Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur

penulis naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan

penyertaan-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.


Tidaklah mudah untuk menyusun suatu makalah, dimana belum ada banyak pengalaman
dan literatur yang memadai sebagai penunjang. Namun dengan usaha sungguh sungguh
dan bantuan dari beberapa pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu tak lupa penulis ucapakan terimakasih yang sebesar besarnya kepada segenap
pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan, terutama kepada para dosen atas
sumbangsinya terhadap penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari batas kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun guna melengkapi segala
kekurangan dari makalah ini.
Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat berguna di waktu waktu yang akan datang,
dan dapat dipergunakan dalam mengkaji materi yang berkaitan dengan SISTEM
RESPIRASI.
Atas perhatiannya penulis sampaikan terimakasih.

Jakarta,

Mei 2009

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel dan
keluarnya karbon dioksida dari sel ke udara bebas. Pemakaian O 2 dan pengeluaran CO2
diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh; tetapi sebagian besar sel sel
tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas gas langsung dengan udara, karena sel
sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel sel
memerlukan struktur tertentu untuk menukar ataupun untuk mengangkut gas gas tersebut.
Fungsi yang cukup baik dari semua struktur yang berperan sebagai struktur dari sistem
pernapasan sangat penting untuk respirasi sel. Malfungsi dari setiap komponen dapat
mengganggu pertukaran dan pengangkutan gas, dan dapat sangat membahayakan prose
proses kehidupan.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai struktur
makroskopis, mikroskopis, selain itu juga ingin mengetahui tentang mekanisme, gangguan
dan pemeriksaan mengenai sistem respirasi.

BAB II
PERMASALAHAN
II.1 Skenario
Di daerah D terjaddi musibah kebakaran, semua warga berusaha untuk memadamkan api.
Ternyata anak A berusia 5 tahun terperangkap di dalam rumah yang terbakar. Warga segera
menolong anak A dan dibawa ke RS terdekat karena menderita sesak napas akibat menghirup
banyak asap.
II.2 Masalah
Adapun masalah yang ditemui dalam skenario dan telah dirumuskan secara bersama
yaitu :
Anak A sesak napas karena menghirup banyak asap

BAB III
ANALISA MASALAH

Makroskop
is

Mikroskopi
s

Mekanisme

Struktur

RESPIRASI

Pemeriksaan

Fisik

Radiologi

Gangguan

Labolatorium

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hipotesa
Adapun hipotesa yang diangkat adalah Sesak Napas Diakibatkan oleh Kelebihan CO
dalam Tubuh.
IV.2 Pemenuhan Sasaran Pembelajaran
IV.2.1 Struktur Makroskopis
Secara makroskopis, sistem respirasi terbagi atas 2 yaitu :

Saluran Nafas Bagian Atas


Saluran Nafas Bagian Bawah
Alveoli
Paru

A. Saluran Nafas Bagian Atas


Bagian ini terdiri dari :
a. Hidung
Rongga hidung terdiri dari tiga regio, yakni vestibulum, penghidu dan pernapasan.
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat disebelah
dalam nares.vestibulum dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, berguna
untuk menahan aliaran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihirup.
Regio penghidu berada disebelah cranial dan regio pernapasan adalah bagian
hidung selebihnya.
b. Faring (Tekak)

Adalah sebuah pipa musculomembranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari


basis cranii sampai setinggi vertebra cervikal 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea.
Dibagi menjadi 3 bagian :
Nasofaring atau Epipharynx (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba
Eustachius)
Orofaring atau Mesopharynx (merupakan pertemuan rongga mulut dengan
faring, terdapat pangkal lidah)
Laryngofaring atau Hipopharynx (terjadi persilangan antara aliran udara
dan aliran makanan).
B. Saluran Nafas Bawah
a. Laring (Pangkal Tenggorok)
Merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara,
membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki laki dewasa setinggi
vertebra cervikal 3 sampai 6, sedikit lebih tinggi dari anak anak dan wanita
dewasa. Terdiri dari 3 struktur penting :
Tulang rawan krikoid
Selaput atau pita suara
Epiglotis
b. Trakea (Tenggorok)
Merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibromuskular, panjangnya sekitar 10-11 cm, berbentuk 3/4 cincin tulang rawan seperti
huruf C. Bagian belakang dhubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada
dinding depan osephagus.
c. Bronkus
Merupakan percabangan dari trakea menjadi dua, kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut carina. Bronkus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat
dengan trakea, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit. Cabang
utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus
yang ukurannya semakin kecil sampai menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Setelah bronkiolus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru, yaitu tempat
pertukaran gas.
C. Alveolus
Merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas
antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah
pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps pada saat ekspirasi. Untungnya,
alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (disebut surfaktan) yang dapat mengurangi

tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu


inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
D. Paru
Merupakan jalinan atau susunan bronkus brokhiolus, bronkhiolus terminalis,
bronkhiolus respiratory, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, dan sistem limfatik.
IV.2.2 Struktur Mikroskopis
Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk menyelenggarakan pengambilan
oksigen oleh dan untuk pembuangan karbon dioksida. Jaringan pernafasan, yaitu tempat
terjadinya pertukaran gas, terdapat dalam paru paru yang terletak di dalam rongga dada.
Rongga ini merupakan rongga tertutup. Paru paru dihubungkan dengan lingkungan luar
melalui serangkain saluran; hidung, faring, laring, trakea, dan bronki.
a. Hidung
Hidung merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh
jaringan tulang, cartilago, otot dan jaringan pengikat. Pada kulit yang menutupi
bagian luar hidung diketemukan Glandula sebasea dan rambut rambut halus.
Kulit ini meluas ke bagian depan vestibulum nasi, yang pada daerah ini banyak
rambut yang bersifat kaku yang berfungsi untuk menghalangi debu dan kotoran
yang ikut dihirup. Pada sisa cavum nasi yang lain dilapisi oleh epitel silindris semu
berlapis bersilia dengan banyak kelenjar mukosa (sel piala). Di indera pembau
terdapat epitel khusus, yang pada bagian bawahnya terdapat membrana basalis
yang memisahkan epitel dengan jaringan ikat yang banyak mengandung kelenjar
serosa-mukosa.

b. Daerah olfactorius atau Mukosa Olfactorius


Merupakan daerah yang mengandung reseptor rangsang bau yang terletak pada
ephitelium olfactorius. Epitelnya merupakan epitel silindris semu berlapis dengan
tiga macam sel :
1. Sel Penyokong atau Sel Sustentakular
Sel ini berbentuk langsing, di dalam sitoplasmanya tampak adanya berkas-berkas
tonofibril dan jelas tampak terminal bar. Pada permukaannya tampak banyak

mikrovili yang panjang yang terpendam dalam lapisan mukus. Kompleks golgi
yang kecil terdapat pada bagian puncak sel. Didalmnya juga terdapat pigmen
coklat yang memberi warna pada epitel olfactory tersebut.
2. Sel Basal

Sel ini berbentuk kerucut rendah dengan tonjolan tersusun selapis dan berinti
gelap.
3. Sel Olfactoria atau Sel Sensorik
Sel ini terdapat diantara sel-sel penyokong sebagai sel syaraf yang berbentuk
bipolar. Bagian puncak sel olfactory membulat dan menonjol merupakan dendrit
yang meluas sebagai tonjolan silindris pada permukaan epitel. Bagian basal
mengecil menjadi lanjutan sel halus yang tidak berselubung mielin. Bagian yang
membulat di permukaan disebut vesicular olfactorius, dari bagian yang
menonjol ini timbul tonjolan yang berpangkal pada corpuscullum basale sebagai
silia olfactory yang tidak dapat bergerak. Ujung cilia inilah yang merupakan
komponen indra pembau dan dapat menerima ransang. Dalam lamina propria
terdapat sel-sel pigmen dan sel limfosit. Selain itu, dalam lamina propria
terdapat banyak sekali anyaman pembuluh darah. Di dalam lamina propria area
olfactory terdapat pula kelenjar tubulo-alveolar sebagai Glandula Olfactorius
Bowmani, yang berfungsi menghasilkan sekret yang menjaga agar epitel
olfactory tetap basah dan bersih.
c. Sinus Paranasal
Merupakan rongga rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tulang
tengkorak dan berhubungan dengan rongga hidung. Terdapat 4 tempat sinus :
1. Sinus Maxillaris
2. Sinus frontalis
3. Sinus Ethmoidalis
4. Sinus Spenoidalis
d. Larynx
Larynx berbentuk sebagai pipa yang irregular dengan dinding yang terdiri atas
cartilage hyaline cartilage elastis, jaringan pengikat dan otot bercorak. Larynx
menghubungkan antara pharynx dengan trachea. Fungsinya adalah menyokong,
mencegah makanan/minuman untuk masuk ke dalam trakea. Rangka larynx terdiri
dari beberapa potong kartilago:
Cartilage thyroidea, cartilage cricoidea dan epiglotis yang terdapat tunggal
Cartilage arythenoidea, Cartilago corniculata, dan cartilage cuneiformis yang
terdapat sepasang.
Otot bercorak dari larynx dapat dibagi menjadi :
Otot ekstrinsik, yang berfungsi untuk menopang dan menghubungkan
sekitarnya. Kontraksinya terjadi pada proses digulatio(menelan).
Otot instrinsik, yang berfungsi menhubungkan masing-masing cartilage larynx .
kontraksinya berpereran dalam proses bersuara.
e. Trakea

Merupakan lanjutan dari larynx yang lebarnya 2-3.5 cm dan panjangnya sekitar 11
cm. trachea berakhir dengan cabang dua yang disebut sebagai bronchus. Epitel
yang melapisi sebelah dalam ialah epitel silindris semu berlapis bersilia dan
bertumpu pada membrana basalis yang tebal. Di antara sel-sel tersebar sel-sel piala.
Dibawah membrana basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung
serabut elastis. Di lapisan dalam lamina propria serabut elastis membentuk
anyaman padat sebagai suatu lamina elastica, maka jaringan pengikat dibawahnya
kadang-kadang disebut tunica submukosa. Di dalam tunica submukosa inilah
terdapat kelenjar-kelenjar kecil seperti pada dinding larynx yang bermuara pada
permukaan epitel. yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adanya kerangka
cincin-cincin cartilago hialin yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang
berderet mengelilingi lumen dengan bagian yang terbuka di bagian belakang( pars
cartilagenia). Masing-masing cincin dibungkus oleh serabut fibro elastis. Bagian
belakan tidak memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabutserabut otot polos yang sebagian berjalan melintang dan berhubungan dengan
jaringan fibro elastis disekitarnya.

f. Bronkus dan cabang-cabangnya


Trachea bercabang menjadi 2 bronchus primer yang masuk ke jaringan paru-paru
melalui hilus pulmonalis dengan arah ke bawah dan lateral. Bronchus yang sebelah
kanan bercabang menjadi 3 dan yang sebelah kiri becabang menjadi 2, dimana
setiap cabang tersebut merupakan percabangan dari bronchus primer. Lamina
propria terdiri dari jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut elastis dan
serabut kolagen dan retikuler serta beberapa limfosit. Di bawah membrane mukosa
terdapat stratum musculare yang bukan merupakan lapisan tertutup. Banyaknya
serabut elastis berhubungan erat dengan sel-sel otot polos dan serabut elastis ini
sangat penting dalam proses respirasi. Di dalam anyaman muskuloelastis ini
terdapat banyak jalinan pembuluh darah kecil. Perbedaan struktur antara trachea
serta bronchus extrapulmonalis serta intrapulmonalis :
Bentuk cincin cartilage
Susunan serabut otot pada trachea hanya dibagian dorsal sedangkan pada
bronchus terdapat disekeliling dinding.
Kontraksi lapisan otot ini akan menimbulkan lipatan memanjang pada
membrane mukosa.

Suatu lapisan anyaman elastisitas yang membatasi membran mukosa seperti


pada trakea tidak ada, tetapi serabut serabut elastisitas yang berjalan sejajar
sepanjang bronkus dengan percabangannya.
g. Pulmo
Paru - paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam
cavum thoracis. Kedua paru paru dibungkus oleh pleura yang terdiri dari 2
lapisan yang saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis
IV.2.3 Mekanisme
Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi
internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara
cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal adalah untuk
memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan
pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi selular,
terjadinya di mitokondria. Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh
diperlukan usaha keras pernafasan ytang tergantung pada :
1. Tekanan Intra-pleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam
keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena
ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan
intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume
rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah
tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga
dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar
meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar.
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal
sebagai compliance.
Ada dua bentuk compliance:
Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran
nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda
normal : 100 ml/cm H2O
Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan.
Normal: 50 ml/cm H2O
Compliance dapat menurun karena:
Pulmonary stiffes
: atelektasis, pneumonia, edema paru,
Space occupying prosess
: effuse pleura, pneumothorak
Chestwall undistensibility
: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen
Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.
3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)
Merupakan rasio dari perubahan tekanan jalan nafas.
IV.2.4 Gangguan
Gangguan pernafasan dapat berupa :

1. Gangguan irama atau frekuensi pernafasan, misalnya :


a.
Takipnea yaitu frekuensi pernapasan yang meningkat
b.
Hiperpnea yaitu peningkatan kedalaman pernafasan
c. Pernapasan cheyne-stokes yaitu ditandai dengan adanya perubahan episode
apnoe dan periode nafas dalam
d. Pernapasan biot, pernapasan dengan irama mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata
e. Kusmaul yaitu hiperventilasi yang ditandai oleh peningkatan frekuensi dan
kedalaman yang berkaitan dengan diabetic asidosis atau yang bersumber dari
ginjal
2. Insufisiensi pernapasan misalnya :
Hipoventilasi yaitu penurunan baik dalam frekuensi maupun kedalaman dengan
Pco2 tinggi sedangkan sebaliknya disebut hiperventilasi.

IV.2.5 Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Rate pernapasan
b. Ritme pernapasan
c. Bentuk pernapasan
d. Peranjakan paru
e. Tanda tanda dyspnoe
2. Palpasi
a. Identifikasi ada/tidaknya daerah yang nyeri
b. Pemeriksaan fremitus (tactile fremitus), dilakukan pada kedua sisi dadadan
bandingkan kanan dan kiri. Letakan permukaan telapak tangan pada bagian dada
pasien dan mintalah dia mengatakan tuju tujuh dengan cukup kera, dan rasakan
getaran suara yang dihantarkan pada dinding rongga dada pada telapak tangan
kita.lakukan pemeriksaan silang dengan menyilangkan telapak tangan anda
3. Perkusi
a. Pada daerah paru selalu sonor
b. Pada daerah jantung menjadi pekak
c. Diatas lambung timpani
d. Perkusi paru harus simetri
4. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi paru paru merupakan pemeriksaan terpenting untuk
melihat aliran udara pada cabang cabang trakheo-bronkial. Pemeriksaan auskultasi
termasuk : mendengarkan suara yang dihasilkan selama pernapasan, mendengarkan
setiap suara tambahan yang terjadi, dan bila diduga ada kelainan pada paru paru
dapat didengar suara bicara atau bisikan pasien yang ditransmisikan pada dinding
dada.
B. Pemeriksaan Radiologi

1. Radiologi konvensional
Pemeriksaan radiografi dada rutin dilakukan pada suatu jarak standart setelah
inspirasi maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diphragma. Biasanya
diambil dengan sudut pandang PA dan kadang juga diambil dari posisi lateral dan
melintang.
2. Pemeriksaan CT Scan
Merupakan modalitas yang terpenting. CT Scan dapat memberikan detail yang
sangat baik dan menentukan staging tumor mediastinum dan paru.
3. Pemeriksaan MRI
Paru tidak dapat dievakuasi dengan baik menggunakan teknik ini namun indikasi
utama dari teknik ini adalah evaluasi massa mediatinum, diseksi aorta dan staging
karsinoma bronchus, jika dicurigai invasi ke vaskuler.

4. Pemeriksaan dengan Nuclear Medicine


Kombinasi pemindahan perfusi dengan makroagregat yang berlabel Technetium99m(Tc-99m) pada albumin manusia yang dinilai adalah perfusi parenchym paru
(dalam hal ini emboli paru)
5. Angiografi pulmonal
Modalitas ini untuk menilai ada atau tidaknya emboli pada arteri pulmonalis. Karena
jika emboli ada dalam arteri pulmonalis sangatlah berbahaya.
6. USG Thoraks
USG dipakai untuk menilai adanya cairan dalam pleura (efusi pleura).
C. Pemeriksaan Labolatorium
Analisis Gas Darah
Oksimetri Denyut Nadi

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Sistem respirasi mencakup perpindahan O2 dan CO2 melewati membran alveolus yang
sangat tipis, sehingga apabila alveolus tersebut mengalami gangguan maka otomatis sistem
respirasi dalam tubuh akan mengalami gangguan sehingga harus diadakan pemeriksaan, baik
itu secara fisik, radiologi, maupun pemeriksaan labolatorium.

Anda mungkin juga menyukai