Anda di halaman 1dari 22

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1

Perkebunan

2.1.1 Pengertian Perkebunan


Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk
yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan
kelestarian sumber daya alam. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi:
a. Perkebunan Rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat
yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaannya dalam skala
yang terbatas luasnya.
b. Perkebunan Besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasil seluruhnya untuk dijual dengan
areal pengusahaannya sangat luas.
c. Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana
perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat
merupakan plasma.
d. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek (Perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang dalam
pembinaanya dilakukan pemerintah, sedangkan pengusahanya tetap dilakukan oleh
rakyat.
Sedangkan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya
tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan

Universitas Sumatera Utara

holtikultura. Demikian dengan perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha
budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau,
cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit, dan kakao), dan
makanan (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis) (Syamsulbahri, 1996).
Perusahaan Perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum
yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai dengan
tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam
pemberian izin usaha perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah

(BUMN)

disebut Perkebunan Besar Negara (PBN) dan perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh
swasta disebut Perkebunan Besar Swasta (PBS). (Perkebunan Kelapa Sawit, 2008).

2.1.2 Perkembangan Perkebunan di Indonesia


Pada tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun 1870 dengan
keluarnya undang-undang agrarian, pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia
menjadi lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama
mengundang pananaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha mengembangkan produkproduk pertanian yang diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa. Setelah merdeka, Pemerintah
Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola Belanda, tepatnya sejak tahun
1957. Pada tahun 1957 pula perkebunan-perkebunan yang ada dipimpin dan dikelola oleh bangsa
Indonesia.
Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program Pembangunan Lima Tahun
(PELITA) tahap demi tahap telah memfokuskan program pembangunannya terutama dalam
sektor tanaman pangan, sedangkan sektor perkebunan memberikan kerangka landasan

Universitas Sumatera Utara

peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Dan pada tahun 1992 telah berhasil
membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang
tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis
tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan
petani (Syamsulbahri, 1996).

2.1.3 Sub Sektor Perkebunan


Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.
Bangsa Indonesia dijajah karena komoditas perkebunan. Nilainya yang tinggi di masa lalu
menyebabkan hampir semua bangsa tergiur untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana
keuntungan besar diraih jaringan niaga Vernidge Oostindische Compagnie (VOC).
Perkebunan yang tersebar di Deli Serdang merupakan suatu kebanggaan bagi daerah
tersebut. Perkebunan menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan perekonomian di Deli
Serdang baik sekarang maupun sebelumnya yang berawal pada tahun 1863. Faktor wilayah
Kabupaten Deli Serdang yang sangat strategis dan mempunyai tanah yang subur serta memiliki
iklim yang sesuai, sangat mendorong bagi perkembangan pertanian dan perkebunan yang
diakibatkan karena wilayah Sumatera terletak di antara deretan bukit barisan.
Sejarah perkebunan Deli dimulai oleh Jacobus Niensuys dan para pionir, pengusaha
perkebunan yang pertama kali menggarap atau membuka wilayah perkebunan di Sumatera Utara.
Sejak awal dimulainya perkebunan ini menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang sangat
pesat dilihat dari hasil perkebunan tersebut yang pada saat itu menghasilkan tanaman tembakau.

Universitas Sumatera Utara

Pada saat itu tembakau yang dihasilkan merupakan produk yang sangat menguntungkan di pasar
perdagangan di Eropa yang kemudian menjadikan Deli penghasil termashyur di dunia kawasan
produksi daun pembungkus cerutu. Usaha Jacobus Niensuys terus berkembang mulai pada saat
hasil perkebunan yang dibukanya sudah mulai menampakkan hasil dan tidak banyak telah masuk
ke pasaran perdagangan Eropa yang dibuktikan sejak pada tahun 1869. Jacobus Niensuys
mendirikan perusahaan-perusahaan Deli Maatschappij yaitu suatu perseroan terbatas yang
beroperasi di Hindia Belanda. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal,
pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan
konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.
Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa.
Komoditi yang termasuk sub sektor ini adalah hasil tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun
pemerintah. Di Kabupaten Deli Serdang komoditi yang termasuk hasil perkebunan adalah karet,
kopi, kelapa sawit, coklat, kelapa, dan cengkeh. Tidak termasuk hasil atau produksi pengolahan
sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya, seperti karet, remah, gula
remah, dan lain sebaginya. Sedangkan hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomisnya dan
produk-produk di atas seperti batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa, akar dan
sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil atau produksi.
Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan, antara lain: (a) meningkatkan produksi
komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya
dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan
baku industri dalam negeri, dan peningkatan ekspor non migas; (b) meningkatkan produktivitas

