tidak berbahaya.
Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
Sekali pakai pada tiap kejadian.
Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron 1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat alat
pemadam ini antara lain :
Bukan penghantar listrik
Tidak merusak peralatan
Non Toxic (tidak beracun)
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
Bisa digunakan berulang-ulang
Lebih tepat digunakan di dalam ruang
sekali-kali
air
tersebut
Cara-cara pemakaiannya :
Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alat ditempat sebelum menuju
kearah api).
Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah datangnya angin dan usahakan agar
menutup keseluruhan daerah permukaan api.
8. Racun Api Busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara
kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair,
racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik
sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.
9.
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja
sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
10. Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B. Secara ringkas, penggunaan media racun api
berdasarkan klasifikasi bahan terbakar jadi begini :
Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan persyaratan dan cara
pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang antara lain :
Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.