Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama

: Tn. JS

Umur

: 32 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Buruh Lepas Harian

Alamat

: Dalam Kota

MRS

: 22 Agustus 2014 Pukul 15.47

B. Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha kiri
Riwayat Perjalanan Penyakit
1 tahun SMRS, penderita mengeluh timbul benjolan pada lipat paha kiri
ukuran sebesar telur ayam. Benjolan masih dapat masuk kembali ke dalam rongga
perut. Benjolan muncul bila pasien berdiri dan menghilang saat pasien berbaring.
Pasien mengeluh nyeri pada benjolan. Nyeri hilang timbul, nyeri berkurang saat
istirahat. Mual (-), muntah (-), perut kembung (-), demam (-). BAK tidak ada
keluhan. Pasien sering susah BAB dan sering mengedan. Pasien berobat ke
Puskesmas, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang,
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama disangkal

Riwayat sulit BAB sebelumnya ada


Riwayat operasi pada daerah perut disangkal
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Gizi

: TB 160 cm BB 65 kg IMT 25,3 Overweight

Pernafasan

: 20x/menit

Nadi

: 72x/menit

Tekanan darah

: 120/80mmHg

Suhu

: 36,4 C

Pupil

: Isokor, refleks cahaya +/+

Kepala

: Tidak ada kelainan

Leher

: Tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening

: Tidak ada pembesaran

Thoraks

Cor
Pulmo

: HR=72x/menit, murmur (-), gallop (-)


: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-)

Abdomen

: Lihat status lokalis

Genitalia Eksterna

: Lihat status lokalis

Ekstremitas atas

: Tidak ada kelainan

Ekstremitas bawah

: Tidak ada kelainan

Valsava test

: (+)

Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Lemas

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Regio Inguinalis Sinistra (Tes Valvasa)


Inspeksi : Tampak benjolan seukuran telur ayam, warna sama dengan sekitar,
transluminasi (-)
Palpasi

: Teraba benjolan, batas atas tidak jelas, konsistensi kenyal, ukuran 10 x


8 x 3 cm, permukaan rata, massa dapat didorong masuk ke rongga perut,
finger tip test (+)

Rektal Toucher:
Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, prostat tidak teraba, ampula kosong, feces (+),
darah dan lendir (-).
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (22 Agustus 2014)
Hemoglobin

: 16,9 g/dL

(14-18 g/dl)

Eritrosit

: 4.800.000 / mm3

(4.20 4.87 106/ mm3)

Hematokrit

: 48 vol%

(40-48 vol%)

Leukosit

: 8.200/ mm3

(5.000-10.000/ mm3)

Hitung jenis leukosit

Basofil

:0

(0-1)

Eosinofil

:4

(1-6)

Netrofil batang

:0

(2-6)

Netrofil segmen

: 61

(50-70)

Limfosit

: 30

(35-40)

Monosit

:5

(2-8)

Trombosit

: 260.000/mm3

(150.000-400.000/mm3)

Glukosa Sewaktu

: 82 mg/dL

(<200 mg/dL)

Natrium

: 147 mEq/L

(135-155 mEq/L)

Kalium

: 3,9 mEq/L

(3,6-5,5 mEq/L)

E. Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis
F. Penatalaksanaan
Edukasi
Diet nasi biasa
Pro hernioraphy
G. Prognosis
Quo Ad Vitam

: Bonam

Quo Ad Functionam

: Bonam

H. Follow Up
23 Agustus 2013
S : O : Keadaan umum : Sakit sedang
Sensorium

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 84x/menit

Pernafasan

: 19x/menit

Suhu

: 36,7oC

Status lokalis
Regio abdomen

Inspeksi

: datar

Palpasi

: lemas, nyeri tekan (-)

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

A : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis


P : Diet nasi biasa
Pro hernioraphy selektif

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. 1,2,3 Terdapat beberapa poin
penting dalam hernia, yaitu : defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga,
kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia yaitu daerah penyempitan kantung
hernia akibat defek tersebut.1,4
Hernia Inguinalis adalah kondisi dimana lemak intra-abdominal atau
bagian dari intestinum menonjol melewati defek atau bagian lemah dari otot
abdomen bagian bawah.5

B.

