Anda di halaman 1dari 109

GAMBARAN TEKANAN DARAH BERDASARKAN FAKTOR

PEMBERAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG
SELATAN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Sarjana S-1 Keperawatan (S.Kep.)

Oleh :
ARGA INDERA WAHYUDI
108104000046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M

LEMBAR PERSEMBAHAN

Tuhan mengirimkan bintang yang senantiasa menyinari tata


surya yang indah
Tuhan mengirimkan matahari yang senantiasa menyinari bumi
yang selalu kita pijak
Tuhan mengirimkan bulan yang senantiasa menyinari kegelapan
di setiap malam
Tuhanpun mengirimkan malaikat-malaikat tak bersayap yang
senantiasa menyinari jalan kehidupan
Untuk malaikat-malaikat tak bersayap yang telah menyinari
kehidupanku ini
Engkau bukanlah sosok yang selalu berdiri didepanku
Engkau juga bukan sosok yang selalu berdiri di belakangku
Namun engkau adalah sosok yang senantiasa berdiri disampingku
untuk selalu ada disaat aku membutuhkan arahan, dorongan dan
kasih sayang
Terima kasih atas semua kasih sayang yang tak pernah henti
engkau curahkan kepadaku selama ini
Ayah, ibu, adik dan engkau yang selalu ada dalam setiap
hembusan nafas dan doaku terimalah kado kecil ini
Hanya ini yang bisa aku persembahkan untuk kalian, wahai
malaikat-malaikat tak bersayap yang telah Tuhan kirimkan
untuk menjagaku selama di dunia yang fana ini

With love

InFaNa

PERI\TYATAAI\T PERSETUJUAI\I

Sidang Skripsi demgan Judul

GAMBARAN TEKANAN DARAII BERDASARKAI\I FAKTOR PEMBERAT


IIIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI WILAYAII
KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAI\I
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH:

ARGA INDERA WAITYUDI

108104000046

Pembimbing

Pembimbing II

4"")

-Sry{t

Ns. Uswatun Khasanah. S.ken. MNS

Illiq Damiati. S.Ko. MSN

NIP: 1 9770401200912203

NIP: 1 9790 1142005012007

PROGRAM STT]I}I ILMU KEPERAWATAIT

FAKI]LTAS KEDOKTERAN

DAT\I

ILMU KESEHATAI\

T]IN SYARIT' HII}AVATT]LLAH

JAKARTA
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN TEKANAN I}ARAH BURI'ASARKAII FAKTOR PEMBERAT
HIPORTENSI PADA PASIEN IIIPERTENSI Pf,ROKOK DI WILAYAH KNR.IA
PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAI\I
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :

Kamis,28 Februari 2013

Arsa Indera Wahvudi

flIM:

Pembimbing

108104fi10045

Pembimbing

II

-Gil^tI

_r_N

Ns. Uswatun Khe$anflh. S.Ken.. MNS


NIP. I 97704012009122003

Nia Damiati" SJfu. MSN


NIP: 197901 142005012007

Penguji

II

ge$
Ita Yuanita. S.Kp.. M.Kep.
NIP: I 9700 12220080120A 5

Nia D,amiafi. S.Ko, MSN


NIP: 1 9790 I 1420050120CI7
i

Penguji

III

Ns. Uswatun Khasrnah. S.Ken.. MITS


NIP. r 977040 12009 t22003

r:l

.
-,."a

LEMBAR PENGESAIIATI
STDANG UJIAN SKRTPST

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT

*AK['LTAS Kf,DOIffERAN

DAITI

T]NIVERSTTAS ISLAM I\TEGERI


SYARIF

KESENATAN

'"IWU

IIIDAYATI,LLAII JAKAR'TA

Jakarte, Maret20l4

Mengetahui,

Ketus Pnogram Studi Ilmu Keperawatur


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakaxta

Del<an Fakultas Kedolaeran dan

llmu Kesehatan

Universitus Islan Negsri S1larif Hida5xatuttah


Jakda

-\

RIWAYAT HIDUP

Nama

: ARGA INDERA WAHYUDI

Jenis Kelamin

: laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir

: Pasuruan, 5 November 1989

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Alamat

: RT/RW 02/02 Desa Sukorejo, Kec. Pohjentrek, Kab.


Pasuruan, Jawa Timur 67171

Anak ke

: Pertama dari dua bersaudara

Telepon

: 085755106679

E-Mail

: argaindera@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
1994-1996

: TK Dharma Rini VI Pasuruan

1996-2002

: SD Negeri Randusari 1 Pasuruan

2002-2005

: SMP Negeri 2 Pasuruan

2005-2008

: SMA Darul Ulum 2 Jombang

2008-2013

: S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
2005-2006

: Paskibraka Kec. Peterongan, Kab. Jombang, Jawa


Timur

2005-2007

: Pengurus HIMSAPODA Asrama Pondok Tinggi PP


Darul Ulum Jombang

2006-2007

: Ketua Departemen Pengembangan Lomba UKIR


SMA Darul Ulum 2 Jombang

2006-2007

: Bendahara IKAPPDAR Komisariat PasuruanMalang-Probolinggo PP Darul Ulum Jombang

2008-2012

: Pengurus BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta

2011-2012

: Pengurus CSS MoRA Nasional

2013-2014

: Pengurus PC PMII Ciputat

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

l.

Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk mernenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata

I di

Fakultas Kedokteran

'=
1

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

ruf$

Syarif Hidayatullah

'l

Jakarta.

2.

Semua sumber

yang

saya gunakaq dalam penulisan

ini

tetrah saya

{
1

.1

di

Fakultas Kedokteran

Of$

Syarif H dayatullah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

.-. dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri


Jakarta.

3.'

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

alau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia rnenerirna

sanksi

yang

berlaku

Universitas Islam Negeri

di Fakultas Kedokteran
Of$

dan Ilmu

Kesehatan

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret2014

Arga Indera Wahyudi

:.j

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Februari 2013
Arga Indera Wahyudi, NIM : 108104000046
Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi
pada Pasien Hipertensi Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Kota Tangerang Selatan
xiii+ 77 halaman, 17 tabel, 2 gambar, 4 lampiran
ABSTRAK
Riskesdas 2007 menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia
yaitu 31,7% dimana 7,2% mengetahui tentang penyakitnya dan 0,4% yang
minum obat antihipertensi. Banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi,
salah satunya merokok. Tingkat konsumsi rokok di Indonesia juga tinggi.
Survei nasional 2004 menyebutkan 63,2% laki-laki adalah perokok. Untuk
mencegah terjadinya keparahan dan penderita hipertensi yang lain maka
perlu diketahui gambaran tekanan darah berdasarkan faktor resiko hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan
faktor resiko hipertensi. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain
penelitian deskriptif. Jumlah sampelnya 106 orang, yaitu pasien hipertensi
perokok yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Pengambilan
sampel dengan accidental sampling dimana pengumpulan data dilakukan
dengan pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah.
Hasil penelitian ini seluruh responden berjenis kelamin laki-laki dengan
tekanan darah rata-rata 134,91/89,81mmHg dan mayoritas responden berusia
41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23%). Rata-rata tekanan darah responden
yang merokok >20 batang perhari : 146,5/100,5 mmHg. Rata-rata tekanan
darah responden yang merokok >10 tahun : 139,83/93,17 mmHg. Rata-rata
tekanan darah responden yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
tinggi garam : 146/99,5 mmHg dan 146/98 mmHg. Rata-rata tekanan darah
responden yang jarang/tidak pernah olahraga : 136,76/90,29 mmHg. Serta
rata-rata tekanan darah responden yang tidak patuh dalam pengobatan :
140/93,44 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak penderita
hipertensi yang merokok dan memiliki kebiasaan hidup yang tidak baik.
Kata Kunci : Hipertensi, Rokok, Riwayat Keluarga, Konsumsi Lemak
Tinggi, Konsumsi Garam Tinggi, olahraga, kepatuhan
pengobatan.
Daftar Bacaan : 56 (1991-2012)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


NURSING SCIENCE STUDY
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Paper, February 2013
Arga Indera Wahyudi, NIM : 108104000046
A Description about Blood Tension Based on Hypertension Serious
Factors in Smooking Hypertensionpatients at Working Area of Ciputat
Health Center South Tangerang City
xiii+ 77 pages, 17 table, 2 picture, 4 attachment
ABSTRACT
Prevalence of hypertension in Indonesia, based on Riskesdas 2007, is
high(31,7%). But, just 7,2% people know about their disease and just 0,4%
were taking antihypertensive medication. The risk factors of hypertension is
so many kind, smoking is one of them. Level of cigarette consumption in
Indonesia is high. National survey in 2004 found that 63,4% of men were
smokers. To prevent the occurence and severity of hypertension, we need to
know an overview of risk factors of hypertension
The aim of the study is to describe blood pressure based on the risk factors of
hypertension. This descriptive research had 106 samples, which is smokers
hypertension patients in Working Area of Puskesmas Ciputat,South
Tangerang. Accidental sampling is used. Data collected by filling out the
questionnaire and blood pressure measurements.
The result of the study is the blood pressure of smokers that have level of
cigarettes >20 per day is 146,5/100,5 mmHg. The blood pressure of >10
years smokers 139,83/93,17 mmHg. The blood pressure of respondents that
have high level of fatty consumption is 146/99,5 mmHg, while salty
consumption is 146/98 mmHg. The respondents with low level activity have
136,76/90,29 mmHg. The respondents who do not take medication have
140/93,44 mmHg. The conclusion is so many smoker hypertension patients
who have bad life style that can make their disease worse.
Keyword
References

: Hypertension, Smoking, Genetics, High Fat Consumption,


High Salt consumption, Exercise, Medication Adherence.
: 56 (1991-2012)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir
zaman.
Atas kekuasaan dan izin Allah SWT Skripsi dengan judul Gambaran
Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien Hipertensi
Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan telah
selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.
Namun, dengan bantuan berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin Sp. And. Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM. Selaku Kepala Program Studi
dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep., M.Sc. selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS. Selaku Dosen Pembimbing
pertama dan Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing kedua
yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini.
iii

4. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. Selaku Dosen Pembimbing


Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis
melakukan study di Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Kepala UPT Puskesmas Ciputat beserta staff yang telah memberikan
waktu dan tempat untuk pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.
6. Bpk/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang
sangat berguna untuk perbekalan penulis nanti.
7. Ayah (Wahyudi), ibu (Lilik Surti P.) dan Adikku tersayang (Ainun Anugerah
W.) yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan
masukan yang sangat membantu.
8. Abi (Khariri Machmud), Umi (Nanik Nimatus S.) dan Mayli serta Fika yang
telah bersedia menjadi keluarga kedua penulis selama beberapa tahun
perantauan di ibu kota ini.
9. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang
Jawa Timur, atas segala doa dan petuah yang mengantar dan mengingatkan
penulis dalam perantauan ini.
10. Pihak Kementerian Agama RI seta pengelola PBSB yang telah memberi
kepercayaan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa dalam Program
Beasiswa Santri Berprestasi, sehingga penulis bisa menempuh studi disini.
11. Saudara-saudaraku dalam naungan rumah CSS MoRA, baik CSS MoRA
Nasional maupun CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberi
semangat, inspirasi, nasehat, canda, tawa, dan ilmu yang tak henti-hentinya.

