Anda di halaman 1dari 6

Katalis yang digunakan pada secondary reforming adalah nikel oksida dengan support

magnesium aluminate spinel (MgAl2O4). Spinel sendiri titik didih yang tinggi dan secara umum
memiliki kekuatan dan kestabilan pada suhu tinggi lebih baik dari support alumina biasa.
Bentuk katalis yang digunakan adalah berbentuk pellet dengan spesifikasi seperti berikut :
Diameter
Height
Hole Size
Number of Hole
Ni Comp.
Carrier (Balance)
Surface Area

20 mm
18 mm
4 mm
7
9 % wt
Magnesium Aluminate
3.5-5 m2/g

Pada katalis ini, kadar pengotor yang diperbolehkan adalah sebagai berikut :
Sulphur
Kalium+Natrium
Silica

<100 ppm
<1000 ppm
max 0.1%

Deaktivasi Katalis
Secara umum, katalis yang digunakan pada unit secondary reforming kuat terhadap suhu tinggi.
Namun, deaktivasi katalis bisa jadi terjadi karena beberapa hal lainnya, yakni :
1. Sintering
Sintering adalah kehilangan permukaan aktif katalis. Mekanisme terjadinya sintering adalah
migrasi dan peleburan partikel Ni di permukaan support. Sintering merupakan proses yang
kompleks yang dipengaruhi beberapa parameter, seperti lingkungan kimia, komposisi dan
struktur katalis, serta morfologi dari support. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
sintering adalah suhu yang tinggi dan tekanan parsial steam yang tinggi. Oleh karena itu,
controlling suhu dan tekanan operasi sangat penting dilakukan agar tidak terjadi sintering
2. Sulphur Poisoning

Sulfur merupakan racun utama pada katalis secondary reforming. Saat kondisi operasi, semua
senyawa sulfur akan terkonversi menjadi hidrogen sulfide lalu teradsorpsi di permukaan katalis
Ni dengan mekanisme :

Sulfur membentuk struktur baru dengan Ni dan dapat terserap sebanyak 440 mg S per m2
permukaan Ni. Fraksi dari permukaan nikel yang tertutupi sulfur saat kesetimbangan (s)
bergantung pada suhu dan rasio tekanan PH2S/PH2. Berikut grafik yang didapat

Sulfur yang menutupi permukaan katalis pada suhu rendah dapat mencapai 90%. Tetapi, pada
kenyataannya hanya setengah yang menutupi permukaan katalis. Pada suhu 1000 C, sulfur yang
menutupi dihitung dapat mencapai 30% ketika gas masukan mengandung sulfur.
Silika dapat menurunkan aktivitas katalis dengan membentuk pore mouth poison. Sedangkan
logam-logam alkali dapat menurunkan laju reaksi dalam beberapa kasus.
3. Pengotor karena deposit ruby

Pada proses secondary reforming ini, pembentukan deposit kristal merah muda pada permukaan
katalis sering sekali dijumpai (dapat dilihat pada gambar diatas). Kristal tersebut adalah
campuran alumina dan Cr-Alumina spinel yang sering disebut dengan ruby. Deposit ruby
tidaklah beracun, namun menaikkan pressure drop sepanjang katalis dan dapat meningkatkan
risiko terjadinya pembentukan hot spot pada dinding reaktor seperti pada gambar dibawah

Pembentukan deposit ruby sangat umum dikenal di industri, namun pengetahuan tentang
mekanisme terjadinya sangatlah empirik. Berdasarkan case study yang ada, pembentuk ruby
terjadi karena evaporasi unsur aluminium, AlOOH, yang berasal dari senyawa alumina yang ada

di unit. Ketika gas didinginkan didalam catalytic bed karena reaksi reforming, AlOOH akan
terkondensasi bersama pengotor lain seperti Cr dan besi menjadi ruby.

Kinetika Reaksi pada Unit Secondary Reforming

Neraca Massa
a. CH4

b. CO2

Neraca Energi

Pressure Drop
Perhitungan Pressure Drop dilakukan dengan menggunakan persamaan Ergun

Persamaan laju reaksi


Persamaan laju reaksi didekati dengan persamaan :

Anda mungkin juga menyukai