(Sebuah kajian)
Oleh :
Renny Retnowathi
ABSTRAK
DAS memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena segala aktifitas manusia bergantung pada keberadaannya baik untuk
kebutuhan irigasi, pertanian, industri, konsumsi rumah tangga, wisata, transportasi
sungai, dan kebutuhan lainnya. Namun, air yang dihasilkan dari DAS juga bisa
merupakan ancaman bencana seperti banjir dan sedimentasi serta berbagai penyakit
yang dapat ditimbulkannya. Potensi air yang dihasilkan dari suatu DAS perlu
dikendalikan melalui serangkaian pengelolaan baik terhadap kuantitas maupun kualitas
yang dihasilkannya sehingga ancaman bencana banjir pada musim penghujan dapat
ditekan sekecil mungkin dan jaminan pasokan air pada musim (kemarau) tercukupi
secara berkelanjutan, serta kualitas air yang dihasilkan bebas dari berbagai macam
polutan sehingga mampu menjamin keberlangsungan hidup masyarakat disekitarnya.
Makalah ini menyajikan deskriftif penulis tentang pencemaran DAS di Pulau Lombok
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, dengan uraian sederhana mengenai
pencemaran DAS di P. Lombok berdasarkan penggunaannya.
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi
yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai ke
arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya
darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar
manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan berkelanjutan maka
pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
(Tejowulan dan Suwardji, 2002).
Dalam kurun beberapa tahun terakhir kerusakan lingkungan seperti banjir,
longsor, erosi, sedimentasi bahkan kekeringan sering menjadi pemberitaan di
setiap daerah di negeri kita. Hal yang terfikirkan akibat dampak tersebut tentu
saja kembali kepada manusia, apa yang salah?, bagaimana seharusnya?.
Pertanyaan tersebut secara spontan mengarah pada hutan dan kondisi DAS.
Sementara Data versi Balai Wilayah Sungai (BWS) NTB, wilayah NTB telah
kehilangan sedikitnya 300 unit sumber air akibat kerusakan Daerah AliranSungai
(DAS) yang dipicu oleh berbagai persoalan seperti praktek pembabatan hutan
secara liar (illegal logging) dan eksploitasi bahan tambang secara berlebihan.
Mata air (sumber air) di wilayah NTB yang dulunya mencapai 500 titik kini tinggal
120-an titik saja karena terjadi defisit air permukaan akibat kerusakan DAS.
Bahkan, sejumlah lembaga penelitian melaporkan, akibat kerusakan kawasan
hutan itu, volume air di Pulau Lombok berkurang sekitar satu miliar kubik setiap
tahun. Hal itu diketahui dari penurunan volume air pada pengelolaan dua DAS di
Pulau Lombok masing-masing DAS Dodokan yang dalam dua tahun terakhir ini
kehilangan volume air sebesar dua miliar meter kibik dan DAS Menanga yang
telah kehilangan 300 ribu meter kubik. Gejala lain ditunjukkan dengan
peningkatan suhu maksimum sebesar 0,70 C dan suhu rata-rata minimum terjadi
peningkatan sebesar
Barat merupakan propinsi dengan kenaikan suhu yang sangat tinggi di Indonesia.
Informasi dan data yang ditunjukkan diatas merupakan sinyalemen adanya
perubahan kondisi DAS di Propinsi NTB tidak terkecuali DAS di Pulau Lombok.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis ingin mengetahui bagaimana
pencemaran DAS di Pulau Lombok, apakah sudah terjadi? dan bagaimana bentuk
perubahannya ?. Namun karena berbagai keterbatasan maka penulisan ini hanya
menyajikan analisa deskriptif dari beberapa data hasil penelitian yang
dilaksanakan pada DAS di Pulau Lombok dan dengan pengamatan sederhana
mengambil tolak ukur dari pencemaran secara fisik (warna, bau, sedimentasi)
dan dampak pencemaran yang ditimbulkan.
1.2.
Maksud
Penyusunan makalah ini dimaksudkan salah satu bahan pertimbangan
dan masukan dalam penyusunan kebijakan/program di wilayah DAS di Pulau
Lombok dan sebagai salah satu bahan pertimbangan kondisi DAS di Pulau
Lombok dalam penyusunan Perda Pengelolaan DAS di Provinsi NTB yang
sedang disusun.
II.
METODE
Metode pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penulisan ini
yakni dengan teknik observasi, dan pengumpulan data sekunder (data kegiatan, hasil
penelitian dan hasil pemantauan sederhana) dan studi pustaka (literatur artikel-artikel
yang berhubungan dengan kondisi DAS di Pulau Lombok).
III.
PEMBAHASAN
2.
3.
sehingga air sungai sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk air bersih, namun hanya
bisa digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan
(pembuatan kebun bibit).
Permasalahan yang muncul berkaitan dengan sumberdaya air adalah
penurunan kualitas air pada beberapa sungai dan sumur, secara fisik (parameter
DAS di P. Lombok Tercemar?
pH, jumlah zat padat terlarut (TDS) dan daya hantar listrik (DHL)) sungai-sungai
dan sumur yang ada di Provinsi NTB memang masih dalam kondisi normal.
Namun,
program restorasi sungai dengan melakukan pembersihan sungai dan saluran air
secara berkala.
Senada dengan hal tersebut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Mataram H Mutawalli mengatakan bahwa selama ini bantaran sungai yang ada di
daerah ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti
membangun rumah, bahkan menjadikan sungai sebagai bak sampah.Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya degradasi atau penurunan kemampuan
sungai untuk mendukung berbagai fungsi. Karena itu dilaksanakan program
restorasi sungai, yakni mengembalikan fungsi alami yang telah terdegradasi oleh
intervensi manusia. Restorasi sungai adalah perubahan paradigma dalam ilmu
rekayasa sungai (river engineering) yaitu perubahan dari pola penyelesaian
berdasarkan aspek teknik sipil hidro secara parsial menjadi penyelesaian
terintegrasi aspek hidraulik, fisik, ekologi, dan sosial.
Hasil penelitian yang dilakukan Fidaus (2011) mengungkapkan bahwa hasil
analisis kualitas air sungai pada DAS Dodokan yang airnya masuk ke waduk
Batujai, menunjukkan pencemaran oleh limbah domestik, pertanian, dan
peternakan yang tersebar keberadaannya. DO, BOD, dan fosfat melebihi BMA PP
RI No. 82/2001 untuk kelas I. Tingginya konsentrasi parameter-parameter
tersebut merupakan indikator bahwa air Sungai yang masuk ke waduk telah
mengalami pencemaran organik dan nutrientt (N dan P). Menurut Davis et.al,
yang dikutip oleh Effendi (2003), parameter-parameter di atas merupakan
limbah-limbah yang berasal dari sumber-sumber pencemaran seperti limpasan
dari daerah pertanian yang mengandung pupuk, dan limpasan dari daerah
pemukiman (Firdaus, 2011).
Berbeda dengan ketiga hasil penelitian diatas, penelitian yang dilakukan
oleh ICRAF (2010) yang dilakukan pada DAS Jangkok mengungkapkan bahwa
dari hasil pengambilan sampel air sungai di beberapa beberapa titik mulai dari
wilayah hulu, tengah maupun hilir, yang dilakukan pada waktu yang berbeda
disimpulkan bahwa DAS Jangkok masih dinyatakan layak dan belum tercemar
dari bahan-bahan polutan, karena dari beberapa jenis polutan yang ditemukan
dinyatakan masih berada di bawah ambang batas pencemaran.
DAS di P. Lombok Tercemar?
membagi
pencemaran
DAS
di
Pulau
Lombok
berdasarkan
penggunaannya. Hal ini didasarkan pada pemanfaatan air sungai yang masih
banyak digunakan oleh masyarakat pulau Lombok yang sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai petani, namun tidak sedikit yang mejadi
peternak, nelayan, buruh, bahkan pegawai. Identifikasi tersebut yakni :
A. Keperluan Rumah Tangga
Pada umumnya di wilayah Pulau Lombok penurunan kualitas air banyak
terjadi pada wilayah tengah maupun hilir sungai, karena seperti kita ketahui
bahwa sebagian besar penduduk P. Lombok tinggal dan beraktifitas di wilayah
tengah dan hilir DAS. Penurunan kualitas air sungai banyak disebabkan oleh
pembuangan limbah industri baik industri rumah tangga maupun industri besar,
pembuangan kotoran hewan maupun akibat pola hidup manusia yang membuang
sampah organik, sampah plastik, penggunaan deterjen dan melakukan aktifitas
buang air di sungai, bahkan tidak jarang petani yang berada dekat dengan sungai
membuang hasil pengolahan pertanian di sungai, sehingga menyebabkan
bertumpuknya berbagai macam polutan dalam sungai yang berbahaya bagi
kesehatan seperti diare, kolera, penyakit kulit, malaria, disentri bahkan gangguan
pernafasan oleh polusi udara yang ditimbulkan. Yang tidak kalah berbahayanya
adalah kandungan pestisida dan bahan anorganik lainnya yang banyak digunakan
pada kegiatan pertanian akan berdampak sangat tidak baik jika air sungai tersebut
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, karena bukan tidak mungkin bahan
berbahaya tersebut akan tersimpan dan mengendap di dalam tubuh dan lambat
laun mengakibatkan penyakit yang berbahaya seperti kanker maupun tidak
berfungsinya organ-organ tubuh.
Dari uraian tersebut maka dapat diidentifikasikan bahwa berdasarkan
penggunaannya untuk keperluan rumah tangga seperti untuk air minum, mencuci,
memasak, dan segala keperluan rumah tangga lainnya maka air sungai yang
DAS di P. Lombok Tercemar?
berada di wilayah Pulau Lombok tidak layak untuk digunakan dan dinyatakan
sebagai air yang tercemar.
B. Untuk Kegiatan Peternakan
Dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga, masyarakat P. Lombok
mengembangkan kegiatan peternakan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam
dan itik. Dalam pengamatan sehari-hari, peternak masih menggunakan air sungai
untuk kebutuhan ternak seperti untuk memandikan ternak bahkan dimanfaatkan
untuk air minum terutama pada ternak besar, dan hal ini masih berlangsung
sampai saat ini, dan kenyataannya hewan ternak mampu survive dalam kondisi
tersebut dan tetap hidup dan berkembang biak dengan baik, dan dimungkinkan
bahwa hewan ternak tersebut memiliki sistem imun (kekebalan) yang lebih tinggi
dibanding manusia, dan polutan yang ada masih berada di bawah ambang batas
untuk kegiatan peternakan. Oleh karena itu untuk pemenuhan kebutuhan
peternakan air sungai di P. Lombok dinyakan masih memadai dan belum
dinyatakan sebagai sungai yang tercemar.
C. Kegiatan Pertanian
Negara kita dikenal dengan negara agraris dimana sebagian besar penduduk
bermata pencaharian sebagai petani, begitu juga dengan masyarakat di P. Lombok
yang sebagian besar hidup sebagai petani dan buruh tani. Dalam mendukung
kegiatan pertanian masyarakat sangat membutuhkan ketersediaan air sungai
untuk kegiatan irigasi.
Penggunaan pestisida dan pupuk anorganik lain pada kegiatan pertanian
digunakan sebagai support terhadap tanaman agar mampu tumbuh dan
berproduksi dengan baik, namun dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa
hanya 20% dari pemberian pestisida yang mampu diserap oleh tanaman yang
selebihnya akan dilepaskan melalui tanah dan udara. Pada saat hujan pestisida
yang berada di permukaan tanaman dan permukaan tanah akan dibawa oleh air
melalui aliran permukaan (run off) sebagai akibat kurangnya penutupan tanah
(vegetasi penutup tanah, seresah dan mulsa). Run off yang terjadi akan
menyebabkan sedimentasi dan pencemaran air yang berdampak pada
pendangkalan sungai sehingga terjadi peluapan air sungai dan banjir, disamping
DAS di P. Lombok Tercemar?
dengan
tidak
mengindahkan
azaz
kelestarian
lingkungan.
10
11
wilayah perairan laut yang berbatasan langsung, yang berasal dari polutan bahan
anorganik kegiatan pertanian.
3.4. Upaya Pencegahan/Mengurangi Dampak Pencemaran Air
Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan
manusia, baik dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, industri serta
pertambangan tidak bisa kita hindari. Namun kita masih bisa mencegah atau
paling tidak mengurangi dampak dari pencemaran tersebut, beberapa upaya
yang dapat dilakukan aalah :
a. Menerapkan pola hidup sehat, teratur dan seimbang mulai dari lingkungan
terdekat kita, rumah dan sekelilingnya, dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan. Kegiatan ini bisa dengan melakukan pemilahan
terhadap sampah organik dan anorganik, sampah organik bisa dijadikan
kompos, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang. Pemerintah
bekerjasama dengan World Bank, pada saat ini tengah mempersiapkan
pemberian insentif berupa subsidi bagi masyarakat yang melakukan
pengomposan sampah kota. Dalam suatu workshop dalam rangka hari
lingkungan hidup 28 mei 2013 lalu, dibahas juga bahwa Pemerintah kota
Mataram dan Propinsi NTB mulai melakukan pengembangan dalam upaya
pengolahan sampah di TPA menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan.
Sosialisasi ini juga dimulai pada saat jalan sehat yang diikuti oleh pegawai di
lingkungan pemerintah daerah dan kota bersama-sama dengan masyarakat di
lingkungan Udayana pada awal bulan ini dengan sosialisasi pemilahan sampah
organik dan anorganik. Kegiatan pemilahan ini sangat berpengaruh dalam
mengatur aliran air sehingga dapat mencegah penyumbatan selokan, aliran air
dan sungai, sehingga dapat mengurangi meluapnya air sungai akibat
sedimentasi yang berlebih.
b. Untuk mencegah dan mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh limbah
berbahaya,
setiap
rumah
tangga
sebaiknya
menggunakan
deterjen
12
merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air (Anonim, 2011)
c. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap setiap kegiatan industri, baik
skala besar maupun industri rumah tanggga, dengan melakukan kontrol
terhadap pembuangan limbah dan melakukan pengaturan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Untuk industri besar sebaiknya memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), untuk mengolah limbah yang dihasilkannya
sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan dapat
meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau mengubahnya menjadi limbah
yang lebih ramah lingkungan.
d. Pemerintah sebaiknya tidak memberikan izin kegiatan penambangan dengan
mudah tanpa melakukan identifikasi, observasi dan penelitian yang seksama
terhadap suatu kawasan pertambangan, tanpa memperhatikan kemampuan
lingkungan dan daya dukung yang dimiliki oleh kawasan pertambangan
tersebut. Pengawasan yang ketat mutlak dilakukan, karena jka salah dalam
pengelolaan suatu kawasan pertambangan akan membawa dampak yang
sangat serius bagi keseimbangan ekosistem tanah, sungai bahkan wilayah
perairan laut. Bagi kegiatan penambangan yang sudah mendapatkan izin
penambangan sebaiknya mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya
dalam kegiatan pertambangan atau menggantinya dengan bahan-bahan yang
lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan membangun Instalasi Pengolahan Air
Limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah terlebih dahulu menjadi
limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar daerah
pertambangan.
e. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan
dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat
unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada
tempat pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan
kaki, turut menyumbangkan emisi asam satu hidrokarbon ke dalam atmosfir
yang akhirnya berdampak pada siklus air alam. Menjadi konsumen yang
bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh,
DAS di P. Lombok Tercemar?
13
IV.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Eksploitasi sumberdaya lingkungan seperti hutan, tanah dan sungai yang
melebihi batas kemampuannya tanpa mengindahkan pengelolaan yang
berkelanjutan dan kelestariannya akan membawa dampak buruk secara langsung
maupun tidak terhadap kondisi daerah aliran sungai. Sungai dengan segala
kandungan yang dimilikinya merupakan penentu keberlangsungan berbagai
aspek kehidupan di sekitarnya. Kondisi sungai yang terjamin kuantitas dan
kualitasnya akan sangat berpengaruh positif dalam pengembangan sumberdaya,
kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, bahkan dalam kehidupan seharihari, sehingga segala aspek kehidupan manusia, hewan dan lingkungannya
berjalan serasi dan seimbang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga pemerintah dan
perorangan dan juga dari hasil observasi lapangan serta informasi yang diperoleh
menekankan bahwa DAS di P. Lombok mulai mengalami pencemaran terutama di
DAS di P. Lombok Tercemar?
14
bagian hilir sungai yang dibuktikan dengan berbagai perubahan yang terjadi
seperti sedimentasi, berkurangnya jenis ikan-ikanan, udang maupun jenis
crustaceae, serta mulai berkembangnya berbagai penyakit akibat pencemaran
sungai di bagian hilir. Untuk itu perlu mendapat perhatian dengan melakukan
berbagai upaya penanganan dan antisipasi pencegahan.
4.2. Saran
Perhatian dan penanganan terhadap kondisi DAS saat ini bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah semata, karena setiap elemen baik pemerintah,
swasta, kelompok lembaga tertentu maupun masyarakat harus mampu berperan
dalam upaya pengelolaan daerah aliran sungai untuk kelestarian dan
keberlanjutannya.
Dalam pengelolaan DAS diperlukan arah pengelolaan yang jelas di masing-masing
DAS dalam rangka memadukan program kerja yang akan dilaksanakan pada DAS
masing-masing, yang disusun dalam bentuk dokumen yang berisi segala sesuatu
yang terkait dengan kondisi DAS yang akan disusun, program-program yang akan
dilaksanakan, siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan, bentuk keterlibatannya,
serta bagaimana aturan-aturan yang berkait dalam pengelolaannya sehingga
pengelolaan DAS
dapat
dilaksanakan secara
terpadu,
terencana,
dan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 2012. Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air
wadukBatujai
Anonim, 2011. http://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/. Diunduh Tanggal
19 Juni 2013, jam 22.18 WITA
BLHP, 2013. Pencemaran Sungai di NTB Memprihatinkan. Mataram
BLH Kota, 2013. (http://www.antarantb.com/print/24618/atasi-pencemaran-melaluiprogram-restorasi-kali). Diunduh Tanggal 19 Juni 2013, jam 23. WITA
Rahayu S, dkk. 2009. Monitoring air di daerah aliran sungai. Bogor, Indonesia. World
Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 p.
Subagio,
2012
http://www.fotografer.net/forum/forum.view.php?id=3194224217&page=3.
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2
Agustus 2011: 69 82 69 Diunduh Tanggal 16 Juni 2013, jam 16. 20 WITA
Tejowulan, R.S. dan Suwardji , 2008. Sistem Ekologi dan Manajemen Daerah Aliran
Sungai. Pusat Pengkajian Lahan Kering dan Rehabilitasi Lahan (P2LKRL),Fakultas
Pertanian Universitas Mataram
16