iv

12. Sahabat-Sahabatiku dalam wadah kebersamaan PMII, yang memberi siraman


rohani dan mengingatkan akan indahnya syukur kepada-Nya.
13. Teman-teman

matrikulasi

2008

pada

umumnya,

dan

teman-teman

keperawatan angkatan 2008 khususnya, atas segala diskusi dan beda pendapat
yang selalu mewarnai.
14. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Kehadiran kalian, sekecil apapun, adalah bagian
yang tidak terpisahkan, yang dapat membentuk kepribadian penulis yang
sedemikian rupa ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya
dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu
penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Amiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan
yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2014

Arga Indera Wahyudi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSEMBAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi


DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ............................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
A. Tekanan Darah .................................................................................... 8
1. Pengertian Tekanan Darah ........................................................... 8
2. Mekanisme Kerja Jantung ............................................................ 10
vi

3. Pengaturan Tekanan Darah .......................................................... 11


4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .................... 12
B. Hipertensi ............................................................................................. 13
1. Pengertian Hipertensi ................................................................... 13
2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi ............................................... 14
3. Etiologi Hipertensi ...................................................................... 17
4. Patogenesis ................................................................................... 18
5. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah .................. 20
6. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dirubah ............................ 21
7. Penatalaksanaan Hipertensi .......................................................... 26
8. Pengukuran Tekanan Darah ......................................................... 29
C. Kerangka Teori ................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 33
A. Kerangka Konsep ................................................................................ 33
B. Definisi Operasional ........................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 37
B. Variabel Penelitian ............................................................................. 37
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................. 37
1. Lokasi Penelitian .......................................................................... 37
2. Waktu Penelitian .......................................................................... 38
D. Populasi Dan Sampel .......................................................................... 38
1. Populasi ........................................................................................ 38
2. Sampel .......................................................................................... 38
3. Cara Pemilihan Sampel ................................................................ 40
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 40
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 42
G. Teknik Analisa Data ............................................................................ 42
1. Analisis Univariat ......................................................................... 42
H. Pengolahan Data ................................................................................. 42
1. Editing .......................................................................................... 43
2. Coding .......................................................................................... 43
3. Entri data ...................................................................................... 43
4. Clening Data ................................................................................. 43
I. Etika Penelitian ................................................................................... 43
1. Lembar Persetujuan ...................................................................... 43
2. Tanpa Nama ................................................................................. 44
3. Kerahasiaan .................................................................................. 44
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 45
A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................................. 45
1. Gambaran Umum ......................................................................... 45
2. Program Puskesmas ..................................................................... 46
vii

B. Karakteristik Responden ..................................................................... 47


1. Umur Responden .......................................................................... 47
2. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga .......................... 48
3. Frekuensi Merokok ...................................................................... 49
4. Lama Merokok ............................................................................. 49
5. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi ..... 50
6. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Garam Tinggi ..... 51
7. Aktifitas Olah Raga ..................................................................... 51
8. Kepatuhan Pengobatan ................................................................. 52
C. Analisis Univariat ................................................................................ 53
1. Tekanan Darah ............................................................................. 53
2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok ...... 53
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok.............. 54
4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ............................................................... 56
5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ................................................................. 57
6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olah Raga ...... 58
7. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan...59
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 60
A. Karakteristik Responden ...................................................................... 60
1. Umur Responden .......................................................................... 60
2. Jenis Kelamin responden ............................................................. 61
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga ........................................................... 62
B. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi.. 63
1. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok ...... 63
2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok ............. 65
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ................................................................ 66
4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ................................................................ 68
5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olah Raga ...... 70
6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan pengobatan...71
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 75
A. Simpulan ............................................................................................. 75
B. Saran .................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII ........................................ 15
Tabel 2. Definisi Operasional ................................................................................ 34
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .............................. 48
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga ...................................................................... 48
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Merokok ......... 49
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Merokok ................ 49
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi ................................................... 50
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Garam Tinggi .................................................... 51
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga ......................... 52
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan... 52
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden .................................. 53
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok.. 54
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok ....... 55
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ........................................................................ 56
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ........................................................................... 57
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga ... 58
ix

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan


Pengobatan .............................................................................................. 59

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori ..................................................................................... 32
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................. 33

xi

DAFTAR SINGKATAN

C.O

= Cardiac Output

Ditjen

= Direktorat Jenderal

HDL

= High Density Lipoprotein

JNC

= The Joint National Committee on Prevention, Detection


and Treathment of High Blood Pressure

KTP

= Kartu Tanda Penduduk

LDL

= Low Density Lipoprotein

mEq

= mili Equivalen

mg/dL

= mili gram per desi liter

ml

= mili liter

mm

= mili meter

mmHg

= milimeter hydrargyrum

Puskesmas

= Pusat Kesehatan Masyarakat

RISKESDAS

= Riset Kesehatan Dasar

SFA

= Saturated Fatty Acid

SV

= stroke volume

TD

= Tekanan Darah

WHO

= World Health Organization

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Cara Ukur Tekanan Darah


Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuisioner
Lampiran 4. Surat Penelitian

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan
pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif)
seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit tersebut digolongkan kedalam penyakit
tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan
ekonomi bangsa (Bustan, 2000).
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah beban ganda penyakit, yaitu
disatu pihak masih adanya penyakit infeksi yang harus ditangani dan dilain pihak
semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Proporsi angka kematian penyakit
tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun
2007 (Depkes RI., 2010).
Hipertensi sendiri merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan
angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk
suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000). Hipertensi
sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam
penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2006).
1

Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi.


Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak
menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan
organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi
ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau
datang dengan keluhan lain (Depkes RI, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.
Pengukuran tekanan

darah dapat

dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140


mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik.

Seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia
diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya

140-159

mmHg

dan

tekanan

diastoliknya

90-99

mmHg.

Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih


160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangkan hipertensi stadium

III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya
lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2006).
Faktor risiko hipertensi antara lain adalah : faktor genetik, umur, jenis
kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi
bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Hipertensi
lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah. Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran
berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan

tekanan

darah.

Kebiasaan

merokok

berpengaruh

dalam

meningkatkan risiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum


diketahui secara pasti (Sitepoe, 1997).
Hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa dari
10 pasien hipertensi, 7 diantaranya aktif merokok walaupun responden juga
mengetahui bahwa merokok dapat menganggu kesehatan dan meningkatkan
tekanan darah. Sedangkan 3 orang lainnya tidak merokok. Berdasarkan study
pendahuluan tersebut ditemukan fenomena bahwa walaupun responden telah
mengehaui bahwa dirinya terkena hipertensi namun responden tetap melakukan
kebiasaan yang dapat memperberat hipertensi responden, seperti merokok.

Beberapa cara untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi


antara lain dengan cara menurunkan berat badan berlebih (obesitas), pembatasan
asupan garam, melakukan olah raga teratur, berhenti merokok dan minum obat
secara teratur (Depkes, 2008). Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat
kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama
dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang
ditimbulkannya. Sedangkan Sitorus (2005) menyatakan merokok sebatang setiap
hari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah
detak jantung 5-20 kali/menit.
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis (Almatsier 2003). Asupan
garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah
(Sitepoe, 1997). Olahraga menyebabkan perubahan besar dalam sistem sirkulasi
dan pernapasan, dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai bagian dari
respon homeostatik. Respon tubuh terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi
otot dapat berupa peningkatan kecepatan denyut jantung (Amira, 2009). Menurut
Wolff (2006) menjelaskan bahwa diseluruh dunia sekitar 20% dari semua pasien
hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter
sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2006, hanya 50% pasien yang
diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam study pendahuluan
dan berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti
gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat hipertensi
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota
Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum :
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran tekanan darah
berdasarkan faktor-faktor yang memperberat resiko hipertensi pada pasien
hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang
Selatan.

2.

Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui karakteristik responden, antara lain berdasarkan usia,
jenis kelamin, riwayat keturunan hipertensi dalam keluarga, frekuensi dan
lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan
garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.
b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.
c. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan lama merokok
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

d. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan


konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi pada pasien hipertensi
perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
e. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi pada pasien hipertensi
perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
f. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
g. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan
pengobatan pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.

D. Manfaat Penelitian
1.

Untuk klien dan masyarakat :


Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada klien dan masyarakat untuk
merubah gaya hidupnya ke arah yang lebih sehat.

2.

Untuk institusi pendidikan :


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan
tentang gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat
hipertensi

pada pasien

hipertensi

perokok

bagi

semua mahasiswa

keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.


3.

Untuk peneliti :
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti
untuk melakukan penelitian.

4.

Untuk penelitian yang akan datang :


Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian
lain dengan ruang lingkup yang sama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah
1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah yang terkandung di
dalam pembuluh dan compliance, atau daya regang (distensibility) dinding
pembuluh yang bersangkutan. Apabila volume darah yang masuk arteri sama
dengan volume darah yang meninggalkan arteri selama periode yang sama,
tekanan darah arteri akan konstan. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel,
volume sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya
sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk
masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke
dalam arteri, sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh
recoil elastik. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah
disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik, ratarata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah
mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg.
Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung
berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar
(Sherwood, 2001).
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh
darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri
8

darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator
yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada
sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah yang
tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantung
mendorong darah dengan tekanan tinggi aorta. Puncak dari tekanan
maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel
relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau
minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang mendesak dinding
arteri setiap waktu (Poter & Perry, 2005).
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa
(mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku
untuk pengukuran tekanan darah dalam sejarah Fisiologi. Kadang-kadang
tekanan juga dinyatakan dalam sentimeter air (Guyton, 1997). Tetapi, unit
standar untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mm Hg).
Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai
kolom air raksa. Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum
diastolik (misal : 120/80 mmHg). Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan
dalam suatu pembuluh darah adalah 50 mm Hg, maka berarti bahwa kekuatan
yang dikerahkan adalah cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas
sampai setinggi 50 mm. Bila tekanan adalah 100 mm Hg, maka kolom air
raksa akan didorong setinggi 100 mm. (Guyton, 1997). Perbedaan antara
sistolik dengan diastolik adalah tekanan nadi. Untuk tekanan darah 120/80
mmHg, tekanan nadi adalah 40 (Poter & Perry, 2005)

10

2. Mekanisme Kerja Jantung


Dalam melakukan kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:
a. Periode Konstriksi (periode sistole)
Periode konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian
ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam
keadaan tertutup valvula semilinaris aorta dan valvula semilunaris arteri
pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke
arteri pulmonalis masuk ke paruparu kiri dan kanan, sedangkan darah dari
ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian dialirkan ke seluruh tubuh
(Lawson, 2007).
b. Periode dilatasi (periode diastole)
Periode diastole merupakan suatu keadaan dimana jantung
mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka sehingga darah
dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium
dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paruparu kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan
darah dari seluruh tubuh melalui vena cava masuk ke atrium dekstra
(Lawson, 2007).
c. Periode istirahat
Peride istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan
dilatasi (diastole) dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik (Lawson,
2007).

11

3. Pengaturan Tekanan Darah


Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara sebagai berikut: (Aditama, 2005)
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,
yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormone di dalam darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang
mengatur berbagai fungsi secara otomatis).

12

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang
untuk sementara waktu berfungsi untuk: (Aditama, 2005)
a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar).
b. Meningkatkan

kecepatan

dan

kekuatan

denyut

jantung,

juga

mempersempit sebagian besar arteiola, tetapi memperlebar arteriola di


daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak).
c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh.
d. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Suatu tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac Output (C.O) dan
resistensi perifer (TPR). Bila salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan
darah mengalami kenaikan, maka tekanan darah akan mengalami peningkatan.
Bisa disebabakan oleh C.O yang meningkat dan atau TPR yang meningkat.
a. Cardiac Output merupakan volume darah yang dipompakan oleh ventrikel
dalam unit waktu. C.O dapat dihitung melalui denyut jantung (Heart Rate)
yang dikalikan dengan stroke volume (SV). Stroke Volume merupakan
jumlah darah yang dipompakan dalam sekali denyut jantung, yaitu sekitar
70 mL (Majid, 2005).

13

b. Resistensi perifer total dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, viskositas


(kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Viskositas
mengarah pada pergeseran antara molekul suatu cairan yang timbul ketika
molekul tersebut bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir.
Semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi terhadap aliran.
Jadi, semakin kental suatu cairan maka semakin tinggi pula tingkat
viskositasnya. Pergesekan darah yang terjadi pada lapisan dalam pembuluh
sewaktu mengalir, menyebabkan semakin besar luas permukaan yang
berkontak dengan darah, sehingga resistensi terhadap aliran pun
meningkat. Luas permukaan dipengaruhi oleh panjang (L) dan jari-jari (r)
pembuluh. Pada kenyataannya, jari-jari arteriol adalah pembuluh resistensi
utama pada pohon vaskuler. Berbeda dengan resistensi arteri yang rendah,
resistensi arteriol yang tinggi menyebabkan penurunan yang bermakna
terhadap tekanan rata-rata ketika darah mengalir melalui pembuluhpembuluh ini (Sherwood, 2001).

B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &
Wilson, 2006). Sedangkan menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah
tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg,
diastole di atas 90 mmHg (Mansjoer, 2000). Hipertensi merupakan tekanan
darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga

14

kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami


hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau
90 mmHg diastolik (Corwin, 2000).
Selain itu menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC VII) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik >
140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah 120139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi. Seseorang yang
memiliki tekanan darah pada batas tersebut memiliki risiko dua kali lipat
untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan mereka yang tekanan
darahnya normal.
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Basha, 2008).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2006).

2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu (Mansjoer, 2000) :

15

a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui


penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal

< 120

< 80

Pre Hipertensi

120-139

80-89

Derajat 1

140-159

90-99

Derajat 2

>160

>100

Hipertensi

Sumber : Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa dengan


Usia diatas 18 Tahun Menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 7), Tahun 2003.

16

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi


sistolik dan hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah
jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri
pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar. Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi
apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar

tahanan

terhadap

aliran darah

yang melaluinya

dan

meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan


dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi
diantara dua denyutan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga (Arjatmo, 2001).
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu
primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan jenis yang penyebab
spesifik tidak diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis yang
penyebab spesifiknya dapat diketahui. Penderita hipertensi sekunder ada 5%10% kasus. Pada hipertensi penyebab dan patofisiologinya sudah diketahui
sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan (Arjatmo
& Hendra, 2001). Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah
adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal
kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal,

17

sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan


(kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2006).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah
keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya
ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan
hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan
yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan
ginjal (Wardoyo, 1996).

3. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi
pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup 90%

18

dari kasus hipertensi. Pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan


oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling
berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik karena hipertensi
sering turun temurun dalam suatu keluarga. (Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, 2006).
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan penderita hipertensi
sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis
atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat

tertentu,

baik

secara

langsung

ataupun

tidak,

dapat

menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan


tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, dengan
menghentikan obat atau mengobati/mengoreksi penyakit yang menyertai
merupakan tahap awal penanganan hipertensi sekunder (Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

4. Patogenesis
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium

19

kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat


sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. (Beevers et al, 2002).
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian
dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek
kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia,
susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos.
Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem
pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam
jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer
dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada
ginjal dan membrane sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme
natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. (Beevers et al, 2002).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada
bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu

20

rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ
mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers et al, 2002). Gejala
gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar
(Sustrani, 2006).

5. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah


Berikut ini adalah beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dirubah :
a. Faktor Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya.
Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya
menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah
satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar
menderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang
dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak
bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah
dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.
Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah
di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan
separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal
kanak-kanak (Beevers et al, 2002).

21

b. Faktor Jenis Kelamin (Gender)


Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki.
Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan
pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan
oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.
Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi
dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa
akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk
mengidap hipertensi (Sustrani, 2006).
c. Faktor Usia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun
namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia
muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa
1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi (Beevers at al, 2002).

6. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dirubah


Faktor-faktor resiko hipertensi dibawah ini dapat menjadi faktor yang
dapat memperberat keadaan hipertensi seseorang apabila pasien hipertensi
tidak dapat mengendalikan gaya hidup sehat. Berikut adalah faktor resiko

22

hipertensi yang dapat dirubah atau juga bisa diesebut sebagai faktor yang
dapat memperberat hipertensi :
a. Frekuensi Merokok
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak
per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1) Perokok Ringan disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari
10 batang per hari.
2) Perokok Sedang disebut perokok sedang jika menghisap 10 20 batang
per hari.
3) Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20
batang per hari (Bustan, 2000).
b. Lama Merokok
Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat
beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk
berhenti merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana
semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena
akan lebih banyak toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada
kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga
kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Smet, 1994).
Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun
dalam waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga
dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke,
infark miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan,
2006)

23

Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat kimia dalam rokok


bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan
mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.
Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan
darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.
c. Faktor Konsumsi Lemak
Konsumsi

pangan

tinggi

lemak

juga

dapat

menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak


yang berasal dari minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai
panjang (long-saturated fatty acid). Keberadaannya yang berlebih di
dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di
pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan
elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau minyak yang dapat
mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah :
kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier 2003).
Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak
mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan
mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging.
Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol
darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan
asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh,
diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi
hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari
minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung,

24

minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan


berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan
kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).
d. Faktor Konsumsi Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur
hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam
memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Masyarakat yang
mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya juga adalah
masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya
usia.

Sebaliknya,

masyarakat

yang

konsumsi

garamnya

rendah

menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit,


seiring dengan bertambahnya usia (Beevers et al, 2002).
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam
jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah
yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume
darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya
dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani, 2006).
e. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.
Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Meskipun

25

tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun


jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan
darah lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga
yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat
tetapi hanya sekali (Beevers et al, 2002).
f. Stres Pekerjaan
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena
tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja
lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas
penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung
jawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan
hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan (Stressor) meliputi beban
kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang
tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan
dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Smet, 1994).
Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja
shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya.
Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan
masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang
bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat
kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan
kecelakaan kerja (Suma mur dalam Rezky, 2011) Stres dapat
meningkatkan tekanan darah dalam waktu

yang pendek, tetapi

26

kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu


yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang muncul akibat
mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising,
atau bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran,
menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba
(Beevers et al, 2002).

7. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan farmakologi dan non
farmakologi.
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah
tinggi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain:
1) Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu
ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati
dalam Rezky, 2011). Meningkatkan ekskresi pada ginjal akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah (Sheps, 2002).
2) Penghambat Adrenergik
Menurut Sheps (2002), penghambat adrenergik merupakan
sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-

27

beta-bloker

(abetol).

Penghambat

adrenergik

berguna

untuk

menghambat pelepasan rennin, angiotensin juga tidak akan aktif.


Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan
berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan TD (Setiawati dalam Rezky, 2011).
3) Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya
memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah
secara langsung (Setiawati dalam Rezky, 2011). Obat vasodilator
mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar dengan merelaksasikan
otot-otot polos arteriol (Setiawati dalam Rezky, 2011).
4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat

enzim

konversi

angiotensin

mengurangi

pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan


penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi
natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati dalam Rezky,
2011).
5) Antagonis Kalsium
Menurut Sheps (2002), cara kerja antagonis kalsium hamper
sama

dengan

vasodilator.

Antagonis

kalsium

antihipertensi yang memperlebar pembuluh darah.

adalah

obat

28

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi


Penatalksanaan non farmakologis merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh
penatalaksanaan non farmakologis antara lain:
7.2.1. Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi.
Obat bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama
sekali. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat
(Sheps, 2002).
7.2.2. Tidak Mengkonsumsi Alkohol
Alkohol

dalam

darah

merangsang

pelepasan

epineprin

(adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah


menyempit dan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Minum
minuma beralkohol yang berlebihan juga menyebabkan kekurangan
gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium (Sheps, 2002).
7.2.3. Diet
Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari
menjadi 80-100 mmol (4.7 - 5.8 gr) per hari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik 4-6 mmHg (Joewono, 2003). Untuk
mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium
dalam makanan. Selain membatasi natrium, mengurangi makanan
berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran dan
produk susu rendah lemak akan meningkatkan kesehatan kita secara

29

menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan


darah tinggi (Sheps, 2002).
7.2.4. Olahraga teratur
Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta
meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya
lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko tekanan darah
tinggi juga (Shep, 2002).
7.2.5. Penanganan Faktor Psikologis dan Stress
Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress
menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya
peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh
mana kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat
berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps, 2002).

8. Pengukuran Tekanan Darah


Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer
dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan
menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa
adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana
detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan
tingkat

dimana bunyi

detak menghilang adalah tekanan diastolik.

Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan


tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan

30

udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur


tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar
yang menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Sustrani,
2006). Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan
sejajar dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh
dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah
istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit.
Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2
kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan
ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80% lengan atas
dan lebar manset paling sedikit 2 atau 3 kali panjang lengan atas, pinggir
bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan
stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak
dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian
tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap
denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang
pertama (korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak
terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan

31

pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri (Arjatmo &
Hendra, 2001).

32

C. Kerangka Teori
Konsumsi Lemak
Berlebih

Stres

Rokok

Munculnya plak dalam


pembuluh darah

Aktifitas saraf
simpatis meningkat

Nikotin

Tekanan perifer
berkurang

Aktifitas Saraf
Simpatis meningkat

Pelepasan Norepinefrin
meningkat

Aktifitas Fisik

Konsumsi Garam
Berlebih

Penurunan
tekanan perifer

Pelepasan renin

Substrat renin
(protein plasma)

Angiotensin I

Angiotensin II

Aldosteron

Vasokontriksi
arteri perifer
Pengobatan

Retensi natrium
dan H2O

Keterangan :
Variabel yang diteliti

Non
Farmakologi

Volume plasma
meningkat

Variabel yang tidak diteliti


Gambar 1. Kerangka Teori

Tekanan darah
meningkat

Modifikasi Arjatmo T, dan Hendra U. (2001), Gyton dan Hall (1997), Mangku
Sitepoe (1997).