9
Universitas Sumatera Utara

lahan, tenaga kerja, dan modal; (c) meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan,
dan pengusaha perkebunan; (d) meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan; (e)
meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (f) ikut membantu program
transmigrasi; (g) membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah; (h) meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber
daya manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan lingkungannya; (i) ikut
memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan nasional dan keamanan
ketertiban masyarakat. (Syamsulbahri, 1996).

2.1.4 Tujuan dan Peranan Perkebunan Bagi Pembangunan Negara


Tujuan PTPN II bagi pembangunan negara merupakan apa yang termaktub di dalam Tri
Dharma Perkebunan yang intinya sebagai berikut:
1. Penghasil devisa negara.
2. Menyediakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja (The Agent of
Development).
3. Memelihara dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam.

Dari Tri Dharma Perkebunan dapat dilihat tugas dan tantangan yang diemban PTPN II yaitu:
a. Bagaimana menghasilkan devisa yang sebesar-besarnya bagi negara agar pembangunan
nasional dapat berlanjut terus menerus.
b. Berupaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Menjadi motivator Agent Development (wahana pembangunan) bagi daerah masyarakat
sekitarnya.

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Prospek Tanaman Perkebunan


Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai tantangan dalam
hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya
dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Tanaman perkebunan
yang merupakan komoditi terutama ditujukan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu
sumber untuk meningkatkan devisa negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan
dalam pengembangan tanaman perkebunan amatlah penting. Dari berbagai komoditi perkebunan
diusahakan baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat tidak dapat dipungkiri bahwa
selalu diarahkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tetap
memperhatikan keseimbangan antara sektor ekonomi dan lingkungan.
Kemajuan abad informasi akibat dari globalisasi akan sangat mempengaruhi prospek
pengembangan tanaman perkebunan. Perubahan-perubahan pasar luar negeri dan peluangpeluang untuk mendukung industri dalam negeri merupakan hal yang harus mendapatkan
perhatian bagi prospek pengembangan tanaman perkebunan di Indonesia. Melihat akan potensi
yang memungkinkan bagi pengembangan tanaman perkebunan seperti ketersediaan lahan, tenaga
kerja yang cukup, teknologi yang berbeda, dan potensi pasar dalam dan luar negeri maka arah
pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang ada tersebut.
Strategi pengembangan peningkatan produksi perkebunan tidak lagi diletakkan pada
intensifikasi saja sebagai titik berat, tetapi secara simultan berwawasan diversifikasi,
intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi. Prospek pengembangan tanaman perkebuanan
mengacu pada penggunaan lahan, upaya meningkatkan produktivitas lahan tidak berbasis pada
satu macam komoditi, tetapi disesuaikan dengan potensi sumber daya alam pada setiap wilayah.
Di samping itu pula untuk menghindari kerugian yang fatal apabila terjadi kegagalan panen

11

Universitas Sumatera Utara

maupun harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan dengan penanaman aneka komoditi tanaman
perkebunan beresiko kerugian akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi suatu wilayah akan
menentukan jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Kenyataan ini akan
memberikan peluang pasar yang dinamik, karena akan menghindari peledakan hasil komoditi
tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar dalam negeri akan bergairah.
Secara keseluruhan volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan mempunyai peluang
besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas perkebunan yang mempunyai prospek
pasar yang bersaing.

