Diananthari G (406121002)
Angelina
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang
tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di
dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung
telur, dan vagina. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita
meninggal dunia akibat kanker serviks.
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada
daerah leher rahim yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang
vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar
ke organ-organ lain di seluruh tubuh. Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah
satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus
kanker.1
Hingga saat ini kanker servks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru
di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi
virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Risiko terinfeksi virus HPV dan
beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi
terjadinya kanker serviks.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagau
penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di
negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker serviks merupakan penyebab utama kematian
wanita dan kasusnya turun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknk skrining pap smir
oleh Papanikolau.
Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini
mungkin dan memberikan terapi yang efektif dan sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat
ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari
beberapa modalitas terapi ini. Saat ini pilihan terapi sangat bergantung pada luasnya penyebaran
penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran.
Penentuan pilihan terapi dan prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan
terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.2
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. DEFINISI
Kanker serviks adalah neoplasma malignansi yang terjadi pada daerah serviks yaitu di
antara uterus dan vagina. Biasanya gejala klinis tidak tampak pada stadium awal dan gejala klinis
muncal pada stadium lanjut.3 Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang
tumbuh secara terus - menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi
tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono,1996).
Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam
rahim. Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali (Rasjidi I,2008). Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka
keadaannya disebut kanker serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun (Aziz M.F, 2006).4
II.2. EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks mencakup 12% dari seluruh jenis kanker pada wanita di dunia. Pada
tahun 2000, secara global, terdapat 470600 kasus baru dan 233400 yang meninggal dunia akibat
kanker serviks. Ini menunjukkan mortalitas kanker serviks cukup menakutkan yaitu sebanyak
50% daripada kasus baru kanker serviks. Kasus-kasus kanker serviks lebih sering dijumpai di
negara yang berkembang (kecuali negara industri) dan meliputi lebih daripada 80% kasus kanker
serviks di dunia.3
World Health Organization (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks masih
menempati peringkat tertinggi di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada
Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
wanita di dunia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah kasus kanker serviks
yang tertinggi di dunia, setiap tahun terdapt 15.000 kasus kanker serviks terdeteksi dan kira-kira
8000 kasus di antaranya akan berakhir dengan kematian.3
Insidens kanker serviks menurut Departemen Kesehatan (2000), 100 per 100.000
perempuan pertahun, sedangkan dari data laboratorium patologi anatomi seluruh Indonesia,
frekuensi kanker serviks adalah paling tinggi di antara kanker yang ada di Indonesia maupun di
Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dengan frekuensi 76,2% (Aziz M.F,
2006).4
II. 3. ETIOLOGI
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus). Lebih
dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks
berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini utama melalui hubungan seksual. 2
Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu 2
tahun setelah infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut menetap dalam jangka lama
sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi pra-kanker. HPV jenis 16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, dan 58 tergolong menimbulkan risiko tinggi terjadinya pra-kanker, yaitu
menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan yaitu cervical intraephitelial
neoplasma atau disingkat CIN. HPV tipe 16 mendominasi infeksi (50-60%) pada penderita
kanker leher rahim disusul dengan tipe 18 (10-15%). Dari infeksi HPV sampai dengan terjadinya
kanker memerlukan waktu cukup lama, yaitu hampir 20 tahun. Hanya sebagian kecil wanita
pengidap HPV akan berubah statusnya menjadi fase pra-kanker. Apabila fase tersebut tidak
segera diobati maka setelah beberapa tahun mengidap infeksi maka kondisi pra-kanker berubah
menjadi kanker. Virus HPV tipe 16 dan 18 ini replikasi melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan
mengode pembentukan protein-protein yang penting dalam replikasi virus. Onkoprotein dari E6
akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif, sedangkan
onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak
aktif.4
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Stadium Ia
superficial
dikelompokkan
sebagai
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
dari 7 mm
Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3
Stadium Ia2
Stadium Ib
dari 7 mm
Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis
Stadium Ib1
Stadium Ib2
Stadium II
lebih dari Ia
Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm
Telah melibatkan vagina tapi belum sampai 1/3
bawah atau infiltrasi ke parametrium belum
Stadium IIa
Stadium IIb
dinding panggul
Infiltrasi ke parametrium,
Stadium III
tetapi
belum
sebab lain
Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi
parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIIb
Stadium IV
Stadium IVa
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Stadium IVb
Angelina
II. 6. DIAGNOSIS
Kanker serviks pada masa prakanker atau stadium awal tidak menimbulkan gejala
sehingga dengan membuat diagnosis sedini mungkin dan memulai pengobatan yang sesuai, hasil
yang diperoleh akan lebih baik sehingga jumlah wanita yang meninggal akibat kanker serviks
dapat berkurang.5
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan serviks merupakan prosedur mutlak yang perlu dilakukan untuk melihat
perubahan portio vaginalis dan mengambil bahan apusan untuk pemeriksaan sitologi
ataupun biopsi. Setelah biopsi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi bimanual vagina
dan rektum untuk mengetahui luas massa tumor pada serviks dan rektum.
Kolposkopi
Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat perubahan stadium dan
luas pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu mendeteksi pra karsinoma
serviks dengan akurasi diagnostik cukup tinggi (Erich B., 1991). Kolposkopi hanya
digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasia dan karsinoma in situ
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi dan tes Pap memberikan
ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas tes Pap dan kolposkopi masing-masing 55%
dan 95% dan spesifisitas masing-masing 78,1% dan 99,7% (Erich B.,1991).
Konisasi
Jika pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus dilakukan yaitu
pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa di mana daerah abnormal ternyata
masuk ke dalam kanalis servikalis (Erich B., 1991).
Biopsi
Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi apusan serviks
menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang berbatasan dengan
jaringan normal. Jaringan yang diambil diawetkan dengan formalin selanjutnya diproses
melalui beberapa tahapan hingga jaringan menjadi sediaan yang siap untuk diperiksa
secara mikroskopis (Aziz, M.F., 2002)
Tes Schiller 1
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan
membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
yang tidak berubah karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).
Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran
pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette,
1999).
II. 7. DIAGNOSTIK IMAGING6
Kanker serviks uterus sebagian besar penyakit yang dapat dicegah yang ditandai dengan
waktu yang lama. Lesi pra-kanker secara bertahap berkembang melalui tahap dikenali sebelum
menjadi penyakit invasif (seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah). Proses penyakit ini
hampir pasti dapat disembuhkan jika diidentifikasi sebelum perkembangannya menjadi kanker
invasif.
Computed Tomography ( CT )
CT adalah modalitas pencitraan yang paling sering digunakan dalam praktek klinis untuk
mengevaluasi sejauh mana penyebaran kanker serviks. Pemberian oral , rektal , atau
intravena bahan kontras diperlukan untuk evaluasi CT yang optimal ( kecuali ada
kontraindikasi).
Temuan Stadium I kanker serviks pada CT scan :
Praklinis karsinoma serviks invasif (stadium IA) tidak terdeteksi oleh CT scan.
Gambaran klinis CT scan dari karsinoma terlihat terbatas pada serviks ( stadium IB ).
Gambar menunjukkan sedikit massa heterogen yang meluas sampai leher rahim. Tepi
serviks halus , didefinisikan baik , dan utuh . Parametrium tampak ada jaringan lunak
atau massa yang kurang.
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Gambaran klinis CT scan dari stadium IIB karsinoma serviks. Invasi parametrium
digambarkan dengan CT scan sebagai hilangnya definisi kontur leher rahim, disertai
dengan peningkatan dan penonjolan jaringan lunak dalam lemak parametrium. Leher
rahim menunjukkan hipoatenuasi yang tidak jelas. Tapi tumor tidak jelas digambarkan.
Gambaran CT scan dari stadium klinis IIB karsinoma serviks (pasien yang sama seperti
pada gambar sebelumnya). Invasi parametrium digambarkan dengan CT scan sebagai
hilangnya kontur leher rahim, disertai dengan peningkatan dan penonjolan jaringan lunak
dalam lemak parametrium. Leher rahim menunjukkan hipoatenuasi yang tidak jelas,
tumor tidak jelas digambarkan. Selain itu, sebuah leiomyoma subserosal menonjol dari
sisi kiri rahim.
10
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Gambaran CT scan dari parametrium dan invasi karsinoma serviks di dubur. Hilangnya
definisi kontur leher rahim, disertai dengan massa jaringan lunak seperti yang
menggantikan lemak parametrium di sebelah kanan dan meluas ke anterior dan sisi kanan
dinding dubur.
Gambaran CT scan dari parametrium dan invasi karsinoma serviks di dubur. Hilangnya
kontur leher rahim, disertai dengan massa jaringan lunak seperti yang menggantikan
11
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
lemak parametrium di sisi kanan. Serviks difus membesar dan menunjukkan hipoatenuasi
halus, namun tepi tumor tidak jelas digambarkan.
Gambaran CT scan dari karsinoma serviks stadium IIB. Gambar ini menunjukkan sebuah
tumor menempati seluruh serviks dan sampai ke posterior luar dan tepat pada tepi
serviks. Temuan ini konsisten dengan full-thickness invasi stroma. Terdapat udara
minimal di tengah terkait dengan biopsi. Terdapat sebuah tampon vagina di sebelah kanan
leher rahim.
12
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Gambaran CT scan ini menunjukkan kelenjar getah bening membesar nyata di dinding
samping panggul kiri, sebuah temuan yang konsisten dengan metastasis kelenjar getah
bening pada panggul, yang merupakan indikasi dari penyakit kanker serviks stadium
IIIB. Juga terrdapat kista di ovarium kiri anterior.
Gambaran CT scan dari seorang pasien karsinoma serviks stadium IVB. Dari gambar
pertengahan perut menunjukkan batas kelenjar getah bening yang membesar di para-aorta
sebelah kiri, mungkin merupakan metastasis sekunder yang konsisten dengan penyakit
stadium IVB .
13
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
CT scan dari seorang pasien karsinoma serviks dengan stadium IVB (pasien yang sama
seperti pada gambar sebelumnya). Pada CT scan tersebut menunjukkan hidronefrosis kiri
pada ginjal.
Gambaran CT scan dari seorang pasien karsinoma serviks dengan stadium IVB (pasien
yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Pada gambar ini terlihat pertengahan
panggul menunjukkan tumor serviks yang meluas ke dalam rahim bagian atas,
pembesaran kelenjar getah bening, mungkin metastasis sekunder, dan meninggalkan
hidroureter.
14
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Gambaran MRI Axial T2-weighted kanker serviks stadium IB (pasien yang sama seperti
pada gambar sebelumnya). Gambar ini menunjukkan sebuah tumor hyperintense di bibir
posterior serviks. Hilangnya segmental aspek lateral dan posterior dari garis hypointense
stroma, serta invasi stroma dalam. Namun, tumor ini cukup tajam marginated dan tidak
menonjol di luar cincin stroma, dan parametrium masih utuh. Ini adalah gambaran kanker
yang terbatas pada serviks (stadium IB).
Stadium IB karsinoma serviks pada seorang wanita berusia 42 tahun. (a) Axial, (b) sagital
gambar T2-weighted menunjukkan massa hyperintense yang didefinisikan dalam serviks
uterus (panah pendek). Lesi terletak hampir dalam kanal serviks. Tumor benar-benar
Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014
15
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
dikelilingi oleh stroma serviks hypointense (panjang panah). Hal ini terbukti cukup
dibedakan karsinoma sel skuamosa.7
Temuan Stadium IIA kanker serviks pada MRI : 6
Pada stadium IIA : tumor menyebar ke dalam vagina dapat digambarkan sebagai massa
atau tumor yang menggantikan dinding vagina hypointense sebagai gangguan segmental
dari dinding vagina, atau sebagai hyperintense vagina yang menebal.
Temuan Stadium IIB kanker serviks pada MRI :
MRI invasi tumor parametrium ( stadium IIB ) : kehilangan definisi, penyimpangan, atau
nodularity dari kontur serviks. Penonjolan atau penebalan jaringan lunak dalam lemak
parametrium. Invasi stroma yang menebal disertai dengan ketidakteraturan antara tumor
dan parametrium, tonjolan tumor asimetris atau bungkus pembuluh parametrium. Selain
perluasan tumor ke luar leher rahim, sekitar forniks vagina tipis sebelum invasi
parametrium sehingga dicurigai tumor yang timbul di bagian vagina serviks.
Gambaran MRI Sagital T2-weighted dari stadium IIB kanker serviks dengan
parametrium dan invasi anterior forniks vagina. Gambar ini menunjukkan tumor serviks
sedikit hyperintense mengganggu stripe hypointense stroma, yang menyebar ke anterior
yang membuat forniks vagina terganggu, dan melibatkan parametrium. Rongga
endometrium penuh terisi cairan.
16
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Gambaran MRI Axial T2-weighted dari stadium IIB kanker serviks dengan parametrium
dan invasi anterior forniks vagina (pasien yang sama seperti pada gambar sebelumnya).
Gambar ini menunjukkan sebuah tumor serviks sedikit hyperintense mengganggu stripe
hypointense stroma dan menonjol di tepi luar serviks ke parametrium.
Karsinoma serviks satdium IIB pada seorang wanita usia 45 tahun. (a) Coronal dan (b)
aksial gambar T2-weighted menunjukkan bahwa leher rahim hampir seluruhnya
digantikan oleh massa hyperintense yang melibatkan dinding anterior dan posterior
dengan keterlibatan seluruh ketebalan stroma (panah pendek). Tumor menjorok ke
parametrium (panah kepala dalam b). Hal ini terbukti cukup karsinoma sel skuamosa
dibedakan.7
17
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Invasi sidewall tumor panggul ( stadium IIIB ) meliputi : tumor parametrium yang
melewati pinggir lateral ligamentum kardinal atau tumor dengan ukuran 2-3 mm dari
dinding samping panggul; konfluen jaringan lunak yang tidak teratur, tebal, jaringan
lunak yang meluas melalui parametrium untuk otot obturatorius internus atau otot
piriformis; kehilangan intensitas otot dinding samping panggul yang berdekatan dengan
tumor; massa konfluen yang menggabungkan otot-otot dinding samping panggul;
distorsi dari pembuluh iliaka oleh tumor.
Temuan Satdium IVA kanker serviks pada MRI :
Ekstensi tumor ke dalam kandung kemih atau rektum (stadium IVA ) antara lain sebagai
berikut : obliterasi fokal dari lemak perivesical atau perirectal; gangguan segmental dari
intensitas sinyal rendah dari kandung kemih atau dinding rektum yang berdekatan dengan
tumor; ekstensi massa jaringan lunak intraluminal; eksentrik atau asimetris penebalan
dinding yang dapat seragam , nodular , atau bergerigi.
Gambaran MRI Axial T2-weighted terlihat tumor serviks besar dengan full-thickness
invasi stroma menyebabkan hilangnya garis hypointense stroma atau cincin. Juga
digambarkan adalah invasi parametrium dan dinding posterior kandung kemih.
18
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Stadium IVA karsinoma serviks pada seorang wanita usia 60 tahun. (a) sagital dan (b)
koronal gambar T2-weighted menunjukkan massa hyperintense besar yang melibatkan
seluruh lingkar serviks uterus dengan keterlibatan seluruh ketebalan stroma, infiltrasi
parametrium ini dibuktikan dengan tidak teratur antarmuka miometrium / parametrium,
dan keterlibatan forniks vagina, sebagaimana dibuktikan oleh hilangnya intensitas sinyal
T2W (panah pendek). Tumor meluas sampai dinding posterior kandung kemih dengan
intraluminal ekstensi tumor melalui dinding kandung kemih terganggu (panah kepala).
Hal ini terbukti menjadi karsinoma anaplastik serviks.7
USG : 6
USG telah digunakan untuk mengevaluasi ukuran dan tingkat locoregional tumor. Pada
tahap awal kanker serviks, lesi primer sulit untuk menggambarkan dengan modalitas
pencitraan, termasuk transvaginal AS dan TRUS.
19
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
20
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis dan , meliputi histerektomi radikal,
histerektomi ekstrafasial dan limpadenotomi. Pada stadium klinis , di samping operasi,
dilakukan juga terapi radiasi untuk mengurangi risiko penyakit sentral yang terus
berlanjut.
Radioterapi
Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat
dilakukan secara internal maupun eksternal. Terapi radiasi dilakukan pada Stadium klinis
. Selain radiasi terkadang diberikan pula kemoterapi sebagai kombinasi terapi.
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena metastase sudah
sangat jauh. Umumnya diberikan pada Stadium klinis V B dan hanya bersifat paliatif.
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer harus dilakukan dengan menghindari faktor risiko seperti tidak
merokok dan juga dengan vaksinasi. Kelompok yang berisiko juga harus melakukan tes
paps smear secara rutin. Pencegahan primer juga dilakukan dengan penyuluhan dan
pendidikan kepada masyarakat mengenai penyebab dan faktor risiko terjadinya kanker
serviks. Keberhasilan program penyuluhan dilanjutkan dengan skrining (Grunberg
A.G.,Vischjager P., 2005).
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan cara deteksi dini terhadap kanker. Artinya
penyakit harus ditemukan pada saat pra kanker. Salah satu bentuk pencegahan sekunder
adalah dengan melakukan tes paps smear secara teratur. Paps smear adalah semata-mata
alat screening dan peranannya terutama pada wanita-wanita yang asimtomatis.
Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014
21
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
Pemeriksaan papsmear berguna untuk mendeteksi adanya kanker serviks pada stadium
dini, khususnya pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual (Grunberg A.G.,
Vischjager P., 2005).
Bagi wanita yang berisiko tinggi sebaiknya menjalani paps smear lebih sering (dua kali
setahun) dan dilakukan secara teratur selama dua tahun. Jika hasilnya negative, maka
pemeriksaan selanjutnya setiap 3 tahun sekali sampai usia 65 tahun. Bila ada lesi pada
serviks harus dilakukan biopsi sebab lesi dapat menunjukkan hasil paps smear negative.
Penting sekali untuk melakukan pemeriksaan sel-sel hasil biopsi. Jika terdapat sel-sel
tidak normal, segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan berupa penyuluhan terhadap pasangan penderita
kanker serviks khususnya yang telah menjalani histerektomi total agar tetap
memperlakukan pasangannya sebagaimana biasanya, sehingga keharmonisan hubungan
suami istri tetap terjaga. Konseling dapat dilakukan terhadap penderita stadium lanjut
agar faktor psikologis tidak memperburuk keadaan (Grunberg A.G.,Vischjager P., 2005).
II. 9. DIFFERENTIAL DIAGNOSA8
Pertimbangan diagnostik : Selain kondisi yang tercantum dalam diagnosis diferensial,
gangguan lain yang perlu dipertimbangkan pada wanita dengan kemungkinan kanker serviks
adalah sebagai berikut:
-
kanker vagina
Kemungkinan langka lain adalah bahwa kanker primer di tempat lain dalam tubuh telah menjalar
ke leher rahim.
Diagnosis Banding :
Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014
22
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
servisitis
endometrium Karsinoma
vaginitis
Angelina
Stadium I
Stadium II
80 % - 90 %
50 % - 65 %
Stadium III
Stadium IV
25 % - 35 %
0 % - 15 %
23
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
24
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
BAB III
KESIMPULAN
Kanker serviks adalah neoplasma malignansi yang terjadi pada daerah serviks yaitu di
antara uterus dan vagina. Biasanya gejala klinis tidak tampak pada stadium awal dan gejala klinis
muncal pada stadium lanjut. Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu
massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Penyebab utama kanker
serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus). Sebagian infeksi HPV bersifat hilang
timbul sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu 2 tahun setelah infeksi. Hanya sebagian
kecil saja dari infeksi tersebut menetap dalam jangka lama sehingga menimbulkan kerusakan
lapisan lendir menjadi pra-kanker.
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak
dan kadang - kadang dengan bercak perdarahan. Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan
bercak yang berulang, atau perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina.
Perdarahan menjadi semakin banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih lama seiring dengan
tumbuhnya penyakit. Juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama degan massa
nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi
pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis
ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik. Pada stadium lanjut
ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat
dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan
keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri
berkemih, hematuri, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran
ke kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi
uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini
mungkin dan memberikan terapi yang efektif dan sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat
ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari
Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014
25
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
beberapa modalitas terapi ini. Saat ini pilihan terapi sangat bergantung pada luasnya penyebaran
penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran.
Penentuan pilihan terapi dan prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan
terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.
26
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
DAFTAR PUSTAKA
1. Akram SBM, Soekimin. Prevalensi Stadium Kanker Serviks yang Tersering pada Wanita di
RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009. [internet]. 2011 [ Diakses
tanggal
12-Jan-2011].
2012
[Diakses
tanggal
1-Mar-2012].
Didapat
dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31295
6. Saksouk FA, Coombs BD, Reuter KL, Krasny RM. Cervical Cancer Imaging. [internet]. 2013
[Diakses
tanggal
14
Agustus
2013].
Didapat
dari
http://emedicine.medscape.com/article/402329-overview
27
Kanker Serviks
Diananthari G (406121002)
Angelina
7. Shweel MA, Abdel-Gawad EA, Abdel-Gawad EA, Abdelghany HS, Abdel-Rahman AM,
Ibrahim EM. Journal of Clinical Imaging Science - Uterine Cervical Malignancy: Diagnostic
Accuracy of MRI with Histopathologic Correlation. [internet]. 2014 [Diakses tanggal 24 Januari
2014]. Didapat dari : http://www.clinicalimagingscience.org /editorialboard.asp
8. Boardman CH, Jr Matthews KJ, Huh WK. Cervical Cancer Differential Diagnoses. [internet].
2014
[Diakses
tanggal
23
Januari
2014].
Didapat
dari
http://emedicine.medscape.com/article/253513
28