Penatalaksanaan,
sama seperti
hepatitis lainnya yaitu bersifat suportif
penatalaksanaan
Hepatitis B
VHB, virus dengan untaian ganda
Bagian Virus
Hepatitis B
HBsAg
HBeAg
HBV DNA
DNA
Polimerase
Sistem kekebalan
Tubuh mendeteksi
Keberadaan virus
Virus
masuk ke
sel hati
Sel Hati
Berkembang biak
Sel Hati
SGPT/ALT
meningkat
Kanker Hati
(Hepatoma)
in 5 yr[2] 6%
Infeksi
Kronik
Infeksi
Akut
[1 ]
30%
Sirosis
kematian
in 5 yr2 23%
Acute flare
Gagal Hati
Infeksi
Baru
Karier
Hepatitis
kronik
Pembawa
Virus B
Jangka( Karier)
panjang
Sirosis
Tanpa Gejala yg Jelas
Sirosis
Sirosis
Tahun 30 15
Kanker
Hati
Kematia
n
RIP
Hati Sehat
Fibrosis
)Parut(
Sirosis
)Pengerutan(
Kanker Hati
Gejala
Bervariasi (tanpa gejala gejala berat seperti muntah darah
dan koma)
Hepatitis akut, gejala amat ringan spt demam ringan, mual,
badan lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning, BAK
berwarna gelap, diare dan nyeri otot.
Hepatitis kronik ditandai oleh persistensi HBsAg dan anti
HBc.
HBV DNA dpt terdeteksi lebih dari 6 bulan dgn pemeriksaan
non PCR.
3 fase hepatitis B kronik: fase imunotolerans / pengidap
tidak aktif, fase replikatif, dan fase integrasi.
Eksaserbasi hepatitis disebabkan oleh reaktivasi virus,
super infeksi virus hepatitis lain seperti HDV, HCV, HAV dan
karena obat-obatan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dgn pemeriksaan biokimia dan
serologik dan bila perlu pem.histopatologik.
Hepatitis B akut ditemukan peningkatan ALT > AST (2050 kali normal ALT), IgM anti HBc, HBsAg, HBeAg dan
HBV DNA
Hepatitis B kronik ditemukan peningkatan ALT 10-20 kali
normal, IgM anti HBc negatif
Diagnosis pasti hepatitis B kronik dgn patologi anatomik,
disamping fibrotest. Bila proses lanjut dgn USG atau CT
scan
Pemeriksaan Lanjutan
Untuk Mengetahui Aktifasi Virus
HBsAg
+
Virus Hepatitis B +
HBeAg
Virus Hepatitis B -
Anti HBe
Tata
Laksana
Vaksinasi
+
Virus Aktif
Pemeriksaan Lanjutan
Untuk Kepentingan Terapi &
HBsAg (+)
Monitoring
HBeAg
ALT/SGPT
HBeAg (+)
ALT < ULN
HBeAg ()
ALT > ULN
FU/3mth
> 2 - 5 x ULN
HBV DNA (+)
Pemeriksaan Lanjutan
Untuk Mengetahui Status Antibodi
Anti HBs dengan Titer
+
>10 IU/L
< 10 IU/L
Antibodi
Antibodi
Tidak Ada
Adekuat
Tdk Adekuat
Antibodi
Monitor
AntiHBs dgn Titer
1 Tahun sekali
Booster
Tata Laksana
Vaksinasi
Pemantauan
Bila seseorang mengalami infeksi HBV, tidak selalu
diterapi tapi cukup dilakukan pemantauan untuk menilai
apakah perlu dilakukan intervensi dengan anti-viral
sewaktu. Pemantauan dilakukan bila didapat keadaan :
1.Hepatitis B kronik dgn HBeAg+, HBV DNA >105
copies/mL, dan ALT normal. Pd pasien ini dilakukan tes
SGPT setiap 3-6 bln. Jika kadar SGPT naik > 1-2 kali
Batas Atas Nilai Normal(BANN), maka ALT diperiksa setiap
1-3 bln. Jika dalam tindaklanjut SGPT naik menjadi > 2 kali
BANN selama 3-6 bln dan disertai HBeAg+ dan HBV DNA
> 105 copies/mL, dapat dipertimbangkan utk biopsi hati
sebagai pertimbangan utk pemberian terapi anti viral.