KLASIFIKASI HERNIA
1. Menurut lokasinya1-6 :

Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha

Hernia umbilikus adalah di pusat

Hernia femoralis adalah di paha

2. Berdasarkan klinis hernia dibedakan menjadi1,2,3,4,6:

Hernia reponibilis yaitu hernia yang isinya dapat keluar masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut.
Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus

Hernia irreponibilis yaitu hernia yang isinya tidak dapat lagi masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia

Hernia inkarserata yaitu hernia yang tidak dapat lagi kembali ke rongga
abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong

hernia terperangkap. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan


pada hernia ireponibilis untuk gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut hernia strangulata
3. Berdasarkan gambaran dari luar dibedakan menjadi 2,6:

Hernia eksterna, terjadinya dapat terlihat dari luar

Hernia interna, terjadinya tidak dapat terlihat dari luar

4. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas 1:

Hernia kongenital adalah hernia yang terjadi pada saat bayi berada dalam
kandungan dan menetap sampai bayi lahir

Hernia acquisita adalah hernia yang terjadi akibat faktor peningkatan


tekanan intra abdomen

5. Hernia interna sering terdiagnosa secara kebetulan atau ada penyulit seperti
inkarserata. Lokasi terjadinya hernia interna adalah 6:

Foramen bochdalek yaitu lubang pada diafragma bagian posterolateral


yang terjadi akibat keterlambatan penutupan lipatan pada praperitoneal.

Foramen morgagni yaitu lubang di retro sternal diafragma. Merupakan


celah kongenital

Foramen winslowi atau melalui omentum yang lupa tertutup.

Foramen obturatoria

6. Jenis hernia lainnya1,2,4 :

Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang


terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior

Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum


secara lengkap

Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli

7. Menurut nama penemunya 4 :

Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosakral

Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral

Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit

C.

ANATOMI
Anatomi Daerah Inguinalis
Diperlukan pengertian secara komprehensif mengenai anatomi lipat paha
agar dapat secara tepat memilih dan menggunakan berbagai pilihan hernioraphy.
Sebagai tambahan, hubungan antar otot, aponeuroses, fascia, saraf, pembuluh
darah, dan struktur cord sprematik dari regio inguinal harus dikuasai guna
menurunkan insidensi kekambuhan dan mencegah komplikasi.2
Inguinal dan femoral dibagi oleh garis yang menghubungkan SIAS dan
symphisis. Bila terjadi di atas garis adalah hernia inguinalis dan bila terjadi di
bawah garis adalah hernia femoralis.4

Gambar 2.1. Anatomi Regio Inguinal 4

Ligamentum

inguinalis

pouperti

menghubungkan

SIAS

dengan

tuberculum pubicum. Ligamentum ini merupakan akhir dari M.obliquus


abdominis externus yang melengkung. Sebelum melengkung, akan menjadi
aponeurosis yang menjadi atap dari canalis inguinalis. Inguinal diperdarahi oleh
a.epigastrika inferior yang merupakan cabang dari a.illiaca eksterna.1
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara
cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas
deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat
otot cremaster, pleksus pampiniformis (berasal dari kumpulan vena spermatica),
arteri testicularis, nervus ramus genital, nervus genitofemoralis, ductus deferens,
arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.2
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial. Dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal (pouperti) dan
ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh
fascia transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dinding cepal dari
kanalis inguinalis

di bangun oleh Aponeurosis oblique internal dan

musculoaponeurosis transversus abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah


bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah. 2

10

Gambar 2.2. Diagram Nyhus's classic parasagittal dari region midinguinal 2

Gambar 2.3. Anatomi Inguinal Canal dalam Gambaran Pelvis 2

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari


trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,
dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirek.1,2,3

11

Gambar 2.4. Anatomi Inguinal dari Prespektif Posterior 2

Sehingga berdasarkan pintu masuk hernia inguinalis dibedakan menjadi 1-6:

Hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang melalui trigonum


hasselbach. Batas trigonum hasselbach bagian lateral adalah vasa
epigastrika inferior, medial oleh pinggir otot rectus, inferior oleh ligamen
inguinalis pouperti, dan bagian superior diabatasi oleh falx inguinalis.
Trigonum hasselbach akan lemah pada dasarnya bila berusia lanjut,
sehingga hampir 100% terjadi pada orang berusia lanjut. Jarang terjadi
inkarserata karena ukuran trigonum inilebih besar dan terdiri dari jaringan
otot yang lunak. Bentuk hernia bulat, dan bila berdiri kelihatan menonjol
dan bila tidur langsung hilang.

12

Gambar 2.5. Segitiga Hesselbach's

Hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang melalui 2 pintu sebelum


dilihat dari luar yaitu anulus inguinalis internus dan eksternus. Terjadi
pada anak sampai orang tua. Sering terjadi inkarserata karena anulusnya
kecil dan terdiri dari jaringan fibrous. Bentuk hernia seperti tabung
karena dalam bundel spermatikus.

Gambar 2.6. Anatomi dari struktur preperitoneal


inguinal sebelah kanan 2

pada

13

D.

EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha.2,3,6 Di berbagai negara di dunia, hernia
inguinal lebih sering terjadi 8 hingga 20 kali daripada hernia femoral.
Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh kali daripada wanita dan sekitar
55% hernia inguinal terjadi pada sisi kanan. Sekitar 70 % dari hernia inguinal
adalah hernia inguinal indirek. Hernia bilateral empat kali lebih sering terjadi
pada hernia direk daripada hernia indirek. Setiap tahun, sekitar 85 000 reparasi

E.

hernia inguinal dilakukan di Inggris dan 750 000 kasus di Amerika. 4


ETIOLOGI
Hernia inguinal disebabkan oleh multifaktorial. Predisposisi keluarga juga
diduga memiliki peranan pada terjadinya hernia inguinal.8 Berikut faktor yang
diduga menjadi pencetus terjadinya hernia inguinal 17 :
1. Lemahnya dinding rongga perut, baik bawaan maupun didapat
2. Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada empat-tempat
tertentu.
b. Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (01
tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk,
menangis).
3. Aquisial
Hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara
lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi yang dapat mengakibatkan distensi
dinding abdomen. Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan
yang baik saat BAB maupun BAK, sering mengangkat benda berat,
sering latihan fisik berta, dan pasien dengan riwayat batuk lama

14

b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan


ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena
hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
c.

menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR


Akibat dari pembedahan sebelumnya. Kelemahan otot dinding perut
antara lain dapat terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan

n.illiofemoralis setelah appendektomi.


d. Penyakit yang melemahkan dinding perut
e.
Merokok. Merokok dapat menyebabkan kerusakan metabolisme
kolagen yang dapat mengakibatkan formasi hernia dan mengakibatkan
f.
F.

metastase emfisema
Diabetes mellitus

PATOFISIOLOGI
1.
Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. 8
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah
ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan

15

tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan
dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. 1.4
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi
sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila
terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian
terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan
akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi
nekrosis. 1,3,4,9

2.

Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)


Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh

faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus
inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan
pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi. 6
3.

Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)

16

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral


pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua
pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia
lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital
atau akuisita.1,6
Hernia inguinalis indirek kongenital terjadi bila processus vaginalis
peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga
kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria
testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong
peritoneum tersebut. 1,5,6
Hernia inguinalis indirekta akuisita terjadi bila penutupan processus
vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong
peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak menutup pada
waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman
perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.
1,6

G.