2.1.6 Tenaga Kerja


Sumber daya manusia (human resources) mempunyai dua pengertian yaitu sebagai usaha
kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang dan jasa. SDM juga menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja artinya mampu melakukan kegiatan
yang memiliki kegiatan ekonomi, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua pengertian di atas mengandung aspek kuantitas
dalam jumlah arti jumlah penduduk yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja
yang tersedia dan diberikan untuk produksi. Kemampuan bekerja tersebut diukur dengan usia.
Penduduk yang berada dalam usia tersebut disebut tenaga kerja (man power).
Oleh karena tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja maka pengertian tenaga
kerja tidak sama untuk semua negara. Perbedaan itu timbul karena batas umur yang digunakan

12
Universitas Sumatera Utara

berbeda, misalnya India menggunakan batas umur 14-16 tahun. Di Amerika Serikat, yang
dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 16 tahun tanpa batas umur maksimum.
Di Indonesia, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lainnya seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Batas umur minimum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. (Payaman, 1995).
Dengan demikian perkataan lain tenaga kerja tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sarana produsi
tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air,
dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Penyediaan tenaga kerja juga sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan
tenaga kerja. Hanya penduduk yang telah mencapai umur minimum tertentu yang dapat dianggap
sebagai tenaga kerja potensial atau Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara
atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan
antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK). Semakin besar jumlah penduduk dan TPAK nya maka semakin besar pula jumlah
angkatan kerja.
Masalah produktivitas tenaga kerja juga turut serta mempengaruhi perluasan tenaga kerja.
Sedangkan masalah produktivitas itu sendiri sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan dan
keterampilan tenaga kerja. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan ketrampilan tenaga

13
Universitas Sumatera Utara

kerja semakin tinggi pula tingkat produktivitas dan akhirnya akan semakin luas pula kesempatan
kerja mereka untuk memperoleh lapangan kerja atau kesempatan kerja.

2.1.7 Lahan
Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha pertanian. Penggunaan lahan sangat
tergantung kepada keadaan dan lingkungan lahan berada. Masing-masing keadaan akan
menyebabkan cara penggunaan yang berbeda yang harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik-pabrik hasil pertanian,
yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil-hasil produksi keluar.
(Mubyarto, 1989). Pentingnya faktor produksi tanah dapat dilihat dalam luas atau sempitnya
lahan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, yang akhirnya mempengaruhi
efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. (Soekartawi, 1995)
Lahan adalah salah satu dari faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Untuk perkebunan
banyak diusahakan di Sumatera (bahkan di tiga provinsi: Sumatera Utara, Riau, Jambi
mempunyai lahan seluas 1 juta ha lebih untuk perkebunan). Dengan luas lahan yang terbatas
yang telah tersedia, maka para petani pemilik perkebunan akan menyeleksi tanaman perkebunan
apa yang cocok dengan lingkungan lahan mereka dengan keuntungan yang paling baik dan
resiko yang paling sedikit. Analisis yang dilakukan hanya pendeteksian prospek pasar saja
karena hasilnya telah cukup untuk mengetahui tanaman yang berprospek cerah. (Indriani, 1996).
Pembangunan lahan secara fisik dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan, mutu,
dan penggunaan lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional
sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal ditinjau dari
segi sosial, ekonomi, sosial budaya, fisik dan secara hukum.

14
Universitas Sumatera Utara

Secara ekonomis, perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh naiknya nilai lahan yang
sering mengakibatkan terjadinya pemindahan pemilikan lahan dan perubahan penggunaan lahan.
Perubahan nilai lahan di suatu daerah juga banyak dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan
pembangunan di daerah tersebut. Dengan kata lain, faktor kebijaksanaan pembangunan dianggap
memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai lahan, dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan. Dalam menganalisis perkembangan wilayah sering dihadapkan pada faktor-faktor yang
secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan penggunaan lahan.

2.2 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit


Pada masa sebelum perang atau pada masa penjajahan (1914-1942) Indonesia merupakan
negara produsen pertama di dunia yang menghasilkan kelapa sawit dan juga mendominasi
perdagangan kelapa sawit dunia sebanyak 44%. Pada saat ini produksi masih diorientasikan pada
pemenuhan permintaan ekspor. Daerah perkebunan pada saat itu masih terpusat di pulau
Sumatera sedangkan Jawa hanya sebagian kecil saja.
Pada masa pendudukan Jepang, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurun
disebabkan perang. Banyak perkebunan kelapa sawit rusak akibat terjadinya perang.pada saat
pendudukan perang banyak rakyat yang kekurangan pangan sehingga tidak sedikit lahan yang
beralih fungsi menjadi lahan untuk penanaman tanaman pangan. Sementara lahan kelapa sawit
yang lain yang tidak dialihfungsikan menjadi kurang terawat dan produksinya menjadi menurun.
Pada masa peralihan (1958-1968) banyak negara-negara asing yang menanam saham di
perkebunan di Indonesia termasuk perkebunan kelapa sawit. Semenjak tahun 1958 mulai
dilakukan pengambilalihan perkebunan kelapa sawit. Dari perusahaan asing tersebut. Beberapa
tahapan penting dalam proses pengambilalihan ini adalah sebagai berikut:

15

Universitas Sumatera Utara

a. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing Belanda dimulai tanggal
10 Desember 1957.
b. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing selain Belanda, yakni
Inggris, Perancis, dan Amerika dilakukan tanggal 19 Desember 1947.
c. Reorganisasi perusahaan perkebunan milik pemerintah sendiri, misalnya PNP/PTP.
Pada masa peralihan ini, banyak upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam
meningkatkan produksi kelapa sawit seperti pemupukan, pemberantasan hama bahkan
mendatangkan peralatan pengolahan tanah yang modern dari luar negeri. Upaya ini dapat
meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 dengan produksi minyak sawit
mencapai 161.000 ton .
Pada masa orde baru yaitu pada kurun Pelita I dan II didasarkan atas tujuan bersama
untuk mencapai produktivitas tinggi dengan memodernisasi teknik budidaya. Pada Pelita III
program pengembangan lebih mengarah kepada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut
diantaranya adalah upaya penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara
serta pertahanan kelestarian sumber daya alam yang dikenal dengan sebutan Tri Dharma
Perkebunan.

16
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit


Kelapa sawit, bila digolongkan secara harafiah adalah golongan tanaman penghasil minyak
nabati. Di bawah ini dapat dilihat karakteristik dari tanaman kelapa sawit.
Tabel 2.1. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit
Species

Karakter

Elaeis guineesis
Tipe Deli

Produksi, kualitas, daya gabung cukup baik, ragam genetik terbatas


dan agak peka terhadap hama dan penyakit tanaman.

Tipe Yangambi

Produksi, kualitas yang ketahanan cukup baik, tetapi pertumbuhan


meninggi batang sangat cepat.

Tipe Lame

Tahan angin kencang dan penyakit, pertumbuhan agak lambat,


produksi dan kualitas kuranag baik, keragaman kinetik cukup besar.

Tipe Nifor

Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.

Tipe Angola

Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.

Tipe Cameroon

Produksi, pertumbuhan dan ragam genetis baik namun kualitas


tanda kurang baik.

Tipe Sabiti

Serupa dengan tipe yang tadi.

Tipe Yakobouet

Serupa dengan tipe Lame.

Elaeis Oleifera
Tipe Suriname

Pertumbuhan sangat lambat, produksi dan kualitas tanda kurang


baik, hibridisasi dengan tipe Deli menunjukkan kombinasi yang
baik.

Tipe Brazil

Pertumbuhan sangat cepat, aborsi tinggi, mutu minyak baik dan

17

Universitas Sumatera Utara

lebih tahan terhadap hama penyakit.


Tipe Colomba

Pertumbuhan sedang, kualitas tanda lebih baik, ketahanan hama dan


penyakit dan mutu minyak baik.

Sumber: Syamsulbahri, 1996


Karakteristik Komoditas Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3
tahun dengan usia produktif hingga 25 30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga
dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya
itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit
berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-500 meter di atas
permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban
tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar
2000-2500 mm setahun.

18

Universitas Sumatera Utara

2.3

Pembangunan Wilayah
Pembangunan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan

dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan memberikan kontribusi kepada
pembangunan suatu wilayah. Konsep pembangunan wilayah adalah suatu upaya dalam
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya dengan penyeimbangan dan penyerasian
pembangunan antar daerah, antar sektor serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan
tujuan pembangunan daerah.
Tujuan pembangunan wilayah adalah untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta mampu mengurus rumah tangganya sendiri
dalam mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Pola dasar
pembangunan wilayah memberikan arah bagi pembangunan wilayah yang sedang dan akan
dilaksanakan serta sebagai pedoman bagi seluruh aparatur pemerintah dan masyarakat, maka
dituangkan ketetapan kebijaksanaan perencanaan tata ruang wilayah dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kondisi, potensi, dan kendala serta arah usaha antisipasi masa depan yang ada.
Beberapa ide pokok yang sangat penting dari pengertian pembangunan, antar lain:
1. Bahwa pembangunan merupakan suatu proses, artinya dilaksanakan secara terus menerus
dimana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu.
2. Pembangunan merupakan suatu usaha.
3. Pembangunan dilaksanakan secara terencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan
perubahan.
4. Pembangunan mengarah kepada modernitas.

19

Universitas Sumatera Utara

5. Modernitas dicapai melalui pengembangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan


terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta
administrasi.
6. Seluruh pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa secara berkelanjutan.
Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan
kesalingtergantungan dan interaksi antar sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social
system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alamnya (ecosystem).
Pada dasarnya pembangunan wilayah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama
kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti prouksi, penduduk, angkatan kerja, rasio
modal tenaga kerja dan imbalan bagi faktor (factor returns) dalam daerah dibatasi secara jelas.
Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan
adalah sangat berbeda-beda dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.

2.4 Pengembangan Wilayah


Pengertian pembangunan tidak sama dengan pengembangan. Pembangunan merupakan
suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah. Perbedaan antara pembangunan dengan
pengembangan yaitu pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengukur sesuatu
yang belum ada, sedangkan pengembangan merupakan perbaikan atau peningkatan sesuatu yang
telah ada. Namun kedua istilah ini sekarang sering dipakai untuk maksud yang sama.
Pengembangan wilayah dapat didefinisikan sebagai upaya menata ruang dan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. (Sugiharto, 2007)

20

Universitas Sumatera Utara

Pengertian pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan,


baik yang tercakup dalam sektor pemerintahan maupun masyarakat, dilaksanakan dan diatur
dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha
sedemikian pada dasarnya bersifat meningkatkan pemanfaatan sumber daya serta meningkatkan
pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan.
Tujuan pengembangan wilayah ialah pembangunan wilayah itu sendiri dalam arti bahwa
kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor jasa. Industri dan
pertanian di segi yang paling sentral, atau paling tidak pengelolaan hasil pertanian di segi
penerimaan masyarakatnya atau di segi pengeluaran konsumsi, investasi, serta ekspor-impornya.
Disamping itu, tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang berkaitan. Di
sisi sosial ekonomis, pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas
hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan
prasarana dan pelayanan logistik, dan sebagainya. Di sisi lain, secara ekologis pengembangan
wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sebagai akibat sebagai campur
tangan manusia terhadap lingkungan.
Mengembangkan dan membangun suatu wilayah tidak bisa dilakukan secara sendirisendiri berdasarkan kewenangan suatu daerah tetapi harus meliputi berbagai daerah peringgan
karena cara seperti ini akan menciptakan optimalisasi manfaat potensial ekonomi wilayah dan
akan menciptakan daya saing ekonomi yang kuat untuk wilayah tersebut. Inilah salah satu sebab
mengapa aktivitas pengembangan yang terjadi pada banyak daerah berjalan kurang
mempengaruhi pengembangan selanjutnya dan kurang

menyentuh pada kepentingan

stakeholders secara menyeluruh. Aktivitas pengembangan pada suatu wilayah berjalan terpilah-

21
Universitas Sumatera Utara

pilah dan kurang menyentuh satu sama lain sehingga proses pengembangan berjalan secara
singkat. Dengan demikian penciptaan lapangan kerja dan pendapatan juga menjadi terbatas.
Hendaknya pengembangan wilayah tidak dijadikan sebagai sebuah proyek yang
dilakukan tergesa-gesa berdasarkan suatu pemikiran sesaat dan berjangka pendek. Berbagai
upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan suatu wilayah harus dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah
atau masyarakat setempat. Dalam pengembangan wilayah terdapat dua pendekatan yang
dilakukan, yakni pendekatan sektoral atau fungsional (yang dilaksanakan melalui departemen
atau instansi sektoral), dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau
masyarakat setempat.
Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan
penerapan masing-masing teori:
1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity).
2. Teori yang menekankan kepada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat
mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable
production activity). Penganut teori ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
3. Teori yang memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di
tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab
(responsible) dan berkinerja bagus.
4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
(people prosperity).

22
Universitas Sumatera Utara

Salah satu teori pengembangan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced
growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah adalah proses
perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra-urban.
Pengembangan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara
optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi
dasar yang terjadi pada suatu wilayah. (Sugiharto, 2007).
Sedangkan teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak
dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan.
Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata,
tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan
sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sector.
Sektor unggulan yaitu sektor yang dapat menarik perkembangan sektor lainnya. Apabila
perkembangan antara sektor unggulan dan non-unggulan terjadi secara bersama-sama, maka
akan terjadi intensitas kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah pada suatu
wilayah.

Seiring

dengan

peningkatan

pendapatan

daerah

ini

pada

akhirnya

dapat

mengembangkan suatu wilayah.


Sesungguhnya teori pembangunan terkait erat dengan strategi pembangunan, yakni
perubahan stuktur ekonomi dan pranata sosial yang diupayakan untuk menemukan solusi yang
konsisten dan langgeng bagi persoalan yang dihadapi para pembuat keputusan dalam suatu
masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul berbagai pendekatan menyangkut termaterma kajian tentang pembangunan. Satu diantaranya adalah mengenai isu pembangunan
wilayah. Secara luas, pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan
mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang

23

Universitas Sumatera Utara

didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan


lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Sugiharto, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain
dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan
mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya
tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan sutu proses kontinu
sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu
wilayah.
Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan struktural. Wilayah
tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor (sector theory) dan teori tahapan
perkembangan (development stages theory). Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang
mengemukakan bahwa berkembangnya wilayah atau perekonomian nasional, dihubungkan
dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni primer (pertanian,
kehutanan,

perikanan),

dan tertier

(perdagangan,

transportasi,

keuangan,

dan

jasa).

Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di
sektor primer, menningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di
sektor sekunder.
Sedangkan teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,
Fisher, Hoorver, Thompson, dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih diadopsi unsur spasial dan
sekaligus menjembatani kelemahan teori sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat
digambarkan melalui lima tahapan (Sugiharto, 2006) yakni:
Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat
bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri tersebut, antara lain minyak, hasil

24
Universitas Sumatera Utara

perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki
oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.
Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu
meggekspor selain komoditas dominan yang diekspor sebelumnya adalah minyak bumi
mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri (metode) teknologi
penambangan (kaitan ke belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke
depan), misalnya premium, solar, dan bahan baku plastik.
Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi
wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri
memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan
ketiga ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.
Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan bahwa
wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan
barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat
diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai pengikat dan pengendali
kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan
kenaikan impor yang sangat signifikan.
Tahap kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan ini
memperlihatkan bahwa wilayah telah memberkan peran yang sangat nyata terhadap
perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang
relatif canggih, baru, efesien, dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan
inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada pemenuhan keputusan individual

25
Universitas Sumatera Utara

dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah menjadi kompleks (economic


reciprocating system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas ekonomi lainnya.
Pada masa orde baru, segala kekuasaan atas pemerintahan dan pengelolaan sumber daya
dikuasai oleh pemerintah pusat. Sejak bergulirnya era reformasi dan demokrasi di Indonesia pada
tahun 1998, sistem pemerintahan berubah secara drastis. Kekuasaan pemerintahan dan
pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada masing-masing daerah, yang lebih dikenal
dengan sistem desentralisasi. Dengan adanya perubahan sistem tersebut, konteks pengembangan
ekonomi lokal juga mengalami perubahan secara dramatis.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pola perkembangan ekonomi nasional tidak terfokus
sehingga hal ini juga mengimbas pada pengembangan ekonomi daerah yang tidak terfokus pula.
Ini bisa dimengerti karena persoalan yang menjadi beban pemerintah sangat besar dan beragam
yang masing-masing menuntut penyelesaian segera. Padahal kapasitas fiskal negara sangat
terbatas untuk mengakomodasi semua kepentingan (persoalan) yang ada.
Dalam proses pengembangan ekonomi lokal, harus diperhatikan pula komponenkomponen pendukung, baik dari internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi kelancaran
proses pengembangan ekonomi lokal yang diharapkan. Beberapa faktor tersebut ialah
infrastruktur dan kondisi lingkungan. Investasi di bidang infrastruktur sangat berperan besar
dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal. Akan tetapi, hati-hati dalam proses penentuan
jenis infrastruktur yang akan disiapkan untuk suatu daerah, karena harus sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Sedangkan kondisi lingkungan dalam hal
ini ialah penciptaan tools yang memudahkan proses pengembangan ekonomi lokal, seperti
penciptaan peraturan dan payung hukum, prosedur administratif, pajak, dan pungutan biaya,
serta biaya-biaya tak terduga lainnya.

26
Universitas Sumatera Utara

Local economic dapat menjadi dasar bagi perekonomian masyarakat desa yang menjadi
ciri khasnya. Masyarakat pedesaan juga dihadapkan pada pengaruh sistem yang berlaku dalam
masyarakat tersebut, misalnya ciri kebudayaan setempat, institusi lokal setempat, dan sistem
pemasaran yang digunakan. Untuk itu dalam proses perekonomian masyarakat ada keterikatan
antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi iklim pasar yang
kekeluargaan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain, sehingga ciri ini dapat
menjadi titik balik bagi peningkatan ekonomi masyarakat, agar tidak terjadi kesenjangan antara
yang satu dengan yang lain, inilah yang mejadi karakteristik munculnya sistem ekonomi
masyarakat yang merakyat. Kearifan lokal juga menjadi suatu indikasi yang baik dalam rangka
menciptakan suatu sistem yang koordinatif dan dapat terpercaya.
Hal ini akan dapat mengindikasikan adanya kekuatan budaya masyarakat setempat yang
partisipatif, selanjutnya dalam rangka menjaga kekuatan ekonominya agar tetap terjaga pada
masyarakat ekonomi pedesaan, biasanya ada sistem "memberi dan menghasilkan" konsep ini
dapat diartikan sebagai salah satu sistem ekonomi yang memberikan keuntungan pada kedua
belah pihak. Pihak pertama adalah pemilik barang atau pemilik modal yang ingin barangnya
dijual dan pihak kedua adalah orang yang menjual dengan sistem yang lebih menarik pasar,
artinya pihak kedua melakukan suatu kegiatan yang dapat memberikan inovasi pada produk yang
telah dibuat dan dapat memanfaatkan aktivitas tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

27
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai