Anda di halaman 1dari 13

STUDI KINERJA ZONA PEMBAKARAN

SECONDARY REFORMER PABRIK AMONIAK PUSRI II


DENGAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

HALAMAN JUDUL
Ringkasan Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Teknik Kimia


Kelompok Bidang Ilmu-ilmu Teknik

Diajukan oleh

ALFA WIDYAWAN
10 / 306086 / PTK / 06865

Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

RingkasanTesis
STUDI KINERJA ZONA PEMBAKARAN
SECOI\IDARYREFORMERPABRIK AMOITIAK PUSRI II
DENGAI\ICOMPUTATIONAL FLTJIDDYNAMICS (CTD)

Diajukanoleh
AlfaWidyawan
l0/306086/PTM865

Telahdisetujuioleh:
Pembimbing Utama

( &.+/
MuslikhinHidayat,ST.,MT., PhD

.
r*ggur.A.
f-.....&-p.ro,

PembimbingPendamping

IndraPerdana,ST.,MT., PhD

Tanggal.

9o

hI6,/ 9*otz-

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii
I.

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

II.

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 1


II.1.

Secondary Reformer ................................................................................................................. 1

II.2.

Computational Fluid Dynamics ............................................................................................... 1

II.3.

Mixing ...................................................................................................................................... 2

II.4.

Model Matematis...................................................................................................................... 2

III.

METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................................. 3

III.1.

Data Simulasi .............................................................................................................................. 3

III.2.

Kondisi Batas dan Variabel Simulasi .......................................................................................... 4

III.3.

Pemilihan, Validasi Model dan Cara Penelitian .......................................................................... 4

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

IV.1.

Gambaran Umum Hasil Simulasi ................................................................................................ 5

IV.2.

Pengaruh Perubahan Laju Alir Umpan........................................................................................ 6

IV.3.

Pengaruh Perubahan Suhu Udara Umpan ................................................................................... 7

IV.4.

Pengaruh Perubahan Jarak Burner terhadap Outlet Zona Pembakaran ....................................... 8

IV.5.

Pengaruh Perubahan Sudut Burner Distribusi Fluida di Outlet Zona Pembakaran ..................... 9

V.

KESIMPULAN ......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 10

iii

I. PENDAHULUAN
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (PT. Pusri) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di industri petrokimia yang memproduksi amoniak dan pupuk urea. Permasalahan
terjadi di salah satu plant, yaitu pabrik Amoniak P-II dimana dalam waktu satu bulan setelah
Turn Around tahun 2010, konsentrasi metana keluar secondary reformer menunjukkan
peningkatan, padahal baru dilakukan penggantian katalis di secondary reformer tersebut.
Kondisi internal secondary reformer terakhir diperiksa saat Turn Around Pabrik

P-II

bulan Juni 2012. Hexagonal bricks yang terpasang sebagai pelindung panas di inlet zona
katalis ditemukan dalam kondisi pecah di sisi tengah dan katalis dalam keadaan menggumpal.
Maka perlu dilakukan studi tentang distribusi aliran fluida di zona pembakaran secondary
reformer pabrik Amoniak P-II. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah burner
dalam kondisi baik. Untuk keperluan itu, pada penelitian ini digunakan software simulator
CFD, yaitu ANSYS 13.0 (Fluent).
Tujuan penelitian ini adalah menghitung distribusi kecepatan, suhu dan konsentrasi fluida di
zona pembakaran secondary reformer pabrik Amoniak P-II dengan menggunakan software
simulator

ANSYS 13.0 (Fluent), mempelajari pengaruh perubahan laju alir umpan dan

temperatur udara umpan terhadap distribusi konsentrasi metana dan oksigen di outlet zona
pembakaran. Tujuan lainnya adalah melakukan simulasi geometri berupa perubahan jarak
burner dan sudut burner untuk mendapatkan distribusi konsentrasi spesies yang lebih merata
di outlet zona pembakaran secondary reformer.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Secondary Reformer
Secondary reformer terdiri atas dua zona utama, yaitu zona pembakaran dan zona
reforming. Pada zona pembakaran, fuel yang berasal dari keluaran primary reformer
mengalami reaksi dengan udara proses. Panas reaksi yang timbul dari reaksi dalam zona
pembakaran digunakan untuk memenuhi kebutuhan panas pada reaksi yang terjadi di zona
reforming, dimana terjadi reaksi antara metana dan uap air membentuk hidrogen dengan
bantuan katalis Ni. Kadar metana yang tersisa dari gas yang keluar dari secondary reformer
diharapkan maksimal 0,3 % mol (PT. Pusri, 1973).
II.2. Computational Fluid Dynamics
Penyelesaian permasalahan aliran fluida dengan menggunakan CFD meliputi beberapa
tahapan, pre processing (meliputi pembutan geometri dan mesh), processing (penyelesaian
1

numeris) dan post processing (analisis hasil). Persamaan yang diselesaikan dalam CFD
merupakan persamaan kontinuitas, momentum dan energi.
Salah satu unsur penting dalam penyelesaian persamaan dalam CFD adalah model
turbulensi. Turbulensi dimodelkan menjadi beberapa tingkat pemodelan, yaitu zero equation
model, one equation model, two equations model, Reynolds Stress Model, Large Eddy
Simulation dan Direct Numerical Solution (Andersson et al, 2012).
II.3.

Mixing

Proses reaksi yang berupa pembakaran khususnya gas combustion biasanya berlangsung
dengan sangat cepat (very fast reaction) sehingga proses pencampuran (mixing) antara reaktan
yang satu dengan reaktan yang lain menjadi penting.
Mixing dapat ditinjau berdasarkan skala makro dan mikro. Macromixing adalah proses
mixing dalam skala ukuran terbesar dalam suatu sistem. Sedangkan micromixing merupakan
proses mixing dalam skala terkecil. Tools penting yang dipakai berupa probability density
function (PDF) dari mixture fraction () yang melibatkan dua aliran, dimana bernilai satu
untuk aliran yang satu dan bernilai nol untuk aliran yang lain.
Mean mixture fraction,
variance,

merepresentasikan macromixing. Sedangkan mixture fraction

merepresentasikan micromixing. Variance dapat dipahami sebagai intensitas

fluktuasi dari mean mixture fraction. Variance yang besar mengindikasikan fluktuasi yang
besar. Nilai variance menunjukkan homogenitas pencampuran antara dua fluida. Nilai
variance yang rendah menunjukkan campuran yang semakin homogen.
Presumed Beta-PDF banyak digunakan untuk aliran homogen dan bahkan non homogen.
Keuntungan menggunakan Beta-PDF ini adalah karena fungsi yang digunakan untuk
mendapatkan PDF hanyalah mean mixture fraction dan variance. Namun Beta-PDF ini akurat
hanya ketika ada dua aliran umpan. Dalam aplikasinya, Beta-PDF banyak digunakan dalam
kasus non premixed combustion.
II.4. Model Matematis
Fluida diasumsikan mengalir dalam koordinat rectangular (dua dimensi), merupakan
fluida Newtonian dan kondisi steady state. Reaksi terjadi pada

satu fasa (gas). Model

reactive-mixing yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan pencampuran antara gas
dengan udara dimana gas dan udara masuk ke dalam zona reaksi pada aliran yang berbeda.
Model ini disebut dengan non-premixed combustion yang melibatkan penyelesaian persamaan
transport untuk mixture fraction ( ). Dalam reaksi pembakaran yang merupakan reaksi sangat
cepat, reaction source dieliminasi.
2

Persamaan kontinuitas yang digunakan yaitu Favre mean mixture fraction adalah (Fluent,
2010) :
(1)
Persamaan yang melibatkan variance dijabarkan sebagai berikut:
(2)
dengan Cg,

dan Cd adalah konstanta.

Persamaan momentum dan energi yang digunakan pada simulasi ini masing-masing
dinyatakan dalam persamaan (3) dan persamaan (4).
(Bird et al, 2002)

(3)
(4)

Model turbulensi yang akan digunakan adalah model realizable k-epsilon dengan
pertimbangan keakuratan hasil yang cukup baik dan daya komputasi yang tidak terlalu tinggi
dengan persamaan sebagai berikut :
(5)
dan
(6)

III. METODOLOGI PENELITIAN


III.1. Data Simulasi
Data aktual diperoleh dari data pencatatan kondisi operasi di logsheet pabrik dan hasil
analisa laboratorium pabrik Amoniak P-II. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bagian dalam burner dalam kondisi baik, kondisi steady state,komposisi dan suhu gas
keluaran primary reformer menuju secondary reformer tetap dan

geometri 2 dimensi

axisymmetric.
Data yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gas proses dengan komposisi CH4 8,66 % , H2 40,09 %, CO2 9,30 %, CO 0,97 % dan H2O
40,99 % mol dan temperatur 785 oC, tekanan 28,5 kg/cm2g serta laju alir 74560 kg/jam.
Komposisi udara proses yaitu O2 14,06 %, N2 52,88 % dan H2O 33,06 % mol dan temperatur
480 oC, tekanan 28,95 kg/cm2g serta laju alir 42228 kg/jam.

III.2. Kondisi Batas dan Variabel Simulasi


Kondisi batas untuk masing-masing zona dalam geometri zona pembakaran adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Kondisi Batas Zona Pembakaran Secondary Reformer
Boundary
Mass Balance
Heat Balance
1: air inlet 9/8
T = 753,15 K
flowrate = 0,245 kg/s,
=0
2 : air inlet 9/8_1
T = 753,15 K
flowrate = 0,245 kg/s, = 0
3: air inlet 7/8
T = 753,15 K
flowrate = 0,126 kg/s, = 0
4 : outlet (1-40)
T = 1300 K
=0
5 : gas inlet
T = 1062,15 K
flowrate : 2,071 kg/s,
=1
6 : symmetry
Bidang lain (Wall)
Heat flux : 0 W/m2
Keterangan :
Posisi outlet 1 menunjukkan sisi tengah outlet zona pembakaran
Posisi outlet 40 menunjukkan sisi tepi outlet zona pembakaran

Momentum balance
Tipe : mass flow inlet
Tipe : mass flow inlet
Tipe : mass flow inlet
Tipe : pressure outlet
Tipe : mass flow inlet
Tipe : stationary wall

Asumsi :
Tidak ada radiasi

Variasi suhu udara umpan yang dilakukan adalah pada suhu 440, 460, 480 dan 500 oC.
Sedangkan variasi perubahan laju alir gas yaitu 62.300, 66.000, 71.000 dan 75.000 kg/jam.
Variasi lain yang dilakukan adalah perubahan geometri berupa perubahan jarak burner dengan
sisi outlet zona pembakaran secondary reformer dan sudut burner.
III.3. Pemilihan, Validasi Model dan Cara Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini meliputi model turbulensi, yaitu realizable kepsilon dan model species transport berupa non premix combustion. Penyelesaian numeris
yang dipilih adalah penyelesaian numeris orde dua (2nd order upwind scheme). Kriteria
konvergensi residual untuk setiap persamaan yang terlibat dalam perhitungan di ANSYS 13.0
(Fluent) sebesar 1 x 103, kecuali untuk persamaan energi sebesar 1 x 106.
Verifikasi data dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan pada berbagai
jumlah mesh, hingga didapat mesh independency dimana perubahan mesh tidak
mempengaruhi hasil simulasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini secara umum mempelajari profil kecepatan, suhu dan konsentrasi fluida di
(a)

(b)

zona pembakaran secondary reformer pabrik Amoniak P-II dengan menggunakan software
ANSYS 13.0 (Fluent). Keakuratan perhitungan dapat dilihat dari konvergensi neraca massa
total dengan selisih massa inlet dan outlet sebesar 4,315 x 107, yang menunjukkan bahwa
perhitungan yang dilakukan sudah baik. Mesh independency diperoleh pada mesh yang
berjumlah 21535 sel.
4

IV.1. Gambaran Umum Hasil Simulasi


Dari hasil simulasi dengan menggunakan data kondisi operasi dan data laboratorium
secondary reformer pabrik Amoniak P-II pada bulan Juli 2011, maka didapatkan profil
kecepatan, suhu, fraksi mol metana dan fraksi mol oksigen.
Gas dan udara dari sisi inlet mengalir ke dalam zona pembakaran. Dari Gambar 1(a)
terlihat bahwa terjadi kontak pertama terjadi antara gas dan udara dari inlet bagian tengah dan
luar. Kontak yang terjadi menyebabkan mixing antara gas dan udara, sehingga mulai terjadi
reaksi antara metana dan oksigen. Hal ini ditandai dengan naiknya suhu seperti ditunjukkan
pada Gambar 1(b). Konsentrasi metana (Gambar 1e) dan konsentrasi oksigen (Gambar 1f)
mulai berkurang.
Kecepatan linear fluida semakin menurun mendekati outlet zona pembakaran. Turunnya
kecepatan menyebabkan waktu kontak antara gas dan udara menjadi semakin lama sehingga
reaksi berjalan lebih sempurna dimana konsentrasi oksigen semakin menurun dan habis
Reaksi yang terjadi menghasilkan panas reaksi sehingga terjadi kenaikan suhu hingga
mencapai 1875 K seperti ditunjukkan pada Gambar 1(b).
a

(c)

e h

b
b
b
Gambar 1. Kontur hasil simulasi di zona
pembakaran secondary
reformer (a) kecepatan fluida
(b) temperatur (c) mean mixture fraction (d) mixture fraction variance (e) fraksi mol CH4
(f) fraksi mol O2

Kontur mean mixture fraction dapat dilihat pada Gambar 1(c). Proses mixing terjadi pada
zona yang berwarna kuning dan hijau. Nilai variance antara gas dan udara paling besar
terdapat pada zona berwarna merah seperti tampak pada Gambar 1(d). Hal ini menunjukkan
pada zona ini belum terjadi proses mixing yang baik. Mixing semakin baik terjadi pada zona
5

berwarna kuning dan hijau seperti ditunjukkan pada Gambar 1(d). Semakin kecil nilai
variance, maka campuran gas makin homogen.
Berdasarkan simulasi di zona pembakaran secondary reformer dengan mengasumsikan
burner dalam kondisi baik, terlihat ada suhu maksimum di sisi tengah zona pembakaran. Suhu
maksimum hasil simulasi mencapai 1875 K atau 1602 oC. Pemeriksaan saat Turn Around
Pusri II bulan Juni 2012 menunjukkan adanya hotspot di sisi tengah outlet zona pembakaran
dan sesuai dengan hasil simulasi walaupun dari sisi besaran nilai suhu dapat dimungkinkan
terjadinya perbedaan. Dari data spesifikasi teknis vendor penyedia hexagonal bricks untuk
secondary reformer, tercatat kemampuan maksimal hexagonal bricks untuk menahan panas
sebesar 1800 oC.
Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa distribusi kecepatan, suhu dan konsentrasi
fluida di zona pembakaran dengan mengasumsikan burner dalam kondisi baik tidak
menyebabkan terjadinya kerusakan hexagonal brick dan katalis di sisi tengah outlet zona
pembakaran. Namun ada kemungkinan kualitas material hexagonal brick kurang baik
sehingga temperatur fluida walaupun masih di bawah kemampuan teknis hexagonal brick
menahan panas dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hexagonal brick dan katalis di sisi
tengah outlet zona pembakaran.
IV.2. Pengaruh Perubahan Laju Alir Umpan
Hasil simulasi perubahan laju alir umpan di zona pembakaran secondary reformer dengan
variasi laju alir gas yaitu 62.300, 66.000, 71.000 dan 75.000 kg/jam. dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Grafik fraksi mol metana di outlet zona pembakaran secondary reformer dengan
variasi laju alir gas
6

Gambar 2 menunjukkan bahwa fraksi mol metana secara keseluruhan mengalami


penurunan pada tiap sisi outlet zona pembakaran untuk tiap variasi laju alir fluida. Semakin
tinggi laju alir fluida, maka konsentrasi metana akan makin rendah. Fraksi mol metana paling
kecil pada laju alir 75.000 kg/jam dengan rata-rata sebesar 1,733 x 102. Fraksi mol metana
paling besar pada laju alir 62.300 kg/jam dengan rata-rata sebesar 1,777 x 102.
Pengaruh laju alir umpan terhadap fraksi mol oksigen dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa secara umum nilai fraksi mol oksigen pada outlet zona
pembakaran sangat kecil atau oksigen habis bereaksi di zona pembakaran. Fraksi mol oksigen
secara keseluruhan mengalami penurunan di tiap outlet zona pembakaran untuk tiap variasi
laju alir. Makin tinggi laju alir fluida, maka fraksi mol oksigen makin menurun. Fraksi
oksigen paling kecil pada laju alir 75.000 kg/jam dengan rata-rata sebesar 2,792 x 105. Fraksi
mol oksigen paling besar pada laju alir 62.300 kg/jam dengan rata-rata sebesar 5,004 x 105.

Gambar 3. Grafik fraksi mol oksigen di outlet zona pembakaran secondary reformer dengan variasi
laju alir umpan (a) posisi outlet 1 20 (b) posisi outlet 21 40

Dari Gambar 2 dan 3 tampak bahwa semakin tinggi laju alir umpan, maka konsentrasi
metana dan oksigen di outlet zona pembakaran semakin rendah. Hal ini disebabkan karena
kenaikan laju alir umpan menyebabkan turbulensi di zona pembakaran semakin besar
sehingga proses mixing antar partikel dan proses terjadinya reaksi antara metana dan oksigen
menjadi semakin baik.
IV.3. Pengaruh Perubahan Suhu Udara Umpan
Suhu udara umpan divariasikan pada suhu 440, 460, 480 dan 500 oC. Hasil simulasi
fraksi mol metana dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa fraksi mol
metana pada setiap posisi outlet zona pembakaran mengalami penurunan untuk setiap variasi
suhu udara umpan. Makin tinggi suhu udara umpan, maka fraksi mol metana akan makin
menurun.Gambar 5 menunjukkan bahwa fraksi mol oksigen pada setiap posisi outlet zona
7

pembakaran mengalami penurunan untuk setiap variasi suhu udara umpan. Nilai fraksi
oksigen secara umum sangat kecil sehingga bisa dianggap oksigen sudah habis bereaksi di
zona pembakaran.

Gambar 4. Grafik fraksi mol metana di outlet zona pembakaran secondary reformer dengan variasi
temperatur udara umpan (a) posisi outlet 1 20 (b) posisi outlet 21 40

Gambar 5. Grafik fraksi mol oksigen di outlet zona pembakaran secondary reformer dengan variasi
temperatur udara umpan (a) posisi outlet 1 20 (b) posisi outlet 21 40

Kenaikan suhu udara umpan akan menaikkan konstanta kecepatan reaksi sesuai dengan
persamaan Arrhenius (Fogler, 1999). Kecepatan reaksi yang meningkat menyebabkan reaksi
metana dengan oksigen menjadi lebih cepat sehingga konsentrasi metana dan oksigen pada
outlet zona pembakaran lebih kecil seiring dengan kenaikan suhu udara umpan.
IV.4. Pengaruh Perubahan Jarak Burner terhadap Outlet Zona Pembakaran
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh perubahan jarak burner terhadap outlet zona
pembakaran. Jarak burner yang divariasikan adalah 1103, 1133, 1163 dan 1193 mm.
Berdasarkan Gambar 6(a), semakin jauh jarak burner terhadap sisi outlet zona pembakaran
maka distribusi laju alir fluida di sepanjang sisi outlet zona pembakaran makin merata.
Penambahan jarak burner menyebabkan kecepatan fluida semakin menurun saat mendekati
outlet zona pembakaran sehingga tumbukan fluida dengan hexagonal brick berkurang dan
menyebabkan rentang laju alir lebih kecil dibandingkan dengan jarak burner yang lebih
pendek. Rentang laju alir paling besar terjadi pada jarak burner terhadap sisi outlet zona
pembakaran sebesar 1103 mm (kondisi desain yang digunakan saat ini) sebesar 2,076 x 102
8

kg/s. Rentang laju alir paling kecil terjadi pada jarak burner sebesar 1193 mm sebesar 1,963 x
101 kg/s.

Gambar 6. Grafik rentang nilai di outlet zona pembakaran secondary reformer dengan berbagai
variasi jarak burner (a) laju alir fluida (b) fraksi mol metana

Pengaruh jarak burner terhadap distribusi fraksi mol metana di outlet zona pembakaran
juga dipelajari. Grafik distribusi fraksi mol metana di sisi outlet zona pembakaran dapat
dilihat pada Gambar 6(b). Pada jarak burner 1103 mm, rentang fraksi mol metana sebesar
1,559 x 102. Pada jarak burner 1193 mm, rentang fraksi mol metana sebesar 1,303 x 102.
Distribusi fraksi mol metana di sepanjang sisi outlet zona pembakaran semakin merata
seiring dengan penambahan jarak burner.
IV.5. Pengaruh Perubahan Sudut Burner Distribusi Fluida di Outlet Zona Pembakaran
Pengaruh perubahan sudut burner terhadap distribusi laju alir fluida dan fraksi mol
metana di outlet zona pembakaran dipelajari dalam penelitian ini. Variasi sudut burner yang
dilakukan adalah 35, 40, 45 dan 50 derajat. Rentang laju alir fluida di outlet zona pembakaran
secondary reformer paling kecil didapat pada burner dengan sudut 35o dengan nilai 1,564 x
101 kg/s, seperti

terlihat pada Gambar 7(a). Rentang laju alir fluida di outlet zona

pembakaran secondary reformer paling besar didapat pada burner dengan sudut 45o dengan
nilai 2,078 x 101 kg/s. Berdasarkan hasil simulasi, distribusi laju alir fluida yang seragam
didapat pada burner dengan sudut 35o.

Gambar 7. Grafik rentang nilai di outlet zona pembakaran secondary reformer


dengan variasi sudut burner (a) laju alir fluida (b) fraksi mol metana
9

Berdasarkan Gambar 7(b), terlihat bahwa fraksi mol metana pada sudut burner 35o
memiliki rentang distribusi paling besar, antara 0 sampai 2,298 x 102. Nilai fraksi mol
metana nol terdapat pada posisi outlet 1-5. Hal ini menunjukkan bahwa metana habis bereaksi
dan masih ada oksigen yang tidak habis bereaksi. Rentang nilai fraksi mol metana paling
besar pada sudut 35o dengan nilai 1,559 x 102 dan fraksi mol metana paling rendah didapat
pada sudut burner 45o dengan nilai 2,298 x 102. Hal ini menunjukkan distribusi fraksi mol
metana paling seragam didapat pada simulasi dengan sudut burner 45o atau sesuai dengan
desain burner yang digunakan saat ini.

V. KESIMPULAN
Simulasi CFD menggunakan model realizable k-epsilon menunjukkan bahwa dengan
mengasumsikan burner dalam kondisi baik, maka tidak menyebabkan terjadinya hotspot yang
menyebabkan kerusakan pada hexagonal brick dan katalis di outlet zona pembakaran
secondary reformer pabrik Amoniak P-II
Kenaikan laju alir umpan dan suhu udara umpan menyebabkan penurunan konsentrasi
metana dan oksigen di outlet zona pembakaran secondary reformer. Dari simulasi terlihat
bahwa penambahan jarak burner terhadap sisi outlet zona pembakaran menyebabkan
distribusi laju alir fluida dan konsentrasi metana lebih merata di setiap sisi outlet. Sudut
burner yang semakin kecil menyebabkan distribusi laju alir fluida semakin merata pada setiap
sisi outlet zona pembakaran, namun rentang distribusi konsentrasi metana paling besar
dibandingkan dengan sudut burner yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Ansys, Inc.,2010, ANSYS FLUENT Theory Guide, Release 13.0, Canonsburg.
Ansys, Inc.,2010, ANSYS FLUENT Users Guide, Release 13.0, Canonsburg.
Andersson, B., Andersson, R., Hakansson, L., Mortensen, M., Sudiyo, R., dan van Wachem,
B., 2012, Computational Fluid Dynamics for Engineers, 1st ed., Cambridge University
Press, New York.
Bird, R. B., Steward, W.E., dan Lightfoot,E.N., 2002, Transport Phenomena, 2nd ed., New
York, John Wiley & Sons, Inc.
Fogler, H.S., 1999, Elements od Chemical Reaction Engineering, 3rd ed., Prentice Hall PTR,
New Jersey.
PT. Pupuk Sriwidjaja, 1973, Final Job Specifications for Expansion of Urea Fasilities 660
MTPSD Ammonia Plant and Offsites, The M.W. Kellogg Company, Vol II.

10

Anda mungkin juga menyukai