DIAGNOSIS
a.
Gejala
Banyak pasien hernia tidak menunjukan gejala hingga pasien menyadari
adanya pembengkakan di daerah lipat paha. Beberapa pasien menunjukan gejala
nyeri yang timbul mendadak dan bertambah berat ketika mengangkat benda
berat. Beberapa pasien mengeluh sensasi tarikan, terutama pada hernia inguinal
indirek, sensasi tersebut menjalar ke skrotum. Seiring dengan bertambah
besarnya hernia, pasien akan mengeluhkan sensasi tidak nyaman atau nyeri yang
menyebabkan pasien harus berbaring untuk mengurangi nyeri tersebut. Secara
umum, hernia direk menunjukkan lebih sedikit gejala daripada hernia indirek dan
jarang mengakibatkan inkarserata ataupun strangulata. 6
b.

Pemeriksaan Fisik

17

Pada hernia inguinal inkarserata, pemeriksaan fisik inspeksi ditemukan


benjolan dilipat paha yang tidak menghilang meski telah berbaring. Pada hernia
lateralis umumnya benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong sedangkan medialis tonjolan biasanya terjadi
bilateral, berbentuk bulat.1,2,3 Pada palpasi, jika titik tengah antar SIAS dengan
tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan dan terjadi
penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia
inguinalis medialis. Jika titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum
pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan dan teraba benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai hernia inguinalis
lateralis. Jika titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan dan teraba benjolan di
lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis
medialis.16 Pada perkusi bisa didapatkan perkusi perut kembung dan auskultasi
terdengar hiperperistaltis akibat obstruksi usus.1,3,5
H.

DIAGNOSIS BANDING

18

I.

TATALAKSANA
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioraphy.4
Herniotomi prinsipnya adalah pengikatan

pintu

hernia,

lalu

memotongnya. Sedapat mungkin kantong hernia dipotong sampai melewati pintu


hernia, lalu pintu dirapatkan dengan jahitan sehingga pada tempat ini membentuk
jaringan fibrostik. Meskipun telah dijahit daerah ini masih rawan sehingga tidak
menutup kemungkinan adanya hernia lagi karena jahitan terlepas. Untuk
mencegah berulangnya hernia maka diusahakan dengan teknik operasi yang baik,
menghindari faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdominal.
Hernioraphy merupakan gabungan herniotomi dan plasty (menutup
pintu). Pada bayi tidak perlu tindakan plasty karena anulus externus dan
internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang merupakan lokus
minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada hernioplasty dilakukan

19

tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding


belakang kanalis inguinalis.
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
diklompokkan dalam 4 kategori utama 2 :
i.

Kelompok 1: Open Anterior Repair


Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay, dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan
funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi
kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

ii.

Kelompok 2: Open Posterior Repair


Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan
masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian
kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior
adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering
digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut
dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi
regional atau anastesi umum.

iii.

Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh


Kelompok

3 operasi hernia

(teknik Lichtenstein

dan Rutkow)

menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan
tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.

20

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan


implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi
pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan
ini, dan teknik ini terus populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local,
regional atau general.

Gambar 2.7. Lichtenstein

iv.

Tension-Free Repair With Mesh 2

Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun

terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik


ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di region
inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus
halus dan pembentuka fistel karena paparan usus terhadap mesh.

21

Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan


menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau
total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan
trokar laparoscopic dalam cavum abdomendan memperbaiki region inguinal dari
dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum.sedangkan

pendekatan

TAPP

adalah

prosedur

laparoskopic

langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.


Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

Gambar 2.8. Total

Extraperitoneal (TEP) 2

22

BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang laki-laki, usia 32 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama
benjolan pada lipat paha kiri. Pada anamnesis diketahui 1 tahun SMRS, penderita
mengeluh timbul benjolan pada lipat paha kiri ukuran sebesar telur ayam. Benjolan
masih dapat masuk kembali ke dalam rongga perut. Benjolan muncul bila pasien berdiri
dan menghilang saat pasien berbaring. Benjolan pada lipat paha kanan yang masih dapat
masuk kembali ke dalam rongga perut menunjukan manifestasi hernia inguinal
reponibel. Pasien tidak mengeluh mual, muntah menunjukkan tidak adanya obstruksi
yang merupakan tanda hernia inkarserata. Perut kembung (-) menunjukan bahwa tidak
ada gangguan pasase isi usus. Pasien kemudian dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke
instalasi gawat darurat RSUP Mohammad Hoesin Palembang.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
regio abdominal didapatkan datar, lemas, timpani, dan bising usus (+) normal. Pada
pemeriksaan inspeksi regio inguinalis sinistra, ditemukan benjolan, warna sama dengan
sekitar, transluminasi (-). Pada palpasi didapatkan teraba benjolan, batas atas tidak tegas,
konsistensi kenyal, ukuran 10 x 8 x 3 cm, dan dapat masuk kembali ke dalam rongga
abdomen. Finger tip test (+) menunjukkan hernia merupakan hernia lateralis. Pada
pemeriksaan rektal toucher tidak ditemukan kelainan, seperti pembesaran prostat. Hernia
dipikirkan karena benjolan bersifat kenyal, dan batas atas tidak jelas, yang dapat

23

dicurigai sebagai massa usus. Lokasi benjolan yang mencapai scrotum, dapat dipikirkan
suatu hernia inguinalis lateralis.
Kemungkinan benjolan adalah suatu hidrokel dapat disingkirkan dari pemeriksaan
fisik, dimana transluminasi benjolan negatif. Benjolan yang bersifat kenyal dan
berwarna sama dengan sekitar dapat menyingkirkan pembesaran testis karena orchitis
yang akan terlihat tanda-tanda radang dan batasnya jelas. Kemungkinan suatu tumor
juga disingkirkan karena benjolan teraba kenyal. Kemungkinan suatu torsio testis dapat
disingkirkan dari didapatkan kedua testis ada di kantong kemaluan dan teraba normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium) tidak didapatkan kelainan.
Nilai leukosit yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada regio inguinal dan skrotal. Pada kasus hernia inguinalis
dengan strangulasi dapat ditemukan leukositosis dengan shift to the left. Selain itu,
pemeriksaan kadar elektrolit darah juga didapatkan normal yang menandakan tidak
adanya ketidakseimbangan elektrolit akibat muntah yang dialami pasien (dehidrasi).
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah hernia inguinalis lateralis sinistra
reponibilis. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi operatif
selektif, yaitu hernioraphy. Selain itu, pasien juga diberikan diet nasi biasa.
Prognosis pada pasien ini baik secara vitam maupun functionam adalah bonam
karena tidak dijumpai adanya komplikasi dan tanda-tanda obstruksi usus.

24

DAFTAR PUSTAKA
1.

Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC, 2004;

2.

h.700-18
Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Acosta J, Adams Jr CA, Alarcon LH, et

3.

al. Sabiston Textbook of Surgery. 18th ed. Canada : Elsevier, 2008; P 44.1-15
Zinner M J, Ashley SW. Maingots Abdominal Operations. 11th ed. New york:

4.

Mc.Graw Hill, 2007; P.5.1-5.12


Cheek C, Kingsnorth A. Inguinal and Femoral Hernias. In: Butcher I. Oxford

5.

Textbook Of Surgery. 2th ed. England : Oxford University Press, 2002; P 35.1
US Department of Health and Human Service. Hernia Inguinalis. In: National
Institute

of

Health.

Nasional

Digestive

Disease.

6.

http://www.digestive.niddk.nih.gov, 2010.
Doherty GM. Current diagnosis and treatment. 13th ed. New york: Mc.Graw

7.

Hill, 2009; P.32.1


Brunicardi FC, et al. Schwartz's Principles of Surgery. 9th ed. New york:

8.

Mc.Graw Hill, 2010; P 37.1


Ganong WF. Review Of Medical Physiology. 21th ed. New york: Mc.Graw Hill,
2003

Anda mungkin juga menyukai