Farmakologi

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008).
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan pada studi pustaka, maka
peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsepkonsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti.

Gambar 2. Kerangka Konsep


Variabel :
Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan :
1. Frekuensi merokok
2. Lama Merokok
3. Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi
4. Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi
5. Aktifitas olahraga
6. Kepatuhan pengobatan

33

34

B. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil

Tekanan

suatu nilai yang

Pengukuran

Sphygmo

Data numerik

Darah

dinyatakan dalam

dilakukan pada

manomete

(mmHg)

satuan mmHg dan

posisi duduk

r air raksa

terdiri dari dua angka,

sebanyak 2 kali

yaitu sistole dan

atau lebih dengan

diastole. Untuk tekanan

interval 2 menit.

sistolik nilai normalnya

Cara

adalah < 120 mmHg,

pengukurannya

sedangkan untuk

seperti pedoman

tekanan diastolik nilai

yang berlaku

normalnya adalah < 80

(terlampir)

Skala
Rasio

mmHg.
Frekuensi

Dalam satu hari, berapa

Meminta

merokok

rata-rata jumlah batang

responden untuk

rokok yang dihisap oleh

menjawab

responden

pertanyaan dalam
kuisioner.

Kuesioner

1. Perokok ringan
: 1-10 batang
sehari
2. Perokok Sedang
: 11-20 batang
sehari
3. Perokok Berat :
lebih dari 20
batang sehari.
(Bustan, 2000).

Ordinal

35

Variabel

Definisi

Cara Ukur

Lama

Waktu sejak pertama

merokok

kali responden merokok responden untuk


sampai saat ini

Meminta

Alat Ukur
Kuesioner

Hasil
1. Kurang dari 5

Skala
Ordinal

tahun

menjawab

2. 5-10 tahun

pertanyaan dalam

3. Lebih dari 10

kuisioner.

tahun

Kebiasaan

Rata-rata jumlah

Meminta

Kuesioner

1. 1-2x/minggu

konsumsi

makanan dengan kadar

responden untuk

2. 3-6x/minggu

makanan

lemak tinggi (seperti

menjawab

3. 1x/hari

dengan

susu, jeroan, goreng-

pertanyaan dalam

4. > 1x/minggu

kadar

gorengan, dan daging

kuisioner.

lemak

kambing) yang

tinggi

dikonsumsi oleh

Ordinal

responden dalam 1
minggu
Kebiasaan

Rata-rata jumlah

Meminta

Kuesioner

1. 1-2x/minggu

konsumsi

makanan dengan kadar

responden untuk

2. 3-6x/minggu

makanan

garam tinggi (seperti

menjawab

3. 1x/hari

dengan

mie instan, ikan asin,

pertanyaan dalam

4. > 1x/minggu

kadar

telur asin, kecap asin,

kuisioner.

lemak

keju, dan saus tomat)

tinggi

yang dikonsumsi oleh

Ordinal

responden dalam 1
minggu
Aktifitas

Rata-rata waktu yang

Meminta

Kuesioner

1. Jarang/tidak

olahraga

dihabiskan oleh

responden untuk

responden untuk

menjawab

berolahraga dalam 1

pertanyaan dalam

atau < 3

minggu

kuisioner.

hari/minggu

pernah
2. <30 menit/hari

3. 30 menit/hari
atau 3

Ordinal

36

hari/minggu
Variabel

Definisi

Cara Ukur

Kepatuhan

Kemauan responden

Meminta

pengobata

dalam mengkonsumsi

responden untuk

obat anti hipertensi

menjawab

sesuai dengan resep

pertanyaan dalam

dokter dalam 3 bulan

kuisioner.

terakhir

Alat Ukur
Kuesioner

Hasil
1. Ya
2. Tidak

`Skala
Ordinal

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
peneliti pada seluruh proses penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
yaitu penelitian untuk menggambarkan tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok dan faktor-faktor resiko hipertensi.

B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi tekanan darah, dan faktor-faktor yang dapat
memperberat keadaan hipertensi responden seperti : frekuensi merokok dalam
sehari, lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan atau
garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan
bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang gambaran tekanan
darah berdasarkan faktor yang dapat memperperat hipertensi pada pasien
hipertensi perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
37

38

2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal,
mempersiapkan proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan
bulan November 2012 sampai dengan Desember 2012.

D. Populasi dan Sampel


1.

Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat,
2008). Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi yang telah terdaftar
dalam laporan administrasi Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
(Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Pasien hipertensi laki-laki yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
b. Pasien hipertensi yang merokok, yaitu seseorang yang menyatakan dirinya
adalah perokok.
c. Usia pasien 30 tahun.
d. Bersedia menjadi responden penelitian.

39

Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus estimasi proporsi pada


populasi dari Paul Leedy sebagai berikut :

N.Z2 1-

P( 1-P )

n=
( N-1 ).d2 + Z 2 1-

Keterangan:
N

: jumlah populasi dalam penelitian

: besar sampel minimum

Z1-/2 : nilai kepercayaan dalam penelitian ditetapkan sebesar 95 %


P

: harga proporsi di populasi 40% (Alamsyah, 2009)

: tingkat kesalahan atau presisi dalam penelitian ini ditetapkan 5 %.

Dalam penelitian ini, populasi penderita hipertensi yang ada diwilayah


Puskesmas Ciputat sebanyak 147 orang sehingga didapatkan perhitungan
sebagai berikut:

n=

147 x (1,96)2 x 0,4 x (1 0,4 )


(147 1) x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,4 x (1 0,4)

147 x 3,84 x 0,24


146 x 0,0025 + 3,84 x 0,24

135,4752
0,365 + 0,9216

40

135,4752
1,2866

105,29706 = 106 orang

3. Cara Pemilihan Sampel


Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental
sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel dan sempel diambil
seadanya saja tanpa direncanakan terlebih dahulu (Notoadmodjo 2005). Pada
cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan
dipilih sebagai sampel, kemudian setiap pengunjung yang memenuhi syarat
termasuk sampel.
Secara teknis pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Peneliti mengambil sampel penderita hipertensi yang ada di wilayah
puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
b. Mendata 106 orang yang akan dijadikan sampel sesuai nomor antrian di
Puskesmas.
c. Sampel yang didapat sebanyak 106 orang akan di ukur tekanan darahnya
dan akan disebar kuisioner untuk dilakukan penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian

41

(Nursalam, 2008). Pengumpulan data penelitian ini

dilakukan

dengan

menggunakan kuisioner. Penggumpulan data akan dilaksanakan di Puskesmas


Ciputat Kota Tangerang Selatan. Adapun tahapan pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1.

Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memberikan


penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjamin
kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuisioner kepada calon responden
tersebut.

2.

Kemudian responden mengisi formulir persetujuan wawancara.

3.

Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang hal-hal


yang tidak dipahami dan tidak jelas di dalam kuisioner.

4.

Data primer, berupa jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, lama merokok,
riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar
garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan dan
tekanan darah pasien, dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner dan pengukuran langsung menggunakan sphygmomanometer jenis
air raksa yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu. Untuk
pengukuran langsung, dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa
orang yang sebelumnya dilakukan pengujian dan penyamaan persepsi dengan
peneliti sehingga hasil pengukuran antara peneliti dengan yang membantu
menghasilkan data yang sama. Waktu pengukuran adalah saat pasien datang
ke Puskesmas dan dipersilakan untuk istirahat terlebih dahulu untuk
kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih.

42

5.

Data sekunder, berupa riwayat hipertensi pasien dan keluarga pasien,


diperoleh dari pencatatan dan laporan administrasi Puskesmas Ciputat
Tangerang Selatan Tahun 2012.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari delapan pertanyaan yang akan ditanyakan langsung pada pasien dan
sphygmomamometer jenis air raksa yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.

G. Teknik Analisa Data


1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tekanan darah berdasarkan faktor pemberat hipertensi.
Dari data ini diperoleh faktor pemberat hipertensi, antara lain berupa lama
merokok, riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan
kadar garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan

H. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang
terdiri dari:

1. Editing

43

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang


diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di
tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera
dilengkapi.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner kedalam paket
program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari
kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2008).

I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika penelitian yang
meliputi:
1.

Lembar Persetujuan (informed consent)


Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan

44

tujuan penelitian. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti


maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2.

Tanpa nama (anonymity)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3.

Kerahasiaan (confidentially)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah
diolah dalam penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ciputat ini ditampilkan
dalam bentuk narasi yang disertai teks, tabel, dan gambar distribusi frekuensi
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian ini.

BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran tekanan
darah berdasarkan faktor yang memperberat hipertensi pada pasien hipertensi
perokok di Puskesmas Ciputat. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan
kuisioner secara accidental sampling kepada setiap pengunjung yang berobat di
puskesmas dan melakukan kunjungan rumah kepada pasien yang telah
terdiagnosis hipertensi dan merokok kemudian dilakukan pengukuran tekanan
darah.

A. Gambaran Tempat Penelitian


1. Gambaran Umum
Sejarah berdirinya Puskesmas Ciputat berawal dari balai pengobatan
yang dipimpin oleh H. Kamsari Kadri tamatan Sekolah Perawat RSUP Jakarta
tahun 1935. Pada tahun 1950-1955, balai pengobatan ini semakin berkembang,
pasien yang berobat bukan saja warga masyarakat Kecamatan Ciputat, akan
tetapi dari Serpong, pondok Aren, Pondok Betung, bahkan dari Pondok Pinang
sampai masyarakat kemang,sebab pada waktu itu Kedinasan Kesehatan masih
bergabung dengan Kebayoran Lama. Pada tahun 1956 sampai dengan
sekarang, setelah menjadi Puskesmas Ciputat, gedung, sarana dan prasarana
bertambah lengkap begitu juga tenaga paramedik.
Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari 3 Puskesmas yang ada di
wilayah Kecamatan ciputat, letak berbatasan dengan :
45

46

a. Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah


b. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
c. Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
d. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat terletak 27 km sebelah tenggara Kota Tangerang,
Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar
berupa tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau.
2. Program Puskesmas
Adapun program yang terdapat di Puskesmas Ciputat yaitu: program
kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.
1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi :
a) Promosi kesehatan
b) Kesehatan lingkungan
c) Kesehatan ibu dan anak
d) Perbaikan gizi
e) P2PL
f) Pengobatan
2) Pengembangan wajib meliputi:
a) Usaha Kesehatan Sekolah
b) Lansia
c) NAPZA
3) Pengembangan pilihan meliputi:
a) Kesehatan jiwa
b) UKGMD

47

c) Laboratorium
Untuk program puskesmas yang fokus pada penyakit hipertensi lebih
di titik beratkan pada program kuratif dan rehabilitatifnya. Sementara
untuk promotif dan preventif kurang begitu digalakkan. Dalam program
promotif dan preventif lebih banyak ditugaskan pada kader saat
dilakukannya Posbindu. Yaitu dengan cara penyuluhan kesehatan sehingga
kurang begitu berpengaruh terhadap warga yang masih berusia remaja dan
dewasa awal. Selain itu menurut pengamatan penulis, setiap pasien yang
berobat ke puskesmas selalu dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum
dilakukan pengobatan, walaupun pasien tersebut tidak berobat untuk
hipertensi. Dari pemeriksaan awal tersebut didapat tekanan darah sehingga
jika pasien pada saat itu tekanan darahnya tinggi dapat pula diberikan
informasi agar pasien tersebut tidak terkena hipertensi.
Dari segi kuratif dan rehabilitatifnya lebih terprogram. Setiap satu
bulan sekali atau setidaknya jika obat antihipertensinya sudah habis, pasien
hipertensi diwajibkan untuk kontrol ke puskesmas. Selain itu mulai tahun
ini, setiap pasien yang datang berobat dengan membawa KTP Tangerang
Selatan, di gratiskan dalam berobat, sehingga mahalnya biaya pengobatan
dan harga obat sudah tidak menjadi kendala lagi.

B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Menurut Hurlock dalam Alamsyah (2009), masa kedewasaan seseorang
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu young adult / dewasa awal (18-40 tahun),

48

middle life / dewasa menengah (40-60 tahun), dan late adulthood / dewasa
lanjut (>60 tahun). Responden dalam penelitian ini merupakan pasien
hipertensi yang merokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota
Tangerang Selatan. Jumlah responden adalah sebanyak 106 orang. Sebagian
besar responden memiliki umur 41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23 %),
sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berumur lebih dari 60
tahun tahun, yaitu 18 orang (16,98 %).
Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur dalam tabel berikut
ini :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur
(Tahun)
30-40
41-60
>60
Total

Frekuensi
39
49
18
106

Persentase
(%)
36,79
46,23
16,98
100

2. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga


Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan riwayat
hipertensi yang ada dalam keluarga responden :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga
Keturunan
Hipertensi
Ya
Tidak
Total

Frekuensi
73
33
106

Persentase
(%)
68,87
31,13
100

49

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai


riwayat keturunan hipertensi dalam keluarganya. yaitu 73 responden (68,87
%). Sedangkan 33 responden (31,13 %) tidak memiliki riwayat keturunan
hipertensi dalam keluarganya.

3. Frekuensi Merokok
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 106 responden yang
merokok, sebagian besar menghabiskan antara 1-10 batang rokok perhari
serta 11-20 batang rokok perhari, dua kategori ini memiliki jumlah yang
sama, yaitu masing-masing 43 orang (40,57 %), sedangkan 20 orang (18,86
%) menghabiskan lebih dari 20 batang rokok perhari.
Berikut data penyebaran responden berdasarkan frekuensi merokok :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Merokok
Frekuensi Merokok
(Batang/Hari)
1 10
11 20
> 20
Total

Jumlah
43
43
20
106

Persentase
(%)
40,57
40,57
18,86
100

4. Lama Merokok
Berikut tabel penyebaran responden berdasarkan lama merokok :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Merokok
Lama Merokok
(Tahun)
<5
5-10
> 10
Total

Frekuensi
13
33
60
106

Persentase
(%)
12,26
31,13
56,61
100

50

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden, bahkan


melebihi setengah dari jumlah sampel, telah merokok lebih dari sepuluh
tahun, yaitu sebanyak 60 responden (56,61 %). Jumlah responden yang
merokok kurang dari lima tahun hanya sebanyak 13 responden (12,26 %).

5. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi


Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan kebiasaan
responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, seperti
susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi
Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak
1-2x perminggu
3-6x perminggu
1x perhari
> 1x perhari
Total

Frekuensi
44
19
23
20
106

Persentase
(%)
41,51
17,92
21,7
18,87
100

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kebiasaan responden dalam


mengkonsumsi makan makanan berlemak, seperti susu, jeroan, gorenggorengan serta daging kambing, sebagian besar adalah sebanyak 1-2 kali
dalam satu minggu, yaitu 44 responden (41,51 %). Sedangkan responden
yang mengkonsumsi makanan berlemak antara 3-6 kali dalam satu minggu
adalah kategori yang paling sedikit, yaitu berjumlah 19 responden (17,92 %)
saja.

51

6. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Garam Tinggi


Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, seperti mie instan,
ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Garam Tinggi
Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam
1-2x perminggu
3-6x perminggu
1x perhari
> 1x perhari
Total

Frekuensi
37
35
19
15
106

Persentase
(%)
34,91
33,02
17,92
14,15
100

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki


kebiasaan mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar garam tinggi dalam
kisaran 1-2 kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 37 responden (34,91 %).
Sedangkan responden yang mengkonsumsi makanan tinggi garam lebih dari 1
kali dalam sehari adalah yang paling sedikit, yaitu 15 responden (14,15 %).

7. Aktifitas Olahraga
Berikut tabel sebaran responden berdasarkan aktifitas fisik, terutama
olah raga yang dilakukan oleh responden :

52

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga


Aktifitas Olahraga

Frekuensi

Jarang/tidak pernah
< 30menit/hari atau < 3hari/minggu
> 30 menit/hari atau > 3hari/minggu
Total

68
29
9
106

Persentase
(%)
64,15
27,36
8,49
100

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden jarang atau bahkan


tidak pernah melakukan aktifitas olahraga. Jumlahnya mencapai 68 responden
(64,15 %). Kemudian hanya ada 9 responden (8,49 %) yang melakukan
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit perhari dan atau lebih dari 3 hari
perminggu.

8. Kepatuhan Pengobatan
Sebaran

responden

berdasarkan

kepatuhan

responden

terhadap

pengobatan dapat diketahui dari tabel di bawah ini :


Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan
Pengobatan
Kepatuhan
Pengobatan
Ya
Tidak
Total

Frekuensi
42
64
106

Persentase
(%)
39,62
60,38
100

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak


mengkonsumsi obat penurun hipertensi sesuai petunjuk dokter dalam tiga
bulan terakhir. Jumlahnya mencapai 64 responden (60,38 %). Sedangkan

53

sisanya, yaitu 42 responden (39,62 %) mengkonsumsi obat penurun hipertensi


sesuai petunjuk dokter dalam tiga bulan terakhir.

C. Analisis Univariat
1. Tekanan Darah
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah responden :
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden
Keterangan
Min
Rata-Rata
Max

Tekanan Darah
Sistole
100
134,91
180

Diastole
70
89,81
140

Melihat data tersebut dapat diketahui bahwa 106 responden yang


diteliti, tekanan sistolik minimalnya adalah sebesar 100 mmHg, sedangkan
tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg. Kemudian untuk tekanan
sistolik rata-ratanya adalah 134,91 mmHg, sedangkan tekanan diastolik rataratanya adalah 89,81 mmHg. Kemudian untuk tekanan sistolik maksimalnya
adalah sebesar 180 mmHg, dan tekanan diastolik maksimalnya adalah sebesat
140 mmHg.

2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok


Berikuttabel tentang gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok :

54

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi


Merokok
Frekuensi Merokok
Keterangan
1-10
11-20
> 20
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal
100
70
100
70
120
80
Nilai Rata-Rata 130,7
85,35
133,72
89,3
146,5
100,5
Nilai Maksimal
180
140
170
120
160
140

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang merokok antara 1-10


batang perhari memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 130,7 mmHg,
dengan nilai tekanan sistolik terendah adalah 100 mmHg serta tekanan
sistolik tertinggi sebesar 180 mmHg. Sedangkan untuk tekanan diastolik, rataratanya adalah sebesar 85,35 mmHg dengan tekanan diastolik terendah adalah
70 mmHg dan tekanan diastolik tertinggi adalah 140 mmHg.
Responden yang merokok lebih dari 20 batang perhari, memiliki
tekanan sistolik rata-rata 146,5 mmHg, tekanan sistolik terendah adalah 120
mmHg dan tekanan sistolik tertinggi adalah 160 mmHg. Kemudian untuk
tekanan diastolik, rata-ratanya adalah 100,5 mmHg, terendahnya adalah 80
mmHg dan tertingginya adalah 140 mmHg.

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok


Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan lama
merokok :

55

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok

Keterangan
Nilai Minimal
Nilai Rata-Rata
Nilai Maksimal

Lama Merokok
< 5 Tahun
5-10 Tahun
> 10 Tahun
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
100
70
100
70
110
70
126,15
82,31
129,39
86,67
139,83
93,17
150
100
160
140
180
140

Data di atas menunjukkan bahwa responden yang merokok kurang dari


5 tahun memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 126,15 mmHg dengan
tekanan sistolik minimal adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya
adalah 150 mmHg. Sedangkan untuk responden yang merokok lebih dari 10
tahun memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 139,83 mmHg dengan
tekanan sistolik minimal adalah 110 mmHg dan tekanan sistolik maksimal
adalah 180 mmHg.
Kemudian untuk tekanan diastolik, responden yang merokok kurang
dari 5 tahun memiliki tekanan diastolik rata-rata sebesar 82,31 mmHg dengan
tekanan diastoilik minimal adalag 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal
adalah 100 mmHg. Lalu untuk responden yang merokok lebih dari 10 tahun
memiliki tekanan diastolik rata-rata sebesar 93,17 mmHg dengan tekanan
diastolik minimal adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal adalah
140 mmHg.

56

4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan


Tinggi Lemak
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, seperti
susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing :
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan
Konsumsi Makanan Tinggi Lemak
Kebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Lemak
Keterangan

1-2x perminggu

3-6x perminggu

1x perhari

> 1x perhari

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Nilai Minimal

100

70

110

70

120

80

130

80

Nilai Rata-Rata

128,41

85

134,21

87,89

138,26

92,17

146

99,5

Nilai Maksimal

170

120

160

100

160

100

180

140

Data diatas menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan


mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi antara 1-2 kali
perminggu memiliki tekanan sistolik rata-rata 128,41 mmHg, dengan tekanan
sistolik minimal adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya adalah
170 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 85 mmHg
dengan tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik
maksimalnya adalah 120 mmHg.
Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan
kadar lemak tinggi lebih dari 1 kali dalam sehari memiliki tekanan sistolik
rata-rata 146 mmHg dengan tekanan sistolik minimalnya adalah 130 mmHg
dan tekanan sistolik maksimalnya adalah 180 mmHg. Sedangkan tekanan
diastolik rata-ratanya adalah 99,5 mmHg dengan tekanan diastolik

57

minimalnya adalah 80 mmHg dan tekanan diastolik maksimalnya adalah 140


mmHg.

5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan


Tinggi Garam
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, seperti
mie instan, ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat :
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan
Konsumsi Makanan Tinggi Garam
Kebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Garam
Keterangan

1-2x perminggu

3-6x perminggu

1x perhari

> 1x perhari

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Nilai Minimal

100

70

120

70

120

80

120

80

Nilai Rata-Rata

126,49

83,51

135,71

91,14

141,05

93,16

146

98

Nilai Maksimal

170

120

160

140

160

110

180

140

Data diatas menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi


makanan dengan kadar garam tinggi antara 1-2 kali perminggu memiliki
tekanan sistolik rata-rata 126,49 mmHg dengan tekanan sistolik minimalnya
adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya adalah 170 mmHg.
Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 83,51 mmHg dengan
tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik
maksimalnya adalah 120 mmHg.
Responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi
lebih dari 1 kali dalam sehari memiliki tekanan sistolik rata-rata 146 mmHg
dengan tekanan sistolik minimal sebesar 120 mmHg dan tekanan sistolik

58

maksimal adalah 180 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya


adalah 98 mmHg dengan tekanan diastolik minimalnya sebesar 80 mmHg dan
tekanan diastolik maksimalnya adalah 140 mmHg.

6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga


Berikut tabel gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olah raga
yang dilakukan oleh responden :
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas
Olahraga

Keterangan

Jarang/tidak pernah

Aktifitas Olahraga
< 30menit/hari atau
< 3hari/minggu

30 menit/hari atau
3hari/minggu

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Nilai Minimal

100

70

100

70

100

70

Nilai Rata-Rata

136,76

90,29

132,07

91,93

130

92,22

Nilai Maksimal

180

140

170

120

150

140

Data diatas dapat diketahui bahwa responden yang jarang atau tidak
pernah berolahraga memiliki tekanan sistolik rata-rata 136,76 mmHg dengan
tekanan sistolik minimal 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimal 180
mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-rata dari responden yang jarang
atau tidak pernah olahraga adalah 90,29 mmHg dengan tekanan diastolik
minimal 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 140 mmHg.
Sedangkan responden yang berolahraga lebih dari atau sama dengan 30
menit perhari atau lebih dari atau sama dengan 3 hari perminggu memiliki
tekanan sistolik rata-rata 130 mmHg dengan tekanan sistolik minimal 100
mmHg dan tekanan sistolik maksimal 150 mmHg. Sedangkan tekanan

59

diastolik rata-ratanya adalah 92,22 mmHg dengan tekanan diastolik minimal


70 mmHg dan tekanan diastolik maksimalnya adalah 140 mmHg.

7. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan


Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan
responden terhadap program pengobatan dalam 3 bulan terakhir :
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan
Pengobatan

Keterangan
Nilai Minimal
Nilai Rata-Rata
Nilai Maksimal

Kepatuhan Pengobatan
Ya
Tidak
Sistole
Diastole
Sistole
Diastole
100
70
110
70
127,14
84,29
140
93,44
170
120
180
140

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang meminum obat anti


hipertensi sesuai dengan petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki
tekanan sistolik rata-rata 127,14 mmHg dengan tekanan sistolik minimal 100
mmHg dan tekanan sistolik maksimal 170 mmHg. Sedangkan tekanan
diastolik rata-ratanya adalah 84,29 mmHg dengan tekanan diastolik minimal
70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 120 mmHg.
Responden yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi sesuai
petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki tekanan sistolik rata-rata 140
mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 140 mmHg dengan tekanan sistolik
minimal 110 mmHg dan tekanan sistolik maksimal 180 mmHg serta tekanan
diastolik minimal 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 140 mmHg.

BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi karakteristik responden,


interpretasi dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan
dibahas juga tentang bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan
dibandingkan dua hal pokok yaitu antara lain kerangka konsep dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tekanan darah berdasarkan
faktor-faktor pemberat hipertensi pada pasien hipertensi perokok di Puskesmas
Ciputat.

A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Pada penelitian gambaran tekanan darah di Puskesmas Ciputat Timur
diperoleh sebanyak 106 responden sesuai dengan sampel yang direncanakan.
106 responden yang diteliti adalah responden dengan umur diatas 30 tahun.
Krummel (2004) menyatakan bahwa penyakit hipertensi paling banyak
dialami oleh kelompok umur 31-55 tahun. Sejalan dengan bertambahnya
umur hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan
sistolik terus meningkat sampai umur 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai umur 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis.
Kategori dengan responden terbanyak adalah antara umur 41-60 tahun,
yaitu 49 orang (46,23 %). Peneliti mengambil responden dengan umur diatas

60

61

30 tahun karena menurut hasil penelitian Aisyiyah (2009) dan Irza (2009)
menyatakan bahwa ada hubungan antara faktor usia dengan hipertensi dan
resiko hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Krummel
(2004) juga menyatakan, semakin bertambahnya umur hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah.

2. Jenis Kelamin
Penelitian ini sengaja hanya mengambil responden dengan jenis
kelamin laki-laki karena menurut Sustrani (2006) wanita penderita hipertensi
diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada
laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak
mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria
hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang
nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi
terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich (dalam
Sustrani, 2006) seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar
yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi. Khomsan (2004)
menyebutkan bahwa hipertensi pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan, karena perempuan memiliki hormon estrogen yang berperan
sebagai protektor peningkatan tekanan darah. Syukraini (2009) dalam
penelitiannya juga menyatakan bahwa faktor jenis kelamin berhubungan
dengan hipertensi.

62

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan Hipertensi


dalam Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga (Rohaendi dalam Irza, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Beevers (2002) pada orang kembar yang
dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak
bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah
dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.
Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di
antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan
separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal
kanak-kanak.
Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa ada perbedaan antara
tekanan sistolik rata-rata dan tekanan diastolik rata-rata pada responden yang
memiliki riwayat keturunan hipertensi jika dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi pada keluarganya.
Responden yang memiliki riwayat keturunan hipertensi dalam keluarganya
memiliki tekanan sistolik rata-rata 138,63 mmHg dan tekanan diastolik rata-

63

rata 92,05 mmHg. Responden yang tidak memiliki riwayat keturunan


hipertensi dalam keluarganya memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata
lebih rendah daripada responden yang memiliki riwayat keturunan hipertensi
dalam keluarganya, yaitu 126,67 mmHg untuk tekanan sistolik rata-ratanya
dan 84,85 mmHg untuk tekanan diastolik rata-ratanya.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Irza (2009). Irza
yang mengambil sampel semua responden tanpa melihat apakah responden
tersebut merokok serta apakah responden tersebut telah terdiagnosis
hipertensi menyatakan bahwa faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh
terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi.

B. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi


1. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok
Sitorus (2005) menyatakan merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak
jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012) menyatakan bahwa orang yang
mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk
terjadinya hipertensi. Sitepoe (1997) juga menyatakan bila sebatang rokok
dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan, maka dalam tempo setahun, bagi
perokok yang merokok lebih dari 20 batang per hari akan mengalami 70.000
hisapan asap rokok. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, maka akan
semakin besar pula kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi. Hal
ini karena beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan),
suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan

64

gejala yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, pada perokok-perokok berat


dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 20 batang setiap hari akan
merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih cepat
dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisapnya kurang
dari 10 batang setiap harinya.
Selaras dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi, maka tekanan darah
responden juga akan semakin meningkat. Dalam hal ini berdasarkan kategori
perokok ringan, sedang dan berat. Responden yang masuk kategori perokok
ringan (menghabiskan 1-10 batang perhari) memiliki tekanan sistolik rata-rata
130,7 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 85,35 mmHg. Responden yang
termasuk kategori perokok sedang (menghabiskan 11-20 batang perhari)
memiliki tekanan sistolik rata-rata sedikit lebih tinggi dibanding responden
dengan kategori perokok ringan, yaitu 133,72 mmHg. Tekanan diastolik rataratanya juga sedikit lebih tinggi, yaitu 89,3 mmHg. Responden yang masuk
kategori perokok berat memiliki tekanan sistolik rata-rata 146,5 mmHg dan
tekanan diastolik rata-rata 140 mmHg.
Walaupun berbeda sampel yang diteliti, hasil penelitian ini juga senada
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Syazana (2007). Syazana
mengambil sampel responden yang merokok dan yang tidak merokok namun
mengabaikan apakah responden terdiagnosis hipertensi atau tidak. Hasil
penelitian Syazana (2007) menyatakan bahwa ada perbedaan antara rata-rata
tekanan darah dengan jumlah rokok yang dihisap, yaitu semakin banyak
jumlah rokok yang dihisap, maka rata-rata tekanan darah responden juga

65

meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irza (2009) juga


menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian Irza yang mengambil sampel
responden yang merokok dan yang tidak merokok dengan mengabaikan
berapa jumlah batang rokok yang dikonsumsi dalam sehari dan apakah
responden telah terdiagnosis hipertensi atau tidak, hasilnya menyatakan
bahwa faktor merokok atau tidaknya responden berhubungan dengan kejadian
hipertensi. Kurniati (2012) juga menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
rokok yang dihisap dalam setiap hari maka aka berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah.

2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok


Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat
beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti
merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana semakin muda
usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena akan lebih banyak
toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada kurun waktu yang lama
dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang
ditimbulkannya (Smet, 1994).
Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun dalam
waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga dapat
mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke, infark
miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan, 2006)
Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat kimia dalam rokok
bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan

66

mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.


Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan
darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.
Syazana (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan
antara lama merokok dengan kenaikan tekanan darah, yaitu makin lama
seseorang merokok maka tekanan darah seseorang akan semakin tinggi. Hasil
penelitian kali ini juga menunjukkan perbedaan tekanan sistolik dan diastolik
rata-rata pada responden dengan beberapa kategori lama merokok. Responden
yang telah merokok selama kurang dari 5 tahun memiliki tekanan sistolik
rata-rata 126,15 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 82,31 mmHg.
Responden yang telah merokok antara 5-10 tahun memiliki tekanan sistolik
rata-rata 129,39 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 86,67 mmHg.
Responden yang telah merokok selama lebih dari 10 tahun memiliki tekanan
sistolik rata-rata 139,83 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 93,17 mmHg.

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan


Tinggi Lemak
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak yang berasal dari
minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai panjang (long-saturated
fatty acid). Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan
penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah
menjadi semakin sempit dan elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau
minyak yang dapat mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya

67

adalah : kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier


2003).
Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak
mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan
mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging.
Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah,
25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan asam
lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh,
diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi hal
ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari minyak
kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung, minyak kedelai
yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang. Kelebihan
lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL kolesterol
(Almatsier 2003).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 106 responden,
responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi (seperti
susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing) sebanyak lebih dari 1
kali perhari memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata tertinggi, yaitu
146 mmHg untuk tekanan sistolik rata-rata dan 99,5 mmHg untuk tekanan
diastolik rata-rata. Responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar
lemak tinggi sebanyak 1-2 kali dalam seminggu memiliki tekanan sistolik dan
diastolik rata-rata terendah, yaitu 128,41 mmHg untuk tekanan sistolik ratarata dan 85 mmHg untuk tekanan diastolik rata-rata. Hasil ini sama dengan
hasil penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa faktor konsumsi lemak

68

berhubungan dengan hipertensi yaitu makin sering mengkonsumsi makanan


dengan tinggi lemak, maka tekanan darah juga akan semakin tinggi.
Walaupun dalam penelitiannya, Irza hanya membagi respondennya menjadi
responden yang mengkonsumsi lemak tinggi dan rendah serta mengabaikan
status hipertensi pada responden. Aisyiyah (2009) juga menyatakan hal yang
sama, hal ini karena konsumsi jeroan berlebih dapat menimbulkan
penimbunan kolesterol LDL dan meningkatkan penyempitan pembuluh
darah.

4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan


Tinggi Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga
6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Anjuran WHO tersebut
disebabkan karena konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah. menurut Beevers (2002) masyarakat yang mengkonsumsi garam yang
tinggi dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah
yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang
konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan
tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia.
Reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal akan meningkat pada penderita
hipertensi primer yang disebabkan oleh stimulasi beberapa pengangkut
natrium yang terletak di membran luminal seperti halnya pompa natrium yang
terletak di membran basolateral dan menyediakan energi untuk transpor
tersebut. Selain itu suatu zat endogen yang disebut digitalis-like factor yang

69

identik dengan ouabain atau merupakan stereoisomer dari ouabain, dilepaskan


oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap asupan natrium yang tinggi.
Pada penderita hipertensi primer ditemukan kadar digitalis-like factor yang
tinggi di dalam plasma dan berhubungan langsung dengan tekanan darah
digitalis-like factor mengakibatkan retensi natrium dengan cara meningkatkan
aktivitas pompa natrium ginjal (Adrogue dalam Irza, 2009).
Irza (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor konsumsi
natrium berhubungan dengan hipertensi. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan bahwa rata-rata tekanan sistolik dan
diastolik

responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam

tinggi (seperti mie instan, ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat) lebih
dari 1 kali sehari adalah yang tertinggi. Tekanan sistolik rata-ratanya adalah
146 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 98 mmHg. Sedangkan
responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi antara 12 kali perminggu memiliki rata-rata tekanan sistolik dan diastolik terrendah,
yaitu 126,49 mmHg untuk tekanan sistolik rata-ratanya dan 83,51 mmHg
untuk tekanan diastolik rata-ratanya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Williams (1991) yang menjelaskan
bahwa makan natrium berlebih dapat mengganggu kerja ginjal. Krummel
(2004) menambahkan, populasi yang mengkonsumsi garam dalam jumlah
yang kecil (70mEq/hari) terbukti memiliki riwayat hipertensi yang rendah
pula. Sulchan (2012) menyatakan bahwa asupan tinggi natrium berresiko
sebesar 7,9 kali terhadap hipertensi.

70

5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga


Menurut dr. Rai Wahyuni dalam Amira (2009), olahraga dapat
memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar total kolestrol,
LDL, dan trigliserida. Olahraga juga dapat memperbaiki HDL, yaitu jenis
kolestrol yang kadarnya sukar dinaikkan. Di samping itu, berbagai faktor
risiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan kegemukan dapat diturunkan
dengan menjalankan olahraga yang tepat takaran, durasi, dan frekuensinya.
Olahraga juga dapat memperlancar pemasokan darah ke seluruh tubuh
Keadaan jantung pada orang yang berolahraga (terlatih) jauh berbeda dengan
orang yang tidak berolahraga. Jantung orang yang tidak berolahraga (tidak
terlatih) biasanya dalam satu kali denyutan volume darah yang dapat
dipompakan 70 ml sedangkan bagi yang terlatih dapat mencapai 200 ml, ini
dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel. Dengan
demikian

pasokan

darah

keseluruh

tubuh

menjadi

lancar,

Karena

meningkatnya volume darah yang dapat dipompakan dalam satu kali


denyutan (stroke volume) (Amira, 2009).
Amira (2009) juga menyatakan bahwa saat berolahraga jalan cepat,
bersepeda, joging, berenang, atau mengikuti aktivitas erobik lainnya, tekanan
darah akan naik cukup banyak. Misalnya selama melakukan latihan-latihan
fisik yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik menjadi 150 - 200 mmHg
dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 - 120 mmHg. Sebaliknya,
segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah
normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Penurunan ini terjadi karena
pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pada penderita

71

hipertensi, penurunan itu akan nyata sekali. Kalau dilakukan berulang-ulang,


lama kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah
sebabnya latihan olahraga secara teratur akan dapat menurunkan tekanan
darah.
Hasil penelitian yang dilakukan Amira (2009) terhadap mahasiswa yang
tidak merokok dan tidak terdiagnosis hipertensi menyatakan bahwa ada
hubungan antara olahraga dengan tekanan darah. Wau (2011) juga
menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan resiko
hipertensi. Hasil tersebut selaras dengan hasil penelitian ini dimana responden
yang jarang atau tidak pernah berolahraga mempunyai rata-rata tekanan
sistolik dan diastolik lebih tinggi dibandingkan responden yang berolahraga
kurang dari 30 menit perhari atau kurang dari 3 hari perminggu. Rata-rata
tekanan sistolik responden yang jarang atau tidak pernah berolahraga adalah
136,76 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 90,29 mmHg.
Responden yang berolahraga kurang dari 30 menit perhari atau kurang dari 3
hari perminggu memiliki tekanan sistolik rata-rata 132,07 mmHg dan tekanan
diastolik rata-ratanya adalah 91,93 mmHg.

6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan


Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian
obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.
Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat

72

dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Hal yang harus
diperhatikan adalah risiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasienpasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia (Ayu dalam Irza,
2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari
hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus
yang minum obat hipertensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang patuh terhadap
program pengobatan, dalam hal ini mengkonsumsi obat anti hipertensi secara
teratur sesuai petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki rata-rata
tekanan sistolik dan diastolik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
responden yang tidak patuh terhadap program pengobatan. Responden yang
patuh terhadap program pengobatan memiliki tekanan sistolik rata-rata
127,14 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 84,29 mmHg. Responden yang
tidak patuh terhadap program pengobatan memiliki tekanan sistolik rata-rata
140 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya 93,44 mmHg.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 106 responden, 64 (60,38
%) responden diantaranya tidak patuh terhadap program pengobatan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa sebab. Menurut hasil penelitian Adriansyah (2010)
menyebutkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang dan semakin lama
seseorang mengidap hipertensi maka kepatuhan seseorang terhadap program

73

pengobatan akan semakin berkurang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Jaya (2009) dalam hasil penelitiannya. Pasien dengan usia antara 56-80 tahun,
9 kali cenderung untuk tidak patuh daripada pasien yang berusia 32-55 tahun.
Pada umumnya pasien dengan umur yang sudah lanjut ditambah lagi dengan
sudah lamanya menderita hipertensi, mengaku sering lupa atau enggan untuk
meminum obatnya. Ada beberapa alasan yang diutarakan pasien tersebut
diantaranya sudah jenuh meminum obat (karena penyakit yang dideritanya
sudah cukup lama), sedangkan penyakitnya tidak kunjung sembuh
sepenuhnya (Adriansyah 2010).
Tingginya pendidikan seseorang juga mempengaruhi kepatuhan
seseorang terhadap perogram pendidikan. Menurut Adriansyah (2010) dengan
semakin tingginya pendidikan, ada kemungkinan pasien tersebut tidak patuh
dalam menjalani pengobatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
sedikit pengetahuan yang dimiliki pasien tersebut mengenai penyakitnya,
akibat pengetahuan yang tidak menyeluruh, pasien sering mengabaikan
instruksi yang telah diberikan oleh dokter kepadanya dan sering menganggap
penyakit hipertensi tidak begitu fatal bagi kesehatannya padahal komplikasi
yang timbul dari penyakit tersebut sangat membahayakan seiring tidak segera
mengobatinya.
Komunikasi antara dokter dan pasien juga menjadi salah satu faktor
yang berpengaruh

terhadap

kepatuhan

seseorang terhadap

program

pengobatan hipertensi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Salamah (2010)


dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa semakin baik komunikasi

74

pasien dokter maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien dalam mengikuti
aturan pengobatan.

C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis masih memiliki keterbatasan penelitian.
Keterbatasan penelitian yang dimaksud diantaranya keterbatasan penulis dalam
dana, waktu dan tenaga. Karena masih terdapat banyak faktor faktor resiko
hipertensi yang dapat di gali lagi. Namun karena kemampuan peneliti yang
terbatas dalam hal waktu, dana dan tenaga maka faktor-faktor resiko hipertensi
yang dapat dikaji hanya meliputi frekuensi merokok, lama merokok, kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar garam dan atau lemak tinggi, kebiasaan olahraga
dan kepatuhan pengobatan.
Selain itu dalam cara mengkategorikan hasil penelitian tentang kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam tinggi, peneliti juga memiliki
kekurangan sumber bacaan sehingga ditakutkan hasilnya akan bias karena antara
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi tidak dikaji lebih lanjut.
Kemudian variabel kepatuhan pengobatan juga tidak dikaji lebih lanjut, karena
responden hanya diberi pertanyaan apakah responden mengkonsumsi obat sesuai
resep dokter dalam tiga bulan terakhir, tanpa dipastikan lebih lanjut oleh peneliti
apakah responden benar-benar mengkonsumsi obatnya atau tidak.

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa karakteristik dari 106
responden. Mayoritas responden adalah responden yang berusia antara umur
41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23 %). Jenis kelamin responden semuanya
laki-laki. 73 orang (68,87 %) memiliki riwayat keturunan hipertensi dalam
keluarganya. Berdasarkan frekuensi merokok, responden yang merokok
antara 1-10 batang perhari dan 11-20 batang perhari memiliki jumlah yang
sama besar, yaitu masing-masing 43 orang (40,57 %). Berdasarkan lama
merokok, jumlah responden yang merokok lebih dari 10 tahun adalah yang
terbanyak, yaitu 60 orang (56,61 %). Berdasarkan konsumsi makanan dengan
kadar lemak tinggi, responden yang mengkonsumsi antara 1-2 kali perminggu
adalah yang terbanyak, yaitu 44 responden (41,51 %). Kebiasaan konsumsi
makanan dengan kadar garam tinggi yang terbanyak adalah responden yang
mengkonsumsi antara 1-2 kali perminggu, yaitu 37 orang (34,91 %).
Berdasarkan aktifitas olahraga, sebaran responden yang paling banyak adalah
responden yang jarang atau tidak pernah berolahraga, yaitu 68 orang (64,15
%). Berdasarkan kepatuhan pengobatan, responden yang tidak patuh terhadap
program pengobatan adalah yang terbanyak, yaitu 64 orang (60,38 %).
2. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan frekuensi merokok adalah
sebagai berikut : 1-10 batang : 130,7/85,35 mmHg; 11-20 batang :
133,72/89,3 mmHg; >20 batang : 146,5/100,5 mmHg.
75

76

3. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan lama merokok adalah sebagai


berikut : <5tahun : 126,15/82,31 mmHg; 5-10 tahun : 129,39/86,67 mmHg;
>10 tahun : 139,83/93,17 mmHg.
4. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan
tinggi lemak adalah sebagai berikut : 1-2 kali perminggu : 128,41/85 mmHg;
3-6 kali perminggu : 134,21/87,89 mmHg; 1 kali perhari : 138,26/92,17
mmHg; >1 kali perhari : 146/99,5 mmHg.
5. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan
tinggi garam adalah sebagai berikut : 1-2 kali perminggu : 126,49/83,51
mmHg; 3-6 kali perminggu : 135,71/91,14 mmHg; 1 kali perhari :
141,05/93,16 mmHg; >1 kali perhari : 146/98 mmHg.
6. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga adalah
sebagai berikut : jarang / tidak pernah : 136,76/90,29 mmHg; < 30 menit
perhari / < 3 hari perminggu : 132,07/91,93 mmHg; 30 menit perhari / 3
hari perminggu : 130/92,22 mmHg
7. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kepatuhan pengobatan adalah
sebagai berikut : ya : 127,14/84,29 mmHg; tidak : 140/93,44 mmHg

B. Saran
a. Bagi klien dan masyarakat :
Diharapkan kepada masyarakat untuk merubah gaya hidupnya ke arah yang
lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan berhenti merokok, mengurangi
konsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi, berolahraga yang
rajin dan mematuhi program pengobatan.

77

b. Bagi Pelayanan kepada masyarakat :


Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko
hipertensi hendaknya dilakukan terus-menerus baik oleh pemerintah maupun
instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah
satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi
c. Bagi penelitian yang akan datang :
Dapat dijadikan sebagai acuan dan diharapkan mengambil populasi yang
lebih spesifik dan lebih besar. Dan agar dapat mengendalikan faktor perancu
atau counfounding factor dengan analisis lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tj. Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima. Cetakan I.
Jakarta.
Adriansyah. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan
Pasien Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam
Malik Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Aisyiyah, Farida Nur. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat
Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan
Sumatera. Skripsi. IPB.
Alamsyah, Rika Mayasari. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan
Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di
Kota Medan Tahun 2007. Tesis. Universitas Sumatera Utara
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Amira, Nor. 2010. Gambaran Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah Olahraga.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Arjatmo T, Hendra U., 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI.
Arora, Anjali, 2008. 5 Langkah Mencegah Dan Mengobati Tekanan Darah
Tinggi. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Beevers, Gareth, D., Lip, Gregory Y. H., Eoin, O., 2002. ABC of Hypertension, 5th
ed. Blackwell Publishing.
Bustan, N.M., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Chaplin, J.P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemahan Dr. Kartini Kartono).
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Corwin, Elizabeths J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.
Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan R.I. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru
obstruktif kronik, Jakarta.

___________ 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia


Tahun 2007. Jakarta : Balitbangkes-Depkes RI.
___________ 2010. Rencana Program Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2010-2014, Kementerian
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP&PL, Direktorat Pengendalian PTM,
2010, Jakarta.
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006. Pharmeceutical Care
Hipertensi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Gondodiputro, Sharon , 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan
Tembakau. Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk.
Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari
Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Jaya, Nandang Tisna Ali Ami. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat Anti Hipertensi di
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun
2009. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga
University Press.
Khomsan A. 1996. Defisiensi dan Kelebihan Gizi. Bogor : IPB Press.
Komasari, D. & Helmi, AF. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press.
Krummel DA. 2004. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. USA: Saunders
co.
Kurniati, Apriana Et Al. 2012. Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Profil
Tekanan Darah pada Mahasiswa Perokok Laki-Laki Usia 18-22 Tahun.
Jurnal Kesehatan Mayarakat FKM Universitas Diponedoro, Volume 1, No.
1, Tahun 2012.
Lawson R.Wulsin and Arthur J, BarskyVictor RG, Kaplan NM, 2007. Systemic
hypertension: mechanisms and diagnosis. In: Libby P, Bonow RO, Mann

DL, Zipes DP, eds.,. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of


Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa; Saunders Elsevier: chap
86.
Majid, Abdul., 2005. Fisiologi Kardiovaskular. edisi 2: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Peraturan Pemerintah, 2003. Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. PP No 19 tahun
2003.
Potter, Patricia A; Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
EGC
Price, S.A. & Wilson L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Perjalanan Penyakit, 6th ed. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 517-688.
Rezky, Aisyah. 2011. Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan
Darah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Rochadi, K, 2005. Berbagai Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok Di
Indonesia, Info Kesehatan Majalah Kesehatan Masyarakat, FKM USU,
Medan.
Salamah, Raudatus. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Pasien-Dokter, Otonomi
Pasien, dan Kepatuhan Pasien Terhadap Aturan Pengobatan pada
Penderita Hipertensi. Tesis. UGM
Sarwono, S. 1993. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sheps, Sheldon G 2002. Mayo Clinic Hipertensi, Jakarta: Intisari

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Pembuluh Darah dan
Tekanan Darah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 297-340.
Sitepoe, M., 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia.
Sitepu, Rahmadani. 2012. Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status Gizi
Terhadap Hipertensi pada Pegawai kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Sitorus, Ronald, 2005. Gejala Penyakit Dan Pencegahannya. Yrama Widya,
Bandung.
Situmorang, Kamri, 2009. Perbedaan Tekanan Darah Perokok Nikotin Tinggi dan
Nikotin Rendah pada Laki-Laki Berumur 15-30 Tahun di Lingkungan I
Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan
Tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Indonesia.
Soeharto I., 2001. Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik. Yayasan
Pembina Kardiovaskuler Indonesia.
Suhardi., 1995. Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995.
Jurnal Cermin Dunia Kedokteran.
Sulchan, Muhammad, Vindy Destiany. 2012. Asupan Tinggi Natrium dan Lama
Menonton TV Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Obeistik pada Remaja
Awal. Journal of Nutrition College, No. 1, Tahun 2012.
Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Syazana, Nur Adibah. 2010. Pengaruh Tekanan Darah pada Perokok di
Kalangan Mahasiswa Lelaki Angkatan 2007 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset.
Wardoyo, 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku
Agency.
Wau, Herbert. 2011. Faktor Risiko Hipertensi Esensial pada Dewasa Muda di
Kecamatan Manyudono Kabupaten Boyolali. Tesis. UGM.
Whincup, P.H., Glig, J.A., Emberson, J.R., Jarvis, M.J., Feyerabend, C., Bryant,
A., et al., 2004. Passive Smoking and Risk of Coronary Heart Disease and

Stroke: Prospective
bmj.38146.427188.55

study

with

cotinine

measurement.

BMJ,

Williams GH. 1991. Hypertensive vascular disease. Di dalam: Wilson Jean D. Et


al.,editor. Harrisons Principles of Internal Medicine - 12th ed. Spanish :
McGraw-Hill, Inc. hlm. 1001-1015.

Lampiran I. Cara Ukur Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer


dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan
menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa
adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Karena itu dalam
penelitian kali ini yang digunakan adalah sphygmomanometer air raksa.
Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan
sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan
diastolik. Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan
sejajar dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh
dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).
Adapun cara pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah
istirahat yang cukup, yaitu sesudah duduk paling sedikit 5 menit.
2. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk sebanyak 2 kali atau lebih
dengan interval 2 menit.
3. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus
melingkari paling sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit

2 atau 3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas
fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya
disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk.
4. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah
diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut
jantung.
5. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama
(korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar
lagi (korotkoff V).
6. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan kanan dan pada posisi
duduk (Arjatmo & Hendra, 2001).

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama

: ..................................................

No. Responden

: ..................................................

Setelah mendapatkan penjelasan dari penulis, saya menyatakan (bersedia / tidak


bersedia*) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas nama Arga Indera Wahyudi dengan judul Gambaran Tekanan Darah
Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Perokok di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan Tahun 2013.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada
paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Ciputat, Januari 2013


Responden

( ..................................... )
Nama Terang
*) Coret yang tidak perlu

Lampiran 3. Kuisioner
GAMBARAN TEKANAN DARAH BERDASARKAN FAKTOR
PEMBERAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
TAHUN 2013
Petunjuk Pengisisan
a. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan !
b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum anda menjawabnya !
c. Berilah tanda check list ( ) pada jawaban yang anda benar !

A. Identitas/Data Demografi Responden


Nama/Inisial Responden

Tanggal wawancara

TTL/Umur

Pekerjaan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Berat Badan

B. Perilaku Merokok
Pertanyaan

Diisi Oleh
Peneliti

1. Apakah anda merokok?


a. Ya
b. Tidak
2. Sudah berapa lama anda merokok?
a. Kurang dari lima tahun
b. 5-10 tahun
c. Lebih dari 10 tahun
3. Berapa jumlah rokok yang anda konsumsi setiap harinya ?
a. 1-10 batang
b. 11-20 batang
c. Lebih dari 20 batang

4. Apakah dalam keluarga anda terdapat riwayat atau


keturunan hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
5. Berapa kali keluarga anda mengkonsumsi makanan berlemak
tinggi (susu, jeroan, goreng-gorengan, daging kambing)?
a. >1x/hari
b. 1x/hari

c. 3-6x/minggu
d. 1-2x/minggu
6. Berapa kali keluarga anda mengkonsumsi makanan asin (mie
instant, ikan asin, telur asin, kecap asin, keju, saus tomat) ?
a. >1x/hari
b. 1x/hari
c. 3-6x/minggu

d. 1-2x/minggu
7. Apakah anda dan keluarga melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga?
a. Jarang/tidak pernah
b. Ya, <30 menit/hari dan atau <3 hari/minggu
c. Ya, 30 menit/hari dan 3 hari/minggu

8. Apakah anda rutin (sesuai petunjuk dokter) mengkonsumsi


obat anti hipertensi?
a. Ya
b. Tidak

C. Tekanan Darah
Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

-r
KEMET.{TERIAN AGAMA
ITNTVERSTTAS ISLAM NEGERT ( UrN )
SYARIF HIDAYATT]LLAII JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEIIATAN
.r

ttd

Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985


Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : fkik@uirjktac.id

Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419

Nomor
Lampiran
Hal

: Un.01/F.1 0/KM/01 .91

\'lolZOt

Jakarta,

\6

Januari 2013

:: lzin Penelitian

Kepada yang terhormat,


Kepala Puskesmas Ciputat
di
Tempat.

Assal am u' al ai ku m Wr.Wb.


Bersama ini kami sampaikan bahwa yang nama dibawah ini
Nama
Nim

Arga lndera Wahyudi


:1 081 04000046
: lX (sembilan)
: Pasuruan,5 November 1989
: llmu Kepenruatan
: Suikorejo Pohjentrek Pasuruan

Semester

TTL
Prodi
Alamat

Jawa Timur

Mahasiswa tersebut diatas akan melakukan pengambilan data


Penelitian dengan judul " Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi
Merokok Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2013
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiswa tersebut
dapat diizinkan di lnstansi yang Bapak/ibu pimpin.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wass al am u' al ai ku m Wr.Wb.

aidi,S sos,M.Si
sos,M.tjr t
198003 1 00c

Anda mungkin juga menyukai