Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PNEUMONIA

Pembimbing:
dr. Diana Nainggolan, Sp.Rad

Oleh:
Aris Sudarwoko S.Ked
09700289

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI


RSUD WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
2.1 Anatomi Paru ...............................................................................
2.2 Fisiologi Paru ...............................................................................
2.3 Histologi Paru ..............................................................................
2.4 Definisi Pneumonia .....................................................................
2.5 Etiologi Pneumonia .....................................................................
2.6 Mekanisme Pertahanan Paru ......................................................
2.7 Patogenesis Pneumonia ...............................................................
2.8 Patologi Pneumonia .....................................................................
2.9 Klasifikasi Pneumonia .................................................................
2.10 Diagnosis Pneumonia ................................................................
2.11 Foto Thorak ................................................................................
BAB III KESIMPULAN .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sedang
maju.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Di Indonesia dari buku SEAMIC Health Statistic 2001,
influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomer enam. Sedang
dari hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes 2001, penyakit infeksi saluran
napas bagian bawah menempati urutan ke 2 sebagai penyebab kematian.
Di RSUD Dr.Soetomo Surabaya, pneumonia komuniti menduduki peringkat
keempat dari sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun. Angka kematian
pneumonia komuniti yang dirawat inap berkisar antara 20 35 %. Di SMF Paru
RSUP Persahabatan 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58%
diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus
nontuberkulosis, sedang pada penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi dan 14,6%
diantaranya infeksi nontuberkulosis.
Di negara maju seperti Amerika, insiden pneumonia komuniti adalah 12
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa, dan angka kematiannya adalah 15%.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya. Di negara maju seperti Amerika, dengan cara invasif
pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Mengingat pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pengobatan awal antibiotik
harus diberikan secara empris.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Paru


Paru adalah organ pada sistem pernapasan ( respirasi ) dan berhubungan
dengan sistem peredaran darah ( sirkulasi ) vertebrata yang bernapas dengan
udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida dari
darah. Paru terdiri dari organ-organ yang sangat kompleks. Bernapas terutama
digerakkan oleh otot diafragma ( otot yang terletak antara dada dan perut ). Saat
menghirup udara, otot diafragma akan mengerut, ruang yang menampung paruparu akan meluas. Begitu pula sebaliknya, saat menghembuskan udara, diafragma
akan mengembang dan paru-paru akan mengempis mengeluarkan udara.
Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong keluar paru-paru melalui
trakhea dan tube bronchial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan ujungnya
merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang
berisi darah. Di sini oksigen dari udara berdifusi ke dalam darah dan kemudian
dibawa oleh hemoglobin.
Selama hidup paru kanan dan paru kiri lunak dan berbentuk seperti spons
dan sangat elastic. Jika rongga thoraks dibuka volume paru akan segera mengecil
sampai 1/3 atau kurang. Paru-paru terletak di samping kanan dan kiri
mediastinum. Paru satu dengan yang lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluhpembuluh besar serta struktur lain di dalam mediastinum. Masing-masing paru
berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis dan terdapat bebas di dalam
cavitas pleuralis masing-masing hanya dilekatkan pada mediastinum oleh radix
pulmonalis.

Setiap paru-paru memiliki :


a) Apeks : tumpul, menonjol keatas ke dalam leher sekitar 2,5 cm di
atas clavicula
b) Permukaan costo-vertebral : menempel pada bagian dalam dinding
dada
c) Permukaan mediastinal : menempel pada pericardium dan jantung
d) Basis pulmonis : terletak pada diafragma
Batas-batas paru :
a)
b)
c)
d)

Apeks : atas paru ( atas costae ) sampai dengan di atas clavicula


Atas : dari clavicula sampai dengan costae II depan
Tengah : dari costae II sampai dengan costae IV
Bawah :dari costae IV sampai dengan diafragma

A. Pulmo Dextra / Paru Kanan


Pulmo dextra sedikit lebih besar dari pulmo sinistra dan dibagi oleh
fisura obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dexter menjadi 3 lobus : lobus
superior, lobus medius dan lobus inferior. Fissura oblique berjalan dari pinggir
inferior ke atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis
sampai memotong pinggir posterior sekitar 6,25cm di bawah apex pulmonis.
Fissura horizontalis berjalan horizontalmenyilang permukaan costalis setinggi
cartilage costalis IV dan bertemu dengan fissure oblique pada linea axillaris
media.

Pulmo

dextra

mempunyai

sepuluh

segmen,

yaitu

lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, da
n tiga buahsegmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini terbagi lagi
menjadi belahan-belahanyang bernama lobules.
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang

berisi pembuluh

lobules terdapat

darah,

getah

sebuah bronkeolus.Di

bening,
dalam

dan saraf.

lobules,

Dalam tiap

bronkeolus

ini

bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiapduktus alveolus berakhir


pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm.
Segmen pulmo dextra :
a. Lobus superior :
5

Segmen apicale
Segmen posterior
Segmen anterior

b.Lobus medius :

Segmen lateral
Segmen medial

c.Lobus inferior :

Segmen apicobasal
Segmen mediobasal
Segmen anterobasal
Segmen laterobasal
Segmen posterobasal

Hilus pulmonalis dextra terdiri dari :


a. A. Pulmonalis dextra
b. Bronchus principales dextra ; bronchus lobaris superior, medius
dan inferior
c. Vv. Pulmonalis dextra
d. Nodule lymphoideus
B. Pulmo Sinistra / Paru Kiri
Pulmo sinistra dibagi oleh fissure oblique dengan cara yang sama
menjadi dua lobus : lobus superior dan lobus inferior. Pada pulmo sinistra tidak
ada fissure horizontalis.
Segmen pulmo sinistra :
a. Lobus superior :
Segmen apicoposterior
Segmen anterior
Segmen lingual superior
Segmen lingual inferior
b. Lobus inferior :
Segmen apicobasal
Segmen antero medial basal
Segmen laterobasal
Segmen posterobasal
Hilus pulmo sinistra :
a. A. Pulmonalis sinistra
b. Bronchus principales sinistra
c. Vv. Pumonalis sinistra
6

d. Nodule lymphoideus
Pada pulmo sinistra terdapat incisura cardiac yang merupakan lengkung
untuk jantung(cardiac notch) dan impression cardiac yang lebih besar, karena
2/3 jantung terletak di pulmo sinistra.

Gambar 1. Lobus Paru Dextra dan Sinistra

Gambar 2. Struktur Anatomi Paru, mulai dari lobus hingga segmennya

Gambar 3. Hilus Paru

Gambar 4. Gambaran Radiologi Paru Normal

2.2 Fisiologi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-selepitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya lebih kurang 90 m pada lapisaninilah terjadi pertukaran udara, O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dankanan).Paru-paru
terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah ronggadada/kavum
mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat hilus. Padamediastinum depan
terletak jantung.
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernafasanmelalui paru-paru atau pernapasan Externa, oksigen diambil melalui
hidung dan mulut, padawaktu pernafasan, oksigen masuk melalui trakea dan
bronchial ke alveoli, dan dapat erathubungan dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris.Hanya

satu

lapis

membran,

yaitu

membran

alveoli-kapiler,

memisahkan oksigen daridarah. Oksigen menembus membran ini dan di ambil


oleh hemoglobin sel darah merah dandi bawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darahmeninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat inihemoglobinnya 95% jenuh oksigen.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasanexterna:
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam al
veolidengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sehingga jumlah tepat darisetiapnya
dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler.CO2
lebihmudah

berdifusi

dari

pada

oksigen.Semua

proses

ini

diatursehingga darah yang meninggalkan paru-parumenerima jumlah


tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang
di paru-paru membawa terlalu bayak CO2 dan terlampau sedikit O2,
jumlah CO2 itu tidak dapatdikeluarkan, maka konsentrasinya dalam
darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat

10

Pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya perna


pasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna
Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oxihemoglobin),mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler ,
dimana darah bergerak sangat lambat.Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah
menerima sebagai gantinya, hasil buangan oksigenasi yaitu karbon
dioksida.Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara
dalam alveoli, yangdisebabkan pernapasan externa dan pernapasan interna
atau pernapasan jaringan.Udara yang di hembuskan jenuh dengan uap air
dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20% panas badan hilang
untuk pemanasan udara yang dikeluarkan).
Daya Muat Udara oleh Paru-paru
Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai
5.000 ml atau 4sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini,
kira-kira 1/10nya atau 500 mladalah udara pasang surut (tidal air) Yaitu
yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa
dengan tenan. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paruparu pada penarikan napas dan pengeluaran
napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru.Diukurnya dengan alat
spirometer.

Pada

seorang

laki-laki,

normal

4-5

liter

dan

seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paruparu, pada peyakit jantung(yang menimbulkan kongesti paru) dan
kelemahan otot pernapasan.
Pleura
Paru-paru

dibungkus

oeh

selaput

selaput yang

bernama

pleura.Pleura dibagi menjadi dua :

11

a. Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang


langsungmembungkus paru-paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam
dinding dada.Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum)
yang disebut kavum pleura.
Padakeadaan normal kavum pleura ini hampa udara sehingga paruparu dapat berkembangkempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk meminyaki.
Permukaannya

(pleura), menghindarkan

gesekan antara paru-

paru dan dinding dada sewaktu bernafas bergerak.Tekanan dalam rongga


pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegahkolap
paru-paru
.
2.3 Histologi
Paru merupakan sepasang organ terletak di dalam rongga dada pada tiaptiapsisi dari daerah pusat atau mediastinum, yang terisi jantung dan pembuluh
darah besar, esophagus, bagian bawah trakea dan sisa-sisa kelenjar timus.
Di mediastinum, trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan.
Bronkus primer (utama) kanan bercabang lagi sebelum memasuki jaringan paru
menjadi bronkus sekunder lobus atas dan lobus bawah. Bronkus lobus tengah
kanan berasal dari bronkus lobus bawah yang terdapat dalam paru. Di dalam paru
biasanya

bronkus

utama

kiri

bercabang

menjadi bronkus lobus atas dan bawah. Jadi, tiga lobus kanan dan dua lobus kiri d
iisi oleh bronkus sekunder dan setiap bronkus lobaris bercabang lebih lanjut
menjadi bronkus tertier, yang turut menyusun segmen bronkopulmonar , dalam
tiap paru terdapat sepuluh segmen.

Bronkus
Susunan bronkus ekstrapulmonar sangat mirip trakea dan hanya
berbeda dalamgaris tengahnya yang lebih kecil. Pada bronkus utama,

12

cincin tulang rawan juga tidaksempurna, celah pada bagian posterior


ditempati oleh otot polos.
Bronkus intrapulmonar tampak bulat dan tidak memperlihatkan
bagian posterioryang rata seperti yang terlihat pada trakea atau bronkus
ekstrapulmonar.

Di

bagian posterior tersebut terdiri dari lempeng-

lempeng tulang rawan hialin yang bentuknyatidak beraturan dan sebagian


melingkari lumen secara lengkap.

Lempeng tulang rawan hialin dikitari oleh jaringan ikat pada


fibrosa yang mengandung banyak seratelastin. Sebelah dalam dari cincin
tulang rawan dan jaringan ikat, terletak submukosayang tersusun dari
jaringan ikat jarang dengan sejumlah sel limfosit serta di dalamnyaterdapat
kelenjar campur mukoserosa dan kelenjar mukosa. Pada perbatasan
antarasubmukosa dengan mukosa pemadatan jaringan elastin diperkuat
oleh suatu selubungluar yang terdiri dari serat-serat otot polos.
Lapisan terdalam adalah mukosa, tersusun oleh epitel lanjutan dan
mirip epiteltrakea, dengan lamina basal yang jelas, disokong oleh lamina
propria yang terdiri dariserat-serat retikular serta serat-serat elastin yang
berjalan longitudinal. Epitel bronkusadalah epitel silindris bersilia, bersel
goblet dan kurang tebal bila dibandingkandengan epitel bertingkat silindris
bersilia yang melapisi bronkus besar.

13

Gambar 2. Bronkus
Bronkiolus
Suatu bronkiolus dianggap sebagai suatu saluran penghantar bergaris
tengah 1mm atau kurang, terbenam di dalam sedikit jaringan ikat dan di
kelilingi

oleh

jaringan pernapasan. Bronkiolus mempunyai ciri tidak mengandung tulang r


awan, kelenjar,dan kelenjar limfe, hanya terdapat adventisia tipis yang
terdiri dari jaringan ikat.
Lamina propria terutama tersusun oleh berkas otot polos yang
cukup menyolokserta serat-serat elastis. Epitel yang membatasi bronkiolus
besar merupakan epitelsilindris bersilia dengan sedikit sel goblet, dan pada
bronkiolus kecil (kira-kira 0,3mm), sel goblet hilang dan sel bersilia
merupakan sel kubis atau silindris rendah. Diantara sel-sel itu, tersebar
sejumlah sel silindris berbentuk kubah, tak bersilia, bagian puncaknya
menonjol ke dalam lumen, yang disebutsel bronkiolar atau sel Clara
Sel ini bersifat sebagai sel sekresi dengan retikulum bergranula di
basal, suatu aparat Golgi di atas inti dan di dalam sitoplasma apikal terdapat
granula-granula sekret sertaretikulum tak bergranula yang menyolok. Fungsi
sel

ini

tidak

diketahui,

diduga

ikut berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar, yang mengadung pro


14

tein,glikoprotein dan kolesterol. Sel-sel ini juga mngeluarkan sejumlah kecil


surfaktanyang terdapat di dalam sekret bronkiolar.
Di bronkiolus terminalis, epitelnya nampak mempunyai sel-sel
bersilia di sana-sini di antara sel-sel kubis tidak bersilia. Di sepanjang
bronkiolus, epitelnya jugamemiliki sejumlah sel sensorik (berbentuk sikat)
dan sel neuroendokrin bergranulakecil.

Gambar 3. Bronkiolus Terminalis


Bronkiolus Respiratorius
Bronkiolus respiratorius merupakan saluran pendek, bercabangcabang, panjangnya 1-4 mm, biasanya bergaris tengah kurang dari 0,5 mm
berasal dari bronkiolus terminalis. Dinding bronkiolus respiratorius diselingi
oleh kantung-kantung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran gas. Jumlah
alveoli meningkat danterletak lebih berdekatan dengan bercabangnya
bronkiolus respiratorius.
Bronkiolus respiratorius yang lebih besar dilapisi oleh epitel kubis
bersilia yangakan menjadi epitel selapis kubis pada saluran yang lebih kecil
dan dilanjutkandengan epitel selapis gepeng yang membatasi alveolus pada
muara alveolus. Di luarlamina epitel, dindingnya disusun oleh anyaman
berkas otot polos dan jaringan ikatfibroelastis.

15

Gambar 4. Bronkiolus Terminalis, Bronkiolus Respiratorius, Alveoli


Duktus Alveolaris
Duktus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, berbentuk kerucut,
dilapisioleh epitel selapis gepeng. Di luar epitel, dindingnya dibentuk oleh
jaringanfibroelastis. Di sekeliling muara duktus alveolaris terdapat banyak
alveolari tunggaldan sakus alveolaris (sekelompok alveoli). Serat-serat otot
polos

nampak

menyolokterutama

pada

muara

alveoli

dan

sakus

alveolaris.Duktus alveolaris bermuara ke dalamatria, yaitu suatu ruang tak


teratur ataugelembung tempat alveoli dan sakus alveolaris bermuara.
Sakus Alveolaris
Sakus alveolaris adalah multikular, yaitu sekelompok alveoli yang
bermuara kedalam suatu ruangan pusat sedikit lebih besar. Di seputar muara
atria, saku alveolarisdan alveoli terdapat jala-jala penyokong terdiri dari
serat-serat elastin dan serat-seratretikulin. Serat-serat elastin memungkinkan
alveoli mengembang pada saat inspirasidan mengerut seperti kontraksi pada
saat ekspirasi. Sedangkan serat retikulinmencegah pengembangan yang
berlebihan serta mencegah kerusakan pada jaringan paru yang halus.

16

Alveoli
Alveoli bentuknya polihedral atau heksagonal, tanpa satu dindingnya
yangmemungkinkan difusi udara dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, atria atausakus alveolaris. Alveoli yang berdampingan dipisahkan
oleh septum intreralveolaris.Masing-masing alveolus dilapisi epitel gepeng
yang sangat halus tapi sempurna.Terdapat celah pada septum sehingga
memungkinkan hubungan antara dua alveoliyang saling berdampingan
disebut porus alveolaris. Septum interalveolaris dibungkus pada masingmasing permukaannya oleh epitel tipis yang membatasi alveoli sertamengan
dung

banyak

pleksus

kapiler

di

dalam

kerangka

jaringan

ikat

penyokongnya.Sel utama yang terletak di dalam septum interalveolaris ada


tiga jenis yaitu:
a. Sel alveolar gepeng (tipe I) atau sel epitel permukaanSel ini membentuk
suatu lapisan sangat tipis yang sempurna, membatasiseluruh ruangan
alveoli. Inti sel gepeng dan sitoplasma sangat tipis dengan tebalkira-kira
hanya

0,2

dengan

gelembung-gelembung

mikropinositotik

pada permukaan basal dan apical dan sel-sel berdampingan yang saling
berkaitanmelalui

taut

kedap(occluding

junction) dan

desmosom

bercak(spot desmosome).
b. Sel alveolar besar (tipe II) atau sel septaSel-sel ini tampak sendirisendiri atau sebagai kelompok-kelompok kecil diantara sel-sel epitel
gepeng dan membentuk taut kedap. Bentuk selnya kubis danmenonjol
ke dalam ruangan alveoli yang biasanya terletak di sudut dindingalveoli.
Dengan mikroskop cahaya, sel-sel ini dapat dikenali karena memiliki
intiyang vesikular dan sitoplasma yang bervakuol. Pada mikroskop elektron,
seltersebut tampak sebagai sel sekretoris dengan retikulum granular
mitokondria,aparat golgi, mikrovili dari permukaan apical dan badan-badan
multilamel atausitosom di sitoplasma bagian apikal. Sel ini mempunyai
kemampuan mitosis dan beberapa sel anak dianggap dapat menjadi sel
tipe I. Jadi sel tipe II adalah sumberutama pembentukan sel baru yang
melapisi alveoli.

17

c. Sel endotelSel ini membatasi kapiler di dalam septum interalveolaris dan


mempunyaiinti gepeng gelap dengan sitoplasma tipis. Sel endotel mirip
dengan

sel

epitel permukaan, dan dapat dibedakan karena berhubungan dengan ron


gga pembuluhdarah yang berisi semua jenis sel darah eritrosit,
granulosit, limfosit dan monosit.

Gambar 5. Sakus Alveolaris dan Alveoli

Gambar 6. Struktur Alveoli

18

2.4 Definisi Pneumonia


Pneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan
cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
interstitium. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, parasit ), bahan
kimia, radiasi, aspirasi, obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosistidak termasuk. Sedang keradangan paru yang
disebabkan oleh penyebab non infeksi ( bahan kimia, radiasi, obat-obatan, dan
lain-lain ) lazimnya disebut pneumonitis.
2.5 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Data dari kepustakaan luar negri, pneumonia
yang didapat di masyarakat ( community-acuired pneumonia atau pneumonia
komuniti ) banyak disebabkan bakteri gram positif, sebaliknya pneumonia yang di
dapat di rumah sakit ( hospital-acuired pneumonia atau pneumonia nosokomial )
banyak disebabkan bakteri gram negatif, sedang pneumonia aspirasi banyak
disebabkan oleh bakteri anaerob. Meskipun demikian di Indonesia, akhir-akhir ini
laporan dari beberapa ruma sakit menunjukkan bahwa kuman yang ditemukan
dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram
negatif.
2.6 Mekanisme Pertahanan Paru
Daya pertahanan paru sangat penting dalam menjelaskan terjadinya infeksi
saluran nafas. Paru mempunyai mekanisme pertahanan untuk mencegah agar
kuman tidak masuk ke dalam paru. Daya pertahanan paru ini terdiri dari beberapa
mekanisme sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Mekanisme Pembersihan di Saluran Napas Penghantar


Mekanisme pembersihan di Respiratory Exchange Airway
Mekanisme Pembersihan di Saluran Udara Subglotik
Mekanisme Pembersihan di Respiratory Gas Exchange Airway

19

2.7 Patogenesis
Dalam keadaan sehat, tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme di
paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Apabila
terjadi ketidak-seimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan
lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk, berkembang biak dan
menimbulkan penyakit.
Resiko terjadinya infeksi pada paru sangat tergantung pada kemampuan
mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan epitel saluran nafas.
Ada beberapa cara mikroorganisme untuk mencapai permukaan saluran nafas :
1.
2.
3.
4.

Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi pada permukaan mukosa

Dari keempat cara diatas yang terbanyak adalah kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada infeksi virus, infeksi mikroorganisme atipikal, infeksi mikobakteria
atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 - 2,0 mm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila
terjadi kolonisasi mikroorganisme pada saluran napas atas ( hidung, orofaring )
kemudian terjadi aspirasi ke saluran pernapasan bagian bawah dan terjadi
inokulasi, maka hal ini merupakan awal dari permulaan infeksi dari sebagian
besar infeksi paru. Aspirasi sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang
normal waktu tidur ( 50% ) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum
alkohol dan pemakai obat ( drug abuse ).
Pada pneumonia biasanya mikroorganisme masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat di saluran nafas bagian atas
sama dengan di saluran nafas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian
tidak ditemukan jenis mikroorganisme yang sama.
2.8 Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema dari seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel
PMN dan diapedesis dari eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum
terbentuk antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan
20

dengan bantuan lekosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi


bakteri tersebut kemudian di fagositir. Pada waktu terjadi peperangan antara host
dan bakteri maka akan terdapat 4 zona pada daerah parasitik tersebut yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang terisi dengan kuman dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari sel-sel PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah dimana terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah sel PMN yang banyak.
4. Zona resolusi : daerah dimana terjadi resolusi dengan banyak bakteri
yang mati, lekosit dan alveolar makrofag.
Daerah perifer dimana terdapat edema dan perdarahan disebut Red hepatization
sedang daerah konsolidasi yang luas disebut Gray hepatization.
2.9 Klasifikasi Pneumonia
2.10 Diagnosis
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
Gambaran klinis biasanya ditandai dengan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat sampai > 40C, batuk dengan dahak mukoid
atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak nafas dan nyeri
dada.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas,
pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi dapat terdengar suara nafas bronkovesikuler sampai
bronkial, dapat disertai ronkhi basah halus yang kemudian menjadi
ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrat sampai konsolidasi dengan airbronchogram, penyebaran
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kavitas. Foto thorax
saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
21

gambaran

pneumonia

Streptococcus

lobaris

pneumonia.

tersering

Pseudomonas

disebabkan
aeruginosa

oleh
sering

memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia


sedangkan Klebsiela pneumoniaesering menunjukkan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya > 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul
dan pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20 25% penderita yang tidak diobati.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia dan
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
2.11 Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik
pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil
uji kepekaan, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. Pneumonia yang berat dapat mengancam jiwa.
2. Kuman patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
3. Hasil pembiakan kuman memerlukan waktu maka pada penderita
pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
2.12 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :
1. Efusi pleura
2. Pneumothoraks
3. Empiema

3.1 Klasifikasi Pneumonia


3.1.1Berdasarkan klinis dan epidemiologi

22

3.1.1.1 Pneumonia Komuniti


Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di
masyarakat. Di dunia, pneumonia komuniti ini merupakan
masalah kesehatan karena angka kematiannya yang tinggi.

23

3.1.1.2 Pneumonia
Nosokomial ...............................................................
3.1.1.3 Pneumonia Aspirasi

24

Anda mungkin juga menyukai