1310015116
Mirsa Herdiani
1310015119
Hosana A.M
1310015095
Dera Armedita
1310015101
1310015112
Andronikus Sulupadang
1310015117
Betrik Sefyana
1310015120
Cynthia Clarissa
1310015104
1310015118
1310015108
Tutor : drg. Silvia Anitasari
FAKULTAS KEDOKTERAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan DKK (Diskusi Kelompok
Kecil) dengan baik dan lancar. Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya
proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang
disepakati oleh kelompok kami dan bimbingan dari tutor kami yang telah memberi
pengarahan kepada kami tentang pembahasan dari laporan kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih
kepada drg. Silvia Anitasari selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun
kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan
sekelompok di Kelompok 3. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan
DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh
sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian
hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau
perkembangan pengetahuan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...............................................................................................4
1.2. Tujuan.............................................................................................................6
1.3. Manfaat...........................................................................................................6
BAB 2 Pembahasan
2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing...................................................................7
2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah..........................................................................8
2.3 Step 3 : Curah Pendapat.................................................................................9
2.4 Step 4 : Peta Konsep.......................................................................................13
2.5 Step 5 : Learning Objective............................................................................14
2.6 Step 6 : Belajar Mandiri.............................................................................14
2.7 Step 7 : Sintesis..............................................................................................14
BAB 3 Penutup
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................46
3.2. Saran...............................................................................................................46
BAB 1
PENDAHULUAN
hancur, gigi menjadi lebih lemah dan rapuh, serta jaringan pulpa akan mati dan
gigi cenderung lebihgelap dan berwarna abu-abu.
Di Indonesia, dengan segala kemajuan ilmu teknologi, pengobatan penyakit
karies gigi masih tertinggal oleh negara-negara lain. Meskipun telah banyak
yang dicapai, prevalensi karies gigi masih tinggi dan tidak menurun seperti pada
negara-negara maju. Mempertahankan gigi geligi sulung dalam keadaan sehat
dan nonpatologis adalah suatu hal yang penting dan harus diupayakan.
Tujuannya agar diperoleh kemampuan mastikasi yang baik, terpeliharanya
estetika dan fungsi mempertahankan ruang bagi gigi permanen, perkembangan
fonetik dan pencegahan terhadap kebiasaan buruk. Masih tingginya tingkat
karies dan penyakit pulpa pada gigi anak menyebabkan perlunya dilakukan
perawatan untuk mempertahankan fungsi-fungsi gigi tersebut.
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap sebagai upaya preventif
karena gigi yang telah dirawat dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis
sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat
dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi kunyah dipertahankan, infeksi dan
peradangan kronis dapat dipertahankan. Selain itu, mempertahankan gigi
anterior dapat memperbaiki fungsi estetik, mencegah timbulnya kebiasaan buruk
pada lidah, membantu fungsi bicara, dan mencegah timbulnya efek psikologis.
Gigi sulung dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa perawatan.
Terdapat dua golongan perawatan pulpa pada gigi sulung yaitu perawatan pulpa
konservatif yang berupa perlindungan pulpa (pulp capping) indirect, direct, dan
pulpotomi. Yang kedua ialah perawatan pulpa radikal yaitu pulpektomi diikuti
dengan pengisian saluran akar. Sedangkan perawatan pulpa pada gigi permanen
muda hampir sama dengan perawatan pada gigi sulung. Namun hal lain yang
perlu diperhatikan pada gigi permanen muda dengan kalainan pulpa atau pulpa
yang mengalami trauma adalah kebutuhan untuk melanjutkan penutupan apeks
secara normal atau merangsang penutupan apeks yang atipikal.
1.2 TUJUAN
1.
2.
3.
1.3 MANFAAT
Setelah mempelajari topik pembelajaran mengenai Perawatan Pulpa
Gigi Sulung dan Gigi Permanen Muda, diharapkan Mahasiswa Program
Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dapat
mengetahui, memahami, dan mampu mejelaskan indikasi dan kontraindikasi
perawatan pulp capping, pulpotomi, dan pulpektomi; mampu menjelaskan
dan memahami prosedur/teknik perawatan pulp capping, pulpotomi, dan
pulpektomi;
serta
dapat
menjelaskan
faktor-faktor
yang
dapat
BAB 2
ISI DAN PEMBAHASAN
SKENARIO
Seorang ibu membawa anak perempuannya berumur 8 tahun kedokter gigi
untuk merawat gigi anaknya karena banyak yang rusak atau berlobang. Tiga hari
yang lalu gigi kanan bawah belakangnya sakit cekot cekot, dan dulu pernah juga
sakit sampai anaknya tidak tahan diberi obat paracetamol. Dari hasil
pemeriksaan intra oral ditemukan karies yg besar dan dalam pada gigi molar
sulung pertama kanan bawah, gigi molar sulung keduanya karies besar, pada
sebelah gigi sulung molar pertama dan kedua bawah kiri juga ada karies dangkal
dan kecil. Karena ibu pasien ini adalah mantan mahasiswa kedokteran gigi
tingkat terakhir maka si dokter gigi memberikan infomasi mengenai kondisi gigi
geligi anaknya sebagai berikut : berdasarkan tanda-tanda dan keluhan dari pasien
maka kemungkinan diagnose gigi sulung molar pertama adalah pulpitis
irreversible dan gigi yang lain adalah pulpitis reversible dengan kemungkinan
terapi adalah perawatan syaraf pukpektomi, pulpotomi dan pulpcapping. Agar
diagnose dan terapinya tepat maka dianjurkan untuk melakukan rongent foto
panoramik.
memberikan resep obat untuk meminum obat lebih dahul sebelum dilakukan
perawatan endodontik pada gigi anak tersebut. Dokter menyampaikan bahwa
setelah dilakukan perawatan anak gigi ibu sebaiknya ditambal dan ibu disuruh
kembali minggu depan.
2.1 STEP 1
Identifikasi kata/kalimat yang asing dan sulit :
Endodontik
Suatu bentuk perawatan pulpa gigi untuk mempertahankan kesehatan pulpa
gigi, dari pulpa yang berpenyakit agar gigi dapat dipertahankan.
Pulp Capping
- Perawatan pulpa pada karies yang dalam bertujuan untuk mempertahankan
vitalitas pulpa.
- Aktivasi selapis/lebih material pelindung di atas pulpa yang akan
merangsang pembentukkan dentin reparative.
Pulpitis Reversibel
Laporan Kelompok 3 Blok 12 Modul 3
Pulpotomi
-
Paracetamol
Obat yang berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh dan menghilangkan rasa
sakit.
2.2 STEP 2
Identifikasi Masalah
1. Apa saja yang dilakukan, sehingga dapat di diagnosa pulpits irreversebel?
2. Mengapa sakit cekat-cekot?
3. A. Mengapa dilakukan rontgen panoramic, apa yang dilihat?
B. Apa yang dimaksud pulpektomi?
C. Pada kasus yang bagaimana dapat dilakukan pulp capping, pulpotomi dan
pulpektomi (indikasi & kontraindikasi) ?
4. Bagaimana rosedur perawatan pulp capping?
5. Mengapa harus diberikan obat sebelum melakukan perawatan endodontic?
6. Apakah ada perbedaan dalam proses pulp capping dari gigi sulung &
permanen? Jelaskan!
7. Pada usia minimal berapa gigi sulung dapat dilakukan perawatan endodontic?
8. Pada scenario, gigi yang mana yang dapat dilakukan restorasi? Restorasi
seperti apa?
9. Pada scenario, mengapa gigi tidak dicabut?
10. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keberhasilan
perawatan
endodontic?
2.4 STEP 3
Analisis Masalah
1. Gejala pulpitis :
Laporan Kelompok 3 Blok 12 Modul 3
2. Karena karies yang besar dan dalam yang sudah sampai kamar pulpa,
sehingga ada respon saraf dari kamar pulpa.
3. A. - Untuk melihat gigi di sekitar
- Gigi yang di periksa lebih dari 1
- Melakukan terapi yang tepat pada setiap gigi.
B. Perawatan pulpektomi adalah perawatan pada pulpitis irreversible, nekrosis
yang disebabkan oleh karies/trauma, yang bertujuan untuk mencegah
kehilangan premature gigi desidui yang mengakibatkan berkurangnya panjang
lengkung rahang, yang berpengaruh pada erupsi gigi permanen.
ada fistula
pembengkakan
sakit spontan
sakit pada perkusi
Pulpotomi
Indikasi (gigi sulung) :
-
Kontraindikasi ;
-
4. Prosedur
Pulp capping :
- anestesi local
- isolasi daerah kerja dengan rubber dam/cotton roll/saliva ejector
- dibuang jaringan karies dengan bur/ekskavator
- dibersihkan kavitas
- dilapiskan Ca(OH)2
- tutup dengan tumpatan sementara 6-8 minggu
- evaluasi, bila terbentuk dentin reparative dilakukan restorasi tetap
Pulpotomi :
- anestesi local
- isolasi daerah kerja dengan rubber dam/cotton roll/saliva ejector
- dibuat outline
- pembuatan atap pulpa di bagian mahkota
- pembuangan atap pulpa
- pulpa dipotong sampai batas muara saluran akar
- ruang pulpa diirigasi dengan aquades
- perdarahan dikontrol dengan kapas yang dibasahi
- muara saluran akar ditutup selama 5 menit
- kapas diangkat, bila berwarna cokelat, maka fiksasi berhasil
- di atas potongan pulpa diberi eugenol formokresol berbanding sama
- di atasnya diberi dasar semen (semen fosfat/semen eugenol)
- dilakukan penumpatan
10
Pulpektomi :
- dilakukan rontgen
- anestesi local
- isolasi daerah kerja dengan rubber dam/cotton roll/saliva ejector
- preparasi kavitas
- membersihkan saluran akar
- menentukan panjang akar
5. Sebelum perawatan diberi obat analgesic dan antibiotic. Pada saat perawatan
diberi obat pengisi saluran akar. Tetapi, sesudah perawatan tidak diberi obat.
6. Secara keseluruhan tidak ada, hanya pada ukuran anatomi antara gigi sulung
dan gigi permanen.
7. Minimal pada usia 2-3 tahun
8. Semua bisa dilakukan restorasi (GIC, SSC, maupun resin komposit)
9. Dilihat dari panoramic, bila ada benih gigi tidak boleh di cabut, dan juga
harus mempertimbangkan kondisi dari pasien tersebut.
10. - Kooperatif pasien
- Restorasi yang baik
- Prosedur kerja yang sesuai
- Informasi/edukasi yang tepat yang diberikan pada pasien.
- irigasi & keringkan
- isi saluran akar
- restorasi sementara dengan zinc fosfat / ZOE
- evaluasi, jika berhasil dilakukan restorasi tetap
2.4 STEP 4
Kerangka Konsep
11
Karies Gigi
Sulung & Gigi
Permanen
Muda
Hiperemi Pulpa
Pulpitis
Reversibel
Irreversibel
Pulpektomi
Indikasi &
Kontraindikasi
Prosedur
Faktor yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Perawatan
2.5 STEP 5
Identifikasi sasaran belajar
12
1.
2.
3.
Mahasiswa
mampu
mengetahui
dan
menjelaskan
faktor-faktor
yang
2.6 STEP 6
Belajar Mandiri
2.7 STEP 7
Sintesis
1.
INDIKASI
13
1. Lesi karies yang dalam tidak menimbulkan gejala pada gigi sulun,
tetapi tidak melibatkan pulpa
2. Tanda-tanda mulut yang terabaikan atau oral hygiene jelek termasuk
rampan karies
KONTRAINDIKASI
1. Sakit spontan, sait pada malam hari
2. Pembengkakan
3. Fistula
4. Peka atau terasa sakit pada saat di perkusi
5. Mobilitas patologis
6. Reasorpsi akar eksternal dan internal
7. Kalsifiaksi pulpa
14
Pulpotomi
Beberapa keuntungan prosedur perawatan pulpotomi adalah :
Hanya mengambil jaringan pulpa yang terinfeksi saja pada kamar pulpa
dan dapat mempertahankan pulpa vital yang berada di saluran akar.
15
Pulpotomi Vital
Pulpotomi
vital
atau
amputasi
vital
adalah
tindakan
2.
16
sebelumnya
telah
dikontrol
baik
oleh
balancing
17
sangat
penting
dalam
kasus-kasus
seperti
ini,
akan
tetapi
yang
mempunyai
sikap
yang
kurang
Gigi
1. Gigi dengan karies menembus dasar kamar pulpa.
2. Gigi yang sudah mendekati waktu eksfoliasinya yang normal.
3. Gigi dengan resorpsi akar patologis telah lanjut.
4. Gigi dengan kerusakan mahkota yang besar dan menyeluruh sehingga
restorasi setelah perawatan selesai tidak mungkin dilakukan.
Pulpektomi
Definisi
18
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar.
Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak
memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pulpektomi dapat dilakukan dengan 2 cara :
1) Pulpektomi vital.
2) Pulpektomi non vital.
INDIKASI
1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau
non vital.
2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
3) Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.
4) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.
KONTRAINDIKASI
1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
2) Resorpsi akar gigi yang meluas.
3) Kesehatan umu tidak baik.
4) Pasien tidak koperatif.
5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
Pilihan kasus pulpektomi untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang
pulpanya telah mengalami infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar
19
Pulpektomi vital
Defenisi :
Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran akar secara
vital.
INDIKASI
1) Insisivus sulung yang mengalami trauma dengan kondisi patologis.
2) Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6
tahun.
3) Tidak ada bukti bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar yang
lebih dari 2/3.
Pulpektomi Devita
20
Definisi :
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan
saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi
pulpa.
INDIKASI
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami
pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak
tahan terhadap anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi
devital ini harus benar benar dipertimbangkan dengan melihat indikasi
dan kontra indikasinya. Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung
menggunakan bahan devitalisasi yang mengandung para formaldehid
seperti toxavit dan lain lain.
Pulpektomi Nonvital
Definisi :
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung dengan
diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
INDIKASI
1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik.
2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
3) Belum terlihat adanya fistel.
4) Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma
pada gigi-geligi sulung.
5) Kondisi pasien baik.
6) Keadaan sosial ekonomi pasien baik.
21
KONTRAINDIKASI
1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
2) Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti diabetes,
TBC dan lain-lain.
3) Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar
dibersihkan.
2.
22
3. Bur preparasi
4. Oksida seng eugenol atau kalsium hidrokside.
Pulpotomi
ALAT DAN BAHAN
Alat
a) Exploring Instrument
23
Pins
et,
24
25
Bur,
digunakan
untuk
meratakan
dan
Ru
bber dam
Digunakan untuk:
1) Melindungi pasien dari tertelan atau terhirupnya alat, obatobatan, gigi dan kotoran serta bakteri dan jaringan pulpa
yang nekrosis
2) Untuk mendapat daerah operasi yang bersih, kering dan
bebas dari kontaminasi ludah
3) Untuk mencegah lidah dan pipi menutupi daerah operasi
26
Pasta Formocresol
Indikasi
Kekurangan:
memelihara
vitalitas
sisa
pulpa.
Kalsium
hidroksida,
yang
diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1930, tersedia dalam powder kering,
suatu pasta yang dicampur dengan air, atau suatu pasta yang dikemas secara
komersial. Serbuk kalsium hidroksida dapat digunakan sendiri atau dengan
27
suatu bahan radiopak, seperti barium sulfat, agar campuran lebih dapat
dilihat pada radiograf.
Indikasi
foramen
menjadi
matang/dewasa.
Prosedur
pulpotomi
Isi bahan
Semen seng oxide eugenol merupakan semen tipe sedatif yang lembut.
Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai
basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai karena bersifat paling
sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol ini memiliki efek
paliatif terhadap pulpa dan menimimalkan kebocoran mikro serta
memberikan perlindungan terhadap pulpa.
Keuntungan
Pada calcium hydroxide diperlukan teknik yang steril dari pertama kali
pengerjaan untuk itutingkat keberhasilan akan meningkat drastis apabila
teknik yang steril dilakukan dengan baik.
Pulpotomi Vital
PROSEDUR
1) Pulpotomi Satu Kali Kunjungan
Teknik perawatan pulpotomi vital satu kali kunjungan adalah sebagai
28
berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Di atas potongan pulpa diletakkan pasta campuran zinc fosfat dan zinc
oksida eugenol yang cepat mengeras, lalu ditumpat dengan tumpatan
permanen atau dibuatkan mahkota logam tahan karat, dan;
h)
29
b)
c)
30
31
kebersihan
dari
pulpotomi
dilakukan
dengan
cara
hingga
menggunakan
bersih
saline
sebelum
atau
air,
melakukan
lalu
dressing.
dikeringkan
Serta
dengan
irigasi
perlahan
Ellis
dan
Davey
mennganjurkan
untuk
mengamati
1,0 g
Lignokain
0,06 g
Carmine
0,01 g
Carbowax
1,3 g
32
Propylene glycol
0,5 g
3. Preparasi
kavitas
4. Eksavasi karies
yang dalam
Metode
Gunakan kapas, bur
dan peralatan lain yang
steril.
Pasang rubber dam.
Jika rubber dam, bisa
juga isolasi dengan
kapas dan saliva
ejector, ddan jaga
posisinya selama
perawatan.
Preparasi kavitas
dengan cara biasanya.
Alasan
Catatan
Penting untuk
menyelesaikan
preparasi kavitas
sebelum membuang
karies yang dalam
sehingga gigi dapat
dengan cepat
direstorasi setelah
perawatan pulpa, jadi
mengurangi resiko
kontaminasi.
Setelah memulai
perawatan gigi vital
yang dicurigai
mengalami pulpa
terbuka, harus
diberikan analgesia
lokal secukupnya.
Dengan perlahan-lahan
buang karies dengan
eksavatorr, mula-mula
dengan menghilangkan
karies tepi, kemudian
berlanjut ke arah pulpa.
Jika pada kavitas yang
sangat dalam ternyata
33
5. Buang atap
pulpa
6. Tutup kavitas
dengan
tambalan
sementara
Pembukaan pulpa
yang memadai perlu
supaya pasta
devitalisasi efektif;
gas formaldehid
yanag dikeluarkan
dari pasta
formaldehid
merembes pada
jaringan pulpa dan
memfiksasinya.
Kebocoran dari
kavitas dapat
menyebabkan
jaringan gingiva di
dekatnya terfiksasi
Pasta formaldehid
dapat diberikan
langsung pada bagian
yang terbuka atau
diatas kapas. Akan
tetapi, penggunaan
kapas akan
mengurangi tekanan
pada pulpa dan
mengurangi resiko
timbulnya rasa sakit
sesudahnya.
Anak dan
orangtuaharus diberi
nasihat kemungkinan
adanya rasa tidak
enak yang timbul
sementara waktu, dan
dinasehatkanuntuk
minum obat
analgetiks bila perlu.
34
Prosedur
1. Siapkan
instrumen dan
bahan.
2. Isolasi gigi
3. Preparasi
kavitas
4. Eksavasi
karies yang
dalam
Metode
Gunakan kapas, bur
dan peralatan lain
yang steril.
Pasang rubber dam.
Jika rubber dam,
bisa juga isolasi
dengan kapas dan
saliva ejector, ddan
jaga posisinya
selama perawatan.
Preparasi kavitas
dengan cara
biasanya.
Dengan perlahanlahan buang karies
dengan eksavatorr,
mula-mula dengan
menghilangkan
karies tepi,
kemudian berlanjut
ke arah pulpa. Jika
pada kavitas yang
sangat dalam
Alasan
Catatan
35
ternyata pulpa
hampir terbuka, dan
dentin yang
menutupi hanya tipis
saja dan lunak,
jangan teruskan
sampai pulpa
terbuka. Jika karies
sangat parah, harus
dibuang. Jika pulpa
vital dan bagian
yang terbuka lebih
besar diameternya
dari ujung jarum,
dapat dilakukan
pulpotomi.
5. Buang atap
kamar pulpa
6. Buang pulpa
bagian korona
7. Cuci dan
keringkan
pulpa
8. Berikan
beechwood
creosote.
9. Tutup kavitas
denga
tambalan
sementara
Daya antiseptik
yang kuat dari
beecwood creosote
melawan infeksi
pada pulpa bagian
akar.
Karena pulpa di
bagian akar
nekrotik, tidak perlu
hati-hati untuk
menghindari
tekanan.
Jika gejala-gejala
tetap ada, atau jika
tidak terdapat tandatanda penyembuhan
sinus, keputusan
harus dilakukan,
baik untuk
mengulangi
perawaran atau
mencabut gigi
tersebut.
Tekanan akan
36
antiseptik
pulpotomi, tetapi
tekan pasta
antiseptik dengan
kuat ke dalam
saluran akar dengan
cotton pellet.
mendorong pasta ke
bawah saluran akar,
dan menekan
jaringan pulpa ke
arah apikal dimana
sisa-sisa infeksi
lebih dapat
terjangkau oleh
aliran darah
periapikal.
Pulpektomi
Pulpektomi dilakukan dengan beberapa prosedur :
Untuk gigi sulung vital 1 kali kunjungan.
Untuk gigi sulung non vital beberapa kali kunjungan.
Teknik pulpektomi disebut partial atau total tergantung penetrasi
instrumen saluran akar. Bahan pengisi saluran akar :
ZnO eugenol
Kalsium hidroksid
Syarat bahan pengisi saluran akar gigi sulung :
Dapat diresorpsi sesuai kecepatan resorpsi akar.
Tidak merusak jaringan periapikal.
Dapat diresorpsi bila overfilling.
37
Bersifat antiseptik.
Bersifat hermetis dan radiopak.
Mengeras dalam waktu yang lama.
Tidak menyebabkan diskolorasi.
Pulpektomi Vital
1) Rontgen foto.
2) Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.
3) Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies.
4) Untuk mengangkat sisa sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai bur
besar dan bulat. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah terangkat.
5) Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi
purulent.
6) Jaringan pulpa diangkat dengan file endodonti . Mulai dengan file ukuran no.
15 dan diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan hanya
untuk mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk memperluas saluran akar.
7) Irigasi saluran akar dengan bahan H 2O2 3%. Keringkan dengan gulungan
kapas kecil dan paper point. Jangan sekali kali mengalirkan udara langsung
38
ke saluran akar .
8) Apabila perdarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran
akar diisi dngan semen zink oksid eugenol. Campur pada pad, angkat dengan
amalgam carrier dan masukkan ke dalam ruang pulpa.
9) Gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk
memadatkan semen zink oksid eugenol.
10)Metode alternatif lainnya adalah menggunakan campuran tipis zink oksid
eugenol pada file atau paper point dan menempatkannya pada saluran akar.
Bentuklah campuran tebal zink oksid eugenol seperti cone dan padatkan pada
saluran akar dengan menggunakan gulungan kapas lembab sebagai kondensor.
11) Roentgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi
dengan zink oksid eugenol. Karena kalsifikasi saluran akar, zink oksid
eugenol tidak mencapai apeks gigi, tetapi gigi - geligi ini sering tetap
berfungsi sebelum molar permanen pertama erupsi.
12) Pasien diminta datang lagi dalam satu atau dua minggu untuk
mengevaluasi keberhasilan perawatan. Gigi geligi yang menunjukkan
gejala bebas penyakit secara klinis dan radiografis dengan eksfolisasi dalam
batas batas waktu normal dianggap sukses.
Pulpektomi Devital
PROSEDUR
Kunjungan pertama :
1) Ro-foto dan isolasi daerah kerja.
2) Karies diangkat dengan ekskavitas atau bur dengan kecepatan rendah.
3) Letakkan para formaldehid sebagai bahan devitalisasi kemudian
ditambalkan sementara.
39
40
Artinya saluran sakar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah
hilang.
3.
hasil
suatu
perawatan
endodontik.
Faktor-faktor
yang
prognosis
yang
lebih
buruk
dibandingkan
dengan
lesi
granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum
dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista
periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
41
Kerusakan
jaringan
periodontal
merupakan
faktor
yang
dapat
42
43
44
kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam
saluran akar yang bengkok.
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada
prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan
pengisian saluran akar yang memadai.
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan
saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan
perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah
apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta
seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang
besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja.
Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya
terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi.
3. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi
yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan
pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap
hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap sebagai upaya preventif
karena gigi yang telah dirawat dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis
sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat
dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi kunyah dipertahankan, infeksi dan
peradangan kronis dapat dipertahankan. Selain itu, mempertahankan gigi
anterior dapat memperbaiki fungsi estetik, mencegah timbulnya kebiasaan buruk
pada lidah, membantu fungsi bicara, dan mencegah timbulnya efek psikologis.
45
3.2
Saran
Diharapkan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi lebih memahami
materi pembahasan tentang Perawatan Pulpa Gigi Sulung dan Gigi Permanen
Muda ini karena sangat diperlukan ketika kita menemukan kasus yang
berhubungan dengan perawatan pulpa tersebut.
Daftar Pustaka
Budiyanti, E. Arlia, Perawatan Endodontik pada Anak, Penerbit : EGC Tahun 2012
Tarigan, R. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Ed. 2. Jakarta: EGC.
46