Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI DAN HASIL BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN

ELEKTRONIKA DIGITAL DAN KOMPUTER

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN


KOOPERATIF PADA SISWA KELAS 1 SMK N 5 JAKARTA

Disusun oleh :

Nur Hazizah Khairunnisa


NRM. 5215072363

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faktor utama yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas


suatu sekolah adalah guru. Guru menjadi pusat perhatian karena sangat besar
peranannya dalam setiap usaha peningkatan mutu. Tak ada usaha inovatif
dalam pendidikan yang dapat mengabaikan peranan guru. Studi di 29 negara
mengungkapkan, guru merupakan penentu yang paling besar terhadap prestasi
belajar siswa. Peranan guru semakin penting ditengah keterbatasan sarana dan
prasarana seperti dialami negara-negara yang sedang berkembang.

Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan pendidikan nasional dalam UU


No.2 tentang Sisdiknas Tahun 1989: Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Oleh sebab itu, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas


melalui pendidikan sangat penting. Salah satu lembaga yang dianggap
mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional diatas adalah sekolah.
Dimulai dari sekolah dasar, sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
Karena ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan dan perkembangan
dari waktu kewaktu, maka sekolah juga harus dapat menyesuaikan antara
mutu keluarannya dengan perkembangan IPTEK tersebut. Sehingga ada
kesesuaian antara kualitas sumber daya manusia dengan kebutuhan tenaga
kerja yang diinginkan.

Demikian juga halnya untuk pendidikan menengah kejuruan,


diperlukan peningkatan kualitas sekolah yang biasa menjadi acuan bagi SMK
sehingga ada kesesuaian antara tenaga yang dihasilkannya dengan dunia kerja
atau lebih dikenal dengan istilah link and match.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah faktor


penting dalam keseluruhan faktor pendidikan disamping faktor kurikulum,
sarana dan prasarana, alat bantu dan lain lain. Hal ini disebabkan guru
merupakan personal yang bertanggung jawab langsung dalam proses belajar
mengajar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang baik akan
berusaha semaksimal mungkin agar siswanya berhasil dalam belajar.
Untuk mencapai hasil pendidikan yang baik diperlukan suatu interaksi antara
siswa dengan guru. Interaksi yang diharapkan dalam dunia pendidikan adalah
interaksi edukatif yaitu interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan .Winarno Surachman (1984 : 14 ) mengemukakan bahwa :
Interaksi edukatif adalah bentuk kehidupan dan hubungan antara siswa
dengan guru yang merupakan usaha yang bersifat sadar tujuan, yang
sistematik terarah pada perobahan tingkah laku menuju kedewasaan anak
didik.

Jadi interaksi disini maksudnya merupakan kegiatan timbal balik


antara siswa dengan guru, dan antar siswa sesama siswa dengan satu kegiatan
melalui komunikasi sosial atau pergaulan yang mempunyai tujuan pendidikan
yang diarahkan pada perobahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik
agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Perobahan tingkah laku
menuju kedewasaan yang optimal dapat diperoleh melalui proses
pembelajaran yang baik yaitu terjalinnya hubungan yang harmonis antara
guru dengan siswa dan antar sesama siswa, yang pada akhirnya akan
melahirkan kegiatan-kegiatan timbal balik yang positif dan akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Utuk itu diperlukan sutu metode
pembelajaran yang menarik dan memicu sioswa untuk berinteraksi. Salah
satunya dengan metode cooperative learning.

B. Sasaran Tindakan

Siswa Program Keahlian Teknik Audio Video Kelas 2 semester 3.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi beberapa


masalah sebagai berikut :

1. Apakah disaat proses pembelajaran berlangsung terjalin interaksi yang


baik antara guru dengan siswa?
2. Mungkinkah interaksi yang harmonis dapat meningkatkan hasil belajar?
3. Apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai tanpa adanya interaksi yang
harmonis secara timbal balik?
4. Metode pembelajaran seperti apa yang harus digunakan ?

D. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam studi kasus ini dibatasi dalam hal sebagai


berikut:
1. Hanya dilakukan pengamatan pada siswa kelas 2 semester 3 SMK
N 5 Jakarta Program Keahlian Teknik Audio Video.
2. Pengamatan dilakukan karena adanya beberapa siswa yang kurang
menjalin interaksi yang baik dengan guru maupun sesama siswa dalam
mata diklat Elektronika Digital dan Komputer. Hal ini dapat dilihat pada
saat salah satu siswa bertanya tentang materi pelajaran, sedangkan yang
lain mencemoohkannya, hal ini mengakibatkan proses pembelajaran
menjadi terganggu.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan gejala-gejala yang telah dikemukakan sebelumnya, maka


penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Sejauh mana guru mampu berinteraksi dengan siswa saat proses


pembelajaran Elektronika Digital dan Komputer berlangsung.
2. Sejauh mana terjalin interaksi yang baik antara sesama siswa pada
saat proses pembelajaran Elektronika Digital dan Komputer berlangsung .
3. Bagaimana pengaruhnya kemampuan guru untuk berinteraksi
dengan ketercapaian tujuan pembelajaran Elektronika Digital dan
Komputer

F. Tujuan Studi Kasus

Adapun tujuan dari laporan studi kasus ini adalah :

1. Untuk memberikan gambaran informasi tentang interaksi siswa


dengan guru dan antar sesama siswa.
2. Untuk mengetahui permasalahan atau kasus yang menyangkut
interaksi siswa dengan guru dan antar sesama siswa.
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah atau kasus yang ditemui.
4. pemecahan masalah atas kurangnya interaksi antara guru dan sesama
siswa pada mata diklat Elektronika Digital dan Komputer.

G. Manfaat Studi Kasus

Manfaat dari laporan studi kasus ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan penulis agar mampu memecahkan masalah


atau kasus yang ditemui.
2. Sebagai masukan bagi penulis selaku calon pendidik nantinya.
3. Agar dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pendidik atau guru
tentang pentingnya interaksi siswa dan guru dan antar sesama siswa.
4. Diharapkan dengan penelitian ini akan dapat meningkatkan interaksi dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Elektronika Digital dan Komputer.
Hasil belajar yang meningkat merupakan indicator kompetensi mereka
yang berada di atas standar kompetensi, sehingga siswa akan lebih siap
dalam menghadapi dunia
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Interaksi

Roestilah (1994 : 35 ) mengemukakan bahwa interaksi yaitu proses


dua arah yang mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun
komunikan. Berarti interaksi dapat terjadi antar pihak jika pihak yang
terlibat saling memberikan aksi dan reaksi. Suhubungan dengan itu interaksi
adalah proses saling mengambil peran. Jika dua individu berinteraksi, mereka
yang lain menempatkan diri masing-masing pada posisi yang lain, meraka
mencoba memperkirakan bagaimana orang lain akan menjawab pesannya.
Adilllah (1984 :284 )

Selanjutnya Zahra (1996:91) mengemukan bahwa : Interaksi


merupakan kegiatan timbal balik. Interaksi belajar mengajar berarti suatu
kegiatan social karena antara peserta didik dan gurunya ada suatu komunikasi
sosial atau pergaulan.

Guru dengan siswa menadakan intaraksi yaitu dengan menggunakan


berbagai gaya disebut dengan daya jiwa. Adapun daya-daya yang terpenting
menurut Ngalim Purwanto (1990 : 35 ) adalah pengamatan, tanggapan,
fantasi berpikir, peranan dan kemauan.

B. Interaksi Siswa dengan Guru

Interaksi siswa dengan guru dan antar sesama siswa disebut baik
apabila ditunjang dengan kondisi yang memungkinkan terjadinya interksi
tersebut. Kondisi dimaksud harus dapat memberikan kesempatan,
kelonggaraan perasaan kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki
sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal itu akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
dikerjakannya dan kepercayaan pada diri sendiri sehingga tidak selalu
menggantungkan diri terhadap orang lain. Roestiah (1982 :46 ).

Dari keterangan diatas amatlah jelas bahwa interaksi yang diingikan


dalam proses pembelajaran adalah interaksi yang bersifat positif dan edukatif,
sehingga dengan demikian memacu motivasi siswa untuk belajar yang pada
akhirnya akan terjadi perubahan perilaku siswa secara menyeluruh baik di
ranah kognitif, afektif dan pisikomotor. Interaksi yang positif dan edukatif ini
juga akan membuat siswa lebih mandiri sehingga meningkatkan kreatifitas
siswa dalam belajar tanpa bergantung pada guru. Guru hanya sebagai
motivator dan fasitator dalam menimba ilmu.

C. Interaksi Siswa dengan Guru dan antar sesama Siswa dalam Proses
Pembelajaran

Kegiatan didalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung


bukan kegiatan satu arah dari guru ke siswa (teacher centered), melainkan
kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa
(student centered). Kegiatan pembelajaran dikelas adalah kegiatan yang
interaktif yaitu adanya interaksi yang terus menerus antara guru dengan para
siswa dan antar siswa yang satu dengan yang lainnya.
Interaksi siswa dengan guru dan antar siswa di dalam kelas adalah saling
tanggap dan saling pengaruh melalui kegiatan timbal balik. Hal ini harus
berlangsung selama proses pembelajaran dan bahkan diluar proses
pembelajaran sekalipun.

Menurut Hardianti (1997:4) bahwa : Interaksi di dalam kelas


menujukan hubungan antara siswa dan guru serta antara sesama siswa yaitu
sejauh mana keterlibatan siswa di kelas, sejauh mana mereka saling
membantu dan mendukung serta sejauh mana mereka memperoleh
keterbukaan dan kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
Interaksi yang baik yang terjadi di kelas antara siswa dengan guru maupun
antara siswa dengan sesamanya sangatlah penting untuk meningkatkan
aktivitas belajar. Roestiah (1994:41) mengemukakan bentuk interaksi belajar
mengajar antara lain:

1. Gurulah yang aktif sedangkan siswa pasif, bentuk interaksi belajar seperti
ini posisi guru adalah sebagai sumber segala pengetahuan sehingga
membuat siswa hanya mendengar dan mencatat saja.
2. Guru merupakan salah satu sumber belajar. Guru menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa siap melakukan kegiatan belajar. Guru
memberikan aksi-aksi yang merangsang siswa untuk mengadakan reaksi.
Dengan demikian terjadilah interaksi antar guru dengan siswa, sedangkan
siswa mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan mengajukan pendapat
kepada guru terhadap apa yang dibicarakan.
3. Terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa. Tiap individu ikut akif dan berperan. Dalam hal ini guru hanya
menciptakan situasi dan kondisi agar tiap invidu dapat aktif dalam belajar.
Masing- masing siswa sibuk belajar melaksanakan tugas yang diberikan
oleh guru. Dalam proses pembelajran seperti ini siswa tidak hanya
menerima pelajaran dari guru tetapi juga menerima pengalaman dari siswa
lain
4. Siswa memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian
pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru. Sebanyak mungkin
guru memberikan kesempatan agar siswa aktif dan mengadakan kegiatan
bersama. Guru hanya membimbing, mengarahkan dan menunjukan sumber
belajar.

D. Metode Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering


digunakan pada setiap kegiatan belajar mengajar, karena selain hemat waktu
juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk
perkembangan siswa. Metode yang bisa diterapkan antara lain proyek
kelompok, diskusi terbuka, bermain peran.

Adapun macam-macam model pembelajaran kooperatif :

1. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: JIGSAW II

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw II merupakan pendekatan model


pembelajaran dimana semua siswa membaca semua materi (materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks). Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang
diberikan. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas belajar
masalah yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang materi tersebut.
Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian tim ahli kembali ke
kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dan didiskusikan
di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya
sendiri.

2. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: THINK-PAIR-SHARE

Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share merupakan salah satu


model dari pendekatan pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam
setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki
prosedur yang ditetapkan secara explisit untuk memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama
lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerjasama, saling
membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif

3. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: PICTURE AND PICTURE

Model pembelajaran kooperatif Picture and picture merupakan


pendekatan model pembelajaran yang menggunakan media gambar
(dengan memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis). Diharapkan siswa mampu berpikir secara logis agar pembelajaran
menjadi bermakna

4. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: PROBLEM POSING (TIPE


I)

Model pembelajaran Problem Posing merupakan pendekatan


pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam
proses pembelajarannya membangun struktur kognitif siswa serta dapat
memotivasi siswa untuk berfikir kritis dan kreatif. Proses berfikir
demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang
dimilikinya dengan dipergunakan dalam merumuskan pertanyaan.
Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung
dalam membentuk pertanyaan sendiri.

5. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: PROBLEM SOLVING

Problem Solving (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan


pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru
atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya membangun struktur
kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis dan
kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

6. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: STUDENT TEAMS


ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Pada pembelajaran kooperatif model STAD siswa dikelompokkan dalam


kelompok-kelompok kecil dimana setiap anggota kelompok akan saling
belajar dan membelajarkan. Fokus yang ditekankan adalah keberhasilan
seseorang anggota kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan
kelompoknya
7. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT) TIPE 2. Konsep: Plantae

Pada pembelajaran kooperatif model TGT yang telah dimodifikasi ini,


peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil
beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya
melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang
turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan
benar dalam waktu yang paling cepat.

8. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: NUMBERED


HEADS TOGETHER (NHT) TIPE 1. Konsep: Hereditas pada manusia

Model pembelajaran NHT merupakan pendekatan pembelajaran yang


diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses
pembelajarannya membangun kemampuan peserta didik untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

9. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: COOPERATIVE


INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TIPE 1.
Konsep: Sel

Model pembelajaran CIRC merupakan pendekatan pembelajaran yang


diadapsikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses
pembelajarannya membangun kemampuan peserta didik untuk membaca
dan menyusun rangkuman berdasarkan meteri yang dibacanya.

10. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: LEARNING


CYCLE (DAUR BELAJAR). Konsep: Laju Reaksi Kegiatan
Laboratorium

Learning Cycle adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki lima


tahap, yaitu: (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi
(exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap penerapan
konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation)
11. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF: COOPERATIVE
SCRIPT (CS) TIPE 1. Konsep: Pencemaran

Pada model pembelajaran CS ini, peserta didik berpasangan dan


bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Abdilah.(1984). Memahami Komunikasi Antar Manusia. Surabaya :


Usaha Nasional.

Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati. (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarata: Rineka Cipta.

Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta:


Adicita Karya Nusa.

Suardi, Edi. (1990). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

NK, Roestiah. (1982). Masalah- masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.

NK, Roestiah. (1994). Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.


Muslich Masnur. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
Surachman, Winarno.(1984). Pengantar Interaksi Mengajar- Belajar. Bandung:
Tarsito.
Zahara Idris dan Lisna Jamal. (1992). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai