Puji syukur
penulis naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
Jakarta,
Mei 2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel dan
keluarnya karbon dioksida dari sel ke udara bebas. Pemakaian O 2 dan pengeluaran CO2
diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh; tetapi sebagian besar sel sel
tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas gas langsung dengan udara, karena sel
sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel sel
memerlukan struktur tertentu untuk menukar ataupun untuk mengangkut gas gas tersebut.
Fungsi yang cukup baik dari semua struktur yang berperan sebagai struktur dari sistem
pernapasan sangat penting untuk respirasi sel. Malfungsi dari setiap komponen dapat
mengganggu pertukaran dan pengangkutan gas, dan dapat sangat membahayakan prose
proses kehidupan.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai struktur
makroskopis, mikroskopis, selain itu juga ingin mengetahui tentang mekanisme, gangguan
dan pemeriksaan mengenai sistem respirasi.
BAB II
PERMASALAHAN
II.1 Skenario
Di daerah D terjaddi musibah kebakaran, semua warga berusaha untuk memadamkan api.
Ternyata anak A berusia 5 tahun terperangkap di dalam rumah yang terbakar. Warga segera
menolong anak A dan dibawa ke RS terdekat karena menderita sesak napas akibat menghirup
banyak asap.
II.2 Masalah
Adapun masalah yang ditemui dalam skenario dan telah dirumuskan secara bersama
yaitu :
Anak A sesak napas karena menghirup banyak asap
BAB III
ANALISA MASALAH
Makroskop
is
Mikroskopi
s
Mekanisme
Struktur
RESPIRASI
Pemeriksaan
Fisik
Radiologi
Gangguan
Labolatorium
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hipotesa
Adapun hipotesa yang diangkat adalah Sesak Napas Diakibatkan oleh Kelebihan CO
dalam Tubuh.
IV.2 Pemenuhan Sasaran Pembelajaran
IV.2.1 Struktur Makroskopis
Secara makroskopis, sistem respirasi terbagi atas 2 yaitu :
mikrovili yang panjang yang terpendam dalam lapisan mukus. Kompleks golgi
yang kecil terdapat pada bagian puncak sel. Didalmnya juga terdapat pigmen
coklat yang memberi warna pada epitel olfactory tersebut.
2. Sel Basal
Sel ini berbentuk kerucut rendah dengan tonjolan tersusun selapis dan berinti
gelap.
3. Sel Olfactoria atau Sel Sensorik
Sel ini terdapat diantara sel-sel penyokong sebagai sel syaraf yang berbentuk
bipolar. Bagian puncak sel olfactory membulat dan menonjol merupakan dendrit
yang meluas sebagai tonjolan silindris pada permukaan epitel. Bagian basal
mengecil menjadi lanjutan sel halus yang tidak berselubung mielin. Bagian yang
membulat di permukaan disebut vesicular olfactorius, dari bagian yang
menonjol ini timbul tonjolan yang berpangkal pada corpuscullum basale sebagai
silia olfactory yang tidak dapat bergerak. Ujung cilia inilah yang merupakan
komponen indra pembau dan dapat menerima ransang. Dalam lamina propria
terdapat sel-sel pigmen dan sel limfosit. Selain itu, dalam lamina propria
terdapat banyak sekali anyaman pembuluh darah. Di dalam lamina propria area
olfactory terdapat pula kelenjar tubulo-alveolar sebagai Glandula Olfactorius
Bowmani, yang berfungsi menghasilkan sekret yang menjaga agar epitel
olfactory tetap basah dan bersih.
c. Sinus Paranasal
Merupakan rongga rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tulang
tengkorak dan berhubungan dengan rongga hidung. Terdapat 4 tempat sinus :
1. Sinus Maxillaris
2. Sinus frontalis
3. Sinus Ethmoidalis
4. Sinus Spenoidalis
d. Larynx
Larynx berbentuk sebagai pipa yang irregular dengan dinding yang terdiri atas
cartilage hyaline cartilage elastis, jaringan pengikat dan otot bercorak. Larynx
menghubungkan antara pharynx dengan trachea. Fungsinya adalah menyokong,
mencegah makanan/minuman untuk masuk ke dalam trakea. Rangka larynx terdiri
dari beberapa potong kartilago:
Cartilage thyroidea, cartilage cricoidea dan epiglotis yang terdapat tunggal
Cartilage arythenoidea, Cartilago corniculata, dan cartilage cuneiformis yang
terdapat sepasang.
Otot bercorak dari larynx dapat dibagi menjadi :
Otot ekstrinsik, yang berfungsi untuk menopang dan menghubungkan
sekitarnya. Kontraksinya terjadi pada proses digulatio(menelan).
Otot instrinsik, yang berfungsi menhubungkan masing-masing cartilage larynx .
kontraksinya berpereran dalam proses bersuara.
e. Trakea
Merupakan lanjutan dari larynx yang lebarnya 2-3.5 cm dan panjangnya sekitar 11
cm. trachea berakhir dengan cabang dua yang disebut sebagai bronchus. Epitel
yang melapisi sebelah dalam ialah epitel silindris semu berlapis bersilia dan
bertumpu pada membrana basalis yang tebal. Di antara sel-sel tersebar sel-sel piala.
Dibawah membrana basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung
serabut elastis. Di lapisan dalam lamina propria serabut elastis membentuk
anyaman padat sebagai suatu lamina elastica, maka jaringan pengikat dibawahnya
kadang-kadang disebut tunica submukosa. Di dalam tunica submukosa inilah
terdapat kelenjar-kelenjar kecil seperti pada dinding larynx yang bermuara pada
permukaan epitel. yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adanya kerangka
cincin-cincin cartilago hialin yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang
berderet mengelilingi lumen dengan bagian yang terbuka di bagian belakang( pars
cartilagenia). Masing-masing cincin dibungkus oleh serabut fibro elastis. Bagian
belakan tidak memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabutserabut otot polos yang sebagian berjalan melintang dan berhubungan dengan
jaringan fibro elastis disekitarnya.
IV.2.5 Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Rate pernapasan
b. Ritme pernapasan
c. Bentuk pernapasan
d. Peranjakan paru
e. Tanda tanda dyspnoe
2. Palpasi
a. Identifikasi ada/tidaknya daerah yang nyeri
b. Pemeriksaan fremitus (tactile fremitus), dilakukan pada kedua sisi dadadan
bandingkan kanan dan kiri. Letakan permukaan telapak tangan pada bagian dada
pasien dan mintalah dia mengatakan tuju tujuh dengan cukup kera, dan rasakan
getaran suara yang dihantarkan pada dinding rongga dada pada telapak tangan
kita.lakukan pemeriksaan silang dengan menyilangkan telapak tangan anda
3. Perkusi
a. Pada daerah paru selalu sonor
b. Pada daerah jantung menjadi pekak
c. Diatas lambung timpani
d. Perkusi paru harus simetri
4. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi paru paru merupakan pemeriksaan terpenting untuk
melihat aliran udara pada cabang cabang trakheo-bronkial. Pemeriksaan auskultasi
termasuk : mendengarkan suara yang dihasilkan selama pernapasan, mendengarkan
setiap suara tambahan yang terjadi, dan bila diduga ada kelainan pada paru paru
dapat didengar suara bicara atau bisikan pasien yang ditransmisikan pada dinding
dada.
B. Pemeriksaan Radiologi
1. Radiologi konvensional
Pemeriksaan radiografi dada rutin dilakukan pada suatu jarak standart setelah
inspirasi maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diphragma. Biasanya
diambil dengan sudut pandang PA dan kadang juga diambil dari posisi lateral dan
melintang.
2. Pemeriksaan CT Scan
Merupakan modalitas yang terpenting. CT Scan dapat memberikan detail yang
sangat baik dan menentukan staging tumor mediastinum dan paru.
3. Pemeriksaan MRI
Paru tidak dapat dievakuasi dengan baik menggunakan teknik ini namun indikasi
utama dari teknik ini adalah evaluasi massa mediatinum, diseksi aorta dan staging
karsinoma bronchus, jika dicurigai invasi ke vaskuler.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Sistem respirasi mencakup perpindahan O2 dan CO2 melewati membran alveolus yang
sangat tipis, sehingga apabila alveolus tersebut mengalami gangguan maka otomatis sistem
respirasi dalam tubuh akan mengalami gangguan sehingga harus diadakan pemeriksaan, baik
itu secara fisik, radiologi, maupun pemeriksaan labolatorium.