LAPORAN KASUS Winta
LAPORAN KASUS Winta
Penguji:
dr. Dina Fitriningsih, Sp.KJ, MARS
Disusun Oleh:
Winta Asisie Salaka
1310221059
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
No. Rekam Medik : 805361
Nama
: Ny. TD
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
: 26 Mei 1976
Usia
: 39 tahun
Alamat
: Jln. Prangrango, Gg. Hj. Ahmad Rt 8/4 jati
bening
baru
pondokgede Bekasi
Pendidikan
: SMEA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Kristen Protestan
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
cerita
dari
teman
SMA
pasien,
bahwa
pasien
sebelum
makan
pengulangan-pengulangan
pasien
gerakan
juga
dalam
sering
melakukan
mengambil
barang.
karena
almarhum
ibunya
yang
tidak
pernah
mengajarkan ibadah kepada anak-anaknya maka dari itu anakanaknya mengalami hidup susah.
Suami pasien mengatakan mulai 1 bulan terakhir pasien
sudah tidak dapat mengurus anaknya, tidak dapat mengurus dirinya
sendiri dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien lebih
sering menyendiri dan tidak mengerjakan apa-apa. Pasien juga
mengatakan bahwa sakitnya pasien ini dikarenakan karena gunaguna oleh saudara dari keluarga suami yang berinisial DL. 1 Hari
SMRS pasien pernah menendang pintu sampai rusak. Menurut
pengakuan pasien saat itu, pasien merasa kesal terhadap karyawankaryawan koperasinya. Pasien mengatakan karyawan koperasinya
3
ibunya
semasa
hidupnya
karena
tidak
pernah
4
Sebelum
dirawat
di
RS,
pasien
dan
suami
pasien
bahwa
yang
mengambil
jam
tangan
itu
adalah
Roh
dari ibunya
seperti
yang
dialami
cerita
dari
teman
SMA
pasien,
bahwa
pasien
kejadian
pasien
lebih
sering
menyendiri
dan
sering
anak
masalah
dengan
teman-teman
satu
kerjanya,
pasien
saat
pacaran
pencemburu.
Kemudian
pasien
pasien
memang
menikah
seseorang
tahun
yang
2000
dan
pasien
dari
suami.
Hubungan
pasien
dengan
bulan
pernikahan,
ibu
dan
suami
pasien
Keterangan :
: Meninggal Dunia
: Perempuan
: Meninggal Dunia
: Pasien
: Laki-laki
karena
rumah
tangga
yang baik.
2. Alam Perasaan
a. Mood : Hipotim
b. Afek : Tumpul
c. Keserasian : Tidak sesuai
3. Pembicaraan
Cara bicara tidak spontan, artikulasi jelas dan volume sedikit pelan, kecepatan agak
lambat. Tidak ditemukan gangguan bicara.
4. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki gangguan halusinasi, yaitu halusinasi auditorik dan halusinasi visual.
5. Pikiran
a. Proses Pikir dan Alur Berpikir
Terdapat adanya blocking, dimana pembicaraan pasien berhenti tiba-tiba.
Pasien juga memiliki gangguan asosiasi longgar.
b. Isi Pikir
Delusional perception karena pasien mendengar suara Tuhan dan berbicara
dengan Tuhan.
6. Sensorium dan Kognisi
a. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Kompos mentis dan kesiagaan kurang baik.
b. Orientasi
Waktu : Pasien kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan, pada hari
pertama pasien tidak dapat menyebutkan waktu.
Tempat : Pasien kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan, pada hari
pertama pasien tidak dapat menyebutkan tempat.
Orang : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan, pada hari pertama
pasien dapat menyebutkan orang.
c. Ingatan
Ingatan Jangka Panjang : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan,
pasien dapat menyebutkan tanggal lahir maupun nama sekolahnya dari SD,
SMP maupun SMK.
12
f. Kemampuan Visuo-spasial
Pasien dapat menyebutkan sekarang jam berapa. Pasien menyebutkan sekarang
pukul Duabelas kurang seperempat
g. Pikiran Abstrak
Pasien tidak dapat menjelaskan peribahasa. Besar pasak daripada tiang
h. Intelegensi dan Daya Informasi
Pasien dapat mengatakan siapa Presiden pertama tetapi tidak bisa mengatakan
Presiden RI saat ini.
7.
Pengendalian Impuls
Selama wawancara pasien tampak gelisah, tidak agresif, dapat mengendalikan diri tapi
kurang fokus.
8.
9.
13
Secara umum, keterangan yang diberikan pasien dapat dipercaya, karena sudah di
crosscheck ulang kepada suami pasien.
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
- Keadaan Umum
: Baik
- Kesadaran
: Compos Mentis
- Status Gizi
: Obese II (BB: 125 kg; TB: 163 cm; IMT: 47)
- Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/90 mmHg
b. Nadi
: 102x/menit
c. Respiratory rate : 20x/menit
d. Suhu
: 36.9 C
- Kepala
: Normocephal
- Mata
: Konjungtiva tidak pucat, skelara tidak ikterik
- THT
: Tidak ada gangguan
- Mulut dan gigi
: Gigi lengkap, tidak ada karies, terdapat karang gigi
- Thorax
: Jantung paru dalam batas normal, tidak ada deformitas
- Abdomen
: Cembung, bising usus normal
- Ekstremitas
: Akral hangat, perfusi perifer baik, sianosis (-), edema
(-)
B. Status Neurologis
- GCS
- Tanda rangsang meningeal
- Tanda efek ekstrapiramidal
- Cara berjalan
- Keseimbangan
- Motorik
- Sensorik
: E4M5V6 = 15
: Negatif
: Positif
: Kaku dan tegang.
: Normal
: Normal
: Normal
dirinya sendiri dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien lebih sering
menyendiri dan tidak mengerjakan apa-apa. 1 Hari SMRS pasien pernah
menendang pintu sampai rusak karena kesal dengan karyawan.
Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak gelisah, karena pasien
terlihat mondar-mandir, pasien juga terlihat takut dan saat diwawancara juga
pasien kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan pemeriksa. Pasien
terkadang hanya diam dan melihat ke arah pemeriksa dengan pandangan kosong
dan tersenyum secara paksa.
Pada saat wawancara pasien mengatakan sering melihat roh ibunya datang
dan ular yang membuat pasien merasa takut. Pasien juga melihat adanya paku di
dalam makanan, sehingga pasien tidak mau makan. Pasien juga sering melakukan
pengulangan-pengulangan gerakan dalam mengambil barang dan pada saat
bersalaman. Selama di rawat di paviliun amino pasien jarang keluar dari kamar
karena pasien mengaku melihat Tuhan di depan pintu. Selain itu pasien juga
mengaku mendengar suara Tuhan yang menyuruhnya untuk tetap dalam kamar.
Pasien juga mengatakan bahwa sakitnya pasien ini dikarenakan karena guna-guna
oleh saudara dari keluarga suami yang berinisial DL.
Berdasarkan pemeriksaan status mental, pasien tampak sehat, penampilan
sesuai usia, tinggi badan 163 cm, berat badan 125 kg dengan BMI 47, dimana
pasien mengalami obese 2. Kulit berwarna sawo matang, potongan rambut
panjang, hitam dan lurus, kuku panjang dengan tersisa kutek di ibu jari pasien.
Postur tubuh terlihat kaku dan tegang, serta cara berjalan akatisia.
Mood hipotim, afek tumpul, dan terdapat ketidaksesuaian antara mood dan
afek. Bicara tidak spontan dengan volume kurang dan artikulasi yang cukup jelas.
Terdapat gangguan bicara blocking. Proses pikir asosiasi longgar, isi pikir waham
kejar. Didapatkan waham kejar karena pasien yakin ada roh ibunya yang selalu
datang dan melihat adanya Tuhan yang suka memerintah dirinya. Didapatkan
juga ada halusinasi visual dan halusinasi auditorik yaitu pasien dapat melihat roh
ibunya dan melihat Tuhan Pasien juga terdapat halusinasi auditorik berupa
bisikan dari Tuhan yang memerintahkan pasien untuk selalu tetap di kamar.
Penilaian RTA terganggu. Nilai tilikan pasien adalah derajat 2, pasien
menyadari bahwa pasien merasa sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi dalam
waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
VI.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
15
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
DD/ Skizofren Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3), Skizofrenia
Paranoid (F20), Gangguan Mental Organik
Aksis II : Ciri kepribadian cemas (menghindar)
Aksis III : Obesitas Tipe II
Aksis IV : Masalah dengan primary support group
Aksis V : GAF GLPY (Highest Level Past Year) adalah 80-71
Current GAF adalah 40-31
: Hipotim
: Tumpul
: Halusinasi visual, auditorik
: Asosiasi longgar
: Delusional perception
: derajat 2
PROGNOSIS
a. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
i. Dukungan dari suami dan keluarga suami pasien
ii. Kepatuhan minum obat yang baik
b. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk
i. Kepatuhan minum obat yang buruk
ii. Derajat Tilikan 2
iii. Sudah relapse berkali-kali akibat pengobatan tidak adekuat
X.
RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
Haloperidol 3 x 1,5 mg PO
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg PO
17
Clozapine 1 x 25 mg PO
b. Psikoedukasi
1. Kepada pasien:
Berempati dan memberikan perhatian pada pasien, menerima pasien
tanpa menghakimi, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan
mengingatkan pasien setiap hari untuk lebih rajin merawat diri, terutama
lebih rajin mandi dan keteraturan minum obat.
2. Terhadap Keluarga
Psikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan penjelasan
yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab
penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, dan
bagaimana cara pencegahannya. Edukasi untuk memberi tahu kepada
keluarga dan tetangga pasien agar tidak menjauhi atau mengisolir pasien
sendirian. Dan pesan kepada suami pasien, jika pasien diperbolehkan
pulang agar pasien selalu diatur minum obat sesuai anjuran dokter sehingga
pasien dapat terkontrol untuk minum obat sehingga tidak terjadi
kekambuhan pada kondisi pasien.
PROGNOSIS
i. Quo ad vitam
ii. Quo ad fungsionam
iii. Quo ad sanationam
XI.
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
PEMBAHASAN
XI. Pembahasan
Menurut PPDGJ III, yang dimaksud skizofrenia adalah suatu deskripsi
sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan
sosial budaya. Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi yang tidak wajar atau
tumpul.
Pedoman diagnostik untuk skizofrenia adalah:
Harus ada setidaknya satu gejala berikut yang amat jelas, atau dua gejala
atau lebih jika gejala tersebut kurang jelas:
a.
thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal = isi yang
asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
18
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought broadcasting= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b.
delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy = waham tentang dirinya
tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus). delusional perception = pengalaman indrawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat. delusion of influence = waham dimana dirinya dipengaruhioleh suatu
kekuatan tertentu dari luar.
c.
Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di
antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk
asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
a.
Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide berlebhan yang menetap,
atau bila terjadi setiap hari selama berbulan-bulan terus menerus;
b.
Arus pikiran yang terputus, atau yang mengalami sisipan yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tiak relevan;
c.
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu,
negativisme;
d.
Gejala-gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul atau tak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.
Harus ada perubahan konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, hidup larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
secara sosial.
19
kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia dan tidak memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik ataupun katatonik. Yang kedua diambil
diagnosis banding skizofrenia paranoid karena memenuhi gejala skizofrenia dan
untuk sub paranoid diambil karena terdapat halusinasi auditorik dan visual. Yang
ketiga diambil Gangguan Mental Organik karena pada pasien terdapat gangguan
sensorium berupa gangguan atensi yaitu distraktibilitas.
Pada pasien juga terdapat gangguan kepribadian cemas, sesuai dengan acuan
pedoman diagnostik PPDGJ III yaitu memiliki
menetap dan pervasif, adanya preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi sosial serta adanya keengganan untuk terlibat dengan
orang kecuali merasa yakin akan disukai.
Untuk terapi pasien diberikan Haloperidol yang merupakan butyrophenone
antipsikotik kuat dengan sifat-sifat yang telah dianggap bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyakit maniak depresif,
skizofrenia, sindroma paranoid. Dan sangat efektif dalam pengelolaan
hiperaktivitas, gelisah, dan mania. Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal
adalah memblok dopamin pada reseptor pasca-sinaptik di Otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist
sehingga efektif untuk gejala Positif. Disamping itu haloperidol juga mempunyai
daya antiemetik yaitu dapat menghambat sistem dopamin dan hipotalamus.
Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang lebih 60-70%, kadar puncak
dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap sampai 72 jam.
Haloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
bersama urin dan sebagian kecil melalui empedu.
Pasien juga diberikan Clozapine yaitu clozapine suatu senyawa antipsikosis
atypical yang aktifitasnya terhadap reseptor dopamine yaitu reseptor D1, D2,
20
D3 dan D5 tidak terlalu kuat, akan tetapi menunjukkan aktivitas yang tinggi pada
reseptor D4. Clozapine bekerja lebih aktif pada reseptor dopamine di daerah
limbic daripada reseptor dopamine di daerah striatal, itulah sebabnya clozapine
bebas dari efek samping ekstrapyramidal. Clozapine mempunyai aktivitas
antagonis pada reseptor adrenergik, kolinergik, histaminergik dan serotonergik.
Trihexilphenidil termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik yang
mempunyai efek sentral yaitu mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di
ganglia basalis dengan cara menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan
eksogen yaitu menghambat sistem nervus parasimpatik dan menyebabkan
relaksasi pada otot (mengurangi tremor) Kadar puncak Trihexilphenidil tercapai
setelah 1-2 jam. Indikasi pemberiannya pada penyakit parkinson ataupun
timbulnya gejala Extrapyramidal Syndrome pada pasien yang menggunakan
antipsikotik. THP menghambat sebagian aktivitas kolinergik pada sistem saraf
pusat, untuk mengurangi gejala parkinson. Availabilitas dari dopamine akan
ditingkatkan dengan penggunaan obat ini sehingga membantu kontrol pergerakkan
otot-otot menjadi lebih lembut. Efek samping yang paling sering adalah rasa
kantuk, sakit kepala, vertigo, pusing dan mulut kering serta midriasis.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus, Dharmady, 2003. Psikopatologi, Dasar di Dalam Memahami Tanda dan Gejala
dari Suatu Gangguan Jiwa. UNIKA Atma Jaya : Jakarta.
2. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta.
3. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
4. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
22