LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama
: Tn. JS
Umur
: 32 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
Alamat
: Dalam Kota
MRS
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha kiri
Riwayat Perjalanan Penyakit
1 tahun SMRS, penderita mengeluh timbul benjolan pada lipat paha kiri
ukuran sebesar telur ayam. Benjolan masih dapat masuk kembali ke dalam rongga
perut. Benjolan muncul bila pasien berdiri dan menghilang saat pasien berbaring.
Pasien mengeluh nyeri pada benjolan. Nyeri hilang timbul, nyeri berkurang saat
istirahat. Mual (-), muntah (-), perut kembung (-), demam (-). BAK tidak ada
keluhan. Pasien sering susah BAB dan sering mengedan. Pasien berobat ke
Puskesmas, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang,
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama disangkal
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Gizi
Pernafasan
: 20x/menit
Nadi
: 72x/menit
Tekanan darah
: 120/80mmHg
Suhu
: 36,4 C
Pupil
Kepala
Leher
Thoraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Genitalia Eksterna
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Valsava test
: (+)
Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Lemas
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Rektal Toucher:
Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, prostat tidak teraba, ampula kosong, feces (+),
darah dan lendir (-).
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (22 Agustus 2014)
Hemoglobin
: 16,9 g/dL
(14-18 g/dl)
Eritrosit
: 4.800.000 / mm3
Hematokrit
: 48 vol%
(40-48 vol%)
Leukosit
: 8.200/ mm3
(5.000-10.000/ mm3)
Basofil
:0
(0-1)
Eosinofil
:4
(1-6)
Netrofil batang
:0
(2-6)
Netrofil segmen
: 61
(50-70)
Limfosit
: 30
(35-40)
Monosit
:5
(2-8)
Trombosit
: 260.000/mm3
(150.000-400.000/mm3)
Glukosa Sewaktu
: 82 mg/dL
(<200 mg/dL)
Natrium
: 147 mEq/L
(135-155 mEq/L)
Kalium
: 3,9 mEq/L
(3,6-5,5 mEq/L)
E. Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis
F. Penatalaksanaan
Edukasi
Diet nasi biasa
Pro hernioraphy
G. Prognosis
Quo Ad Vitam
: Bonam
Quo Ad Functionam
: Bonam
H. Follow Up
23 Agustus 2013
S : O : Keadaan umum : Sakit sedang
Sensorium
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernafasan
: 19x/menit
Suhu
: 36,7oC
Status lokalis
Regio abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. 1,2,3 Terdapat beberapa poin
penting dalam hernia, yaitu : defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga,
kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia yaitu daerah penyempitan kantung
hernia akibat defek tersebut.1,4
Hernia Inguinalis adalah kondisi dimana lemak intra-abdominal atau
bagian dari intestinum menonjol melewati defek atau bagian lemah dari otot
abdomen bagian bawah.5
B.
KLASIFIKASI HERNIA
1. Menurut lokasinya1-6 :
Hernia reponibilis yaitu hernia yang isinya dapat keluar masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut.
Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus
Hernia irreponibilis yaitu hernia yang isinya tidak dapat lagi masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia
Hernia inkarserata yaitu hernia yang tidak dapat lagi kembali ke rongga
abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
Hernia kongenital adalah hernia yang terjadi pada saat bayi berada dalam
kandungan dan menetap sampai bayi lahir
5. Hernia interna sering terdiagnosa secara kebetulan atau ada penyulit seperti
inkarserata. Lokasi terjadinya hernia interna adalah 6:
Foramen obturatoria
Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral
Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit
C.
ANATOMI
Anatomi Daerah Inguinalis
Diperlukan pengertian secara komprehensif mengenai anatomi lipat paha
agar dapat secara tepat memilih dan menggunakan berbagai pilihan hernioraphy.
Sebagai tambahan, hubungan antar otot, aponeuroses, fascia, saraf, pembuluh
darah, dan struktur cord sprematik dari regio inguinal harus dikuasai guna
menurunkan insidensi kekambuhan dan mencegah komplikasi.2
Inguinal dan femoral dibagi oleh garis yang menghubungkan SIAS dan
symphisis. Bila terjadi di atas garis adalah hernia inguinalis dan bila terjadi di
bawah garis adalah hernia femoralis.4
Ligamentum
inguinalis
pouperti
menghubungkan
SIAS
dengan
10
11
12
pada
13
D.
EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha.2,3,6 Di berbagai negara di dunia, hernia
inguinal lebih sering terjadi 8 hingga 20 kali daripada hernia femoral.
Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh kali daripada wanita dan sekitar
55% hernia inguinal terjadi pada sisi kanan. Sekitar 70 % dari hernia inguinal
adalah hernia inguinal indirek. Hernia bilateral empat kali lebih sering terjadi
pada hernia direk daripada hernia indirek. Setiap tahun, sekitar 85 000 reparasi
E.
14
metastase emfisema
Diabetes mellitus
PATOFISIOLOGI
1.
Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. 8
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah
ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
15
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan
dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. 1.4
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi
sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila
terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian
terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan
akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi
nekrosis. 1,3,4,9
2.
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus
inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan
pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi. 6
3.
16
G.
DIAGNOSIS
a.
Gejala
Banyak pasien hernia tidak menunjukan gejala hingga pasien menyadari
adanya pembengkakan di daerah lipat paha. Beberapa pasien menunjukan gejala
nyeri yang timbul mendadak dan bertambah berat ketika mengangkat benda
berat. Beberapa pasien mengeluh sensasi tarikan, terutama pada hernia inguinal
indirek, sensasi tersebut menjalar ke skrotum. Seiring dengan bertambah
besarnya hernia, pasien akan mengeluhkan sensasi tidak nyaman atau nyeri yang
menyebabkan pasien harus berbaring untuk mengurangi nyeri tersebut. Secara
umum, hernia direk menunjukkan lebih sedikit gejala daripada hernia indirek dan
jarang mengakibatkan inkarserata ataupun strangulata. 6
b.
Pemeriksaan Fisik
17
DIAGNOSIS BANDING
18
I.
TATALAKSANA
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioraphy.4
Herniotomi prinsipnya adalah pengikatan
pintu
hernia,
lalu
19
ii.
iii.
3 operasi hernia
(teknik Lichtenstein
dan Rutkow)
menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan
tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.
20
iv.
Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
21
pendekatan
TAPP
adalah
prosedur
laparoskopic
Extraperitoneal (TEP) 2
22
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang laki-laki, usia 32 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama
benjolan pada lipat paha kiri. Pada anamnesis diketahui 1 tahun SMRS, penderita
mengeluh timbul benjolan pada lipat paha kiri ukuran sebesar telur ayam. Benjolan
masih dapat masuk kembali ke dalam rongga perut. Benjolan muncul bila pasien berdiri
dan menghilang saat pasien berbaring. Benjolan pada lipat paha kanan yang masih dapat
masuk kembali ke dalam rongga perut menunjukan manifestasi hernia inguinal
reponibel. Pasien tidak mengeluh mual, muntah menunjukkan tidak adanya obstruksi
yang merupakan tanda hernia inkarserata. Perut kembung (-) menunjukan bahwa tidak
ada gangguan pasase isi usus. Pasien kemudian dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke
instalasi gawat darurat RSUP Mohammad Hoesin Palembang.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
regio abdominal didapatkan datar, lemas, timpani, dan bising usus (+) normal. Pada
pemeriksaan inspeksi regio inguinalis sinistra, ditemukan benjolan, warna sama dengan
sekitar, transluminasi (-). Pada palpasi didapatkan teraba benjolan, batas atas tidak tegas,
konsistensi kenyal, ukuran 10 x 8 x 3 cm, dan dapat masuk kembali ke dalam rongga
abdomen. Finger tip test (+) menunjukkan hernia merupakan hernia lateralis. Pada
pemeriksaan rektal toucher tidak ditemukan kelainan, seperti pembesaran prostat. Hernia
dipikirkan karena benjolan bersifat kenyal, dan batas atas tidak jelas, yang dapat
23
dicurigai sebagai massa usus. Lokasi benjolan yang mencapai scrotum, dapat dipikirkan
suatu hernia inguinalis lateralis.
Kemungkinan benjolan adalah suatu hidrokel dapat disingkirkan dari pemeriksaan
fisik, dimana transluminasi benjolan negatif. Benjolan yang bersifat kenyal dan
berwarna sama dengan sekitar dapat menyingkirkan pembesaran testis karena orchitis
yang akan terlihat tanda-tanda radang dan batasnya jelas. Kemungkinan suatu tumor
juga disingkirkan karena benjolan teraba kenyal. Kemungkinan suatu torsio testis dapat
disingkirkan dari didapatkan kedua testis ada di kantong kemaluan dan teraba normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium) tidak didapatkan kelainan.
Nilai leukosit yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada regio inguinal dan skrotal. Pada kasus hernia inguinalis
dengan strangulasi dapat ditemukan leukositosis dengan shift to the left. Selain itu,
pemeriksaan kadar elektrolit darah juga didapatkan normal yang menandakan tidak
adanya ketidakseimbangan elektrolit akibat muntah yang dialami pasien (dehidrasi).
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah hernia inguinalis lateralis sinistra
reponibilis. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi operatif
selektif, yaitu hernioraphy. Selain itu, pasien juga diberikan diet nasi biasa.
Prognosis pada pasien ini baik secara vitam maupun functionam adalah bonam
karena tidak dijumpai adanya komplikasi dan tanda-tanda obstruksi usus.
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC, 2004;
2.
h.700-18
Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Acosta J, Adams Jr CA, Alarcon LH, et
3.
al. Sabiston Textbook of Surgery. 18th ed. Canada : Elsevier, 2008; P 44.1-15
Zinner M J, Ashley SW. Maingots Abdominal Operations. 11th ed. New york:
4.
5.
Textbook Of Surgery. 2th ed. England : Oxford University Press, 2002; P 35.1
US Department of Health and Human Service. Hernia Inguinalis. In: National
Institute
of
Health.
Nasional
Digestive
Disease.
6.
http://www.digestive.niddk.nih.gov, 2010.
Doherty GM. Current diagnosis and treatment. 13th ed. New york: Mc.Graw
7.
8.