URAIAN TEORITIS
2.1
Perkebunan
holtikultura. Demikian dengan perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha
budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau,
cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit, dan kakao), dan
makanan (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis) (Syamsulbahri, 1996).
Perusahaan Perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum
yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai dengan
tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam
pemberian izin usaha perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah
(BUMN)
disebut Perkebunan Besar Negara (PBN) dan perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh
swasta disebut Perkebunan Besar Swasta (PBS). (Perkebunan Kelapa Sawit, 2008).
peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Dan pada tahun 1992 telah berhasil
membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang
tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis
tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan
petani (Syamsulbahri, 1996).
Pada saat itu tembakau yang dihasilkan merupakan produk yang sangat menguntungkan di pasar
perdagangan di Eropa yang kemudian menjadikan Deli penghasil termashyur di dunia kawasan
produksi daun pembungkus cerutu. Usaha Jacobus Niensuys terus berkembang mulai pada saat
hasil perkebunan yang dibukanya sudah mulai menampakkan hasil dan tidak banyak telah masuk
ke pasaran perdagangan Eropa yang dibuktikan sejak pada tahun 1869. Jacobus Niensuys
mendirikan perusahaan-perusahaan Deli Maatschappij yaitu suatu perseroan terbatas yang
beroperasi di Hindia Belanda. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal,
pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan
konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.
Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa.
Komoditi yang termasuk sub sektor ini adalah hasil tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun
pemerintah. Di Kabupaten Deli Serdang komoditi yang termasuk hasil perkebunan adalah karet,
kopi, kelapa sawit, coklat, kelapa, dan cengkeh. Tidak termasuk hasil atau produksi pengolahan
sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya, seperti karet, remah, gula
remah, dan lain sebaginya. Sedangkan hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomisnya dan
produk-produk di atas seperti batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa, akar dan
sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil atau produksi.
Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan, antara lain: (a) meningkatkan produksi
komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya
dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan
baku industri dalam negeri, dan peningkatan ekspor non migas; (b) meningkatkan produktivitas
9
Universitas Sumatera Utara
lahan, tenaga kerja, dan modal; (c) meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan,
dan pengusaha perkebunan; (d) meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan; (e)
meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (f) ikut membantu program
transmigrasi; (g) membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah; (h) meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber
daya manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan lingkungannya; (i) ikut
memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan nasional dan keamanan
ketertiban masyarakat. (Syamsulbahri, 1996).
Dari Tri Dharma Perkebunan dapat dilihat tugas dan tantangan yang diemban PTPN II yaitu:
a. Bagaimana menghasilkan devisa yang sebesar-besarnya bagi negara agar pembangunan
nasional dapat berlanjut terus menerus.
b. Berupaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Menjadi motivator Agent Development (wahana pembangunan) bagi daerah masyarakat
sekitarnya.
10
Universitas Sumatera Utara
11
maupun harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan dengan penanaman aneka komoditi tanaman
perkebunan beresiko kerugian akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi suatu wilayah akan
menentukan jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Kenyataan ini akan
memberikan peluang pasar yang dinamik, karena akan menghindari peledakan hasil komoditi
tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar dalam negeri akan bergairah.
Secara keseluruhan volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan mempunyai peluang
besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas perkebunan yang mempunyai prospek
pasar yang bersaing.
12
Universitas Sumatera Utara
berbeda, misalnya India menggunakan batas umur 14-16 tahun. Di Amerika Serikat, yang
dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 16 tahun tanpa batas umur maksimum.
Di Indonesia, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lainnya seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Batas umur minimum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. (Payaman, 1995).
Dengan demikian perkataan lain tenaga kerja tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sarana produsi
tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air,
dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Penyediaan tenaga kerja juga sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan
tenaga kerja. Hanya penduduk yang telah mencapai umur minimum tertentu yang dapat dianggap
sebagai tenaga kerja potensial atau Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara
atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan
antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK). Semakin besar jumlah penduduk dan TPAK nya maka semakin besar pula jumlah
angkatan kerja.
Masalah produktivitas tenaga kerja juga turut serta mempengaruhi perluasan tenaga kerja.
Sedangkan masalah produktivitas itu sendiri sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan dan
keterampilan tenaga kerja. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan ketrampilan tenaga
13
Universitas Sumatera Utara
kerja semakin tinggi pula tingkat produktivitas dan akhirnya akan semakin luas pula kesempatan
kerja mereka untuk memperoleh lapangan kerja atau kesempatan kerja.
