Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Penguji:
dr. Dina Fitriningsih, Sp.KJ, MARS

Disusun Oleh:
Winta Asisie Salaka

1310221059

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
2015

LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
No. Rekam Medik : 805361
Nama
: Ny. TD
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
: 26 Mei 1976
Usia
: 39 tahun
Alamat
: Jln. Prangrango, Gg. Hj. Ahmad Rt 8/4 jati
bening

baru

pondokgede Bekasi
Pendidikan
: SMEA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Kristen Protestan
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Suku Bangsa
: Jawa

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Alloanamnesis : Dilakukan oleh suami pasien pada tanggal 4 Mei 2015 , 6
Mei 2015 dan tanggal 10 Mei 2015 di Paviliun Amino.
Autoanamnesis : Dilakukan pada tanggal 30 April 2015 11 Mei 2015, di
Paviliun Amino
1. Keluhan Utama
Pasien gelisah, merasa takut dan curiga terhadap orang lain.
2. Keluhan Tambahan
Pasien merasa takut karena melihat ular dan melihat paku di
makanan.
3. Riwayat Gangguan Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan gelisah sejak 1 hari SMRS.
Sekitar 2 bulan yang lalu Pada bulan Februari 2015 pasien didatangi
oleh kakak kandungnya ke rumah pada saat malam hari. Kakaknya
mendapatkan

cerita

dari

teman

SMA

pasien,

bahwa

pasien

dikatakan sombong oleh teman SMAnya tersebut karena apabila


pasien sedang lewat atau bertemu dengannya pasien tidak menegur
sapa. Mendengar cerita tersebut, pasien langsung merasa kesal,
menangis dan pasien langsung tidak bisa tidur 1 malam. Sampai
esok harinya pasien merasa marah dan kesal kemudian pasien
dibawa ke RSCM untuk berobat jalan. Setelah berobat jalan pasien
2

tetap meminum obat secara teratur, tetapi walaupun sudah minum


obat keluhan belum juga berkurang. Suami pasien mengatakan
keluhan malah semakin bertambah.
2 Bulan terakhir pada saat pasien tidur, pasien mengatakan
sering melihat roh ibunya datang dan menurut pengakuan pasien
mamanya berkata untuk minta dijenguk ke kuburannya yang berada
di Jawa, Purworejo. Pasien juga sering membagi makanannya untuk
memberikan makanan kepada roh ibunya. Pasien juga merasakan
takut apabila pergi ke kamar mandi, karena pasien melihat ada roh
ibunya di kamar mandi. Selain itu pasien juga sering melihat ular di
kamar mandi. Pasien juga tidak mau makan karena pasien selalu
melihat adanya paku-paku di dalam makanan tersebut. Pasien juga
memiliki kebiasaan meletakkan makanan dan pakaian di atas
kepalanya

sebelum

makan

pengulangan-pengulangan

pasien

gerakan

juga

dalam

sering

melakukan

mengambil

barang.

Apabila pasien ditanya kenapa melakukan hal tersebut, pasien


menjawab agar diberkati oleh Tuhan. Suami pasien mengatakan
bahwa pasien sering melamun dan menangis, saat ditanyakan
kenapa melamun dan menangis pasien mengatakan merasa sedih
kepada almarhum ibunya, karena almarhum ibunya tidak pernah
mengajarkan anak-anaknya untuk beribadah serta pasien juga
mengatakan bahwa ibu pasien jarang shalat. Kemudian pasien
mengatakan

karena

almarhum

ibunya

yang

tidak

pernah

mengajarkan ibadah kepada anak-anaknya maka dari itu anakanaknya mengalami hidup susah.
Suami pasien mengatakan mulai 1 bulan terakhir pasien
sudah tidak dapat mengurus anaknya, tidak dapat mengurus dirinya
sendiri dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien lebih
sering menyendiri dan tidak mengerjakan apa-apa. Pasien juga
mengatakan bahwa sakitnya pasien ini dikarenakan karena gunaguna oleh saudara dari keluarga suami yang berinisial DL. 1 Hari
SMRS pasien pernah menendang pintu sampai rusak. Menurut
pengakuan pasien saat itu, pasien merasa kesal terhadap karyawankaryawan koperasinya. Pasien mengatakan karyawan koperasinya
3

sering sembarangan dalam meletakkan kunci motor, padahal


menurut pasien, pasien sudah sering mengingatkan agar tidak
sembarangan dalam meletakkan kunci motor. Karena motor itu
untuk bekerja karyawan-karyawan yang lain. Kemudian pasien
mengatakan bahwa pasien tidak sengaja menendang pintu tersebut.
Pada saat itu suami pasien sedang tidak ada di rumah.
Keluhan yang dialami pasien ini sudah berlangsung sejak
tahun 2007. Sejak dahulu keluhan pasien sama dengan keluhan
yang saat ini pasien rasakan, pasien merasa didatangi ibunya,
sering melihat paku dan ular di makanannya. Ketika pertama kali
keluhan berlangsung, pasien tidak pernah di bawa ke Rumah Sakit,
pasien hanya dibawa ke Rohanian selama 3 bulan tetapi tidak ada
perubahan sama sekali.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
4.1 Riwayat Gangguan Psikiatri
Pada saat tahun 2007 pasien pernah dirawat 2 bulan di RSCM
dengan keluhan yang sama seperti keluhan yang saat ini dirasakan.
Pada tahun 2009 pasien sempat berhenti minum obat, kemudian
tahun 2010 pasien kembali dirawat di RSCM selama 2 minggu.
Kemudian keadaan pasien membaik setelah rutin minum obat,
karena merasa telah membaik, pada bulan november 2014 pasien
berhenti minum obat sampai februari 2015. Kemudian Februari 2015
pasien ke RSCM untuk berobat jalan, dari bulan februari sampai
bulan april pasien rutin minum obat tetapi keluhan tidak berkurang
dan akhir april 2015 pasien mual pertama kali di rawat di pavilion
amino RSPAD.
Pada tahun 2007, suami pasien megatakan terdapat konflik
antara suami dengan kakak suami pasien, kakak pasien sempat
mengeluarkan kalimat dan perkataan yang tidak enak kepada suami
pasien. Mendengar seperti itu pasien langsung menjadi kesal dan
memiliki perasaan dendam kepada kakak suami pasien. Setelah itu
ibu pasien meninggal, sehingga pasien lebih sering menyendiri dan
melamun. Setelah ibu pasien meninggal, pasien selalu menyesali
perbuatan

ibunya

semasa

hidupnya

karena

tidak

pernah
4

mengajarkan anak-anaknya untuk beribadah. Pasien juga mulai


merasa didatangi oleh roh ibunya yang hanya melihat dirinya saja
dengan melotot. Kemudian pasien mulai merasa takut untuk ke
kamar mandi karena melihat roh ibunya. Pasien mulai berhalusinasi
melihat ular di kamar mandi dan makanan, serta paku di dalam
makanannya tersebut. Sehingga menyebabkan pasien tidak mau
makan.
Pada tahun 2010 pasien kembali di rawat di RSCM selama 2
minggu.

Sebelum

dirawat

di

RS,

pasien

dan

suami

pasien

mengatakan, jam tangan emas milik pasien hilang. Pasien sempat


menyangka

bahwa

yang

mengambil

jam

tangan

itu

adalah

karyawan. Tetapi tuduhan dari pasien tidak terbukti. Setelah


kejadian tersebut, pasien menjadi lebih sering melamun dan
menyendiri. Kemudian pasien mulai berhalusinasi kembali melihat
ular dan paku serta

Roh

dari ibunya

seperti

yang

dialami

sebelumnya di tahun 2007.


Terakhir tahun 2015 pasien mengalami hal yang serupa
dialami pada tahun 2007 dan 2010. Sebelumnya pasien didatangi
oleh kakak kandung pasien pada saat malam hari. Kakaknya
mendapatkan

cerita

dari

teman

SMA

pasien,

bahwa

pasien

dikatakan sombong oleh teman SMAnya tersebut karena apabila


pasien sedang lewat atau bertemu dengannya pasien tidak menegur
sapa. Mendengar cerita tersebut, pasien langsung merasa kesal,
menangis dan pasien langsung tidak bisa tidur slama satu malam.
Setelah

kejadian

pasien

lebih

sering

menyendiri

dan

sering

melamun. Setelah itu pasien sering melihat, ular, paku di dalam


makanan dan gelasnya. Pasien juga sering melihat roh dari ibu
pasien.
4.2 Riwayat Gangguan Medik
Pasien mengaku ketika SMP pernah terkena gejala tipes, tapi
hanya berobat jalan. Riwayat trauma kepala (-), penyakit saraf
(-), riwayat kejang/ epilepsi (-), riwayat nyeri kepala (-) Muntah
(-).

4.3 Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)


Pasien tidak pernah merokok dan tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan terlarang.
5 Riwayat Kehidupan
5.1 Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir dengan jalan lahir normal dan cukup bulan.
5.2 Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien merupakan anak ke 8 dari 13 bersaudara. Perkembangan
dan pertumbuhan pasien pada masa ini baik, sesuai usia. Tidak
memiliki gangguan.
5.3 Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mempunyai perkembangan normal seperti

anak

seusianya. Pasien mengatakan pada saat kelas 1 dan kelas 2


pernah bersekolah di SDN 07 Sekolah Panjang, Duren Sawit.
Kemudian kelas 3 sampai kelas 6 pasien bersekolah di Detis,
Jawa Tengah, Purworejo. Pasien mengatakan tidak pernah tinggal
kelas pada saat SD. Pada saat pasien SD sampai SMA pasien
hanya hidup dengan pakde di purworejo. Sedangkan keluarga
pasien berada di Jakarta.

6. Riwayat Masa Dewasa


6.1 Riwayat Pendidikan
Pasien pada saat kelas 1 dan kelas 2 pernah bersekolah di
SDN 07 Sekolah Panjang, Duren Sawit. Kemudian kelas 3 sampai
kelas 6 pasien bersekolah di Detis, Jawa Tengah, Purworejo. Pada
saat SMP, pasien bersekolah di SMP Luwano, Maron, Jawa
Tengah, dan terakhir pasien bersekolah di SMEA Kristen Penabur,
Purworejo. Pasien mengaku selalu naik kelas, tidak pernah
tinggal kelas, dan semasa menjalani pendidikan pasien mengaku
memiliki nilai yang pas-pasan.
6.2 Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja pada tahun 1997-1998 di Mol
Tomang sebagai SPG. Kemudian pasien berhenti menjadi SPG
6

karena ketika itu ada kejadian penjarahan pada tahun 1998.


Pada tahun 1998-1999 pasien bekerja di Mall Pondok Gede
sebagai SPG sabun. Tahun 1999 Pasien bekerja di mall bekasi
sebagai SPG Estada, menurut pengakuan pasien, pasien sempat
ada

masalah

dengan

teman-teman

satu

kerjanya,

pasien

mengaku tidak sampai ribut besar, hanya saja melakukan sindir


menyindir kepada temannya. Akhirnya pasien memutuskan
untuk berhenti bekerja. Setelah tahun 2000 pada saat pasien
menikah, pasien menjadi ibu rumah tangga dan mulai aktif
menjadi bendahara di gereja sejak tahun 2012 sampai sekarang.
6.3 Riwayat Pernikahan dan Hubungan.
Pasien pacaran selama 3 tahun sejak tahun 1997-2000.
Pertama kali pasien bertemu dengan suaminya pada saat suami
sedang mengunjungi kakaknya di kontrakan, karena kakak dari
suami mengontrak di tempat ibu pasien. Suami pasien mengaku,
sejak

saat

pacaran

pencemburu.

Kemudian

pasien
pasien

memang
menikah

seseorang
tahun

yang

2000

dan

memiliki 1 orang anak. Pada tahun 2003 pasien mengandung


kembali tetapi mengalami keguguran. Saat ini anak pasien
berumur 13 tahun, kelas 1 SMP. Pasien menceritakan bahwa
sebelum menikah, pasien sudah hamil terlebih dahulu selama 3
bulan, tetapi karena takut kepada orang tua, pasien tidak pernah
menceritakan hal ini kepada keluarga.

6.4 Situasi Hidup Sekarang


Pasien saat ini, tinggal bersama dengan suami, anak dan 2
keponakan

pasien

dari

suami.

Hubungan

pasien

dengan

keponakan suami juga tidak pernah ada masalah. Pasien


mengaku suaminya baik dan tidak pernah melakukan kekerasan
dalam rumah tangga. Kehidupan pasien dengan lingkungan

tetangganya tidak begitu akrab, pasien lebih sering berada di


rumah dibandingkan diluar rumah.
6.5 Riwayat Keagamaan
Pasien lahir dari keluarga muslim dan pada saat pasien
memeluk agama islam dan mengaku jarang beribadah. Pasien
mengatakan dirinya jarang beribadah karena almarhum ibunya
yang tidak pernah mengajarkan untuk shalat. Pada tahun 2001
pasien, berkisar 8 bulan setelah pasien menikah, pasien
memeluk agama Kristen. Sejak saat pasien berpacaran, pasien
dan ibu pasien selalu berharap agar pacar pasien dapat
berpindah ke agama islam. Ibu pasienpun tidak menyetujui
apabila pasien untuk pindah ke agama kristen. Ibu pasien
sempat mengucapkan bahwa pasien bukan anaknya lagi apabila
pasien pindah agama.
Selama

bulan

pernikahan,

ibu

dan

suami

pasien

memeluk agama Islam. Selama 8 bulan pasien juga banyak


diajari mengenai agama Kristen. Sampai pada saatnya suami
pasien mengatakan apabila pasien masih menginginkan rumah
tangganya lanjut, maka pasien harus pindah ke agama Kristen,
tetapi apabila pasien tetap menginginkan agama Islam maka
suami memutuskan untuk bercerai.
Akhirnya pasien memutuskan untuk berpindah agama ke Kristen
mengikuti suaminya. Selama pasien memeluk agama Kristen,
pasien aktif beribadah ke gereja setiap seminggu sekali.
6.6 Riwayat Hukum
Pasien dan keluarganya tidak pernah bermasalah dengan
hukum dan tidak pernah di penjara.
6.7 Riwayat Aktivitas sosial
Menurut suami pasien, pasien termasuk orang yang tidak
mudah bergaul. Pasien jarang mengobrol dengan tetangga di
8

sekitar lingkungannya. Pasien juga jarang pergi keluar dengan


teman-temannya. Tetapi pasien sempat menjadi bendahara di
gereja selama 3 tahun.
6.8 Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu
heteroseksual.
6.9 Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 8 dari 13 bersaudara. Ayah
pasien telah meninggal dunia sejak pasien kelas 2 SMP dan ibu
pasien telah meninggal dunia sejak tahun 2007. Di keluarga
pasien terdapat kakak laki-laki pasien yang pertama yang
pernah mengalami hal serupa dengan pasien.
6.10 GENOGRAM

Keterangan :
: Meninggal Dunia

: Perempuan

: Meninggal Dunia
: Pasien
: Laki-laki

6.11 Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupan


Pasien mulai mengetahui bahwa pasien memiliki gangguan
jiwa pada tahun 2007. Karena pasien berpendapat, bahwa
pasien memiliki penyakit stres, dimana stres menurut pasien
itu adalah galau. Dimana menurut pasien hal ini disebabkan
oleh saudara suaminya yang telah mengguna-guna dirinya
hingga pasien mengalami sakit seperti ini.
Pasien mengatakan pasien seorang pemalu, jarang keluar
rumah dan jarang bermain oleh teman-teman serta tetangga di
lingkungan rumahnya. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya
suka mendendam perasaan sendiri dan terkadang dendam
terhadap kesalahan orang lain.
Pasien merasa bersalah karena memiliki dosa terhadap
ibunya dan pasien belum meminta maaf kepada ibunya sampai
ibunya meninggal. Pasien mengaku hanya meminta maaf dalam
hati dan mencium kaki ibunya di dalam hati. Pasien juga merasa
bersalah terhadap perbuatannya karena melakukan hubungan di
luar nikah. Tetapi pasien setelah itu mengaku segera bertaubat.
6.12 Persepsi Keluarga Tentang Diri Pasien
Keluarga pasien tahu tentang keadaan pasien saat ini,
tetapi keluarga pasien tidak pernah datang untuk menjenguk
pasien.
Menurut suami pasien, pasien merupakan orang yang baik. Tetapi
pasien adalah seorang yang memiliki tingkat kecurigaan tinggi
serta orang yang sensitif. Pasien dalam kesehariannya cenderung menyukai
pakaian yang serba matching/ serasi warnanya. Pasien tidak begitu dekat dengan
saudara kandungnya.
10

6.13 Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai


Pasien bermimpi ingin menjadi polisi wanita. Pasien
mengatakan

karena

supaya terlihat keren. Pasien juga hanya ingin menjadi seorang


ibu

rumah

tangga

yang baik.

III. STATUS MENTAL


Diperiksa tanggal 30 April 2015
1. Deskripsi Umum
i.
Penampilan
Seorang perempuan berusia 39 tahun dengan penampilan
yang sesuai dengan usia. Perawatan diri kurang. Pasien
memakai baju biru tangan panjang dan memakai celana
bahan berwarna hitam serta menggunakan sandal jepit
berwarna biru ketika diwawancara. Pasien berkulit sawo
matang, berambut hitam lurus panjang. Pada kuku ibu jari
ii.
iii.

pasien, pasien menggunakan kuteks berwarna biru.


Kesadaran dan Kesiagaan
Compos Mentis dan Kesiagaan baik
Perilaku dan Psikomotor
Selama dilakukan wawancara pasien menunjukkan perilaku
yang sedikit ketakutan. Aktivitas psikomotor, pasien terkadang
menatap dengan pandangan kosong ke arah pemeriksa
dengan tersenyum paksa. Pada saat ditanya, apa yang
membuatnya pasien datang kesini. Pasien hanya tersenyum
paksa dengan pandangan kosong dan diam tidak berkata apaapa.
Pasien juga sering melakukan tindakan berulang-berulang
contohnya seperti mencium tangan orang lain berulang-ulang,
11

pada saat ditanya kenapa melakukan seperti itu, pasien


menjawab karena takut dosa. Pada saat wawancara pasien
iv.

terkadang tiba-tiba menangis sambil memeluk pemeriksa.


Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap sopan dan terdapat kontak mata terhadap
pemeriksa tetapi pasien tidak menjawab apa yang diminta
oleh pemeriksa.

2. Alam Perasaan
a. Mood : Hipotim
b. Afek : Tumpul
c. Keserasian : Tidak sesuai
3. Pembicaraan
Cara bicara tidak spontan, artikulasi jelas dan volume sedikit pelan, kecepatan agak
lambat. Tidak ditemukan gangguan bicara.
4. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki gangguan halusinasi, yaitu halusinasi auditorik dan halusinasi visual.
5. Pikiran
a. Proses Pikir dan Alur Berpikir
Terdapat adanya blocking, dimana pembicaraan pasien berhenti tiba-tiba.
Pasien juga memiliki gangguan asosiasi longgar.
b. Isi Pikir
Delusional perception karena pasien mendengar suara Tuhan dan berbicara
dengan Tuhan.
6. Sensorium dan Kognisi
a. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Kompos mentis dan kesiagaan kurang baik.
b. Orientasi
Waktu : Pasien kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan, pada hari
pertama pasien tidak dapat menyebutkan waktu.
Tempat : Pasien kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan, pada hari
pertama pasien tidak dapat menyebutkan tempat.
Orang : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan, pada hari pertama
pasien dapat menyebutkan orang.
c. Ingatan
Ingatan Jangka Panjang : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan,
pasien dapat menyebutkan tanggal lahir maupun nama sekolahnya dari SD,
SMP maupun SMK.

12

Ingatan Jangka Sedang : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan,


karena pasien dapat mengingat siapa yang mengantar ke rumah sakit dan dapat
menyebutkan nama pengantarnya.
Ingatan Jangka Pendek : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan,
pasien dapat menyebutkan menu makanan sebelum wawancara, menu
makanan pagi harinya.
Ingatan Jangka Segera : Pasien kooperatif untuk menjawab pertanyaan,
pasien dapat menyebutkan 3 kata yang dikatakan pemeriksa dan
mengulangnya dengan baik dan berurutan.
d. Konsentrasi dan Perhatian
Konsentrasi pasien kurang baik. Pasien tidak dapat menjawab perhitungan
83-7.
e. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca maupun menulis, pasien dapat menulis nama dan
tanggal lahirnya.

f. Kemampuan Visuo-spasial
Pasien dapat menyebutkan sekarang jam berapa. Pasien menyebutkan sekarang
pukul Duabelas kurang seperempat
g. Pikiran Abstrak
Pasien tidak dapat menjelaskan peribahasa. Besar pasak daripada tiang
h. Intelegensi dan Daya Informasi
Pasien dapat mengatakan siapa Presiden pertama tetapi tidak bisa mengatakan
Presiden RI saat ini.
7.

Pengendalian Impuls
Selama wawancara pasien tampak gelisah, tidak agresif, dapat mengendalikan diri tapi
kurang fokus.

8.

Daya Nilai dan Tilikan


a. Daya Nilai Sosial : Pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa, dokter, dan
petugas paviliun Amino.
b. Penilaian Realita : RTA terganggu.
c. Tilikan : Derajat 2.
Taraf Dapat Dipercaya

9.

13

Secara umum, keterangan yang diberikan pasien dapat dipercaya, karena sudah di
crosscheck ulang kepada suami pasien.
IV.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
- Keadaan Umum
: Baik
- Kesadaran
: Compos Mentis
- Status Gizi
: Obese II (BB: 125 kg; TB: 163 cm; IMT: 47)
- Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/90 mmHg
b. Nadi
: 102x/menit
c. Respiratory rate : 20x/menit
d. Suhu
: 36.9 C
- Kepala
: Normocephal
- Mata
: Konjungtiva tidak pucat, skelara tidak ikterik
- THT
: Tidak ada gangguan
- Mulut dan gigi
: Gigi lengkap, tidak ada karies, terdapat karang gigi
- Thorax
: Jantung paru dalam batas normal, tidak ada deformitas
- Abdomen
: Cembung, bising usus normal
- Ekstremitas
: Akral hangat, perfusi perifer baik, sianosis (-), edema
(-)
B. Status Neurologis
- GCS
- Tanda rangsang meningeal
- Tanda efek ekstrapiramidal
- Cara berjalan
- Keseimbangan
- Motorik
- Sensorik

: E4M5V6 = 15
: Negatif
: Positif
: Kaku dan tegang.
: Normal
: Normal
: Normal

B. Pemeriksaan Penunjang Yang Diusulkan :


- MRI
- EEG
- GDS, GDP, GD2PP
- Profil Lipid
V.

IKHTISAR PENEMUAN HASIL BERMAKNA


Pemeriksaan dilakukan kepada Ny. TD, usia 39 tahun, agama Kristen
Protestan, suku Jawa, menikah, pendidikan terakhir SMEA, pekerjaan Ibu Rumah
Tangga. Masuk Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 29 April
2015. Pasien dibawa oleh suami dengan keluhan utama gelisah, merasa takut, dan
curiga terhadap orang lain.
Menurut suami pasien, hal ini sudah terjadi kurang lebih 2 bulan. Dan 1
bulan terakhir pasien sudah tidak dapat mengurus anaknya, tidak dapat mengurus
14

dirinya sendiri dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien lebih sering
menyendiri dan tidak mengerjakan apa-apa. 1 Hari SMRS pasien pernah
menendang pintu sampai rusak karena kesal dengan karyawan.
Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak gelisah, karena pasien
terlihat mondar-mandir, pasien juga terlihat takut dan saat diwawancara juga
pasien kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan pemeriksa. Pasien
terkadang hanya diam dan melihat ke arah pemeriksa dengan pandangan kosong
dan tersenyum secara paksa.
Pada saat wawancara pasien mengatakan sering melihat roh ibunya datang
dan ular yang membuat pasien merasa takut. Pasien juga melihat adanya paku di
dalam makanan, sehingga pasien tidak mau makan. Pasien juga sering melakukan
pengulangan-pengulangan gerakan dalam mengambil barang dan pada saat
bersalaman. Selama di rawat di paviliun amino pasien jarang keluar dari kamar
karena pasien mengaku melihat Tuhan di depan pintu. Selain itu pasien juga
mengaku mendengar suara Tuhan yang menyuruhnya untuk tetap dalam kamar.
Pasien juga mengatakan bahwa sakitnya pasien ini dikarenakan karena guna-guna
oleh saudara dari keluarga suami yang berinisial DL.
Berdasarkan pemeriksaan status mental, pasien tampak sehat, penampilan
sesuai usia, tinggi badan 163 cm, berat badan 125 kg dengan BMI 47, dimana
pasien mengalami obese 2. Kulit berwarna sawo matang, potongan rambut
panjang, hitam dan lurus, kuku panjang dengan tersisa kutek di ibu jari pasien.
Postur tubuh terlihat kaku dan tegang, serta cara berjalan akatisia.
Mood hipotim, afek tumpul, dan terdapat ketidaksesuaian antara mood dan
afek. Bicara tidak spontan dengan volume kurang dan artikulasi yang cukup jelas.
Terdapat gangguan bicara blocking. Proses pikir asosiasi longgar, isi pikir waham
kejar. Didapatkan waham kejar karena pasien yakin ada roh ibunya yang selalu
datang dan melihat adanya Tuhan yang suka memerintah dirinya. Didapatkan
juga ada halusinasi visual dan halusinasi auditorik yaitu pasien dapat melihat roh
ibunya dan melihat Tuhan Pasien juga terdapat halusinasi auditorik berupa
bisikan dari Tuhan yang memerintahkan pasien untuk selalu tetap di kamar.
Penilaian RTA terganggu. Nilai tilikan pasien adalah derajat 2, pasien
menyadari bahwa pasien merasa sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi dalam
waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
15

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan yang


dilakukan pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku, pikiran, dan
perasaan yang dapat menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan
PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien belum pernah menderita sakit
yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari hasil pemeriksaan fisik
umum dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak, sehingga gangguan mental organik dapat
disingkarkan. Demikian pula tidak ditemukan riwayat penggunaan zat psikoaktif
sehingga dapat disingkirkan pula gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif.
Pada pasien ini diambil diagnosis Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
adanya satu gejala khas skizofrenia yaitu halusinasi Auditorik dan Visual karena
Pasien mengatakan terkadang melihat dan mendengar adanya suara Tuhan yang
berbicara dengannya dan mengatakan untuk tetap diam di kamar, untuk tidur dan
untuk makan. Pasien juga mengatakan adanya roh ibunya yang datang serta
adanya ular dan paku yang ada di makanan sehingga ia takut untuk makan. Selain
itu terdapat afek depresif karena gangguan pada pasien ini berulang dan terdapat
gejala khas dari episode depresif yaitu konsentrasi dan perhatian yang berkurang,
tidur berkurang dan nafsu makan berkurang. Dan keluhan yang dirasakan oleh
pasien sudah lebih dari 2 minggu.
Aksis II
Pada pasien ini diambil diagnosis aksis 2 berupa gangguan kepribadian yaitu
cemas (menghindar). Karena adanya perasaan tegan da takut yang menetap dan
pervasif, preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial, serta keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan
disukai.
Aksis III
Belum ada diagnosis
Aksis IV
Pada pasien ini ditemukan adanya masalah dengan primary support group
(keluarga)
Aksis V
16

Penilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari-hari menggunakan skala


Global Assessment of Functioning, GAF tertinggi 1 tahun terakhir adalah 80-71
yaitu gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll. Sedangkan nilai GAF pasien saat ini adalah 40-31 yaitu
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi.
VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
DD/ Skizofren Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3), Skizofrenia
Paranoid (F20), Gangguan Mental Organik
Aksis II : Ciri kepribadian cemas (menghindar)
Aksis III : Obesitas Tipe II
Aksis IV : Masalah dengan primary support group
Aksis V : GAF GLPY (Highest Level Past Year) adalah 80-71
Current GAF adalah 40-31

VIII. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Obesitas tipe II
b. Psikologik
Mood
Afek
Gangguan persepsi
Proses/ bentuk pikir
Isi pikir
Tilikan

: Hipotim
: Tumpul
: Halusinasi visual, auditorik
: Asosiasi longgar
: Delusional perception
: derajat 2

c. Lingkungan dan Sosial


Pada pasien ini memiliki masalah yang berkaitan dengan primary support
group.
IX.

PROGNOSIS
a. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
i. Dukungan dari suami dan keluarga suami pasien
ii. Kepatuhan minum obat yang baik
b. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk
i. Kepatuhan minum obat yang buruk
ii. Derajat Tilikan 2
iii. Sudah relapse berkali-kali akibat pengobatan tidak adekuat

X.

RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
Haloperidol 3 x 1,5 mg PO
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg PO
17

Clozapine 1 x 25 mg PO
b. Psikoedukasi
1. Kepada pasien:
Berempati dan memberikan perhatian pada pasien, menerima pasien
tanpa menghakimi, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan
mengingatkan pasien setiap hari untuk lebih rajin merawat diri, terutama
lebih rajin mandi dan keteraturan minum obat.
2. Terhadap Keluarga
Psikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan penjelasan
yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab
penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, dan
bagaimana cara pencegahannya. Edukasi untuk memberi tahu kepada
keluarga dan tetangga pasien agar tidak menjauhi atau mengisolir pasien
sendirian. Dan pesan kepada suami pasien, jika pasien diperbolehkan
pulang agar pasien selalu diatur minum obat sesuai anjuran dokter sehingga
pasien dapat terkontrol untuk minum obat sehingga tidak terjadi
kekambuhan pada kondisi pasien.
PROGNOSIS
i. Quo ad vitam
ii. Quo ad fungsionam
iii. Quo ad sanationam
XI.

: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam

PEMBAHASAN
XI. Pembahasan
Menurut PPDGJ III, yang dimaksud skizofrenia adalah suatu deskripsi
sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan
sosial budaya. Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi yang tidak wajar atau
tumpul.
Pedoman diagnostik untuk skizofrenia adalah:

Harus ada setidaknya satu gejala berikut yang amat jelas, atau dua gejala
atau lebih jika gejala tersebut kurang jelas:
a.
thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal = isi yang
asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

18

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought broadcasting= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b.
delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy = waham tentang dirinya
tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus). delusional perception = pengalaman indrawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat. delusion of influence = waham dimana dirinya dipengaruhioleh suatu
kekuatan tertentu dari luar.
c.
Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di
antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk
asing dan dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
a.
Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide berlebhan yang menetap,
atau bila terjadi setiap hari selama berbulan-bulan terus menerus;
b.
Arus pikiran yang terputus, atau yang mengalami sisipan yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tiak relevan;
c.
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu,
negativisme;
d.
Gejala-gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul atau tak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.

Gejala diatas sudah berlangsung satu bulan lebih.

Harus ada perubahan konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, hidup larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
secara sosial.

19

Pada pasien ditarik kesimpulan diagnosis F25.1 Skizoafektif tipe Depresif


karena memenuhi poin halusinasi yang menetap dari pancaindera, arus pikir
asosiasi longgar. Selain itu gejala pada pasien berlangsung 2 bulan yang lalu, dan
ada perubahan konsisten dalam mutu keseluruhan dari aspek pasien, terutama
hilangnya minat, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara sosial. Dan ini
sudah dirasakan lebih dari 1 bulan. Awalnya muncul pertama kali pada tahun 2007
setelah pasien mengalami konflik keluarga dan kematian ibunya.
Diagnosis banding yang diambil dari Skizoafektif Tipe Depresif ini adalah
Skizofrenia Tak Terinci (Undifferenttiated)

karena pada kasus ini memenuhi

kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia dan tidak memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik ataupun katatonik. Yang kedua diambil
diagnosis banding skizofrenia paranoid karena memenuhi gejala skizofrenia dan
untuk sub paranoid diambil karena terdapat halusinasi auditorik dan visual. Yang
ketiga diambil Gangguan Mental Organik karena pada pasien terdapat gangguan
sensorium berupa gangguan atensi yaitu distraktibilitas.
Pada pasien juga terdapat gangguan kepribadian cemas, sesuai dengan acuan
pedoman diagnostik PPDGJ III yaitu memiliki

perasaan tegang, takut yang

menetap dan pervasif, adanya preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi sosial serta adanya keengganan untuk terlibat dengan
orang kecuali merasa yakin akan disukai.
Untuk terapi pasien diberikan Haloperidol yang merupakan butyrophenone
antipsikotik kuat dengan sifat-sifat yang telah dianggap bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyakit maniak depresif,
skizofrenia, sindroma paranoid. Dan sangat efektif dalam pengelolaan
hiperaktivitas, gelisah, dan mania. Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal
adalah memblok dopamin pada reseptor pasca-sinaptik di Otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist
sehingga efektif untuk gejala Positif. Disamping itu haloperidol juga mempunyai
daya antiemetik yaitu dapat menghambat sistem dopamin dan hipotalamus.
Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang lebih 60-70%, kadar puncak
dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap sampai 72 jam.
Haloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
bersama urin dan sebagian kecil melalui empedu.
Pasien juga diberikan Clozapine yaitu clozapine suatu senyawa antipsikosis
atypical yang aktifitasnya terhadap reseptor dopamine yaitu reseptor D1, D2,
20

D3 dan D5 tidak terlalu kuat, akan tetapi menunjukkan aktivitas yang tinggi pada
reseptor D4. Clozapine bekerja lebih aktif pada reseptor dopamine di daerah
limbic daripada reseptor dopamine di daerah striatal, itulah sebabnya clozapine
bebas dari efek samping ekstrapyramidal. Clozapine mempunyai aktivitas
antagonis pada reseptor adrenergik, kolinergik, histaminergik dan serotonergik.
Trihexilphenidil termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik yang
mempunyai efek sentral yaitu mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di
ganglia basalis dengan cara menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan
eksogen yaitu menghambat sistem nervus parasimpatik dan menyebabkan
relaksasi pada otot (mengurangi tremor) Kadar puncak Trihexilphenidil tercapai
setelah 1-2 jam. Indikasi pemberiannya pada penyakit parkinson ataupun
timbulnya gejala Extrapyramidal Syndrome pada pasien yang menggunakan
antipsikotik. THP menghambat sebagian aktivitas kolinergik pada sistem saraf
pusat, untuk mengurangi gejala parkinson. Availabilitas dari dopamine akan
ditingkatkan dengan penggunaan obat ini sehingga membantu kontrol pergerakkan
otot-otot menjadi lebih lembut. Efek samping yang paling sering adalah rasa
kantuk, sakit kepala, vertigo, pusing dan mulut kering serta midriasis.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus, Dharmady, 2003. Psikopatologi, Dasar di Dalam Memahami Tanda dan Gejala
dari Suatu Gangguan Jiwa. UNIKA Atma Jaya : Jakarta.
2. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta.
3. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
4. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai