Proposalpenelitianjohanparamita5215072379 110109200537 Phpapp02

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN

TRAINER PADA MATA PELAJARAN PDTE DI SMK


Proposal ini diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah MKPE

Disusun Oleh:

Johan Paramita

( 5215 07 2379)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rakhmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Trainer pada Mata Pelajaran Elektronika
SMK
Makalah ini dibuat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, menumbuhkan
kemandirian berfikir siswa dan menambah wawasan serta keterampilan siswa dalam
berkomunikasi secara ilmiah.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada kepada Bapak Bambang selaku dosen
mata kuliah MKPE dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya dalam meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Jakarta, Juni 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................

C. Tujuan .......................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................

II.1 Pengertian Belajar ....................................................................

II.2 Teori Konstruksivisme..............................................................

II.3 Pengertian Media dan Trainer...................................................

II.4 Pengertian Hasil Belajar ..........................................................

II.5 Hubungan hasil belajar siswa menggunakan trainer ...............

10

BAB V PENUTUP ..............................................................................

11

A. Kesimpulan .............................................................................

11

B. Saran ........................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan Teknologi di era globalisasi menuntut kesiapan yang lebih matang
dalam segala hal. Salah satunya di bidang pendidikan sebagai instansi yang harus
mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.
Persiapan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan dilakukan sejak dari masa
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Pelajaran Pengetahuan Dasar Elekronika sebagai salah satu mata pelajaran produktif
di tingkat SMK, diajarkan dengan tujuan untuk membentuk peserta didik supaya memiliki
dasar pengetahuan elektronika yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi di lingkungan sosial dan lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia industri.
Dalam pelajaran elektronika peserta didik dapat memahami dan menguasai apa dan
bagaimana suatu alat elektronika bekerja dan juga memberikan pemahaman dan
penguasaan dasar tentang mengapa proses tersebut terjadi. Untuk dapat memenuhi tujuan
tersebut di atas, peserta didik dituntut memiliki dasar-dasar pengetahuan elektronika yang
kuat.
Siswa SMK lebih suka praktek dibandingkan dengan belajar teori, pada saat belajar
teori banyak siswa yang malas ataupun cepat bosan. Melihat kondisi tersebut dirasa perlu
mengambil langkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah
menggunakan portable trainer dalam proses praktikum mata pelajaran pengantar dasar
elektronika di SMK. Dengan media tersebut diharapkan siswa akan memiliki minat dan
semangat untuk belajar

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan
makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian belajar?
2. Bagaimana teori konstruksivisme dalam proses pembelajaran?
3. Apakah pengertian hasil belajar
4. Apakah peran trainer pada pembelajaran?
5. Bagaimana penggunaan trainer dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran elektronika di SMK?

C. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Menjelaskan tentang pengertian belajar.
2. Menjelaskan tentang pengertian teori konstrusivisme.
3. Menjelaskan tentang pengertian hasil belajar
4. Menjelaskan peran media pembelajaran dalam proses belajar.
5. Menjelaskan hubungan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
elektronika dengan menggunakan trainer.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Belajar
Menurut Skinner ( 1985 ) memberikan definisi belajar adalah Learning is a process
of progressive behavior adaption. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi
perilaku yang bersifat progresif.
Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 ) memberikan definisi mengenai belajar.
Learning is a change performance as a result of practice. Ini berarti bahwa bahwa belajar
membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (
practice ).
Menurut Morgan, dkk ( 1984 ) memberikan definisi mengenai belajar Learning can
be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice
or experience. Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (
practice )atau karena pengalaman ( experience ).
Menurut Stern Learn ist kentinisserwerb durch wiedurholte darbeitungan yang
dalam arti luasnya juga meliputi der ansignug neur fertigkeiten durch wiederholung die
rede ( Stren, 1950:313 ).
Dalam bukunya Walker Conditioning and instrumental learning ( 1967 ). Belajar
adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat
memperoleh, baik kebiasaan kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.
C.T. Morgan dalam introduction to psychology ( 1961 ). Belajar adalah suatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman
yang lalu.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
3

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).


Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah
atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses
belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia
menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu
juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga,
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang
mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang Hakekat Belajar. Ketika dia
mengikuti perkuliahan Strategi Belajar Mengajar, maka pengetahuan, sikap dan
keterampilannya tentang Hakekat Belajar akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan Strategi Belajar Mengajar.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa
mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka
pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk
mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan
mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.

4. Perubahan yang bersifat positif.


Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap
bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaanperbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun
setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk
menerapkan prinsip prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan
individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan
perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi
pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji
buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan
sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi
bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer,
maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan
melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7.

Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa
belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia
ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang
diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.


Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi
termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya,
mahasiswa belajar tentang Teori-Teori Belajar, disamping memperoleh informasi atau
pengetahuan tentang Teori-Teori Belajar, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya
seorang guru menguasai Teori-Teori Belajar. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan Teori-Teori Belajar.

II.2 Teori Pembelajaran Konstruktivisme


Menurut Borich dan Tombari (1997), dalam bukunya Educational Psychology. A
Contemporary

Approach

(ms.

177),

pendekatan

pembelajaran

konstruktivisme

(constructivism) ialah
Constructivism is an approach to learning in which learners are provided the opportunity to
construct their own sense of what is being learned by building internal connections or
relationships among the ideas and facts being taught.
Dalam definisi ini, mereka menjelaskan bahawa konstruktivisme adalah pendekatan
pembelajaran yang menyediakan peluang kepada pelajar untuk membina kefahaman terhadap
perkara yang dipelajari dengan mewujudkan jaringan atau hubungan (dalam mind) antara
idea dan fakta yang sedang dipelajari. Oleh itu, konstuktivisme juga dikenali sebagai fahaman
binaan. Seterusnya, menurut Woolfolk (1998), dalam bukunya Educational Psychology,
Constructivist perspectives View that emphasizes the active role of the learner in building
understanding and making sense of information. Dari kenyataan-kenyataan ini jelaslah
bahawa mengikut teori pembelajaran konsruktivisme, pelajar perlu memainkan peranan aktif
dalam memahami dan memberi makna kepada maklumat atau pengetahuan yang dipelajari.

Sejarah Pendekatan Konstruktivisme


Konstruktivisme bukanlah satu konsep baru. Ia berasal daripada bidang falsafah dan
telah digunakan dalam bidang sosiologi dan antropologi dan juga dalam bidang psikologi
kognitif dan pendidikan. Pada tahun 1710, ahli falsafah konstruktivis yang pertama, iaitu
Giambatista Vico, mengatakan one only knows something if one can explain it (Yager,
1999).
Immanuel Kant menyokong pendapat ini dan mengatakan bahawa manusia bukanlah
penerima maklumat yang pasif. Misalnya, pelajar menerima maklumat dengan aktif,
menghubungkannya dengan maklumat terdahulu yang telah diasimilasinya, dan menjadikan
maklumat itu miliknya dengan membina kefahaman atau membuat interpretasi ke atas
maklumat tersebut (Cheek, 1992). Seterusnya, perspektif konstruktivisme ini terhasil
daripada kajian Piaget, Vygotsky, ahli psikologi gestalt, Bartlett, Bruner, Von Glaserfeld,
Anderson, Dewey, Papert dan Confrey.
Pembelajaran bermakna (meaningful learning), mengikut John Dewey (1966),
melibatkan belajar dengan membuat (learning by doing), yang kemudiannya dapat
membantu pelajar berfikir dan membentuk kefahaman tentang masalah yang cuba dihuraikan.
Dewey mempelopori gerakan progresivisme dalam pendidikan. Dalam keadaan yang sama,
kita menyaksikan Jean Piaget (1951) lebih awal mengutarakan tentang perkembangan
kognitif dalam karya terjemahan, Play, Dreams and Imitation in Childhood dan Vygotsky
(1978) dalam Mind in Society yang dikaitkan dengan perspektif konstruktivisme dalam
perkembangan minda kanak-kanak.
Sejak satu setengah dekad yang lampau, di Amerika Syarikat pengajaran dan buku
teks telah diolah agar lebih menjurus kepada penggalakan proses berfikir, menyelesaikan
masalah dan membina keupayaan untuk belajar. Inilah gerakan konstruktivisme yang sudah
dilaksanakan di Amerika Syarikat, yang juga mengambil kira pemikiran Dewey dan Bruner.
Dalam konteks tempatan, kita menyaksikan gerakan ini sudah bermula dalam pembelajaran
sains dan matematik yang cuba menyemarakkan perspektif konstruktivisme.

Pembelajaran dan Pengajaran Konstruktivisme


Pembelajaran dan pengajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme boleh
dilaksanakan dengan memberikan perhatian kepada hal hal berikut:
Memberi peluang kepada pelajar mengemukakan pandangan tentang sesuatu
konsep.
Memberi peluang kepada pelajar berkongsi persepsi antara satu sama lain.
Menggalakkan pelajar menghormati pandangan alternatif rakan mereka.
Menghormati semua pandangan pelajar dan tidak memandang rendah terhadap
pandangan mereka.
Melaksanakan pengajaran berpusatkan pelajar.

II.3 Pengertian media dan trainer sebagai media praktikum


Sebelum mendefinisikan tentang trainer kita akan membahas pengertian media. Media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu
kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang
menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan pesan atau materi
pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi
pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran
yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu
sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi
ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang
mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa
yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata katanya,
tetapi tidak tahu maksudnya)
8

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.


3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi s
ikap pasif siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1) Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran
darah.
2) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
3) Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) Membangkitkan motivasi belajar
8) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan
menurut kebutuhan.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
11) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Setelah membahas tentang pengertian media kemudian kita dapat mendefinisikan
Trainer sebagai Media dalam praktikum adalah alat bantu untuk belajar keterampilan tertentu,
terutama keterampilan mekanis/ penggunaan alat dan prosedur kerjanya. Keterampilan ini
hanya dapat dikuasai apabila dilakukan (dipraktekkan) berkali-kali. Biasanya media praktek
ini satu paket dengan media instruksional (media petunjuk teknis). Trainer sebagai alat
berbagi peran adalah media yang mendorong kegiatan bersama (melibatkan sesama peserta
atau peserta dengan fasilitator untuk melaksanakan kegiatan bersama).
8

II.4 Pengertian hasil belajar


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya
dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih
lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan;
(b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan
dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004:22).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari
dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain
sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang
kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan
pembentukan sikap. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.
Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, (Nana Sudjana,
1989:111).

II.5 Hubungan hasil belajar siswa dalam penggunaan trainer untuk


praktikum mata pelajaran elektronika
Hubungan antara Trainer sebagai media dalam praktikum elektronika dengan hasil belajar
siswa, antara lain :
Guru sebagai fasilitator harus menjelaskan cara menggunakan media untuk melaksanakan
suatu kegiatan (tugas tim), misalnya: Guru menjelaskan cara kerja melalui Lembar
praktek/kerja kelompok sebagai peran media untuk melakukan praktikum.
Siswa menggunakan media untuk melaksanakan suatu kegiatan dan melakukan pembagian
tugas di antara mereka (siapa mengerjakan apa).
Media sebagai Alat Penyadaran/Motivasional
Apabila media akan digunakan peserta, fasilitator menjelaskan cara menggunakan media
untuk melakukan suatu kegiatan (poster, role-play, lembar kasus, drama, permainan).
Fasilitator bisa juga menayangkan media yang menggugah (cuplikan film, dongeng dijital)
untuk dilanjutkan dengan diskusi pembahasan.
Untuk mengembangkan proses penyadaran, fasilitator mempersiapkan pertanyaan kunci
yang bersifat refleksi sikap nilai (renungan). Peserta menarik pelajaran (lesson learned) dari
kegiatan/media tersebut dan melakukan perenungan bersama.
Untuk mengembangkan proses motivasional, fasilitator menyiapkan pertanyaan kunci untuk
mengembangkan pendapat, gagasan tindakan terhadap situasi nyata yang mereka alami yang
serupa dengan situasi yang ditampilkan dalam media

10

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar adalah perubahan sikap
dan perilaku dalam individu sebagai hasil dari proses pembelajaran. Perubahan sikap dan
perilaku ini Sesuai dengan teori konstruksivisme penggunaan trainer ini dapat membangun
pola pikir siswa tentang elektronika. Penggunaan trainer sebagai media dalam praktikum
merupakan salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses
praktikum, dengan menggunakan trainer siswa tidak lagi disibukkan dengan merangkai
komponen kompenen yang ada pada modul atau job sheet praktikum. Diharapkan siswa
dapat melakukan praktikum secara maksimal, mulai dari mengamati dan menganalisa teori
yang dipraktikan dalam pengaplikasiannya. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih
giat lagi dalam mendalami pengetahuan elektronika. Dengan meningkatnya motivasi siswa
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran elektronika.

Saran
Dalam memilih, menyiapkan dan merancang trainer dalam penggunaan media belajar,
fasilitator perlu menguasai beberapa hal, yaitu: jenis trainer, fungsi trainer, cara membuat,
dan cara kerjanya. Dalam penggunaannya, trainer yang dipilih harus memperhatikan
karakteristik peserta belajarnya, terutama tingkat literasi mereka (kemampuan membacamenulis dan memahami media). Guru sebagai fasilitator, harus memiliki keterampilan
mengembangkan jenis trainer yang mudah dibuat sendiri (media by design) meskipun
bukannya tidak boleh menggunakan trainer jadi yang siap pakai (media to use). Guru dapat
mengumpulkan referensi modul dan trainer dari berbagai sumber dan memanfaatkannya
untuk kegiatan pembelajaran kelompok apabila relevan atau sesuai dengan kebutuhan.

11

Daftar pustaka
(10 Juni 2010).http://ayinosa31.wordpress.com/2009/12/25/pembelajaran-motorik/
(10 Juni 2010).http://artikelindonesia.com/
(11 Juni 2010).http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar
(11 Juni 2010).http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/
(12 Juni 2010).http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.html
(12 Juni 2010).http://episentrum.com/search/pengertian%20praktikum
(12 Juni 2010).http://www.scribd.com/doc/6242419/Teori-Pembelajaran
(12 Juni 2010).http://cafestudi061.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-belajar-danperubahan-perilaku-dalam-belajar/
(12 Juni 2010).http://www.scribd.com/doc/29469526/TEORI-BELAJAR
KONSTRUKSIVISME
(12 Juni 2010). http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran

12

Anda mungkin juga menyukai