2.1.7 Lahan
Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha pertanian. Penggunaan lahan sangat
tergantung kepada keadaan dan lingkungan lahan berada. Masing-masing keadaan akan
menyebabkan cara penggunaan yang berbeda yang harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik-pabrik hasil pertanian,
yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil-hasil produksi keluar.
(Mubyarto, 1989). Pentingnya faktor produksi tanah dapat dilihat dalam luas atau sempitnya
lahan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, yang akhirnya mempengaruhi
efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. (Soekartawi, 1995)
Lahan adalah salah satu dari faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Untuk perkebunan
banyak diusahakan di Sumatera (bahkan di tiga provinsi: Sumatera Utara, Riau, Jambi
mempunyai lahan seluas 1 juta ha lebih untuk perkebunan). Dengan luas lahan yang terbatas
yang telah tersedia, maka para petani pemilik perkebunan akan menyeleksi tanaman perkebunan
apa yang cocok dengan lingkungan lahan mereka dengan keuntungan yang paling baik dan
resiko yang paling sedikit. Analisis yang dilakukan hanya pendeteksian prospek pasar saja
karena hasilnya telah cukup untuk mengetahui tanaman yang berprospek cerah. (Indriani, 1996).
Pembangunan lahan secara fisik dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan, mutu,
dan penggunaan lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional
sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal ditinjau dari
segi sosial, ekonomi, sosial budaya, fisik dan secara hukum.
14
Universitas Sumatera Utara
Secara ekonomis, perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh naiknya nilai lahan yang
sering mengakibatkan terjadinya pemindahan pemilikan lahan dan perubahan penggunaan lahan.
Perubahan nilai lahan di suatu daerah juga banyak dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan
pembangunan di daerah tersebut. Dengan kata lain, faktor kebijaksanaan pembangunan dianggap
memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai lahan, dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan. Dalam menganalisis perkembangan wilayah sering dihadapkan pada faktor-faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan penggunaan lahan.
15
a. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing Belanda dimulai tanggal
10 Desember 1957.
b. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing selain Belanda, yakni
Inggris, Perancis, dan Amerika dilakukan tanggal 19 Desember 1947.
c. Reorganisasi perusahaan perkebunan milik pemerintah sendiri, misalnya PNP/PTP.
Pada masa peralihan ini, banyak upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam
meningkatkan produksi kelapa sawit seperti pemupukan, pemberantasan hama bahkan
mendatangkan peralatan pengolahan tanah yang modern dari luar negeri. Upaya ini dapat
meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 dengan produksi minyak sawit
mencapai 161.000 ton .
Pada masa orde baru yaitu pada kurun Pelita I dan II didasarkan atas tujuan bersama
untuk mencapai produktivitas tinggi dengan memodernisasi teknik budidaya. Pada Pelita III
program pengembangan lebih mengarah kepada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut
diantaranya adalah upaya penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara
serta pertahanan kelestarian sumber daya alam yang dikenal dengan sebutan Tri Dharma
Perkebunan.
16
Universitas Sumatera Utara
Karakter
Elaeis guineesis
Tipe Deli
Tipe Yangambi
Tipe Lame
Tipe Nifor
Tipe Angola
Tipe Cameroon
Tipe Sabiti
Tipe Yakobouet
Elaeis Oleifera
Tipe Suriname
Tipe Brazil
17
18
2.3
Pembangunan Wilayah
Pembangunan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan
dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan memberikan kontribusi kepada
pembangunan suatu wilayah. Konsep pembangunan wilayah adalah suatu upaya dalam
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya dengan penyeimbangan dan penyerasian
pembangunan antar daerah, antar sektor serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan
tujuan pembangunan daerah.
Tujuan pembangunan wilayah adalah untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta mampu mengurus rumah tangganya sendiri
dalam mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Pola dasar
pembangunan wilayah memberikan arah bagi pembangunan wilayah yang sedang dan akan
dilaksanakan serta sebagai pedoman bagi seluruh aparatur pemerintah dan masyarakat, maka
dituangkan ketetapan kebijaksanaan perencanaan tata ruang wilayah dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kondisi, potensi, dan kendala serta arah usaha antisipasi masa depan yang ada.
Beberapa ide pokok yang sangat penting dari pengertian pembangunan, antar lain:
1. Bahwa pembangunan merupakan suatu proses, artinya dilaksanakan secara terus menerus
dimana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu.
2. Pembangunan merupakan suatu usaha.
3. Pembangunan dilaksanakan secara terencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan
perubahan.
4. Pembangunan mengarah kepada modernitas.
19
20
stakeholders secara menyeluruh. Aktivitas pengembangan pada suatu wilayah berjalan terpilah-
21
Universitas Sumatera Utara
pilah dan kurang menyentuh satu sama lain sehingga proses pengembangan berjalan secara
singkat. Dengan demikian penciptaan lapangan kerja dan pendapatan juga menjadi terbatas.
Hendaknya pengembangan wilayah tidak dijadikan sebagai sebuah proyek yang
dilakukan tergesa-gesa berdasarkan suatu pemikiran sesaat dan berjangka pendek. Berbagai
upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan suatu wilayah harus dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah
atau masyarakat setempat. Dalam pengembangan wilayah terdapat dua pendekatan yang
dilakukan, yakni pendekatan sektoral atau fungsional (yang dilaksanakan melalui departemen
atau instansi sektoral), dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau
masyarakat setempat.
Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan
penerapan masing-masing teori:
1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity).
2. Teori yang menekankan kepada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat
mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable
production activity). Penganut teori ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
3. Teori yang memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di
tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab
(responsible) dan berkinerja bagus.
4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
(people prosperity).
22
Universitas Sumatera Utara
Salah satu teori pengembangan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced
growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah adalah proses
perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra-urban.
Pengembangan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara
optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi
dasar yang terjadi pada suatu wilayah. (Sugiharto, 2007).
Sedangkan teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak
dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan.
Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata,
tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan
sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sector.
Sektor unggulan yaitu sektor yang dapat menarik perkembangan sektor lainnya. Apabila
perkembangan antara sektor unggulan dan non-unggulan terjadi secara bersama-sama, maka
akan terjadi intensitas kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah pada suatu
wilayah.
Seiring
dengan
peningkatan
pendapatan
daerah
ini
pada
akhirnya
dapat
23
perikanan),
dan tertier
(perdagangan,
transportasi,
keuangan,
dan
jasa).
Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di
sektor primer, menningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di
sektor sekunder.
Sedangkan teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,
Fisher, Hoorver, Thompson, dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih diadopsi unsur spasial dan
sekaligus menjembatani kelemahan teori sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat
digambarkan melalui lima tahapan (Sugiharto, 2006) yakni:
Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat
bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri tersebut, antara lain minyak, hasil
24
Universitas Sumatera Utara
perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki
oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.
Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu
meggekspor selain komoditas dominan yang diekspor sebelumnya adalah minyak bumi
mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri (metode) teknologi
penambangan (kaitan ke belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke
depan), misalnya premium, solar, dan bahan baku plastik.
Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi
wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri
memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan
ketiga ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.
Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan bahwa
wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan
barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat
diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai pengikat dan pengendali
kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan
kenaikan impor yang sangat signifikan.
Tahap kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan ini
memperlihatkan bahwa wilayah telah memberkan peran yang sangat nyata terhadap
perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang
relatif canggih, baru, efesien, dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan
inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada pemenuhan keputusan individual
25
Universitas Sumatera Utara
26
Universitas Sumatera Utara
Local economic dapat menjadi dasar bagi perekonomian masyarakat desa yang menjadi
ciri khasnya. Masyarakat pedesaan juga dihadapkan pada pengaruh sistem yang berlaku dalam
masyarakat tersebut, misalnya ciri kebudayaan setempat, institusi lokal setempat, dan sistem
pemasaran yang digunakan. Untuk itu dalam proses perekonomian masyarakat ada keterikatan
antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi iklim pasar yang
kekeluargaan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain, sehingga ciri ini dapat
menjadi titik balik bagi peningkatan ekonomi masyarakat, agar tidak terjadi kesenjangan antara
yang satu dengan yang lain, inilah yang mejadi karakteristik munculnya sistem ekonomi
masyarakat yang merakyat. Kearifan lokal juga menjadi suatu indikasi yang baik dalam rangka
menciptakan suatu sistem yang koordinatif dan dapat terpercaya.
Hal ini akan dapat mengindikasikan adanya kekuatan budaya masyarakat setempat yang
partisipatif, selanjutnya dalam rangka menjaga kekuatan ekonominya agar tetap terjaga pada
masyarakat ekonomi pedesaan, biasanya ada sistem "memberi dan menghasilkan" konsep ini
dapat diartikan sebagai salah satu sistem ekonomi yang memberikan keuntungan pada kedua
belah pihak. Pihak pertama adalah pemilik barang atau pemilik modal yang ingin barangnya
dijual dan pihak kedua adalah orang yang menjual dengan sistem yang lebih menarik pasar,
artinya pihak kedua melakukan suatu kegiatan yang dapat memberikan inovasi pada produk yang
telah dibuat dan dapat memanfaatkan aktivitas tersebut untuk mendapatkan keuntungan.
27
Universitas Sumatera Utara