Pencegahan
Upaya pencegahan dibagi dua yaitu upaya bersifat umum
dan upaya lebih spesifik (imunisasi VHB).
Pencegahan Umum :
1.Uji tapis donor darah dgn uji diagnosis yg sensitif
2.Sterilisasi instrumen secara adekuat-akurat
3.Tenaga medis senantiasa menggunakan sarung tangan
4.Penyuluhan agar penyalahguna obat tidak
menggunakan jarum suntik bergantian
5.Mencegah kontak mikrolesi, menghindar dari alat yg
dapat menularkan HVB(sikat gigi, sisir)
6.Skrining ibu hamil pd awal dan trimester ke-3 kehamilan
7.Skrining populasi risiko tinggi tertular HVB
8.Perilaku seksual yang aman
Imunisasi
Interferon (IFN-)
Antiviral pertama untuk infeksi hepatitis B, disahkan oleh FDA
tahun 1992.
Injeksi IFN s.c sebesar 10 juta unit 3kali seminggu atau 5
juta unit setiap hari selama 16-24minggu memberikan hasil
penurunan HBeAg sebesar 30%.
IFN memiliki khasiat antivirus, imunomodulator, anti proliferatif
dan anti fibrotik. IFN tidak memiliki khasiat anti virus langsung
tetapi merangsang terbentuknya berbagai macam protein
efektor yang berkhasiat antivirus.
Khasiat IFN pada hepatitis B kronik terutama disebabkan oleh
khasiat imunomodulator.
Lamivudine
Obat analog nukleosid oral yang menghambat enzim
reverse transkriptase yang berfungsi dalam transkripsi
balik dari RNA menjadi DNA yang terjadi dalam replikasi
VHB.
Obat ini awalnya digunakan untuk terapi HIV (1995)
kemudian dipergunakan untuk terapi hepatitis B (1998).
Keuntungan utama dari lamivudine adalah keamanan,
toleransi pasien serta harganya yang relatif murah.
Kerugiannya adalah seringnya timbul kekebalan.
Adevofir dipivoxil
Adefovir dipivoxil dipakai utk pasien baru hepatitis B dgn
replikasi virus yang aktif, pada pasien yang gagal dgn
lamivudine, pasien pasca transplantasi hati, pasien
dekompensasi hati dan koinfeksi dengan HIV.
Adefovir difosfat bekerja menghambat HBV polymerase
dgn berkompetisi langsung dgn substrat endogen
deoksiadenosin difosfat dan setelah berintegrasi dgn HBV
DNA sehingga pembentukan rantai DNA virus hepatitis B
terhenti.
Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg per hari.
Efek samping gagal ginjal jika digunakan dosis tinggi (30
mg/hari).
Entecavir
Entecavir adalah nukleosida analog yg mempunyai efek
kuat anti virus hepatitis B. Juga aktif pada infeksi HIV.
Entecavir digunakan untuk terapi hepatitis kronik B
dewasa dengan replikasi virus aktif.
Dosis dianjurkan adalah 0,5 mg/hari untuk pasien
hepatitis B kronik. Untuk pasien dgn lamivudine resisten
dosis dinaikkan menjadi 1 mg/hari.
Gejala samping jarang tapi jika ditemukan adalah sakit
kepala, mual dan diare.
Terapi lain
Beberapa terapi terbaru yang dalam penelitian seperti
emtricitabine (sangat mirip lamivudine baik struktur,
potensi dan profil resistensi), dan tenofovir (mirip adefovir
tapi dengan potensi dan profil resistensi yang lebih baik
dibanding adefovir).
HEPATITIS B
KRONIS AKTIF
HBV DNA
SGPT
Rusaknya Hati
Fibrosis
Sirosis
CURE
CONTROL
&Monitoring
Pengobatan
Anti Virus
Nukleosida/
Analog
Jangka
Panjang
Menekan Jml
virus
Hilangnya
kerusakan sel
hati
Perbaikan
jaringan hati
Berkurangnya
Laju
Penyakit
Serokonversi
HBeAg
Hilangnya
virus secara
menetap
Hati yang
sehat
Jaringan
Hati
Normal
Nekrosis
Inflamasi
Inflamasi
Nekrosis
Jaringan
Hati
Normal
Nekrosis
Jaringan
Hati
Normal
Sebelum Terapi
Sesudah Terapi
Patogenesis
Studi mengenai mekanisme kerusakan sel-sel hati VHC
masih sulit dilakukan karena terbatasnya kultur sel utk
VHC.
