2.1
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
yang
terampil
kegawatdaruratan kebidanan.
4. Beberapa tenaga terampil berada di rumah sakit perkotaan, padahal 70 %
wilayah di Bangladesh merupakan pedesaan.
5. Tenaga kesehatan kebanyakan tidak mau ditempatkan didaerah pedesaan
dan terpencil.
2.2
10
11
Kegiatan
utama
dalam
12
2.3
ANALISIS KEBIJAKAN
13
penurunan angka kematian ibu adalah analisis berorientasi masalah. Pada studi
kasus ini pemerintah lebih menitik beratkan kepada pelatihan terhadap tenaga
kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan. Pelatihan
ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan distribusi tenaga kesehatan
terampil di wilayah Bangladesh, sehingga masyarakat dapat dilayani oleh tenaga
terampil pada saat persalinan.
Masyarakat Bangladesh 70% berada di wilayah pedesaan dan tidak terdapat
tenaga terampil. Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan untuk
memperbanyak tenaga kesehatan terampil, sehingga dapat di distribusikan ke
wilayah-wilayah pedesaan. Kebijakan tersebut juga masih menemui berbagai
macam kendala dan yang paling penting adalah dana dan sumber daya manusia.
Kurangnya ketersediaan dana dan sumberdaya lainnya pada Pemerintah
Bangladesh untuk pelaksanaan pelatihan baik di Nepal dan Bangladesh, maka
beberapa mitra membantu baik berupa dana maupun teknis dalam pelaksanaan
pelatihan tersebut. Selain itu sumber daya manusia yang akan dilatih juga masih
ada kekurangan jika akan disebarkan ke seluruh wilayah Bangladesh. Oleh karena
itu pemerintah Bangladesh langsung mengambil lulusan baru (freshgraduate)
untuk mendapatkan pelatihan dan ditempatkan di pedesaan.
Selain pelatihan kegawatdaruratan kebidanan pemerintah Bangladesh juga
mengeluarkan kebijakan tentang WRLH yaitu selain pelatihan juga didukung
dengan fasilitas kesehatannya. Hal ini juga bertujuan untuk menurunkan angka
kematian ibu di Bangladesh.
Kebijakan tersebut ideal jika diterapkan, namun dengan adanya semua
pedesaan yang akan disediakan rumah sakit dan peralatan kesehatan yang
14
15
jumlah dana yang telah dikeluarkan dengan hasil yang telah dicapai antara lain
peningkatan ketrampilan sehingga dapat menekan anga kematian ibu. Pemantauan
dan pengawasan pelayanan kesehatan sebaiknya selalu dilaksanakan sebelumnya,
sehingga tidak hanya monitoring tenaga yang sudah pelatihan. Rekomendasi
program pelatihan berbasis proyek yaitu masyarakat terampil dan mahasiswa
lulusan perawat-bidan secara terintegrasi mengikuti pelatihan tersebut sehingga
dapat langsung melayani masyarakat dengan baik. Namun hal tersebut juga akan
memakan biaya, namun jika kurikulum pelatihan dimasukkan dalam mata kuliah
perawat-bidan dan tenaga kesehatan yang lainnya akan mendapatkan lulusan yang
pasti berkualitas.
2.4
ANALISIS ORGANISASI
Pemerintah Bangladesh melalui Kementerian Kesehatan menekan angka
kematian
ibu,
kegawatdaruratan
salah
satunya
kebidanan.
dengan
mengadakan
Kementerian
Kesehatan
pelatihan
pelayanan
melalui
Direktorat
16
fakultas kedokteran pasti juga berkoordinasi dengan rumah sakit yang ada di
kabupaten dalam rangka pelatihan tersebut.
Selain itu pemerintah Bangladesh dalam WRLH menambahkan pola
pelatihannya yaitu pelatihan tim kegawatdaruratan kebidanan. Dengan adanya tim
kegawatdaruratan kebidanan, pelayanan akan lebih baik daripada jika tidak
dilakukan pola tim. Untuk menciptakan tim yang solid diperlukan berbagai aspek
pendukung di dalamnya yaitu perilaku organisasi. Dalam organisasi terdapat pola
kepemimpinan yang mempengaruhi pekerjaan tim tersebut. Oleh karena itu tidak
hanya membangun tim kegawatdaruratan kebidanan, namun juga diperlukan
adanya perilaku organisasi yang baik sehingga tercipta tim yang solid.
2.5
ANALISIS MANAJEMEN
Fungsi (POSDECorBE) dan proses (POAC) manajemen sudah dilaksanakan
17
Logistik, Manajemen
Informasi.
Dalam MSDM yang terkait dengan pelatihan yaitu Training Need
Assesment (TNA) di dalam studi kasus tidak dijelaskan mengenai hal tersebut,
langsung disebutkan bahwa tenaga medis dan kesehatan memerlukan pelatihan
lebih lanjut yaitu kegawatdaruratan kebidanan untuk menolong ibu bersalin.
Kemungkinan hal tersebut telah dilaksanakan, tetapi tidak disampaikan.
Kurikulum pelatihannya diperoleh dari negara Nepal dan disempurnakan oleh
pemerintah Bangladesh sehingga setelah mampu melaksanakan sendiri tidak lagi
mengirim tenaga untuk pelatihan di Nepal. Di dalam studi kasus disampaikan
terkait perencanaan hasil pelatihan tenaga yang telah dilatih yang berhubungan
dengan proses persalinan ditolong tenaga terlatih.
Selain itu dalam studi kasus ini juga dibahas tentang distribusi tenaga
terlatih di Bangladesh. Setelah dilaksanakan pelatihan, tenaga terlatih tersebut
akan didistribusikan ke seluruh wilayah Bangladesh secara merata. Hal ini
dimaksudkan supaya masyarakat dekat dan cepat mendapatkan tenaga terlatih.
Selain MSDM juga ada Manajemen Keuangan dan Logistik yang berperan
dalam studi kasus ini. Pengadaan pelatihan ini mempunyai kontribusi terhadap
keuangan negara. Dalam hal ini dikarenakan kondisi keuangan pemerintah
Bangladesh tidak cukup untuk membiayai pelatihan tersebut, oleh karena itu
dibantu oleh beberapa lembaga-lembaga dalam pelaksanaan pelatihan tersebut.
Selain biaya pelatihan bantuan dari lembaga-lembaga juga berupa logistik terdiri
dari gedung dan peralatan yang memadai dalam menunjang kegiatan setelah
pelatihan tersebut. Pemerintah Bangladesh tetap harus menyiapkan biaya
18
pemeliharaan gedung dan peralatan. Selain itu juga gaji serta tunjangan tenaga
medis dan kesehatan yang di distribusikan ke seluruh wilayah Bangladesh.
2.6
tenaga kesehatan berada di rumah sakit kabupaten tetapi dengan adanya angka
kematian ibu yang tinggi, pemerintah mengambil kebijakan untuk melatih tenaga
kesehatan yang belum terlatih dan ditempatkan di pedesaan. Sehingga di pedesaan
masyarakat juga dapat memperoleh pelayanan kesehatan oleh tenaga terlatih.
Kebijakan ini menimbulkan retensi, karena beberapa tenaga kesehatan yang tidak
bersedia ditempatkan di pedesaan. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk
memberikan uang perjalanan dan uang harian. Namun hal tersebut tidak cukup
bisa mengatasi hal tersebut. Pemerintah berupaya untuk merekrut lulusan baru
yang berasal dari pedesaan untuk diberikan pelatihan sehingga mau ditempatkan
di pedesaan kembali ke asalnya.
19