Namun beberapa bukti menunjukkan adanya mekanisme
imunologis yg menyebabkan kerusakan sel-sel hati.
Reaksi cytotoxic T-cell (CTL) spesifik yg kuat diperlukan
utk terjadinya eliminasi menyeluruh VHC pd infeksi akut.
Reaksi inflamasi yg dilibatkan melalui sitokin-sitokin proinflamasi seperti TNF-, TGF-1,akan menyebabkan
rekrutmen sel-sel inflamasi lainnya dan menyebabkan
aktivasi sel-sel stelata di ruang disse hati.
Diagnostik
Infeksi oleh VHC diidentifikasi dgn memeriksa antibodi yg
dibentuk tubuh terhadap VHC.
Antibodi ini akan bertahan lama (18-20 thn) setelah
infeksi terjadi dan tidak mempunyai arti protektif.
Deteksi antibodi terhadap VHC dilakukan umumnya dgn
teknik enzyme immuno assay(EIA)
Teknik polymerase chain reaction (PCR) dimana gen
VHC digandakan oleh enzim polimerase untuk
menentukan adanya VHC (kualitatif) dan menentukan
jumlah virus dalam serum (kuantitatif).
Penatalaksanaan
Indikasi terapi pada hepatitis C kronik bila didapatkan
peningkatan nilai ALT lebih dari batas atas nilai normal.
Pengobatan hepatitis C kronik adalah dengan
menggunakan interferon alfa dan ribavirin.
Umumnya disepakati bila geno tipe VHC adalah genotipe
1 dan 4, maka terapi perlu diberikan selama 48 minggu
dan bila genotipe 2 dan 3, terapi cukup diberikan 24
minggu.
Kontraindikasi terapi berkaitan penggunaan interferon
dan ribavirin yaitu pasien berumur lebih 60 tahun, Hb <10
g/dL, leukosit < 2500/uL, trombosit < 100.000/uL,
hipertiroid, gangguan jiwa berat dan gangguan ginjal.
Hepatits A akut
Imun thd hepatits A
HEPATITIS VIRUSES
Hepatitis
Family
Picorna
Hepadna
Flavi
Viroid
Calici
Flavi?
Nucleic acid
RNA
DNA
RNA
RNA
RNA
RNA
Incubation
14 - 45
30 - 180
14 - 180
Transmision
-Fecal-oral
-Blood
-Vertical
-Sexual
Yes
No
No
No
No
Yes
Yes
Yes
No
Yes
Yes
Yes
Antigen
HAAg
HBsAg,
HBeAg
Antibodies
Anti-HAV,
Anti-HAV IgM
Anti-HBs
Anti-Hbe
Anti-HBc
Anti-HCV
Anti-HDV
Anti-HDV
IgM
Acute
> 99%
> 90%
10 40%
50 - 80%
> 95%
0%
< 10%
30 90%
20 50%
< 5%
Chronic
L. Sirosis
< 0.1%
1%
5 30%
14 - 60
No
Yes
Yes
Yes
Yes
No
No
No
HDAg
HEAg
10%
No
Yes
?
?
-
Sirosis
(Cirrhosis)
o Sirosis didefinisikan sebagai proses
kelainan hati difus, progresif dan
irreversibel yang ditandai dengan :
1) Sel hati (hepatosit) yang
Nekrosis
2) Pembentukan nodul-nodul
regenerasi
3) Fibrosis diantara nodul-nodul
regeneratif
4) Hilangnya arsitektur lobular
Epidemiologi
Peny.hati menahun dan sirosis menimbulkan 35.000
kematian per tahun di AS.
Sirosis merupakan penyebab kematian no.9 di AS.
Kebanyakan meninggal di dekade ke empat dan lima
kehidupan.
Belum ada data resmi di Indonesia tapi menurut data
prevalensi sirosis yg dirawat di RS umum pemerintah di
bangsal penyakit dalam berkisar antara 3,6 8,4% di Jawa
dan Sumatera, sedang di Sulawesi dan Kalimantan di bawah
1%.
Secara keseluruhan rata-rata prevalensi sirosis adalah
3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit
dalam.
Perbandingan pria : wanita adalah 2,1 : 1, usia rata2 44 thn
Rentang usia 13 88 tahun
Kelompok terbanyak antara 40-50 tahun
Klasifikasi Etiologi :
Penyakit Hati alkoholik
Hepatitis Viral kronik
Penyakit traktus Bilier
Hemochromatosis (primer)
Kriptogenic (penyebab tidak diketahui)
Etiologi yang jarang
Penyakit Wilsons
Defisiensi Alpha-1-antitrypsin
Penyakit metabolik Inherited (galactosemia, tyrosinosis,
Pathogenesis of cirrhosis
Pathogenesis of Cirrhosis
Biopsi
Hati
Sirosis
Mic:
Kehilangan struktur
arsitektur lobular .
Variasi ukuran nodul-nodul
regenerasi, dikelilingi oleh
septa fibrous yang diinfiltrasi
oleh sel-sel inflamasi kronik.
Didalam nodul-nodul
regenerasi, sinusoid-sinusoid
terlihat irregular, dan vena
sentral menghilang atau pada
posisi eksentrik.
Gejala Klinis
o Keluhan dan gejala yang sering muncul : kulit berwarna
Anamnesis
Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan abnormal SGOT dan SGPT penanda
kerusakan sel2 hati.
Penurunan kadar albumin dan faktor2 pembeku darah.
Peningkatan jumlah besi dalam darah (hemokromatosis)
Antinuclear antibody (+) hepatitis autoimun, sirosis bilier
primer.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
o
o
o
o
o
o
o
Perdarahan varises
Tujuan pengobatan adalah mencegah perdarahan pertama
dan perdarahan ulang, melalui beberapa cara :
Propanolol atau nadolol : efektif menurunkan tekanan vena
porta dan mencegah perdarahan pertama atau ulangan.
Okreotid (sandostatin) dan somatostatin : terbukti
menurunkan tekanan vena porta dan telah dipakai untuk
pengobatan perdarahan varises.
Endoskopi terapeutik : baik skleroterapi dan ligasi efektif
untuk menimbulkan obliterasi varises, baik untuk
menghentikan perdarahan varises aktif maupun mencegah
perdarahan ulang.
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt(TIPS) :
prosedur non bedah utk menurunkan tekanan vena porta.
TIPS utk pasien gagal dgn betabloker, skleroterapi, ligasi atau
asites refrakter.
Hipersplenisme
Hipersplenisme
biasanya
menimbulkan
anemia,
lekopenia dan trombositopenia ringan dan biasanya tidak
perlu pengobatan .
Bila anemia berat dapat diberikan transfusi atau
pengobatan dengan eritropoetin atau epoetin , hormon
perangsang produksi sel darah merah.
Bila jumlah leukosit sangat turun, dapat diberikan
hormon granulocyte-colony stimulating factor utk
meningkatkan jumlah leukosit.
Pasien trombositopenia berat sangat dianjurkan untuk
transfusi trombosit dan dilarang untuk mengkonsumsi
aspirin atau NSAID.
Transplantasi hati
Sirosis adalah proses ireversibel.
Banyak fungsi hati pasien sirosis akan menurun secara
perlahan sehingga pengobatan menjadi lebih sulit.
Transplantasi hati tampaknya akan menjadi satu-satunya
pilihan terapi.
Rata-rata 80% pasien yg menjalani transplantasi hati
dapat hidup selama lima tahun.
Klasifikasi CTP
1 poin
2 poin
3 poin
Bilirubin(mg/dL)
<2
2-3
>3
<4
4-10
>10
Albumin(g/dL)
>3.5
2.8-3.5
<2.8
PT memanjang
>3.5
4-6
>6
INR
<1.7
1.8-2.3
<2.8
Asites
(-)
Sedikit atau
terkontrol obat
Sedang atau
berat
Ensefalopati
(-)
1-2
3-4
Skor CTP :
A = 5-6
B = 7-9
C = 10-15
Skor MELD
Skor MELD : 3.8*log (bilirubin)+11.2*log(INR)+9.6*(kreatinin)+6.4
Interval skor MELD : 6-40
Terima Kasih
Serious
consequences
of portal
hypertension
Jaundice
Spider angiomas of
skin
1) Hepatic encephalopathy
edema
Disturbances in consiousness (behavioral abnormalities, stupor and
coma)
Limb rigidity, hyperreflexia, seizures and asterixis .
2) Hepatorenal syndrome
Def: appearance acute renal failure in patients with severe